PERILAKU INVESTOR DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN: STUDI KASUS DI INDONESIA

 

Evieana R Saputri

Politeknik YKPN Yogyakarta, Indonesia

evieanars4@gmail.com

 

 

Abstrak

Pada era globalisasi saat ini, generasi muda sudah melek akan investasi dan mereka diberikan kesempatan besar oleh pasar modal Indonesia untuk dapat terjun ke dunia investasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini guna mengetahui bagaimana perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pada variabel penggembalaan. Partisipan yang menjadi subjek eksperimen berjumlah 82 orang dengan Pendidikan minimal strata-1 (S1) di Perguruan Tinggi Yogyakarta dengan kriteria subjek yaitu subjek mengikuti unit kegiatan mahasiswa pasar modal atau mengikuti mata kuliah pasar modal. Subjek akan bertindak sebagai investor. Rancangan percobaan ini menggunakan rancangan faktorial 2x1 antar subjek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggembalaan dan pengalaman mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis terdukung.

 

Kata kunci: Herding, Self-efficacy, Pengambilan Keputusan Investasi; Eksperimen.

 

Abstract

In the current era of globalization, the younger generation is already literate about investment and they are given great opportunities by the Indonesian capital market to be able to enter the world of investment. The purpose of this research is to find out how investors behave in making investment decisions. The research was conducted using an experimental method. The experimental method was carried out by giving treatment to the grazing variable. Participants who became experimental subjects totaled 82 people with a minimum education of strata-1 (S1) at Yogyakarta Higher Education with the subject criteria namely subjects participating in capital market student activity units or taking capital market courses. The subject will act as an investor. This experimental design used a 2x1 factorial design between subjects. The results of this study indicate that shepherding and experience influence investment decision making. The research results show that all hypotheses are supported

 

Keywords: Herding, Self-efficacy, Investment Decision Making; Experiment

 

Pendahuluan  

Pada era globalisasi saat ini, generasi muda sudah melek akan investasi dan mereka diberikan kesempatan besar oleh pasar modal Indonesia untuk dapat terjun ke dunia investasi (Hogan, 2017). Kondisi tersebut memberikan angin segar bagi pasar modal domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global akibat pandemi Covid-19. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di pasar modal hingga akhir Maret 2021 berjumlah 4.848.954 (Silalahi, 2022). Jumlah ini meningkat 24,95% dibandingkan tahun 2020 dan didominasi oleh investor muda. Investor dari kalangan generasi muda telah menjadi penggerak bursa saat ini. Generasi muda yang dimaksud adalah generasi dengan kelahiran tahun 1991-2001 (Militer & Dekan, n.d.). Investor dalam mengambil keputusan harus menguasai konsep awal investasi yang dijadikan dasar pedoman pengambilan keputusan. Konsepnya adalah penjelasan tentang hubungan pengembalian yang diinginkan dan risiko investasi. Semakin tinggi hasil yang diharapkan (return) maka semakin tinggi resiko yang dihadapi (risk) atau investor menyebutnya “high risk high return”. Ketika investor mengalami risiko ada beberapa objektivitas, emosi, dan faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Penggunaan emosi saat mengambil keputusan dapat membuat investor berperilaku tidak rasional. Sehingga investor dituntut untuk cerdas dalam mengambil keputusan investasi karena investasi memiliki manfaat dan efek janggal yang panjang. Seseorang tidak dapat membuat keputusan hanya dengan mengandalkan sumber daya pribadinya. Pengambilan keputusan tanpa perencanaan tertentu bisa adil tetapi mungkin tidak berakhir dengan baik. Pendekatan mental investor untuk membuat keputusan investasi berbeda (Subyantoro & Suwarto, 2020). Investor yang ingin berinvestasi di pasar modal harus memperbaharui diri dalam berbagai bidang analisis agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Penting untuk dipahami bahwa dalam perspektif global yang kompetitif saat ini, investor harus memiliki kemampuan untuk mendapatkan yang terbaik dari investasinya (Sukamulja, 2021). Pengambilan keputusan adalah seni mengatasi situasi yang kompleks. Ini adalah proses kognitif memilih alternatif di antara beberapa kemungkinan skenario alternatif. Seseorang tidak dapat membuat keputusan hanya dengan mengandalkan sumber daya pribadinya. Pengambilan keputusan tanpa perencanaan tertentu bisa adil tetapi mungkin tidak berakhir dengan baik. Pendekatan mental investor untuk membuat keputusan investasi berbeda. Investor yang ingin berinvestasi di pasar modal harus memperbaharui diri dalam berbagai bidang analisis agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Penting untuk dipahami bahwa dalam perspektif global yang kompetitif saat ini, investor harus memiliki kemampuan untuk mendapatkan yang terbaik dari investasinya.

Investor berbeda satu sama lain dalam berbagai aspek dan faktor demografis yaitu, sosial ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, ras, pengalaman, dan usia (Purba et al., 2021). Sikap investor yang dipengaruhi oleh faktor kognitif juga emosi membuat investor tidak mampu menginterpretasikan data dengan jelas sehingga investor menjadi tidak rasional. Keputusan yang hanya didasarkan pada pertimbangan irasional akan menciptakan hasil yang irasional. Ketika investor membangun portofolio investasi, mereka perlu mempertimbangkan toleransi risiko, tingkat pengembalian, kondisi pasar, dan kendala lainnya. Investor yang berbeda dalam memahami dan bereaksi terhadap informasi yang tersedia di pasar disebut Financial Behavior. Tidak perlu semua investor berperilaku rasional atau mereka memprediksi dengan cara yang sama dan tidak memihak. Itulah sebabnya perilaku keuangan memberi arti penting pada perilaku investor yang mengarah pada beberapa anomali pasar.

Penelitian yang dilakukan oleh (Muchnik, Aral, & Taylor, 2013); (Arisanti & Asri, 2018); (Scharfstein & Stein, 2000); (Siregar & Anny, 2010) menemukan bias perilaku herediter, yaitu ketika seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan atas dasar tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Herding dapat berperan banyak dalam pengambilan keputusan investasi terutama pada kondisi pasar yang cenderung fluktuatif. Bahkan jika investor sangat mengetahui informasi terbaru atau telah melakukan penelitian atau telah melakukan analisis fundamental dan teknis sebelum menginvestasikan uangnya, mereka masih dapat berperilaku tidak rasional karena ketakutan yang selalu ada di benak investor tentang kerugian di masa depan. Beberapa penelitian telah menghasilkan temuan yang menyimpulkan bahwa penggembalaan bias terhadap pengambilan keputusan (Hamdun, Marliyah, & Nurbaiti, 2022). Penelitian yang dilakukan mendukung pernyataan bahwa herding dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Namun berbeda dengan penelitian yang mengatakan bahwa herding bias tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Investasi sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Semakin besar jumlah investor di pasar modal, semakin besar pula keputusan investasi yang diambil. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, salah satunya adalah pengalaman berinvestasi. Self-efficacy merupakan suatu keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri bahwasanya seseorang percaya atau yakin terhadap kemampuan yang dimiliki. Jika seseorang memiliki self-efficacy yang tinggi maka pada saat pengambilan keputusan investasi akan yakin bahwa keputusan yang diambilnya akan menghasilnkan keputusan yang baik walaupun memiliki resiko yang buruk.

Dalam penelitian ini variabel self-efficacy berperan sebagai variabel moderasi karena pada penelitian sebelumnya belum menganggap self-efficacy sebagai variabel moderasi (Hajar, 2019). Selain itu penelitian ini juga ingin melihat apakah self-efficacy memperlemah perilaku bias dalam pengambilan keputusan investasi karena penelitian sebelumnya lebih banyak meneliti pengaruh langsung variabel self-efficacy terhadap pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini dilakukan atas dasar teori perilaku keuangan dan teori prospek bahwa investor tidak hanya berperilaku rasional tetapi investor juga berperilaku irasional. Penelitian ini juga dilakukan dengan metode eksperimen dengan cara peneliti menguji langsung subjek eksperimen yang dianggap subjek telah mengetahui/melakukan prosedur transaksi investasi. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada institusi terkait atau investor individu untuk mengetahui ciri-ciri bias herding. Sehingga lembaga terkait dan investor dapat melakukan pencegahan atau cara-cara untuk mengatasi bias dalam pengambilan keputusan investasi agar tidak terjadi kerugian dalam berinvestasi.

Metode

Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, Indonesia dengan menggunakan bantuan aplikasi zoom dan google form. Kajian akan dilakukan pada Juni 2022. Pengumpulan dan pengolahan data dari penelitian dimulai pada tanggal 20 Juni 2022. Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi seluruh mahasiswa yang kuliah di Perguruan tinggi di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan siswa sebagai subjek eksperimen. Peneliti menggunakan purposive sampling untuk pengambilan subjek eksperimen. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.    Subjek berusia antara 18-30 tahun

2.    Subjek merupakan mahasiswa S1 di perguran tinggi Yogyakarta.

3.    Subjek mengambil/sedang mengikuti mata kuliah pasar modal atau mengikuti unit kegiatan mahasiswa pasar modal.

4.    Subjek memiliki pengalaman bertransaksi di pasar modal atau yang mempelajari cara bertransaksi di pasar modal.

Dalam rancangan eksperimen akan dibagi menjadi dua kelompok eksperimen yaitu kelompok yang mendapat skenario 1 dan kelompok yang mendapat skenario 2. Kelompok eksperimen adalah kelompok mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta yang mengambil mata kuliah Pasar Modal atau mahasiswa yang mengikuti kegiatan unik mahasiswa (UKM) pasar modal. Mahasiswa di perguruan tinggi di Yogyakarta dijadikan subjek penelitian karena dalam perguran tinggi tersebut mahasiswa diberikan mata kuliah pasar modal dan dalam mata kuliah tersebut diberikan pengetahuan tentang analisis fundamental dan teknikal untuk mengambil keputusan investasi serta diajarkan cara berinvestasi. Sehingga mereka dapat memahami kasus yang diberikan. Selain itu, mahasiswa yang mengikuti UKM pasar modal dijadikan sebagai subjek eksperimen juga karena dianggap mampu mengambil keputusan investasi.

Pengambilan jumlah subjek eksperimen mengacu pada Nahartyo (2012). Nahartyo menjelaskan, minimal peserta yang dapat digunakan untuk penelitian eksperimen adalah 10 orang per kelompok eksperimen. Sehingga total peserta minimal 20 orang dengan jumlah kelompok skenario 2 (masing-masing 10 orang per kelompok eksperimen).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen (Harahap, Misra, & Firdaus, 2020). Eksperimen adalah desain penelitian untuk meneliti suatu fenomena dengan memanipulasi keadaan atau kondisi dengan prosedur tertentu dan kemudian mengamati hasil manipulasi dan representasi tersebut. Penelitian ini menggunakan desain between-subject design. Antara-subjek adalah eksperimen di mana variabel independen diperlakukan dan diterapkan secara acak ke subjek. Eksperimen dengan dua kondisi perlakuan memiliki dua kelompok, dengan masing-masing kelompok menerima salah satu dari dua kondisi perlakuan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial. Desain faktorial merupakan desain eksperimen yang memperhatikan adanya variabel moderasi yang mempengaruhi variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x1 yang menunjukkan terdapat 1 variabel independen yang memiliki 2 level/kondisi. Berikut desain percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 1.

 

Gambar 1 Experimental Design

TREATMENT

EXPERIENCE

HERDING

There's Herding

Scenario 1

There is no herding

Scenario 2

 

Eksperimen dilakukan dengan membuat skenario/kasus. Kasus yang digunakan dalam penelitian ini berisi tentang perusahaan/saham yang akan dibeli/dijual oleh subjek eksperimen. Kasus digunakan pada posttest. Skenario eksperimental terdiri dari data demografis, pertanyaan manipulasi, dan kasus dan pertanyaan. Tahapan yang akan dilakukan dalam pameran ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:

Table 1 Experimental Procedure

No.

Step

1

Researchers will conduct a group discussion(FGD) forum.

2

The researcher will begin his experiments with the subject that has been determined. Subjects will be collected in forums (WhatsApp groups)to provide information related to the schedule to conduct experiments and provide Zoom Meeting IDs.

3

Researchers explained briefly related to the research that will be conducted, the researchers call the study as an investment simulation, because participants will conduct investment simulations.

4

Researchers provide Zoom IDs in the forum as well as rules/regulations made during investment simulations.

5

Subjects attend zoom meetings, where the platform is where investment experiments/simulations are conducted.

6

Researchers will conduct self-introductions and explain the purpose of the investment experiment/ simulation.

7

Give the case to the subject of the experimental group / investment simulation by looking at the last digit nim subject, if the last digit is even then get case 1 and if the last digit is odd then get case 2.

8

The results of the case answered by the subject will be tested to see if it has an effect or not or it can be said whether the results of the experiment are successful or not.

9

Retest the case with a different test, so that you can see if there is a difference or not.

10

Determine whether experience weakens biased herding behavior in investment decision making or not.

 

 

Sebelum memulai eksperimen, peneliti terlebih dahulu mengadakan forum group discussion (FGD). FGD merupakan diskusi dengan jumlah peserta 7 sampai 12 orang. FGD dilakukan peneliti secara daring melalui aplikasi zoom dengan 12 mahasiswa pascasarjana STIE YKPN Yogyakarta yang menjadi peserta FGD. FGD bertujuan untuk melihat dan menilai kasus-kasus yang digunakan dalam eksperimen ini sudah dipahami dan dipahami oleh calon subjek eksperimen dan bagaimana pengaruhnya terhadap variabel lain secara dideskripsikan. FGD dilakukan dengan cara peneliti mempresentasikan kasus yang akan diisi oleh peserta FGD. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada peserta FGD untuk memberikan saran, masukan, atau tanggapan atas kasus yang dipresentasikan. Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif kemudian juga melakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji pengacakan, dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis.

 

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Demografi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini berjumlah 82 mahasiswa perguruan tinggi di Yogyakarta yang mengikuti percobaan ini. Data demografis yang digunakan dalam eksperimen dikelompokkan berdasarkan 4 karakteristik: jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pengalaman. Dari 82 subyek percobaan, 43 laki-laki dan sisanya 39 perempuan. Selain itu, karakteristik usia yang ditunjukkan oleh subjek eksperimen adalah berusia antara 20-30 tahun. Pendidikan yang ditempuh subjek eksperimen adalah strata 1 (S1). Pada karakteristik pengalaman berinvestasi subjek eksperimen menunjukkan bahwa ada 17 orang yang bukan investor, pengalaman di bawah 1 tahun berjumlah 25 orang, pengalaman antara 1-3 tahun berjumlah 29 orang, dan pengalaman lebih dari 3 tahun berjumlah 11 orang.

 

Hasil Forum Group Discussion (FGD)

Hampir seluruh peserta FGD memahami kasus yang disampaikan dan mereka memberikan feedback yang cukup baik atas pemaparan kasus tersebut. Mereka berpendapat bahwa kasus tersebut sesuai dengan tujuan percobaan. Kasus seperti itu dapat menyebabkan peserta melakukan bias herding jika mereka tidak memiliki pengetahuan tentang investasi dan/atau memiliki pengetahuan untuk menganalisis investasi tersebut. Selain itu, peserta FGD juga menjelaskan analisa dan berita yang digunakan sesuai dengan kondisi yang diinginkan yaitu ada yang herding dan tidak ada herding. Mereka berpendapat bahwa analisis fundamental dan analisis teknikal yang sebenarnya harus disediakan agar subjek eksperimen dapat mengambil keputusan berinvestasi dengan analisis daripada dengan berpartisipasi atau bahkan menebak-nebak. Selain umpan balik yang baik, peserta FGD juga memberikan saran dan masukan bagi peneliti terkait kasus dan prosedur percobaan yang akan dilakukan nantinya pada subjek percobaan. Salah satunya berkaitan dengan waktu/durasi percobaan. Mereka berpendapat bahwa waktu yang diberikan cukup lama yaitu sekitar 10-20 menit. Mereka merasa jenuh saat mengisi kasus karena kasus yang lama. Durasi sangat penting, karena semakin lama eksperimen dilakukan, bisa jadi subjek eksperimen merasa jenuh dan mengakibatkan jawaban hanya ikut-ikutan atau menebak-nebak, padahal peneliti menginginkan jawaban atas dasar treatment (perlakuan) yang diberikan.

Salah satu dasar pengambilan keputusan investasi adalah pengalaman yang merepresentasikan variabel self-efficacy. Menurut peserta, pengalaman sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan investasi, mereka harus dapat menganalisis untuk melihat apakah mereka harus membeli atau menjual sahamnya. Mereka juga merasakan pentingnya ilmu analisa sebelum berinvestasi agar tidak merugi saat mengambil keputusan. Cara mereka memiliki/memahami analisis akan menentukan pengalaman mereka. Semakin sering mereka menganalisis investasi tersebut, semakin banyak pengalaman yang mereka peroleh dalam analisis tersebut dan sebagai hasilnya mereka dapat membuat keputusan berdasarkan informasi. Pengalaman dianggap memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan investasi. Ketika peserta lebih lama mengalami, peserta merasa pengambilan keputusan mereka benar dan menyebabkan mereka menganalisis kembali pilihan/informasi atau pakar eksternal dengan lebih baik. Setelah subjek membaca kasus dalam skenario dan berdiskusi, peserta FGD diminta untuk menilai tingkat kejelasan penyajian skenario dalam skala 1 sampai 10. Pengukuran seperti ini pernah diterapkan oleh Qimyatussa’adah et al., (2013). Dari data tersebut menunjukkan rata-rata peserta FGD memberikan nilai 7,7, artinya pemaparan kasus eksperimen cukup jelas. Selanjutnya peneliti melakukan uji hipotesis.

 

Hasil Pemeriksaan Manipulasi

Jumlah keikutsertaan dalam eksperimen adalah 82. Subjek eksperimen yang menjawab cek manipulasi dengan benar ada 80 subjek eksperimen dan ada 2 subjek eksperimen yang menjawab cek manipulasi dengan salah. Mereka tidak akan disertakan untuk pengujian lebih lanjut.

 

Statistik deskriptif

Dari 80 subjek eksperimen, peneliti membagi subjek menjadi 2 kelompok yaitu kelompok skenario 1 dengan jumlah subjek eksperimen 42 orang dan kelompok skenario 2 sebanyak 38 subjek eksperimen. Rata-rata kelompok skenario 1 adalah 70,2 dan rata-rata kelompok skenario 2 adalah 43,4. Dilihat dari rata-rata kedua kelompok menunjukkan bahwa rata-rata subjek eksperimen cenderung menggiring.

 

Herding dan Pengambilan Keputusan

 

Table Hypothesis 1

 

Sig.

Herding

0.000

Source: Primary data processed, 2021

 

Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa herding mempengaruhi pengambilan keputusan investasi diterima karena berdasarkan tabel diketahui nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.

 

Self-efficay dan Pengambilan Keputusan Investasi

 

Table Hypothesis 2

 

Sig.

Self-efficacy

0.000

Source: Primary data processed, 2021

 

 

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 yang menyatakan bahwa pengalaman mempengaruhi pengambilan keputusan investasi diterima, karena berdasarkan tabel diatas diketahui nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.

 

 

Keterlibatan self-efficacy dalam perbedaan Herding untuk Pengambilan Keputusan Investasi

Table Hypothesis 3

GROUP

MEAN

MEAN DIFFERENCE

SIG.

There's Herding

70.24

27.35

0.000

There is no herding.

42.89

 

 

Source: Primary data processed, 2021

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan statistik pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh herding dan yang tidak dipengaruhi oleh manipulasi variabel independen (sig < 5%). Hasil penelitian menunjukkan pada nilai rata-rata kelompok terdapat penggembalaan lebih besar dibandingkan dengan kelompok tidak penggembalaan yaitu serendah 70,24 dengan selisih rata-rata 27,35.

 

Self-Efficacy memperlemah Herding untuk Pengambilan Keputusan Investasi

 

GROUP

MEAN

Self-efficacy Tinggi

68,26

Self-efficacy rendah

42,35

Table Hypothesis 4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sig.

Herding * Self-efficacy

0,033

 

Source: Primary data processed, 2021   Source: Primary data processed, 2021

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa hipotesis 4 yaitu self-efficacy memperlemah pengaruh herding terhadap pengambilan keputusan investasi ternyata signifikan. Terlihat bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,033 < 0,05). Setelah itu dilakukan penelusur lanjutan untuk melihat arah kajian apakah memperlemah atau memperkuat. Setelah dilakukan pengujian lebih lanjut, ternyata hasil menunjukkan bahwa self-efficacy memperlemah pengaruh herding terhadap keputusan investasi, hal ini terlihat dari rata-rata kelompok self-efficacy tinggi lebih besar dari rata-rata kelompok self-efficacy rendah sebesar 68,26.

 

Pembahasan

Hipotesis pertama dalam penelitian konsisten dengan penelitian (Arisanti & Asri, 2018); dan teori prospek. Hasil ini menegaskan bahwa perilaku herding akan membuat hasil keputusan investor menjadi bias karena hanya mengikuti apa yang diinformasikan dari pihak eksternal tanpa menganalisis kembali apakah keputusan tersebut menguntungkan atau merugikan investor di kemudian hari. Selain itu, perilaku ini membuat investor cenderung tidak percaya pada pilihannya, dan mengakibatkan mereka tidak yakin dengan pilihan yang mereka pilih sendiri atau tidak mereka percayai. Akan menganalisanya. Hasil ini juga sejalan dengan hasil FGD dengan beberapa peserta FGD. Sebagian besar peserta FGD mengatakan bahwa jika investor tidak memiliki pengetahuan tentang investasi atau cara menganalisisnya, mereka akan cenderung tidak percaya pada kemampuan tersebut. Mereka memiliki dan perilaku ini memudahkan investor untuk terpapar pada perilaku menggiring. Dengan keterampilan analitis yang kurang, investor akan cenderung berperilaku di masa depan dan itu bisa merugikan perilaku mereka di masa depan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa self-efficacy yang tinggi membuat keputusan yang diambil investor lebih tepat karena pengalaman membuat investor akan berpikir secara matang dan mendalam terhadap keputusan. Hasil ini juga sesuai dengan hasil FGD bahwa peserta FGD berpendapat bahwa pengalaman memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan investasi, terutama pengalaman melakukan investasi atau lebih terbiasa dan memahami cara menganalisa dengan benar sehingga hasilnya tepat. Peserta FGD berpendapat bahwa jika mereka kurang pengalaman maka mereka tidak dapat membuat keputusan yang tepat.

Dalam hal ini, jutaan investor berusia antara 20-30 tahun masih berpotensi terkena herding. Hasil tersebut telah dijelaskan dalam teori prospek dimana multiple choice dapat mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan investasi. Selain itu, hasil ini juga menyatakan bahwa tujuan suksesnya eksekusi dimana pemberian perlakuan pada variabel bebas (herding) berhasil. Keterlibatan self-efficacy dengan melihat pengalaman investor akan membuat seorang investor dapat terhindar dari herding, namun investor juga dapat terkena herding. Salah satu alasannya adalah pengalaman investor. Pada penelitian ini terlihat bahwa pengalaman subjek eksperimen rata-rata kurang dari 3 tahun yang menyebabkan subjek masih terpengaruh dengan herding. Salah satu peserta FGD mengatakan bahwa semakin sering mereka melakukan analisa dalam berinvestasi maka semakin banyak pengalaman yang mereka peroleh dari hasil analisa tersebut dan membuat mereka dapat membuat keputusan yang tepat tentang investasinya. Ini berdampak pula pada tinggat self-efficacy yang semakin tinggi pula.

 

Kesimpulan

Dari empat hipotesis yang diajukan oleh penulis, tiga hipotesis diterima yaitu hipotesis 1,2, dan 3, dan 4 terdukung. Selain itu juga terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan dengan masyarakat yang terkena herding dan bukan herding. Terakhir, Self-efficacy menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi dilihat dari pengalamannya sudah banyak/lama atau bisa dikatakan pengalamannya bisa lebih dari 3 tahun maka investor cenderung dapat melemahkan pengaruh herding. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku herding masih dapat dialami oleh investor terutama pada usia 20-30 tahun, namun jika investor memperkuat analisis dengan menganalisis setiap opsi transaksinya akan menyebabkan semakin banyak pengalaman dan akibatnya, mereka dapat dengan tepat mengambil keputusan investasi.

Dalam penelitian ini ada beberapa saran bagi peneliti selanjutnya, yang pertama jika melakukan percobaan dapat menggunakan subjek yaitu investor langsung. Selanjutnya investor yang dipilih untuk melakukan eksperimen memiliki pengalaman lebih dari 3 tahun, karena semakin lama pengalaman yang dimilikinya maka semakin ahli dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lain salah satunya variabel literasi dan dapat juga menggunakan variabel lain sebagai moderasi untuk melihat variabel apa saja yang dapat memperlemah pengaruh herding dalam pengambilan keputusan investasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arisanti, Ike, & Asri, Marwan. (2018). Herding Behavior Post Initial Public Offering In Indonesia Stock Exchange. Journal of Accounting and Investment, 19(2), 149–159.

 

Hajar, Siti. (2019). Pengaruh Self Efficacy dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening pada Rumah Sakit Condong Catur di Yogyakarta.

 

Hamdun, Nizar, Marliyah, Marliyah, & Nurbaiti, Nurbaiti. (2022). Strategi Pelaku Bisnis Electronic Commerce (E-Commerce). Journal Locus Penelitian Dan Pengabdian, 1(2), 60–67.

 

Harahap, Heri Faisal, Misra, Fauzan, & Firdaus, Firdaus. (2020). Pengaruh Jalur Pelaporan dan Komitmen Religius Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing: Sebuah Studi Eksperimen. JIA (Jurnal Ilmiah Akuntansi), 5(1), 130–150.

 

Hogan, Nicky. (2017). Yuk Nabung Saham: Selamat Datang, Investor Indonesia! Elex Media Komputindo.

 

Militer, Para Pembantu Rektor, & Dekan, Pembantu Dekan. (n.d.). Manajemen Laba Dan Manfaat Kualitas Laba Dalam Keputusan Investasi.

 

Muchnik, Lev, Aral, Sinan, & Taylor, Sean J. (2013). Social influence bias: A randomized experiment. Science, 341(6146), 647–651.

 

Purba, Bonaraja, Arfandi, S. N., Purba, Elidawaty, Sitorus, Samsider, Panjaitan, Pawer Darasa, Damanik, Darwin, Lubis, Muhammad Iqbal Abdi, Maisyarah, M., Rahmadana, Muhammad Fitri, & Khairad, Fastabiqul. (2021). Ekonomi Demografi. Yayasan Kita Menulis.

 

Scharfstein, David, & Stein, Jeremy C. (2000). Herd behavior and investment: Reply. American Economic Review, 90(3), 705–706.

 

Silalahi, Noni Novita Sari Br. (2022). Analisis Valuasi Saham Dalam Mengestimasi Harga Saham Syariah Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Keputusan Investasi (Studi Kasus: Perusahaan Subsektor Telekomunikasi, Farmasi, Dan Keuangan ISSI. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

 

Siregar, B., & Anny, L. S. (2010). Herding pada keputusan struktur modal. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 21(1), 31–43.

 

Subyantoro, Arief, & Suwarto, F. X. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi. Penerbit Andi.

 

Sukamulja, Sukmawati. (2021). MANAJEMEN KEUANGAN KORPORAT: Teori, Analisis, dan Aplikasi dalam Melakukan Investasi. Penerbit Andi.