SYNERGY OF
THE PENTAHELIX MODEL TO ESTABLISH RESILIENT SME’S IN FACING NEW NORMAL DURING
COVID-19 PANDEMIC
Putri Puspita
Ayu1, Tika Septiani2, Editya
Nurdiana3
Universitas
Swadaya Gunung Jati Cirebon
puspitaayu12@gmail.com,
tikapramana@gmail.com, editya.ugj@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatar
belakangi oleh hasil kegiatan Magang Dosen Industri yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek
tahun 2021 di CV. Surya Agung Jaya yang menunjukkan hasil masih kurangnya
dukungan dari pemerintah setempat seperti akses jalan
dan juga belum optimalnya
Kerjasama dengan media untuk memperkenalkan
produk Surya Agung Jaya, sehingga
peneliti merasa perlunya sebuah sinergitas kelima unsur pentahelix dalam menjaga keberlangsungan
UMKM untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi kabupaten Cirebon. Riset ini bertujuan untuk menganalisis berbagai teori yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang berdampak pada keberlangsungan UMKM serta dapat mengimplementasikan
strategi kebijakan dalam menunjang keberlangsungan UMKM dengan pendekatan pentahelix. Riset ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data dari CV. Surya Agung Jaya baik
melalui observasi, wawancara dan telaah dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sinergitas pentahelix sudah berjalan dengan baik dalam mengembangkan
UMKM di Kabupaten Cirebon khususnya
di era pandemic covid 19 dengan mengoptimalkan
hubungan networking, komunikasi,
koordinasi, dan kolaborasi.
Kata kunci: Pentahelix, UMKM, Kampus Merdeka
Abstract
The background of this research is the results of
the Industrial Lecturer Internship activities held by the Ministry of Education
and Culture in 2021 at CV. Surya Agung Jaya which shows the results of the lack
of support from the local government such as road access and also not optimal
collaboration with the media to introduce Surya Agung Jaya products, so
researchers feel the need for a synergy of the five pentahelix
elements in maintaining the sustainability of MSMEs to support economic growth
in Cirebon district. This research aims to analyze various theories related to
government policies that have an impact on the sustainability of MSMEs and can
implement policy strategies to support the sustainability of MSMEs with the pentahelix approach. This research uses qualitative methods
by collecting data from CV. Surya Agung Jaya both through observation,
interviews and document review. The results of this study indicate that Pentahelix's synergy has gone well in developing MSMEs in
Cirebon Regency, especially during the Covid 19 pandemic era by optimizing
networking, communication, coordination and collaboration.
Keywords: Pentahelix, UKM, Merdeka Campus
Pendahuluan
Saat ini semua perusahaan sedang berusaha untuk keluar dari krisis yang disebabkan oleh pandemic covid 19. Untuk itu, diperlukan sebuah model dan
strategi yang dapat menjaga
keberlangsungan suatu usaha. Model dan strategi tersebut
harus berpa konsep berkelanjutan sebagai dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi dari multidisiplin
(Correia, 2019, Hicks et.al, 2016). Selama ini, UMKM hanya menggunakan inovasi tertutup dengan pertimbangan internal perusahaan dan mengesampingkan unsur-unsur external perusahaan. Penggunaan konsep inovasi tertutup mengakibatkan umkm sulit untuk mengembangkan diri. Model yang relevan untuk mendukung keberlangsungan UMKM ialah inovasi terbuka
yaitu sebuah konsep yang membutuhkan sinergi antar perusahaan
dan stakeholder (Vanhaverbeke, 2013) (Leydesforff, 2016).
Model pentahelix merupakan sinergi dari lima stakeholder, yaitu akademisi, bisnis, pemerintah, media, dan masyarakat.
Melalui sinergitas pentahelix, diharapkan menciptakan inovasi yang didukung oleh kolaborasi berbagai sumber daya (Lindmark, Sturesson dan Roos, 2009). Unsur Akademisi adalah sumber pengetahuan yang memiliki konsep dan teori sehingga bisnis mendapatkan keunggulan kompetitif yang meningkat dan berkepanjangan. Pemerintah melalu Program Magang Dosen Industri
berusaha menjembatani gap antara teori dan praktik yang terjadi di kampus dan dunia Industri. Berdasarkan hasil Magang Dosen dan Industri di CV Surya Agung Jaya tahun
2021, menunjukkan hasil masih kurangnya dukungan dari pemerintah
setempat seperti akses jalan dan juga belum optimalnya Kerjasama dengan media untuk memperkenalkan
produk Surya Agung Jaya, sehingga
peneliti merasa perlunya sebuah sinergitas kelima unsur pentahelix dalam menjaga keberlangsungan
UMKM untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi kabupaten Cirebon. bahwa perlunya sinergitas kelima unsur pentahelix dalam menjaga keberlangsungan
UMKM untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi suatu daerah kabupaten Cirebon. Unsur Bisnis dalam
hal ini CV. Surya Agung Jaya adalah
perusahaan manufaktur yang memiliki aktivitas produksi converting box yang merupakan
salah satu Perusahaan Kena Pajak dan menjadi tumpuan di lingkungan sekitar karena mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Pemerintah adalah salah satu dari para pemangku kepentingan yang memiliki peraturan dan tanggung jawab dalam mengembangkan bisnis. Sementara itu, media adalah pemangku kepentingan yang memiliki lebih banyak informasi
untuk mengembangkan bisnis
dan memainkan peran yang kuat dalam mempromosikan
bisnis. Masyarakat adalah
orang-orang yang memiliki perhatian
yang sama dan relevan dengan bisnis yang diangkat
Salah satu UKM yang membutuhkan konsep inovasi terbuka melalui model penta helix adalah UKM Surya Agung Jaya, yang merupakan
salah satu UKM di Kabupaten
Cirebon di bidang converting box, yang hasil produknya digunakan lagi oleh industru seperti industry rotan Cirebon, PT. IKEA, dll. Namun, pada Maret 2020, semua sector terutama bisnis terkena dampak pandemi Corona-19 yang disebabkan
oleh Coronavirus 2019. Pembatasan Sosial
berskala Besar membuat Pabrik Surya Agung Jaya harus mengurangi aktivitas produksinya karena Surya Agung Jaya bukan termasuk
kedalam sector yang diperbolehkan
tetap beroperasi selama PSBB. Hal ini berakibat
pada berkurangnya omset perusahaan, dan kesejahteraan karyawan karena perusahaan harus mengurangi jumlah jam kerja buruh. Setelah
tidak diberlakukannya lagi
PSBB, CV SAJ mulai menunjukan
kenaikan omset penjualan, namun belum kembali seperti
sebelum terjadi pandemic.
Tujuan riset
ini yaitu
untuk menganalisis berbagai
teori yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang berdampak pada keberlangsungan UMKM serta dapat mengimplementasikan
strategi kebijakan dalam menunjang keberlangsungan UMKM dengan pendekatan pentahelix. Sehingga hasil riset ini diharapkan
dapat berkontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya pembaharuan SAP mata kuliah terkait,
di lingkungan Universitas Swadaya
Gunung Jati yang sesuai dengan kurikulum
kampus merdeka. Selain itu hasil riset ini juga diharapkan dapat membuat terciptanya
sinergitas kelima unsur pentahelix dalam menjaga keberlangsungan
UMKM di era pandemic covid- 19.
Penelitian mengenai model pentahelix
telah beberapa kali di lakukan di Indonesia. Namun sejauh pengamatan peneliti
belum ada penelitian yang secara spesifik membahas tentang implementasi model
pentahelix dalam pengembangan UMKM. Meski demikian ada beberapa hasil
penelitian yang relevan dan dapat dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh (Marpaung, 2021) terkait model
quadruple helix dalam pengembangan UMKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model quadruplehelix belum bisa dilaksanakan dengan maksimal dalam pengembangan
pengelola pisang sale di Kabupaten Aceh Tenggara karena belum jelasnya definisi
dan konsep pengembangan UMKM pengelola pisang sale dikalangan stakeholders
sendiri. Selain itu, masalah regulasi yang belum jelas dan mempunyai payung
hukum membuat stakeholders utama yaitu pemerintah daerah ragu dalam menjalankan
pengembangan UMKM di daerahnya. Sedangkan dalam konsep quadruple helix semua
stakeholders berperan aktif dalam konsep negara Indonesia dengan pemerintah
daerah sebagai leader.
Penelitian selanjutnya adalah
penelitian yang dilakukan oleh (Yunas, 2019). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa akademisi pada model pentahelix berperan sebagai konseptor, sektor swasta
berperan sebagai enabler, komunitas berperan sebagai akselerator, pemerintah
berperan sebagai regulator sekaligus kontroler dan media berperan sebagai
expender.
Dari beberapa riset terdahulu dapat
disimpulkan bahwa pengembangan UMKM melalui sinergitas unsur pentahelix belum
optimal, karena kebijakan pemerintah terkait UMKM masih belum tepat sasaran
sehingga UMKM kesulitan dalam menjaga keberlangsungan usahanya. Padahal hal ini
penting dilakukan karena UMKM merupakan salah satu pilar yang menunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Adapun peran
yang bisa dilakukan oleh kelima unsur tersebut
adalah Pertama, Pemerintah berperan membuat regulasi. Kedua, Akademisi berperan untuk melakukan market based research, yang hasilnya
dapat diusulkan dan diterapkan oleh pemerintah maupun UKM. Akademisi juga dapat melakukan sosialisasi dan transfer knowledge pada masyarakat.
Disamping itu akademisi
juga merupakan mediator dari
kelima unsur pentahelix tersebut, supaya tidak terjadi
benturan kepentingan
(conflict of interest). Ketiga, Komunitas berperan untuk Menginisiasi perubahan perilaku masyarakat terhadap produk local. Keempat, Media berperan dalam mengkampanyekan kebijakan pemerintah kepada masyarakat dan juga mempromosikan
produk local. Kelima,
Business/ pelaku usaha berperan untuk melakukan fair
trade.
Metode
Peneliti menggunakan metode penelitian jenis kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang sangat memfokuskan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada
melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi (Moleong, 2012). Penelitian ini menggunakan desai penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berusaha memahami perspektif, pemikiran, dan pengalaman para pemangku kepentingan terkait sinergi stakeholder penta Helix.
Ada pun langkah-langkah dalam melakukan pendekatan fenomenologi adalah sebagai berikut:
1.
Menemukan fenomena penelitian.
2.
Analisis fenomena
3.
Penetuan subjek yang diteliti
4.
Pengumpulan data kelapangan
5.
Pembuatan catatan dan dokumentasi
6.
Analisis data
7.
Penulisan laporan
Teknik
Pengumpulan Data
Penelitian
ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:
1.
Observasi
Merupakan
suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan tanya jawab secara
langsung pada pihak yang mengetahui tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini
adalah pihak atau pegawai Surya Agung Jaya.
2.
Wawancara
Wawancara
dilakukan oleh peneliti, guna untuk mencari data atau informasi yang digunakan
sesuai dengan judul pada penelitian ini (Sugiyono, 2017). Dalam
melakukan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara
terstruktur yaitu mendapatkan infomasi untuk mencapai tujuan penelitian, maka
peneliti melakukan tanya jawab dan bertatap muka dengan para stakeholder (Sugiyono, 2017). Adapun
responden dalam penelitian ini adalah unsur pentahelix yang meliputi Perangkat
desa setempat dan Dinas UKM yang mewakili unsur pemerintah, Manajer dan
Karyawan CV. Surya Agung Jaya sebagai pelaku bisnis, media lokal terkait, UMKM
yang ada di Kabupaten Cirebon sebagai perwakilan komunitas dan juga dosen
FEB-UGJ sebagai perwakilan akademisi.
3.
Dokumentasi
Studi dokumen adalah suatu metode
pengumpulan data yang digunakan
dengan melakukan telaah dokumen yang dimiliki oleh CV. Surya Agung Jaya, Pemerintah
terkait dengan regulasi dan statistic UKM di Kabupaten
Cirebon.
Hasil dan Pembahasan
Pengumpulan
Data Penelitian
Pengumpulan
data, kami peroleh menggunakan
beberapa Teknik, diantaranya:
1.
Observasi
Selama
di Industri peneliti melakukan observasi didampingi oleh praktisi industry
dan melakukan kegiatan pengamatan di seluruh divisi. Kegiatan pengamatan dimulai dari divisi produksi yang meliputi identifikasi komponen biaya produksi dimulai dari Biaya
Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan juga Biaya Overhead Pabrik. Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan di bidang administrasi saat penerimaan pesanan, untuk mengidentifikasi proses penentuan
harga jual dan dealing pesanan. Di bidang produksi, perusahaan tidak mengalami banyak hambatan yang berarti karena merupakan kegiatan rutin operasional sehari-hari. Kendala yang dihadapi perusahaan yaitu bidang perpajakan
dan pemasaran.
2.
Wawancara
Responden dalam penelitian ini adalah unsur pentahelix
yang meliputi Perangkat desa setempat dan Dinas UKM yang mewakili unsur pemerintah, Manajer dan Karyawan CV. Surya Agung Jaya sebagai
pelaku bisnis, media lokal terkait, UMKM yang ada di Kabupaten Cirebon sebagai perwakilan komunitas dan juga dosen FEB-UGJ sebagai perwakilan akademisi.
3.
Dokumentasi
Studi dokumen adalah suatu metode pengumpulan
data yang digunakan dengan melakukan telaah dokumen yang dimiliki oleh CV.
Surya Agung Jaya, Pemerintah terkait
dengan regulasi dan
statistic UKM di Kabupaten Cirebon.
Analisis
Data Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, sinergitas pentahelix sangat berperan dalam mendukung keberlangsungan UMKM sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon. Adpaun peran dari setiap
unsur pentahelix adalah sebagai berikut:
a.
Akademisi
Akademisi
pada model Pentahelix berperan
untuk melakukan transfer knowledge dan juga sebagai mediator dari semua unsur pentahelix.
Transfer knowledge yang dilakukan oleh akademisi di CV SAJ berupa peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia
dalam bentuk pelatihan pajak. Akademisi dalam hal ini merupakan sumber pengetahuan dengan konsep, teori-teori terbaru dan relavan dengan bisnis yang dikembangkan pelaku UMKM untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sehigga peran akademisi disini berbagi informasi dengan pelaku UMKM. Akademisi juga sebagai mediator semua unsur pentahelix. diantaranya, akademisi mengkaji regulasi yang dibuat oleh pemerintah yang dianggap penting dan tepat dalam pengembangan
usaha pengelolaan
converting box. Kemudian akademisi
juga membantu perusahaan dalam memperkenalkan produknya melalui platform
digital marketing sebagai produk
lokal.
b.
Pemerintah
Pemerintah
pada model Pentahelix berperan
sebagai regulator. Pemerintah
berperan sebagai regulator sekaligus berperan sebagai kontroler yang menyusun regulasi praktik usaha meliputi
perencaaan, pelaksanaan, pemantauan pengendalian, perizinan lokasi, keuangan, program, Undang-Undang,
pengembangan dan pengetahuan,
kebijakan inovasi publik, dan dukungan untuk jaringan inovasi
c.
Bisnis
Bisnis
pada model Pentahelix berperan
sebagai enabler. Yang dimaksud
dengan enabler dalam penelitian ini adalah pembisnis menjadi stakeholder
yang membantu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Bisnis merupakan entitas yang melakukan proses bisnis dalam menciptakan nilai tambah dan mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan. Bisnis berperan sebagai enabler menghadirkan infrastruktur teknologi dan modal, terutama dalam hal ini kebutuhan
dari industri. Dengan adanya perubahan
ke era digital maka dapat membantu pengembangan industri menjadi lebih efektif, efesien dan produktif. Dalam program pengembangan UMKM
yang memiliki peran sebagai bisnis.
d. Komunitas
Komunitas
pada model Pentahelix berperan
sebagai akselerator. Dalam hal ini komunitas
merupakan orang-orang yang memiliki
minat yang sama dan relevan dengan bisnis yang berkembang. Bertindak sebagai perantara atau menjadi penghubung antar pemangku kepentingan untuk membantu UMKM dalam keseuruhan proses dan mempelancar adopsi proses bisnis ke era digital komunitas
juga memiliki peran untuk mempromosikan produk atau layanan UMKM.
e.
Media
Media berperan dalam mengkampanyekan kebijakan pemerintah kepada masyarakat dan juga mempromosikan produk lokal. Di era digital saat ini,
media digital dirasa lebih efektif dalam mempromosikan
produk lokal di masyarakat karena dapat menjangkau semua lapisan masyarakat
yang lebih luas.
Dalam bidang perpajakan, selama ini perusahaan menggunakan jasa konsultan untuk melakukan perhitungan, dan juga pelaporan pajaknya. Dimana penggunakan jasa konsultan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sementara di Universitas
Swadaya Gunung Jati, kami memiliki pusat studi tax centre yang berada dibawah bimbingan langsung dosen perpajakan dan KPP Pratama
Cirebon, sehingga kami menawarkan
kepada perusahaan untuk
Bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang dihadapi perusahaan diawalai dengan simulasi perhitungan pajak badan perusahaan selama satu bulan.
Selain dibidang perpajakan, permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu terkait pemasaran. Karena selama ini pemasaran perusahaan masih konvensional, dan hanya mengandalkan konsumen-konsumen tetap saja. Padahal
perusahaan memiliki potensi yang besar dan mampu bersaing dari segi kualitas
produk, terbukti dari CV SAJ merupakan supplier tetap bagi PT. Findora yang mengirimkan produknya untuk dijual di IKEA. Namun disayangkan perusahaan belum menggunakan digital
marketing untuk memperluas pasarnya.
Sehingga peneliti memberikan rekomendasi agar perusahaan bisa menjadi rekanan pemerintah dengan cara mendaftarkan diri di platform M-Biz sebagai
salah satu platform yang bisa
masuk ke e-purchase pemerintah.
Sinergitas antar Stakeholder PentaHelix
sinergi merupakan kombinasi atau panduan unsur
atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Jadi sinergi dapat dipahami sebagai operasi gabungan atau perpaduan
unsur untu menghasilkan output yang lebih baik (Najiyati, 2021).
Sinergitas dapat terbagun melalui tiga cara yaitu
komunikasi, koordinasi dan kolaborasi.
1.
Komunikasi
Komunikasi adalah pertukaran informasi, gagasan, pendapat, intruksi yang punya
target tertentu yang dihidangkan
secara personal maupun impersional melalui lambang atau sinyal.
2.
Koordinasi
Selain komunikasi, sinergitas juga memerlukan koordinasi antara setiap unsur
pentahelix. Koordinasi adalah proses pengaturan, memadukan atau pengintegrasian kepentingan bersama untuk mencapai tujuan bersama secara efesien dan efektif.
3.
Kolaborasi
kolaborasi adalah kerjasama telah terjalin secara resmi dengan
bertukar informasi dengan tujuan saling
menguntungkan, mengubah aktivitas, risiko, berbagi sumber daya, tanggung jawab, penghargaan dan meningkatkan kapasitas orang lain
untuk tujuan bersama. Selain itu, kolaborasi terdapat komitmen waktu yang ekstensif serta tingkat lepercayaan
yang tinggi antar
stakeholder.
Berikut adalah sinergitas antar unsur dalam
Pentahelix:
a.
Pemerintah dengan Akademisi
Pemerintah dengan akademisi perlu meningkatkan jenis hubungan menjadi kolaborasi. Kolaborasi didukung dengan komitmen waktu yang efesien, kepercayaan yang tinggi untuk meneingkatkan kapasitas dan saling berbagi risiko. Hal ini diperlukan untuk membantu pemerintah dalam pengembangan program agar berjalan secara optimal. Akademisi sebagai stakeholder
yang merupakan sumber pengetahuan dengan teori maupun konsep
yang terbaru dan relevan dapat membantu pemerintah bisa berbagi risiko dengan akademisi dan bersama-sama mencari solusi yang tepat untuk menanganinya (Robert L, Mathis,.
dan Jackson, 2002).
b.
Pemerintah dengan Bisnis
Pemerintahdan bisnis perlu menjalin
kolaborasi dalam hal bantuan modal, pelatih, fasilitas, dan akses untuk mempermudah proses bisnis. Dengan jenis bantuan seperti
ini, diperlukan adanya kolaborasi yang baik antara pemerintah dengan bisnis untuk saling bertanggung jawab sehingga mengerti bantuan apa yang harus diberikan dan sesuai dengan kebutuhan.
c.
Pemerintah
dan Komunitas
Komunitas
yang menaungi para pembisis
dam pemerintah harus memiliki komitmen waktu yang intensif dan kepercayaan yang tinggi. Karena komunitas merupakan unsur yang paling dekat dengan masyarakat yang berada dengan pengelolaan
UMKM. Diharapkan mereka dapat menjadi penghubung
ideal kepada pemerintah dalam kolaborasi.
d.
Akademisi dengan Komunitas
Jenis hubungan antara akademisi dan komunitas adalah koordinasi. Akademisi dan komunitas sesuai dengan peran
yang dilakukan masing-masing pihak.
Dalam hal ini, akademisi tidak perlu terlalu banyak
bersinggungan langsung dengan komunitas, namun tetap harus
terjalin hubungan secara formal (saling berbagi sumber daya secara minimal dan komitmen waktu yang sedang) karena komunitas menaungi para pelaku UMKM.
e.
Akademisi
dan Bisnis
Jenis hubungan antara akademisi dan bisnis adalah networking, maksudnya adalah hubungan terjalin secara informal. Meskipun hubungan terjalin secara informal, saling bertukar informasi tetap diperlukan untuk mengembangakan
program bagi pengelola UMKM.
f.
Komunitas dengan Bisnis
Komunitas
dan bisnis perlu meningkatkan hubungan menjadi kolaborasi karena bisnis merupakan
unsur yang berkontribusi dalam memberikan bantuan sosialisasi maupun bantuan modal hingga bantuan infrastruktur. Komunitas dalam hal ini sangat memerlukan informasi dari bisnis, hal
ini untuk mempermudah proses bisnis.
Gambar 1 Sinergitas Pentahelix
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa jenis
hubungan yang terjalin antar stakeholder pada program pengembangan
UMKM beragam. Sesuai dengan hubungan dan peran yang dijalankan. Akademisi sebagai konseptor memiliki jenis hubungan coordinating dengan bisnis dan komunitas. Hal ini dikarenakan adanya saling berbagi
sumber daya secara minimal dengan komitmen waktu sedang. Sumber daya yang dimaksud di sini adalah bantuan
misalnya untuk modal maupun
informasi bisnis, fasilitas, dan fasilitator untuk pelatihan. Untuk hubungan akademisi dengan pemerintah termasuk jenis hubungan cooperating, dimana hubungan terjalin secara formal dan terdapat adanya komitmen yang sedang dalam berbagi risiko,
sumber daya, dan adanya rewards yang diartikan sebagai akses akademisi
untuk berkontribusi dalam pengembangan program. Sedangkan
untuk hubungan akademisi
dan media termasuk hubungan
networking karena hubungan terjalin secara informal serta tidak adanya
saling berbagi sumber daya yang diperlukan. Fokus utamanya adalah pertukaran informasi dengan komitmen waktu yang minimal. Akademisi Komunitas Bisnis Pemerintah Media Cooperating Coordinating Pengembangan UMKM
Berbeda dengan hubungan yang terjalin secara formal antara bisnis dengan
pemerintah dan komunitas, jenis hubungannya termasuk cooperating. Hal ini dikarenakan
adanya komitmen waktu yang substansial, adanya komitmen yang cukup dalam berbagi
sumber daya, risiko, tanggung jawab, dan rewards. Bisnis membantu memberikan pelatihan, bantuan modal, dan fasilitas. Rewards bisa diartikan dengan adanya akses yang semakin mudah dalam
proses bisnis. Sedangkan
untuk hubungan bisnis dan
media memiliki jenis hubungan coordinating. Ciri hubungan ini adalah hubungan terjalin secara resmi, adanya
saling berbagi sumber daya secara
minimal, tidak ada saling berbagi risiko maupun tanggungjawab.
Hubungan yang terjalin antara komunitas dan media juga termasuk jenis hubungan colaborating. Dimana komunitas memiliki peran kuat dalam
berkontribusi untuk membantu
proses publikasi dan promosi
produk UMKM.
Sedangkan untuk hubungan yang terjalin antara komunitas dan pemerintah adalah cooperating. Hubungan ini terjalin secara formal. Komunitas dan pemerintah memiliki komitmen yang cukup dalam berbagi
sumber daya, tanggung jawab, risiko, dan rewards. Pemerintah memberikan beberapa akses misalnya melalui pelatihan, study banding,
dan pameran. Pemerintah dan
media memiliki hubungan nerworking. Hal ini dikarenakan belum adanya media partner pemerintah dalam mendukung program untuk publikasi
dan promosi. Media cetak maupun elektronik terjalin secara otomatis ketika terdapat event. Dalam pengembangan program UMKM, media hanya
didukung melalui media publikasi dan promosi. Pelaku bisnis UMKM juga memanfaatkan media sosial seperti facebook dan instagram untuk pemasaran yang dikelola secara pribadi. Jenis hubungan yang terjalin antar stakeholder dalam melakukan kerjasama pada program pengembangan UMKM belum mencapai tahap yang optimal. Namun,
dengan adanya kolaborasi antar stakeholder dalam program ini menjadikan UMKM
semakin berkembang dengan baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima stakeholder
yang terlibat dalam pengembangan UMKM di Kabupaten
Cirebon, yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media atau yang sering disebut dengan model Penta Helix. Strategi yang dijalankan
pemerintah dengan berkolaborasi dengan stakeholder lainnya dalam program ini sudah berjalan dengan baik. Namun
masih terdapat beberapa hal yang belum berjalan dengan optimal. Hal ini dikarenakan
kurangnya koordinasi, kurangnya komitmen para
stakeholder, dan pola pikir
para pelaku UMKM. Sedangkan
untuk pola hubungan yang terjalin antar stakeholder beragam, yakni networking,
coordinating, cooperating, dan collaborating. Hal ini tergantung
dengan hubungan yang terjalin antar stakeholder dan peran yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung. Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif
Pembangunan Berkelanjutan (Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi)
Yogyakarta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung.
Bandura,
A. (1994). Self-Efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia Of Human Behavior (Vol. 4, Pp. 71-81). New York: Academic
Press.
Barbosa,
S. D., Gerhardt, M. W., & Kickul, J. R. (2007). The Role Of Cognitive Style
And Risk Preference On Entrepreneurial Self-Efficacy And Entrepreneurial
Intentions. Journal Of Leadership & Organizational
Studies, 13(4), 86-104. Doi:10.1177/10717919070130041001
Baron,
R. A., Mueller, B. A., & Wolfe, M. T. (2016). Self-Efficacy And
Entrepreneurs' Adoption Of Unattainable Goals: The Restraining Effects Of
Self-Control. Journal Of Business
Venturing, 31(1), 55-71. Doi:10.1016/J.Jbusvent.2015.08.002
Barus, D. S. (2019). Strategi Pengembangan Digital Entrepreneurship Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dengan Menggunakan Model Penta
Helix.
Baum,
J. R., & Locke, E. A. (2004). The Relationship Of Entrepreneurial Traits, Skill,
And Motivation To Subsequent Venture Growth. Journal Of Applied Psychology, 89(4), 587-598.
Doi:10.1037/0021-9010.89.4.587
Cardon,
M. S., Wincent, J., Singh, J., & Drnovsek, M. (2009). The Nature And
Experience Of Entrepreneurial Passion. The
Academy Of Management Review, 34(3), 511-532. Doi:10.5465/AMR.2009.40633190
De
Clercq, D., Honig, B., & Martin, B. (2013). The Roles Of Learning
Orientation And Passion For Work In The Formation Of Entrepreneurial Intention.
International Small Business Journal, 31(6),
652-676. Doi:10.1177/0266242611432360
Frese,
M. (2009). Towards A Psychology Of Entrepreneurship — An Action Theory
Perspective. Foundations And Trends® In Entrepreneurship,
5(6), 437-496. Doi:10.1561/0300000028
Frese,
M., & Gielnik, M. M. (2014). The Psychology Of Entrepreneurship. Annual Review Of Organizational Psychology And
Organizational Behavior, 1(1), 413-438.
Doi:10.1146/Annurev-Orgpsych-031413-091326
Frese,
M., Gielnik, M. M., & Mensmann, M. (2016). Psychological Training For Entrepreneurs
To Take Action: Contributing To Poverty Reduction In Developing Countries. Current Directions In Psychological Science,
25(3), 196-202. Doi:10.1177/0963721416636957
Frese,
M., Krauss, S. I., Keith, N., Escher, S., Grabarkiewicz, R., Luneng, S. T., . .
. Friedrich, C. (2007). Business Owners' Action Planning And Its Relationship
To Business Success In Three African Countries. Journal Of Applied Psychology, 92(6), 1481-1498.
Doi:10.1037/0021-9010.92.6.1481
Garniwa, S. Dan. (2007). Perilaku Organisasional. Graha Ilmu. Gj,
K. M. A. (2007). Ashworth
Gielnik,
M. M., Frese, M., Kahara-Kawuki, A., Katono, I. W., Kyejjusa, S., Ngoma, M., .
. . Dlugosch, T. J. (2015). Action And Action-Regulation In Entrepreneurship: Evaluating
A Student Training For Promoting Entrepreneurship. Academy Of Management Learning & Education, 14(1), 69-94.
Doi:10.5465/Amle.2012.0107
Gj, Partner In Coffeshop, Canal And Commerce: Marketing In City Of Amsterdam.
24(1).
Http://Datakumkm.Acehprov.Go.Id/Index.Php/Umkm.
(2021).
Http://Www.Depkop.Go.Id/Data-Umkm.
(2021).
Https://Keuangan.Kontan.Co.Id.
(2020, January 23). Www.Bps.Go.Id. (2021, January 28).
Lex,
M., Gielnik, M. M., Spitzmuller, M., Jacob, G. H., & Frese, M. (2020). How
Passion In Entrepreneurship Develops Over Time: A Self-Regulation Perspective. Entrepreneurship Theory And Practice.
Doi:10.1177/1042258720929894
Mahmood,
R., & Hanafi, N. (2013). Entrepreneurial Orientation And Business
Performance Of Women-Owned Small And Medium Enterprises In Malaysia: Competitive
Advantage As A Mediator. International
Journal Of Business And Social Science (IJBSS), 4(1), 82-90.
Mcgee,
J. E., Peterson, M., Mueller, S. L., & Sequeira, J. M. (2009). Entrepreneurial
Self–Efficacy: Refining The Measure. Entrepreneurship
Theory And Practice, 33(4), 965-988. Doi:10.1111/J.1540-6520.2009.00304.X
Miao,
C., Qian, S., & Ma, D. (2017). The Relationship Between Entrepreneurial
Self-Efficacy And Firm Performance: A Meta-Analysis Of Main And Moderator
Effects. Journal Of Small Business
Management, 55(1), 87-107. Doi:10.1111/Jsbm.12240
Moelong. (2016). Metode
Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Najiyati, S. Dan S. R. T. S. (2011). Sinergitas Instansi Pemerintah Dalam Pembangunan Kota
Terpadu Mandiri (The
Synergy Of Goverment
Institutions In The Transmigration Urban Development). Ketransmigrasian.
Obschonka,
M., & Stuetzer, M. (2017). Integrating Psychological Approaches To Entrepreneurship:
The Entrepreneurial Personality System (EPS). Small Business Economics, 49(1), 203-231.
Doi:10.1007/S11187-016-9821-Y
Palmer,
A. J. A. R. M. (1996). Relationship Marketing: A New Paradigm For The Trave And Tourism Sector?(Journal Of
Vaction Marketing.
Praswati, A. N. (2017). Perkembangan Model Helix Dalam Peningkatan Inovasi. Seminar
Nasional Riset Manajemen &
Bisnis.
Radzi,
K. M., Mohd Nor, M. N., & Ali, S. M. (2017). The Impact Of Internal Factors
On Small Business Success: A Case Of Small Enterprises Under The FELDA Scheme. Asian Academy Of Management Journal, 22(1),
27-55. Doi:10.21315/Aamj2017.22.1.2
River,
M. For H. And T. (4d Ed). (Upper S. (2006). Marketing For Hospitality And Tourism (4d Ed). (Upper Saddle River. Bowen, John T., Author.
Robert
L, Mathis,. Dan Jackson, J. H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba.
Suci, Y. R. (2017). Pekembangan UMKM (Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Di Indonesia).
Jurnal Ilmiah Cono Ekonomos, 6(1).
Sugiyono. (2018). Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.
Vallerand,
R. J., & Houlfort, N. (2019). Passion
For Work: Theory, Reseach, And Applications: Oxford University Press.
Wiklund, J., Patzelt, H., & Shepherd,
D. A. (2009). Building An Integrative Model Of Small
Business Growth. Small Business Economics,
32(4), 351-374. Doi:10.1007/S11187-007-9084-8