PENGARUH BRAND IMAGE,
PERCEIVED OF SERVICE QUALITY, DAN
TRUST TERHADAP MINAT KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN DI UPT PUSKESMAS SALE
REMBANG JAWA TENGAH
Erra Irhamni1, R. Poppy Yaniawati2, Kahar Mulyani3
Universitas
Adhirajasa Reswara Sanjaya Bandung, Indonesia
Email: erra.irhamni@gmail.com, pyaniawati@unpas.ac.id, kahar@ars.ac.id
Abstrak
Puskesmas sebagai
fasiltas layanan kesehatan yang mengemban peran dalam membangun
perilaku hidup sehat masyarakat, harus terus meningkatkan
fasilitas rawat jalan yang bertujuan untuk mengamati, mendiagnosis, mengobati, merehabilitasi, dan melayanani kesehatan masyarakat. Namun berdasarkan data pada tahun 2020 hingga 2022, jumlah kunjungan pasien rawat jalan
di UPT. Puskesmas Sale mengalami
penurunan. Perilaku putusan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan dapat distimulasi oleh citra merk (brand image), persepsi
kualitas pelayanan serta kepercayaan pasien terhadap layanan kesehatan tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh brand image, perceived of service quality,
dan trust terhadap minat
kunjungan pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta aktif BPJS Kesehatan yang
terdaftar di UPT. Puskesmas
Sale yang berjumlah 21.971, teknik
sampling yang digunakan purposive sampling dengan jumlah sampel
100 orang. Pendekatan dalam
penelitian adalah concurrent mixed methods. Instrumen
penelitian meliputi kuesioner dan wawancara. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dan berganda dengan menggunakan uji validitas, reliabilitas dan normalitas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan jika brand image
memiliki pengaruh positif terhadap minat berkunjung pasien, perceived of service quality memiliki pengaruh positif terhadap minat berkunjung pasien, trust memiliki pengaruh positif terhadap minat berkunjung pasien. Selanjutnya brand image, perceived of service
quality, dan trust secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap minat berkunjung pasien.
Kata kunci: citra merek, kualitas pelayanan, dan kepercayaan
Abstract
Puskesmas as a health service facility
that plays a role in building healthy living behavior in the community, must
continue to improve facilities that aim to observe, diagnose, treat,
rehabilitate, and service public health. However, based on the datas from 2020 to 2022, the number of patient visits at
UPT. Puskesmas Sale has decreased. The behavior of
public decisions in utilizing health facilities can be stimulated by brand
image, perception of service quality, and patient trust in these health
services. The purpose of this study is to analyze the effects of brand image,
perceived of service quality, and trust on patient visit Interest in UPT Puskesmas
Sale. The population of this study is all active participants of BPJS Kesehatan
who are registered in UPT. Puskesmas Sale which amounted
to 21,971, the sampling technique used was purposive sampling with a sample of
100 people. The approach in these research is a concurrent mixed methods. Research instruments include questionnaires,
interviews and observation. This study uses simple and multiple linear
regression analysis using validity, reliability, and normality tests. The study
shows that brand image has a positive influence on the interest in visiting patients.
Perceived of service quality also has a positive influence on the interest in
visiting patients. Trust also has a positive influence on the interest in
visiting patients. Furthermore, brand image, perceived of service quality, and
trust simultaneously have a significant influence on visiting patient interest
Keywords: brand image, service quality, and trust
Pendahuluan
Sejak meraih kemerdekaannya, Indonesia sudah banyak mengembangkan sektor kesehatannya ke tahap yang lebih
baik. Hal tersebut terbukti dari banyaknya
inovasi sektor kesehatan yang diciptakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun meski perkembangannya cukup pesat, Indonesia masih dilanda beberapa
masalah kesehatan yang terus meningkat. Masalah-masalah ini masih menjadi beban
dan tantangan utama di sektor kesehatan Indonesia (Andika
et. al., 2022. p. 40). Permasalahan utama kesehatan masyarakat yang sampai saat ini masih
menjadi perhatian pemerintah ialah kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Hal ini dikarenakan tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan masih sangat rendah (Andika
et. al., 2022. p. 40).
Salah satu wujud nyata pemerintah
Indonesia dalam tingkat kesehatan di Indonesia ialah dengan menyediakan layanan publik berupa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Tujuan utama dari Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu, namun dengan biaya
yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah (Nasution
et. al., 2021. p. 528). Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan tingkat pertama, dengan mengutamakan promotif dan preventif. Puskesmas dapat menyelenggarakan layanan rawat jalan
dan rawat inap berdasarkan kemampuan pelayanannya (Mentang
et. al., 2019. p. 1).
Puskesmas
mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas upaya pemeliharaan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Ini semua diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang nyata dalam pembangunan kesehatan. Salah satu Puskesmas
yang berada di Indonesia ialah UPT. Puskesmas Sale. Puskesmas
Sale mempunyai wilayah kerja
di Kecamatan Sale dengan yang
membawahi 15 desa dengan luas wilayah 107,14 km2
dengan kondisi geografis berupa perbukitan. Letak UPT. Puskesmas
Sale yang dekat dengan jalan raya utama
Lasem-Jatirogo sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan umum, mobil ataupun
motor. Sebagai fasiltas layanan kesehatan yang mengemban peran dalam membangun perilaku hidup sehat masyarakat, UPT. Puskesmas Sale terus meningkatkan fasilitas rawat jalan yang bertujuan untuk mengamati, mendiagnosis, mengobati, merehabilitasi, dan melayanani kesehatan masyarakat, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat inap (Syifa
et. al., 2021. p. 41).
Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama yang melayani berbagai macam penyakit, seperti diabetes melitus,
fever unspecified, tuberculosis, dan lain-lain. Namun
berdasarkan data pada tahun
2020 hingga 2022, jumlah kunjungan pasien rawat jalan di UPT. Puskesmas Sale mengalami penurunan. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2021 yaitu 2.061 pasien menurun menjadi 1.778 pasien pada tahun 2022. Bedasarkan data rata-rata
kunjungan mingguan pada tahun 2022, UPT. Puskesmas Sale hanya menerima sekitar Sebanyak 21 pasien rawat jalan.
Berikut merupakan hasil rekapitulasi data kunjungan rawat jalan di di UPT. Puskesmas Sale.
Tabel 1 Data rawat jalan penyakit berdasarkan kunjungan di UPT. Puskesmas Sale tahun 2021
No. |
Jenis penyakit |
2020 |
2021 |
2022 |
1 |
Diabetes Melitus |
480 |
374 |
338 |
2 |
Fever, unspecified |
389 |
371 |
319 |
3 |
Influenza |
139 |
200 |
168 |
4 |
Dermatitis |
203 |
195 |
156 |
5 |
Essential (primary) hypertension |
239 |
191 |
132 |
6 |
Dyspepsia |
187 |
158 |
112 |
7 |
Oher diseases of jaws |
192 |
125 |
132 |
8 |
Acute nasopharingitis |
148 |
125 |
124 |
9 |
TB |
119 |
108 |
95 |
10 |
Cough |
122 |
90 |
79 |
11 |
Lain-lain |
183 |
124 |
123 |
Total |
2401 |
2061 |
1778 |
Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Rembang (2020. p. 26) diketahui jika dalam langkah
penyembuhan, penduduk di daerah Rembang yang berobat jalan ke
fasilitas pelayanan kesehatan turun dari 53,01% pada tahun 2019 menjadi 44,96% pada tahun 2020. Sepanjang 2020 Puskesmas hanya dikunjungi 37,05% masyarkat. Sebesar 56,52% dari penduduk yang tidak berobat jalan
lebih memilih mengobati sendiri penyakitnya, sedangkan 41,33% beralasan karena merasa tidak perlu
melakukan rawat jalan. Adanya temuan data ini menunjukan jika masih lemahnya
minat kunjungan masyarakat untuk melakukan rawat jalan di Puskesmas, khususnya UPT. Puskesmas Sale.
Dari persentase
masyarakat yang memilih melakukan berobat jalan, diketahui jika keminatan masyarakat lebih kepada mengunjungi Prakter Dokter dan Bidan jika dibandingkan Puskesmas (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Rembang, 2020. p. 15).
Tabel 2 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Dalam Sebulan Terakhir
dan Berobat Jalan Menurut Fasilitas Tempat Berobat Jalan 2019-2020
No. |
Jenis penyakit |
2019 |
2020 |
1 |
RS Pemerintah |
12,39 |
12,39 |
2 |
RS Swasta |
4,76 |
1,32 |
3 |
Praktik Dokter/Bidan |
41,27 |
42,66 |
4 |
Klinik/Praktik
Dokter Bersama |
8,94 |
13,45 |
5 |
Puskesmas/Pustu |
41,76 |
37,05 |
6 |
UKBM |
1,71 |
2,67 |
7 |
Praktik Tradisional/Alternatif |
3,42 |
0,00 |
8 |
Lainnya |
0,00 |
0,00 |
Jika dilihat
perkembangannya dari tahun 2019 ke tahun
2020, penduduk yang berobat
jalan ke praktek dokter/bidan, klinik/praktik
dokter bersama, dan UKBM mengalami peningkatan selama tahun 2020. Sebaliknya terjadi penurunan penduduk yang berobat jalan ke
Puskesmas/Pustu. Bahkan pada tahun 2020, lebih banyak masyarakat
yang lebih memilih mengunjungi praktik dokter/bidan untuk
berobat jalan jika dibandingan Puskesmas/Pustu.
Dari data di atas,
diketahui jika terjadi penurunan jumlah kunjungan pasien yang menjelaskan jika minat kunjungan
ulang pasien untuk melakukan kembali pelayanan Puskesmas juga menurun. Minat kunjungan ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan kunjungan ulang (Rahmiati
& Temesveri, 2020. p. 14).
Chairunnisa
et. al. (2022. p. 181) menjelaskan jika perilaku putusan
masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan dapat distimulasi oleh citra (brand)
Puskesmas tersebut. Merek (brand)
merupakan andalan untuk mengikat dan menarik perhatian calon pengguna jasa. Salah satu aspek yang penting terkait dengan brand adalah brand image. Brand image (citra merek) merupakan
keyakinan, ide, atau kesan yang tergambar di benak konsumen terkait brand tersebut
yang berfungsi untuk meningkatkan pengalaman pasien ketika membeli
pelayanan di rumah sakit tertentu (Chairunnisa
et. al., 2022. p. 181).
Untari
et. al. (2021. p. 270) menjelaskan jika brand image merupakan
pengetahuan dan sikap individu terhadap produk atau layanan
yang menyampaikan kesan dan
pesan yang dipersepsikan seseorang pada suatu merek serta mempengaruhi
niat untuk mengambil tindakan terhadap merek. Menurut Angraini
& Zulfa (2021. p. 278) brand image (citra merek) memiliki posisi strategis dalam persaingan perusahaan dalam rangka menarik minat pengunjung atau konsumen untuk
menggunakan jasa yang ditawarkan. Brand image berfungsi
untuk membentuk sikap positif masyarakat,
maka dari itu, Puskesmas dituntut untuk memperhatikan brand image yang dimiliki
guna mendapatkan posisi teratas di benak para konsumen (Maghfiroh,
2017. p. 225).
Puspita
et. al. (2020. p. 71) menjelaskan jika image
instansi kesehatan yang semakin baik akan
mendorong peningkatan keputusan memilih penggunaan fasilitas kesehatan oleh pasien. Dalam dunia
medis brand image memainkan
peran strategis dalam membantu Puskemas menjangkau dan menarik pasien untuk layanan medis.
Dengan demikian, citra merek Puskesmas
yang disukai membantu memperkuat niat pasien untuk memilih
Puskemas. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Karmita
et. al. (2021. p. 54) mendapati hasil jika unsur-unsur
pada brand image terbukti berpengaruh
terhadap minat pasien dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariyanti
& Kristiani (2021. p. 52) jika brand image terbukti dapat memengaruhi minat berobat pasien.
Selain brand image intansi, persepsi pasien terhadap kualitas layanan juga tidak kalah penting
dalam membentuk minat kunjungan pasien ke Puskesmas.
Menurut dalam Putri et. al. (2020. p. 42) persepsi merupakan proses
dan aktivitas seseorang seperti keadaan emosi atau gembira
dimana seseorang mengatur, memilih, menerjemahkan, menginterprestasikan,
mengorganisasikan, menilai atau berpendapat terhadap suatu gambaran dan dipengaruhi oleh pikiran maupun lingkungan yang mengakibatkan rangsangan menjadi gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.
Menurut Lail (2018.
p. 4) menjelaskan jika persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan
suatu produk atau layanan ditinjau
dari fungsinya dengan produk-produk lain. Persepsi kualitas menggambarkan respon keseluruhan konsumen terhadap kelebihan dan kekurangan suatu merek. Respon
ini adalah persepsi dari komunikasi
pelanggan-pelanggan lain yang pernah
membeli produk maupun konsumen itu sendiri tentang
kualitas atau keunggulan merek (Dwiyanti
et. al., 2018. p. 151).
Menurut Dwiyanti
et. al. (2018. p. 149) banyak masyarakat
beranggapan bahwa membeli suatu produk
tidak hanya berhenti pada satu titik. Semakin banyak jenis dan merek yang beredar di pasaran konsumen pun semakin jeli dan kritis dalam memilih
produk yang ada konsumen akan menggunakan
produk yang menurut persepsinya terbaik. Dengan demikian, persepsi masing-masing konsumen atas kualitas suatu
produk akan berbeda-beda. Persepsi yang muncul dapat bersifat
positif maupun negatif. Pemahaman terhadap persepsi dan proses yang
terkait sangat penting bagi pemasar dalam
upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi yang tepat pada pasien menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian tepat. Berdasarkan persepsi inilah pasien tertarik dan mau menggunakan layanan jasa kesehatan
tertentu.
Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Armada
et. al. (2020. p. 81) adanya persepsi
kualitas layanan pasien dapat mempengaruhi
minat yang dimiliki oleh pasien untuk menggunakan
jasa Puskesmas. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Husen et. al. (2022. p. 455) yang menyatakan jika persepsi kualitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan pasien untuk berobat.
Dengan adanya persepsi kualitas produk jasa yang baik di benak konsumen,
maka akan meningkatkan persepsi konsumen untuk menggunakan suatu jasa tersebut.
Variabel terakhir
yang diteliti dalam penelitian ini ialah trust (kepercayaan).
Menurut Siagian &
Cahyono (2014) dalam (Japarianto
& Adelia (2020. p. 37) kepercayaan merupakan sebuah harapan konsumen bahwa penyediaan barang dan jasa dapat dipercaya
serta diandalkan dalam memenuhi janjinya. Menurut Das & Ten (1998)
dalam dalam (Japarianto
& Adelia (2020. p. 37) kepercayaan merupakan keyakinan satu pihak mengenai maksud dan perilaku pihak yang lainnya. Pendapat lain mengemukakan kepercayaan sebagai derajat di mana seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap
keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya
di dalam situasi yang berubah-ubah.
Menurut Ujang (2004) dalam
Putri et. al. (2020. p. 43) keyakinan pelanggan akan janji yang diberikan perusahaan yang bersifat reliable
yang berkaitan dengan objek atau atribut
yang relevan bahkan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang manfaat dan menjadi alasan dasar untuk menjalin
hubungan dengan perusahaan merupakan kepercayaan yang diberikan pelanggan.
Kepercayaan merupakan sebuah kesediaan dari seseorang untuk memberikan rasa percayanya kepada orang lain dengan risiko yang sepenuhnya telah dipahami. Kepercayaan terjadi ketika seseorang melihat bahwa terdapat orang lain yang
juga merasa percaya atas hal yang sama.
Rasa kepercayaan dari konsumen inilah yang menggerakkan mereka untuk kemudian memilih dan menentukan produk yang telah mereka berikan kepercayaannya, dimana hal tersebut merupakan
perilaku minat menggunakan layanan (Nafis,
2020. p. 41).
Konsumen yang telah
merasa yakin bahwa produsen tempat mereka membeli
produk atau layanan mampu memenuhi
selera dan kebutuhan konsumen, maka dipastikan konsumen akan membeli (Ventre
& Kolbe, 2020. p. 2). Kepercayaan konsumen mewakili pengakuan bahwa nilai produk dapat
dibuat dan dikembangkan dengan mengelola untuk melampaui kepuasan konsumen dengan produk atribut
dan kinerja fungsional.
Proses di mana konsumen mengaitkan
citra kepercayaan terhadap produk/merek didasarkan pada pengalamannya dengan merek tersebut. Ketika konsumen mendapatkan pengalaman menarik dan merasa yakin, maka
niat membeli akan dilakukan konsumen (Tong
& Su, 2018. 528).
Dengan demikian, jika konsumen sudah
memiliki kepercayaan yang tinggi pada suatu layanan kesehatan, maka dia akan
lebih tertarik dan berminat untuk menggunakan jasa tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Putri et. al. (2020. p. 45) kepercayaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap minat berkunjung pasien. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kristiawan
et. al. (2021. p. 271) Kepercayaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan berobat.
Dari pemaparan
di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh Brand Image, Perceived of Service Quality,
Dan Trust terhadap Minat Kunjungan
Pasien Rawat Jalan di UPT Puskesmas
Sale.
Dari rumusan
masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini dapat diketahui sebagai berikut:
1.
Untuk menganalisis pengaruh
brand image terhadap minat
kunjungan pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale Rembang Jawa
Tengah.
2.
Untuk menganalisis pengaruh
perceived of service quality terhadap minat kunjungan pasien rawat jalan
di UPT Puskesmas Sale Rembang
Jawa Tengah.
3.
Untuk menganalisis pengaruh
trust terhadap minat
kunjungan pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale Rembang Jawa
Tengah.
4.
Untuk menganalisis pengaruh
brand image, perceived of service
quality, dan trust secara simultan terhadap minat kunjungan pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale Rembang Jawa
Tengah.
Metode
Dalam penelitian ini peneliti menerapkan
metode campuran konkruen (concurrent mixed methods). Metode campuran merupakan pendekatan yang mengkombinasikan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, bermaksud untuk mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi.
Sementara itu, desain concurrent
mixed methods merupakan desain
penelitian campuran yang menggabungkan antara data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu waktu.
Masing-masing menjalankan proses pengumpulan
data ataupun pada saat
proses analisis dilakukan.
Setelah masing-masing proses dilakukan maka hasil keduanya
dibandingkan maupun dikaitkan satu sama lain (Indrawan
& Yaniwati, 2017).
Populasi adalah objek atau subjek
yang terdapat pada wilayah yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu serta ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Indrawan
& Yaniwati, 2017). Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan
populasi yaitu seluruh peserta aktif BPJS Kesehatan yang terdaftar
di UPT. Puskesmas Sale yang berjumlah
21.971.
Sampel merupakan bagian dari keseluruhan jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh sebuah populasi (Indrawan & Yaniwati, 2017). Ketika populasi yang akan diteliti merupakan
populasi yang besar, kemungkinan peneliti tidak dapat mempelajari secara
keseluruhan populasi tersebut atas dasar keterbatasan dana, tenaga dan waktu.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan jumlah sampel penelitian dengan
mengacu pada rumus Slovin.
Dari rumus di atas, maka dapat ditentukan
sampel pada penelitian ini sebagai berikut:
Dari perhitungan di atas, maka ditentukan
sampel pada penelitian ini berjumlah 100 responden.
Penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling yang merupakan salah
satu teknik dari non-probability sampling.
Dengan kata lain, sebelum mengambil sampel, peneliti harus menentukan terlebih
dahulu batasan-batasan kriteria seperti apa sampel yang diambil. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka kriteria yang dapat dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini terdiri sebagai berikut:
1.
Terdaftar sebagai peserta
aktif BPJS Kesehatan.
2.
Beralamat tinggal di
Kecamatan Sale.
3.
Sudah berusia lebih dari
17 tahun pada 2023.
4.
Pernah menggunakan jasa
pelayanan Kesehatan di UPT. Puskesmas Sale.
Untuk jenis data dalam melaksanakan analisis dan pembahasan terhadap masalah dalam penelitian
ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk skala numerik
(angka) berupa jawaban responden dalam kuisioner yang diukur dengan skala
likert. Serta data kualitatif
berupa deskripsi dari hasil observasi
dan wawancara terhadap responden.
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
melalui hasil penelitian secara langsung terhadap objek yang diteliti. Data primer ini diperoleh melalui
kuisioner yang dibagikan kepada reponden.
Teknik
pengumpulan data merupakan bagian yang penting dalam melakukan penelitian. Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini :
1. Kuesioner
Kuisioner yang akan digunakan
berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur setiap variabel yang diteliti, kemudian data diolah menggunakan program aplikasi SPSS.
Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, menggunakan skala lima tingkat yang terdiri dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Menurut Sugiyono
(2018) dengan skala likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, berikut tabel:
Tabel 3 Skala Likert
Skala
Likert |
Nilai |
Sangat
Setuju |
5 |
Setuju |
4 |
Netral/Kurang setuju |
3 |
Tidak
Setuju |
2 |
Sangat
Tidak Setuju |
1 |
2. Wawancara
Wawancara adalah proses interaksi
langsung antara peneliti atau pewawancara
dengan responden. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi, pandangan, dan pengalaman dari responden tentang topik tertentu. Pada penelitian ini, wawancara akan dilakukan pada beberapa informan yang ditentukan.
3. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap suatu keadaan maupun
perilaku dari objek sasaran.
Hasil dan Pembahasan
a.
Variabel brand image
Dalam penelitian
ini, variabel brand image diukur
dengan dimensi strength of brand association, favourability of brand association, dan uniqueness of brand
association. Adapun hasil dari
pengamatan dilakukan peneliti diketahui sebagai berikut:
1)
Setiap pasien di puskesmas sale memiliki kesan positif terhadap pelayanan yang diberikan puskesmas terutama dengan sikap ramah
dari petugas ketika sedang menayakan
keluhan atau memeriksa kondisi pasien.
2)
Puskesmas sale memiliki keunggulan salah satunya lokasi yang strategis di jalan raya utama sehingga
akses kendaraan mudah, serta alat
pemeriksaan laboratorium cukup lengkap.
3)
Teknologi di puskesmas sale masih belum canggih dimana
untuk pendaftaran masih dilakukan manual, serta rekam medis
masih berbentuk kertas, sehingga hal ini membuat
pasien lama menunggu sebelum dilakukan pemeriksaan.
4)
Ciri khas pelayanan di puskesmas sale sesuai dengan slogan dimana setiap pegawai
melayani dengan ramah dan cermat.
5)
Nama dan logo puskesmas
sale terlihat sama dengan puskesmas lain pada umumnya, serta tidak terlihat jelas pada halaman depan sehingga hal ini kurang
menarik masyarakat yang berkunjung.
b.
Variabel perceived of service quality
Pada variabel
perceived of service quality diukur dengan dimensi
reability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles. Adapun hasil
dari pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui sebagai berikut:
1)
Jadwal pelayanan puskesmas tidak selalu tepat waktu,
dimana petugas pendaftaran memulai pelayanan sekitar 15 menit atau 30 menit
dari jam yang terjadwalkan,
sehingga hal ini membuat pasien
menunggu dan antrian menumpuk.
2)
Respon petugas terhadap pasien di area rawat jalan terlihat cepat dan sesuai kebutuhan setiap pasien, apabila kondisi pasien terlihat lemah akan segera diarahkan
ke IGD.
3)
Setiap petugas menjelaskan dan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan
pasien, dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh pasien.
4)
Setiap petugas terlihat mendengarkan dan menanyakan setiap keluhan pasien dengan detail dan jelas.
5)
Lingkungan puskesmas masih terlihat sampah berserakan di sekitar tempat sampah, terlihat plastic atau botol minum di area tunggu rawat jalan,
serta parker motor yang tidak
tertata rapi.
c.
Variabel trust
Pada variabel
trust diukur
dengan dimensi ability, benevolence, dan integrity. Adapun hasil
dari pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui sebagai berikut:
1)
Kemampuan petugas puskesmas sale seuai dengan kompetensi
yang dimilikinya sehingga mereka bisa diandalkan.
2)
Pasien masih bingung mengenai
urutan pendaftaran, mereka sering bertanya
berulang-ulang, hal ini dikarenakan petugas administrasi tidak selalu menjelaskan
alur pendaftaran kepada pasien dan dalam menjelaskan hanya singkat sehingga
kurang informatif.
3)
Dokter menjelaskan setiap kondisi pasien dari hasil
pemeriksaan maupun
diagnosis penyakit pasien
dan selalu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
apabila ada hal yang kurang dipahami.
4)
Biaya pemeriksaan gratis bagi pasien pengguna BPJS dengan faskes pertama
di puskesmas sale, sedangakan
untuk pasien umum hanya dikenakan
biaya administrasi yang relatif murah dan terjangkau.
5)
Petugas di puskesmas sale dalam melayani pasien terlihat sungguh-sungguh, selalu memberikan pelayanan sesuai SOP maupun kebutuhan pasien dan tidak terkesan acuh terhadap
pasiennya.
d.
Variabel minat kunjungan
Sedangkan, variabel minat kunjungan diukur dengan dimensi minat transaksional, minat referensial, minat prefrensial, dan minat eksploratif. Adapun hasil pengamatan yang dilakukan peneliti diketahui sebagai berikut:
1)
Minat masyarakat menggunakan layanan rawat jalan di puskesmas sale terlihat dari jumlah kunjungan
yang cukup ramai terutama di hari senin-kamis, dengan rata-rata kurang lebih 40-60 orang setiap harinya, tetapi di hari jumat-sabtu rata-rata berjumlah
15-20 orang.
2)
Banyak pasien yang datang ke puskesmas
karena rekomendasi dari keluarga ataupun
tetangga sekitar yang pernah mendapatkan pelayanan di puskesmas sale.
3)
Puskesmas menjadi prioritas pertama layanan kesehatan bagi masyarakat sekitar sebelum ke tempat
layanan kesehatan lainnya.
4)
Beberapa pasien berusaha menghubungi puskesmas lewat pegawai maupun
media dan kontak pelayanan ketika akan mendapatkan
pelayanan.
5)
Pasien maupun keluarga pasien berusaha mencari informasi-informasi pelayanan yang di berikan puskesmas sale melalui media sosial maupun datang
langsung ke puskesmas.
1.
Analisis data kualitatif dengan triangulasi
Indikator |
Wawancara |
Observasi |
Kuesioner |
Interpretasi |
Strength of brand association (X1) |
Kesan responden
ketika mendengar nama Puskesmas Sale yang diukur dengan kesan positif dinyatakan baik. Hal ini di dukung dari sarana dan prasarana serta pelayanan yang diberikan. |
Setiap pasien di puskesmas sale memiliki kesan positif terhadap pelayanan yang diberikan puskesmas terutama dengan sikap ramah dari petugas
ketika sedang menayakan keluhan atau memeriksa kondisi pasien. |
Responden setuju memiliki kesan positif jika mendengar nama Puskesmas Sale. Serta mayoritas responden menjawab kurang setuju adanya kesan yang tidak menyenangkan jika mendengar nama puskesmas sale. |
Kekuatan dari asosiasi merek suatu layanan
kesehatan yaitu brand memberi
kesan positif. Kesan positif dari Puskesmas Sale terletak pada sarana, prasarana serta sikap dari
petugas. |
Favourability of Brand
Association (X1) |
Keunggulan Puskesmas Sale terletak pada lokasi yang strategis, dan memiliki keunggulan tersedianya alat laborat pendukung yang cukup baik. |
Puskesmas sale memiliki keunggulan salah satunya lokasi yang strategis di jalan raya utama sehingga
akses kendaraan mudah, serta alat pemeriksaan laboratorium cukup lengkap. |
Mayoritas masyarakat setuju jika Puskesmas Sale memiliki keunggulan lebih baik dari
penyedia jasa kesehatan lainnya. Serta tidak
setuju memlilih pusat layanan kesehatan lainnya karena lebih baik dibanding puskesmas sale. |
Keuntungan dari asosiasi merek suatu layanan
kesehatan yaitu keunggulan dari brand tersebut.
Keunggulan yang dimiliki Puskesmas Sale antara lain letak yang strategis serta alat pemeriksaan
pendukung yang cukup lengkap. |
Uniqueness of Brand Association (X1) |
Ciri khas
yang dimiliki Puskesmas
Sale dalam memberikan pelayanan yang baik berdasarkan tanggapan responden terletak pada sikap sebagian petugas yang ramah dan murah senyum. |
Ciri khas
pelayanan di puskesmas
sale sesuai dengan slogan
dimana setiap pegawai melayani dengan ramah dan cermat. |
Masyarakat setuju
jika Puskesmas Sale memiliki ciri khas tersendiri dalam memberikan pelayanan yang baik. Serta kurang Setuju jika Puskesmas Sale dalam
memberikan pelayanan sama seperti layanan kesehatan lainnya di sekitar. |
Keunikan dari asosiasi merk suatu layanan kesehatan yaitu ciri khas dari
layanan kesehatan tersebut. Ciri khas yang dimiliki Puskesmas Sale antara lain pelayanan yang baik, berdasarkan sikap ramah dari
petugas. |
Reliabilitas (X2) |
Pelayanan di rawat jalan sering
tidak tepat waktu sehingga waktu menunggu antrian cukup lama. Hal ini disebabkan petugas yang terlambat sehingga jadwal pelayanan mundur dan lamanya waktu tunggu pendaftaran. |
Jadwal pelayanan
puskesmas tidak selalu tepat waktu, dimana petugas pendaftaran memulai pelayanan sekitar 15 menit atau 30 menit dari jam yang terjadwalkan, sehingga hal ini membuat pasien
menunggu dan antrian menumpuk. |
Responden kurang setuju jika jadwal pelayanan
Puskesmas Sale tepat waktu. Hal ini sejalan dengan tanggapan responden setuju ketika datang berobat petugas belum berada di tempat. |
Kualitas pelayanan di Puskesmas Sale tidak reliable dikarenakan adanya ketidaksesuaian jadwal pelayanan. |
Responsiveness (X2) |
Respon petugas dalam menanggapi keluhan pasien cukup cepat. |
Respon petugas terhadap pasien di area rawat jalan terlihat cepat dan sesuai kebutuhan setiap pasien, apabila kondisi pasien terlihat lemah akan segera diarahkan
ke IGD. |
Responden setuju jika respon
pelayanan cepat dan seusai dengan kebutuhan pasien. Serta kurang setuju jika respon pelayanan
yang diterima sangat lambat
dan tidak sesuai kebutuhan. |
Daya tanggap
kualitas pelayanan di Puskesmas Sale cukup cepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien. |
Assurance (X2) |
Petugas dalam memberikan informasi sesuai kebutuhan. |
Setiap petugas menjelaskan dan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan pasien, dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh pasien. |
Masyarakat setuju
petugas menjelaskan semua informasi yang dibutuhkan. Serta kurang setuju jika petugas
hanya menjelaskan informasi dengan singkat. |
Jaminan pada kualitas pelayanan Puskesmas Sale dapat dikatakan cukup baik, hal ini
berdasarkan dari kejelasan petugas dalam memberi informasi sesuai dengan kebutuhan. |
Tangible (X2) |
Kondisi lingkungan Puskesmas Sale masih kurang bersih dan tidak rapi, masih terlihat
ada sampah yang berserakan tergeletak disekitar tempat sampah serta kendaraan yang tidak terparkir dengan teratur. |
Lingkungan puskesmas masih terlihat sampah berserakan di sekitar tempat sampah, terlihat plastik atau botol minum
di area tunggu rawat jalan, serta parker motor yang tidak tertata rapi. |
Masyarakat kurang
setuju jika Lingkungan Puskesmas terlihat bersih. Serta setuju terlihat ada sampah yang tergeletak di kursi area rawat jalan. |
Bukti fisik
dari kualitas pelayanan di puskesmas sale masih kurang karena kondisi lingkungan tidak rapid an tergeletak sampah di area pelayanan rawat jalan. |
Empathy (X2) |
Dokter sudah
menjelaskan penyakit pasien secara sabar dan jelas. |
Setiap petugas terlihat mendengarkan dan menanyakan setiap keluhan pasien dengan detail dan jelas. |
Masyarakat merasa
jika berobat di Puskesmas Sale, Petugas di area
rawat jalan tidak pernah mendengarkan keluhan pasien dengan seksama. Hal ini sejalan dengan tanggapan responden setuju jika mayortias
merasa petugas di area rawat jalan terkesan
acuh terhadap keluhan yang disampaikan pasien. |
Empati dari kualitas pelayanan Puskesmas Sale cukup baik, dimana
dokter maupun petugas kesehatan mendengarkan dan menjelaskan kondisi penyakit dari pasien. |
Ability (X3) |
Kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sudah baik dan sesuai dengan kompetensinya. Pasien mendapatkan pelayanan optimal dan penjelasan
mengenai kondisinya.
Masyarakat juga merasa petugas
dalam memberikan pelayanan tidak terkesan asal-asalan. |
Kemampuan petugas puskesmas sale seuai dengan kompetensi yang dimilikinya sehingga mereka bisa diandalkan. |
Masyarakat setuju
jika petugas dapat diandalkan dalam menyembuhkan penyakitnya. Serta kurang setuju jika pelayanan
Puskesmas Sale meragukan dalam mendiagnosis penyakit. |
Kepercayaan pada kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan sudah sesuai dengan kompetensinya dan pelayanan yang
diberikan optimal. |
Benevolence (X3) |
Masyarakat masih
bingung dengan penjelasan petugas administrasi terkait alur pendaftaran. |
Pasien masih bingung mengenai urutan pendaftaran, mereka sering bertanya berulang-ulang, hal ini dikarenakan petugas administrasi tidak selalu menjelaskan alur pendaftaran kepada pasien dan dalam menjelaskan hanya singkat sehingga kurang informatif. |
Masyarakat kurang
setuju jika petugas administrasi dalam menjelaskan alur pendaftaran pelayanan dengan baik dan sabar. Serta mereka sering merasa bingung ketika berobat karena petugas administrasi tidak menjelaskan alur pendaftaran dengan jelas. |
Perhatian petugas dalam penjelasan alur pendaftaran pelayanan masih kurang, dimana informasi yang diberikan singkat sehingga kurang informatif. Hal ini menimbulkan kebingungan dari pasien. |
Integrity (X3) |
Biaya pelayanan sudah sesuai dan masih bisa dijangkau oleh masyarakat. |
Biaya pemeriksaan gratis bagi pasien pengguna BPJS dengan faskes pertama di puskesmas sale, sedangakan untuk pasien umum hanya
dikenakan biaya administrasi yang relatif murah dan terjangkau. |
Masyarakat setuju
biaya pemeriksaan murah dan sesuai dengan pelayanan. Serta Sangat
Tidak Setuju biaya yang dibayarkan terlalu mahal untuk pelayanan kesehatan di puskesmas sale. |
Biaya pelayanan di Puskesmas Sale sesuai dan terjangkau dengan kebutuhan pelayanan yang diberikan. |
Minat transaksional
(Y1) |
Masyarakat memiliki
keinginan menggunakan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Sale |
Minat masyarakat
menggunakan layanan rawat jalan di puskesmas sale terlihat dari jumlah kunjungan
yang cukup ramai terutama di hari senin-kamis, dengan rata-rata kurang lebih 40-60 orang setiap harinya, tetapi di hari jumat-sabtu rata-rata berjumlah
15-20 orang. |
Responden setuju memiliki keinginan untuk menggunakan layanan di puskesmas sale. Serta kurang setuju jika tidak
memiliki keinginan menggunakan pelayanan di puskesmas sale. |
Masyarakat memiliki
keinginan dalam menggunakan layanan kesehatan di Puskesmas Sale. |
Minat referensial
(Y1) |
Puskesmas Sale merupakan layanan kesehatan yang akan direkomendasikan terhadap keluarga atau tetangga yang membutuhkan. |
Banyak pasien
yang datang ke puskesmas karena rekomendasi dari keluarga ataupun tetangga sekitar yang pernah mendapatkan pelayanan di puskesmas sale. |
Responden setuju merekomendasikan Puskesmas Sale kepada keluarga, teman, relasi, dan orang lain yang membutuhkan
pelayanan kesehatan. Serta
kurang setuju ketika keluarganya sakit cenderung akan memilih datang ke layanan
lain. |
Puskesmas Sale menjadi layanan kesehatan yang di rekomendasikan
oleh masyarakat bagi keluaraga mereka ataupun tetangga sekitar. |
Minat preferensial
(y1) |
Masyarakat menjadikan
prioritas utama layanan kesehatan, serta sudah memiliki
informasi ataupun kontak puskesmas Sale |
Puskesmas menjadi prioritas pertama layanan kesehatan bagi masyarakat sekitar sebelum ke tempat
layanan kesehatan lainnya. |
Pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan setuju akan datang ke
UPT Puskesmas Sale. Serta kurang
setuju jika lebih memilih datang ke layanan
kesehatan lainnya. |
Puskesmas Sale menjadi prioritas utama layanan kesehatan bagi masyarakat. |
Minat eksploratif
(Y1) |
Masyarakat mencari-cari
informasi serta pelayanan yang ada di Puskesmas Sale baik lewat media sosial ataupun pengalaman tetangga serta keluarga |
Pasien maupun keluarga pasien berusaha mencari informasi-informasi pelayanan yang di berikan puskesmas sale melalui media sosial maupun datang langsung ke puskesmas. |
Responden setuju mencari informasi-informasi tentang Puskesmas Sale serta pelayanan yang diberikan. Serta
kurang setuju tidak tertarik menggunakan semua pelayanan yang ada di puskesmas Sale. |
Masyarakat tertarik
mencari informasi pelayanan puskesmas Sale baik dari media sosial atau dari
informasi seseorang. |
Berikut pembahasan dari hasil pengujian berdasarkan setiap variabel antara lain :
a.
Pengaruh brand image terhadap
minat berkunjung pasien rawat jalan
di Puskesmas Sale
Dari hasil
pengujian yang sudah dilakukan, diketahui jika brand image yang diukur
menggunakan 3 dimensi yang terdiri dari strength of brand
association, favourability of brand
association, dan uniqueness of brand association, dalam penelitian ini terbukti memiliki
pengaruh positif secara signifikan terhadap minat berkunjung pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale. Hasil penelitian ini selaras dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa
et. al. (2022. p. 181) mendapati hasil jika
brand image mampu mempengaruhi
keputusan pasien menggunakan layanan kesehatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Hariyanti
& Kristiani (2021. p. 52) mendapati hasil bahwa
brand image memengaruhi minat
berobat pasien secara signifikan.
Hasil ini
diperkuat dengan data hasil observasi, wawancara serta kuesioner, dimana minat berkunjung masyarakat muncul karena adanya kesan
positif terhadap brand image atau
citra dari layanan kesehatan tersebut. Dimensi dari brand image layanan kesehatan
sehingga meningkatkan minat kunjungan pasien antara lain strength of
brand association merupakan kekuatan
dari citra layanan kesehatan yang diukur dengan kesan
positif dari pengalaman pasien atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, favourability of brand association merupakan keunggulan dari citra layanan kesehatan
tersebut yang dipercaya dapat memiliki manfaat bagi mereka,
diukur dengan keunggulan dalam lokasi yang strategis sehingga mudah dijangkau dan prasarana yang cukup lengkap, serta dimensi uniqueness of
brand association yang merupakan keunikan layanan kesehatan tersebut sehingga memberikan citra yang berbeda di banding layanan kesehatan lainnya, hal ini
di ukur dengan sikap petugas yang ramah dalam pelayanan.
Brand image yang dimiliki
oleh Puskesmas Sale khususnya
pada area rawat jalan sudah cukup baik,
tetapi masih ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan yaitu mengenai teknologi yang digunakan dalam pelayanan dan nama serta logo puskesmas yang memiliki nilai rerata terendah.
Merek merupakan
faktor penting ketika seseorang memutuskan untuk membeli barang atau jasa tertentu.
Persepsi dan keyakinan yang
dianut oleh konsumen, yang tercermin dalam asosiasi yang diiklankan oleh merek, dikenal sebagai merek imajinasi
Untari
et. al. (2021. p. 269). Konsep
citra merek berlaku untuk organisasi
dan produk fisik. Jadi, pemahaman yang lebih baik tentang institusi
kesehatan, termasuk Puskesmas, akan membuat pasien lebih sering memilih
mereka (Puspita et.
al., 2020. p. 71). Reputasi merek
dalam industri kesehatan sangat penting untuk menjangkau dan menarik pasien. Dengan demikian, brand image
instansi kesehatan yang disukai membantu memperkuat niat pasien untuk memilih
Untari
et. al. (2021. p. 270).
b.
Pengaruh perceived of service quality terhadap minat berkunjung pasien rawat jalan di Puskesmas Sale
Perceived of service quality yang diukur menggunakan 5 dimensi terdiri dari Reability, Responsiveness,
Assurance, Empathy, dan Tangibles, dalam penelitian terbukti memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap minat berkunjung pasien rawat jalan
di UPT Puskesmas Sale. Hasil penelitian
ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasyid & Indah (2019) yang mendapati hasil jika terdapat pengaruh
positif dan signifikan dari kualitas pelayanan
terhadap minat berkunjung. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Armada
et. al. (2020. p. 81) yang mendapati hasil jika terdapat hubungan
yang bermakna antara persepsi kualitas pelayanan dengan minat kunjungan ulang ke Puskesmas
Air Hitam Laut.
Hasil wawancara,
observasi serta kuesioner yang dilakukan peneliti mempertegas bahwa persepsi kualitas pelayanan yang baik akan meningkatkan
minat kunjungan pasien. Hal ini dinilai dari dimensi
kualitas pelayanan di Puskesmas sale yang cukup baik. Berdasarkan dimensi responsiveness
atau daya tanggap yang merupakan kesigapan petugas dalam membantu pasien cepat dan tanggap sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, dimensi assurance atau jaminan
dimana kemampuan yang dimiliki petugas layanan kesehatan sudah sesuai dengan
kompetensinya sehingga dapat diandalkan dalam memberikan layanan kesehatan sesuai kebutuhan. Serta dimensi empati merupakan perhatian petugas terhadap pasien dalam memahami
keluhan yang dirasakan dengan seksama. Tetapi masih ada
indikator yang harus diperhatikan karena memiliki nilai rerata terendah yaitu ability
yang diukur berdasarkan jadwal pelayanan yang tidak tepat waktu,
serta tangible
yang dinilai berdasarkan lingkungan Puskesmas yang masih terlihat kotor.
Persepsi pelanggan merupakan komponen penting dalam pemasaran dalam menciptakan minat pembelian ulang. Ini berarti bahwa persepsi pelanggan terhadap suatu produk atau
jasa dipengaruhi oleh keadaan yang dihadapkan pada konsumen. Setelah konsumen mempertahankan pandangan mereka tentang produk tersebut, mereka akan meninjau
produk lain dan mempelajari
masing-masing produk sebelum
melakukan pembelian lagi. Persepsi adalah pola pikir
positif dan negatif yang kemudian berdampak pada tindakan. Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan pengalaman tentang sesuatu yang terjadi di lingkungan kita, yang menjadi anggapan kita tentang situasi
tersebut.
Pasien puskesmas juga sering dipandang negatif setelah mendapatkan perawatan medis (Syifa
et. al., 2021. p. 41). Pasien
percaya bahwa penyedia layanan kesehatan harus mampu memberikan pelayanan medis berkualitas dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, cepat menanggapi keluhan pasien, dan menyediakan lingkungan kesehatan yang nyaman. Oleh karena itu, puskesmas harus selalu berusaha
untuk membuat pasien puas dengan
memberikan layanan kesehatan yang didukung oleh tenaga medis dengan
profesional.
c.
Pengaruh trust terhadap
minat berkunjung pasien rawat jalan
di Puskesmas Sale
Hasil pengujian
yang sudah dilakukan, trust
yang diukur menggunakan 3 dimensi yang terdiri dari ability, benevolence, dan integrity,
terbukti memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap minat berkunjung pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale. Hasil penelitian ini memiliki hasil
yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan et.
al. (2021) mendapati hasil jika kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berobat. Hasil penelitian serupa didapati oleh penelitian Putri et. al.
(2020) yang menyatakan jika kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat kunjungan.
Hasil wawancara,
observasi serta kuesioner yang dilakukan peneliti mempertegas bahwa kepercayaan terhadap layanan kesehatan akan pelayanan yang baik meningkatkan minat kunjungan pasien. Dengan adanya rasa kepercayaan dari masyarakat, akan mempengaruhi seseorang untuk berobat. Terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi terbentuknya
suatu kepercayaan terhadap layanan kesehatan, antara lain ability atau kemampuan yang ditandai dengan kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai kebutuhan pasien, sehingga pasien mendapatkan jaminan kepuasan dan tingkat keamanan saat berada
di layanan kesehatan.
Kebaikan hati atau benevolence yaitu perhatian
yang baik untuk menimbulkan kepercayaan. Tetapi faktor ini
juga memiliki nilai rerata terendah dari hasil penelitian
dimana petugas administrasi belum memberikan informasi sesuai kebutuhan pasien, sehingga menimbulkan kebingungan. Oleh sebab itu, faktor
benevolence tidak
menjadi faktor yang membangun kepercayaan masyarakat dalam meningkatkan kunjungan. Selain itu, terdapat faktor
integritas yang dinilai dari biaya dan pelayanan. Hasil penelitian menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan terjangkau dan sesuai dengan pelayanan yang mereka dapatkan, serta petugas melayanani
dengan sungguh-sungguh sesuai kompetensinya, sehingga menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan.
Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memberikan kepercayaan kepada orang lain meskipun mereka menghadapi risiko yang telah dipahami. Kepercayaan biasanya berasal dari dua hal: pengalaman
masa lalu atau interaksi baru. Ketika seseorang melihat bahwa orang lain juga memiliki keyakinan yang sama, mereka mungkin menjadi percaya. Rasa kepercayaan konsumenlah yang mendorong mereka untuk menggunakan layanan yang telah mereka pilih (Nafis,
2020. p. 41).
Kepercayaan adalah dasar suatu
bisnis. Jika dua pihak atau lebih memiliki
kepercayaan satu sama lain, transaksi bisnis akan terjadi.
Jadi, orang yang percaya pada layanan
kesehatan akan lebih cenderung menggunakannya daripada orang
yang tidak.
d.
Pengaruh brand image, perceived of service quality, dan trust terhadap
minat berkunjung pasien rawat jalan
di Puskesmas Sale
Dari hasil
pengujian yang sudah dilakukan, diketahui jika brand image, perceived of service quality, dan trust secara bersama-sama
terbukti memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap minat berkunjung pasien rawat jalan di UPT Puskesmas Sale. Hal ini disebabkan citra merek atau brand image yang baik, peningkatan dari persepsi kualitas pelayanan yang baik serta kepercayaan yang baik dari suatu
layanan kesihatan akan meningkatkan minat kunjungan terhadap layanan kesehatan tersebut bahkan juga merekomendasikannya kepada orang terdekatnya. Brand image yang mencerminkan
bahwa suatu layanan menarik dan berharga akan meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap jasa tersebut.
Serta persepsi kualitas pelayanan menjadi faktor utama dari
keberhasilan layanan kesehatan. Titik fokus layanan kesehatan
adalah mengetahui kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap layanan tersebut, sehingga layanan kesehatan dapat mengontrol kualitas dari pelayanannya Untari
et. al. (2021. p. 270).
Hasil penelitian
ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Novenda et. al. (2018) bahwa
terdapat pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap keputusan pemakaian jasa, bukan hanya brand image tetapi masih
ada faktor lain yaitu kualitas pelayanan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Husen et. al.
(2022) terdapat dampak langsung persepsi kualitas dan citra merek terhadap kunjungan pasien dengan keputusan berobat. Selain itu, penelitian yang dilakukan Kurniawan et.
al. (2021) menunjukkan bahwa kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berobat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Soelastri. Penelitian serupa yang dilakukan Putri et. al.
(2020) menunjukan persepsi dan kepercayaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat kunjungan ulang pasien.
Kesimpulan
Brand image berpengaruh positif
dan signifikan terhadap minat berkunjung pasien. Hal ini karena Puskesmas Sale memiliki reputasi yang baik, mulai dari
faktor kekuatan, keunggulan maupun keunikan dari Puskesmas
Sale. Faktor paling dominan adalah
kekuatan dari citra yang dimiliki Puskesmas sale yang dinyatakan dengan kesan positif,
sedangkan faktor yang tidak dominan adalah
keunikan dari citra Puskesmas Sale yang dinilai dengan nama dan logo kurang memiliki daya tarik
sehingga tidak menjadi ciri khas
dalam membangun brand image yang kuat
dibenak masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Fauziah, Afriza, Nur, Husna,
Asmaul, Rahmi, Nuzulul, & Safitri, Faradilla. (2022). Education about
health issues in Indonesia with candidate for public health Aceh Province. Jurnal
Pengabdian Masyarakat (Kesehatan), 4(1), 3944.
Angraini, Dessy, & Zulfa, Zulfa.
(2021). The Analisis Pengaruh Brand image Terhadap Minat Ulang Pasien Rawat
Inap dengan Word Of Mouth (WOM) sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Rumah
Sakit Swasta di Kota Padang). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 10(04),
277286. https://doi.org/10.33221/jikm.v10i04.942
Armada, Armada, Listiawaty, Renny,
& Berliana, Novi. (2020). Hubungan Persepsi Pasien Tentang Kualitas
Pelayanan dengan Minat Kunjungan Ulang Pasien ke Puskesmas Air Hitam Laut. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Mulawarman (JKMM), 2(2), 77.
https://doi.org/10.30872/jkmm.v2i2.4695
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Rembang. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Rembang. Rembang.
Chairunnisa, Siti Fadia, Darmawansyah,
& Palutturi, Sukri. (2022). The Influence of Brand Image on the Decision to
Use Outpatient Services at Haji Hospital Makassar. Hasanuddin Journal of
Public Health, 3(2), 179190.
Dwiyanti, Eris, Qomariah, Nurul,
& Tyas, Wenny Murtalining. (2018). Pengaruh Persepsi Kualitas, Nama Merek
Dan Brand awareness terhadap keputusan pembelian. Jurnal Sains Manajemen Dan
Bisnis Indonesia, 8(2), 148163.
Hariyanti, Tiwuk Puji, &
Kristiani, Desi. (2021). Analisis Pengaruh Brand Image dan Daya Saing Produk
Layanan Terhadap Minat Berobat Pada Klinik Putra Waspada Tulungagung. JURNAL
BENEFIT, 8(1).
Husen, Meutia Arifka Tahajani, Andry,
& Hilmy, Reza. (2022). Analisis Pengaruh Keputusan Berobat Dalam Memediasi
Kunjungan Pasien: Studi Sem Analisis. Jurnal Health Sains, 3(3).
Indrawan, Rully, & Yaniwati,
Poppy. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran
untuk Managemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.
Japarianto, Edwin, & Adelia,
Stephanie. (2020). Pengaruh Tampilan Web Dan Harga Terhadap Minat Beli Dengan
Kepercayaan Sebagai Intervening Variable Pada E-Commerce Shopee. Jurnal
Manajemen Pemasaran, 14(1), 3543.
https://doi.org/10.9744/pemasaran.14.1.35-43
Karmita, Arman, & Alwi, M.
Khidri. (2021). Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pasien Rawat Inap Untuk
Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Di RS DR . Tadjuddin Chalid Makassar Tahun
2021 Tahun 2018 , sebagian besar masih. Journal of Muslim Community Health
(JMCH) ISSN, 2(2), 42.
Kristiawan, Allen, Kurniawati, Kezia,
Gunawan, Ika, & Agrippina, Jessica. (2021). Pengaruh Pengalaman Berbelanja
Online Terhadap Keputusan Pembelian Pelanggan (Segmen: Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Pelanggan Shopee dan JD.id). Jurnal
Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi, 8(2),
479492.
Kurniawan, Indah, Isa, Muzakar, &
Adji, Iwan Setiawan. (2021). Pengaruh Kepercayaan, Keamanan, Persepsi Resiko dan
Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Berobat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Soelastri di Masa Pandemi COVID-19. Prosiding 14th Urecol: Seri Ekonomi Dan
Bisnis.
Lail, Isni Arifatul. (2018). Pengaruh
Persepsi Kualitas, Persepsi Harga, Dan Gaya Hidup Konsumen Terhadap Keputusan
Pembelian Menu Signature Restoran Cepat Saji (Studi Pada Konsumen Burger Big
Mac McDonalds Kota Kediri). Almana : Jurnal Manajemen Dan Bisnis,
2(2), 111.
Maghfiroh, Lailatul. (2017). Pengaruh
Brand Image, Customer Perceived Value, Dan Customer Experience Terhadap
Kepuasan Pasien. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 8(4).
Mentang, Jelly Juliany, Rumayar, Adisty
A., & Kolibu, Febi K. (2019). Hubungan Antara Kualitas Jasa Pelayanan
Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Taratara Kota Tomohon. Kesmas,
7(5).
Nafis, Raihan. (2020). Pengaruh Citra
Destinasi dan Kepercayaan Wisatawan Terhadap Keputusan Berkunjung (Studi Pada Wisatawan
Domestik di Pantai Balekambang, Kabupaten Malang). Jurnal Ilmu Ekonomi Dan
Bisnis, 8(1), 4045.
Nasution, Irza Fari Syahdilla,
Kurniansyah, Dadan, & Priyanti, Evi. (2021). Analisis Pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Kinerja, 18(4), 527532.
Puspita, Lydia, Sasmita, Endang M.,
& Sari, Bida. (2020). Pengaruh Lokasi, Citra Rumah Sakit, Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusan Memilih RSUD Pasar Minggu. Ikra-Ith Ekonomika,
2(3), 6473.
Putri, Debi Eka, Sinaga, Onita Sari,
Silitonga, Hery Pandapotan, Agustina, Susi Susanti, & Sudirman, Acai.
(2020). Minat Kunjungan Ulang Pasien yang Ditinjau dari Aspek Persepsi dan
Kepercayaan pada Klinik Vita Medistra Pematangsiantar. Inovbiz: Jurnal
Inovasi Bisnis, 8(1), 41. https://doi.org/10.35314/inovbiz.v8i1.1276
Rahmiati, Rahmiati, & Temesveri,
Nauri Anggita. (2020). Hubungan Dimensi Kualitas Pelayanan Dengan Minat
Kunjungan Ulang Pasien Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang Tahun 2019. Jurnal Kesehatan, 13(1), 1321. https://doi.org/10.23917/jk.v13i1.11097
Sugiyono. (2018). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syifa, Maulizaton, Husna, Arifah,
Marniati, Reynaldi, Fitrah, & SA, Safrizal. (2021). Hubungan Persepsi Pasien
dengan Mutu Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat. Jurnal Jurmakemas, 1(1), 3955.
Tong, Xiao, & Su, Jin. (2018).
Exploring young consumers trust and purchase intention of organic cotton
apparel. Journal of Consumer Marketing, 35(5), 522532. https://doi.org/10.1108/JCM-04-2017-2176
Untari, Ratna Dewi, Atmoko, Waluyo
Budi, & Budiadi, Nang Among. (2021). Pengaruh Citra Rumah Sakit, Nilai
Persepsian dan Kelekatan Merek Secara Emosional Pada Perilaku Memilih Rumah
Sakit. Repostory Universitas Tidar, (September), 268277.
Ventre, Ivan, & Kolbe, Diana.
(2020). The Impact of Perceived Usefulness of Online Reviews, Trust and
Perceived Risk on Online Purchase Intention in Emerging Markets: A Mexican
Perspective. Journal of International Consumer Marketing, 32(4),
287299. https://doi.org/10.1080/08961530.2020.1712293