ANALISA PENGARUH VIDEO
CONFERENCE DALAM AKTIVITAS ONLINE LEARNING GUNA MEMICU KEPUASAN BELAJAR
MAHASISWA
Muhammad Ivan Nugroho, Novi Mariawati, Mourine
Veronica Lomboan
Universitas Bina
Nusantara Jakarta
Email: ivannugroho22@gmail.com, novichang12@gmail.com, maurinrlonboan@gmail.com
Abstrak
Tujuan Penelitian ini
menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa sebagai
pengguna video conference. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Convergent
parallel Design Mixed Method. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi
SMART-PLS versi 3 dan data Kualitatif melalui hasil transkrip dan dikategorikan
berdasarkan tema. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran
inovasi perkembangan kualitas pembelajaran untuk kedepannya menggunakan Video
Conference.
Kata
kunci: Video Conference, kepuasan belajar
mahasiswa, online learning
Abstract
The purpose of this research analyzes the factors
that influence student satisfaction as a video conference user This research
uses this type of research Convergent Parallel Design Mixed Method.
Quantitative data were processed using the SMART-PLS version 3 and Qualitative
data through transcripts and categorized by theme. The results of this study
are expected to be a description of the innovation in the development of the
quality of learning in the future using video conferences
Keywords: Video Conference, learning
satisfaction, online learning
Pendahuluan
Pada perkembangan era globalisasi,
teknologi informasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga
penggunaan internet akan semakin membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya
seperti mempermudah dalam melakukan akses data serta menyebarluaskan secara
bebas berbagai informasi yang didapat sehingga tidak perlu lagi menggunakan
cara yang manual seperti surat, dokumen, file yang berbentuk kertas tetapi
manusia akan dipermudah oleh teknologi informasi ini untuk berbagi melalui cara
virtual dengan bantuan teknologi. Perkembangan teknologi berbasis system
informasi menjadi sebuah acuan untuk beberapa developer aplikasi untuk
menciptakan sistem aplikasi yang dilakukan secara online yang tentunya
ditujukan kepada pengguna online supaya dapat mengandalkan dan menggunakan
teknologi informasi tersebut. Oleh karena teknologi informasi yang semakin
berkembang ditengah masyarakat, menjadikan ini sebagai peluang penghubung
antara sistem teknologi informasi terhadap pembelajaran, sehingga pembelajaran
tidak hanya bisa dilakukan secara manual tetapi juga dapat dilakukan secara
online. Jenis pembelajaran seperti itu mulai diterapkan dan sudah tidak asing
didengar yaitu disebut sebagai e-learning
atau online learning.
E-learning
dan Knowledge Management sangatlah
baik untuk perkembangan zaman saat ini, karena setiap aktivitas tidaklah harus
dilakukan secara manual tetapi setiap manusia dapat mengambil keputusan akan
berbagai cara untuk melakukan proses belajar mengajar yang dinilai efektif dan
efisien. E-learning dan knowledge management adalah aktivitas
dimana setiap orang dapat melakukan proses belajar mengajar yang berbasis
online, dengan bantuan internet memungkinkan dapatnya saling bertukarnya
informasi-informasi antar pengguna yang saling terkoneksi internet.
E-Learning
merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif banyak
digunakan diberbagai negara. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Dua kata ini memiliki maksud
tersendiri dan dibagi menjadi dua yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ada kata belakang yang
mengikuti yaitu ‘learning’ yang
berarti.
pembelajaran’. sehingga e-learning yang dimaksudkan dapat
diartikan sebagai pembelajaran yang disertai dengan jasa bantuan perangkat
elektronika. Oleh karena itu e-learning menggunakan
jasa audio, video atau perangkat elektronik atau kombinasi dari ketiganya (Mutia & Leonard, 2015). Berdasarkan
pernyataan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa e-learning adalah sebuah metode pembelajaran yang dilakukan secara
online atau dapat dikatakan pembelajaran secara virtual dengan menggunakan
teknologi internet yang semakin maju, sehingga pembelajaran didukung dengan
bantuan audio, video dan penyambungan perangkat- perangkat diantaranya. E-learning adalah serangkaian aplikasi
dan proses, seperti pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer,
ruang kelas virtual, dan kolaborasi digital. Ini termasuk pengiriman konten
melalui internet, intranet / extranet (LAN / WAN), kaset audio dan video,
siaran satelit, TV interaktif, dan CD-ROM (Norén Creutz & Wiklund, 2014). (Kuo et
al., 2014) menyatakan bahwa pembelajaran online
lebih mengarah pada student centered sehingga
mampu memunculkan tanggung jawab dan otonomi mahasiswa dalam belajar. Sehingga
membuat murid lebih mampu menumbuhkan kemandirian dalam belajar. Dari banyaknya
media didalam e- learning, salah
satunya diantaranya adalah video
conference. E-learning yang
sukses terjadi dalam sistem yang kompleks yang melibatkan pengalaman belajar
siswa dengan konteks pembelajaran dari guru (Alexander, 2001).
Melihat pada perkembangan penggunaan
teknologi dalam proses pembelajaran serta kebutuhan untuk melakukan kegiatan
belajar secara jarak jauh, maka kami melakukan penelitian mengenai bagaimana
perasaan/presepsi penggunaan aplikasi video
conference pada masa pandemik COVID-19 sebagai platform untuk tatap muka secara virtual. Dimana hal-hal yang akan
kami teliti berbagai faktor penentu mengarah kepada tingkat kepuasan pelajar
selama menggunakan aplikasi video
conference dalam melakukan aktivitas “belajar dari rumah” (school from home). Diharapkan dari hasil
penelitian ini, dapat memberikan kontribusi keilmuan dan praktek mengenai
pengalaman penggunaan video conference dalam
proses belajar belajar secara daring. Kontribusi ditujukan kepada sekolah,
institusi pemerintah dan swasta dimana dapat mengetahui dampak apa saja yang
terjadi selama diberlakukan sekolah dari rumah termasuk kendala-kendala dalam
melakukan video conferencing dapat
diketahui serta mencari solusi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah 1.
Menggambarkan fenomena Video Conference pada
masa pandemi ini. 2. Mengidentifikasi pengaruh Video Conference dalam proses pembelajaran pada masa wabah pandemi.
3. Menganalisa faktor-faktor pengaruh kepuasan mahasiswa sebagai pengguna video conference.
Metode
Jenis penelitian yang akan kami
gunakan yaitu metode penelitian campuran / mixed
method, metode campuran melibatkan penggabungan atau pengintegrasian
penelitian dan data kualitatif dan kuantitatif dalam sebuah studi penelitian.
Penggunaan teori dalam metode campuran termasuk menggunakan teori secara
deduktif, dalam pengujian kuantitatif dan validitas, atau dalam menggunakannya
secara induktif seperti dalam teori atau pola kualitatif yang muncul (Creswell, 2018) method, diantaranya yaitu (Creswell, 2014) :
1. Convergent parallel mixed method
2. Explanatory sequental mixed method
3. Exploratory sequental mixed method
4. Transformative mixed method
Pada penelitan ini menggunakan desain
campuran convergent parallel mixed method.
Didalam pendekatan convergent parallel
mixed method, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan
menghubungkan data kualitatif dan kuantitatif untuk menemukan serta menentukan
faktor apa saja yang perlu kami angkat dalam pembahasan dan memberikan analisis
yang komprehensif dari masalah penelitian. Alasan kami menggunakan convergent parallel mixed method karena
mengingat kejadian dimana fenomena pandemi baru terjadi ditahun 2020 ini dan
tidak begitu banyak penelitian yang mengangkat penelitian penggunaan video conference yang dilakukan selama school from home. Maka dari itu dengan
jenis mixed method ini dapat menjadi
gambaran untuk bagaimana kami mencari faktor- faktor baru yang mungkin dapat
mendukung penelitian selanjutnya dengan hasil data analisis kualitatif dan
kuantitatif yang dibandingkan dan dihubungkan lalu ditafsirkan hasilnya.
Penelitian kualitatif ini merupakan
penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan
kekerabatan. jenis penelitian kualitatif menghasilkan pengumpulan data yang
tidak berupa prosedur- prosedur statistik (Strauss & Corbin, 1998). Data
kualitatif yang kami maksud yaitu mengarah kepada bagaimana presepsi mahasiswa
dan pengalaman pribadi dalam menggunakan video
conference yang memunculkan rasa kepuasan penggunaan itu sendiri. Responden
yang kami ambil adalah 10 sampel, berdasarkan kutipun jurnal dari (Mariampolski, 2001) menyebutkan
bahwa jumlah responden rata-rata dari depth interview ini antara 5 – 8
responden.
Metode kuantitatif adalah penelitian
yang mengutamakan pengumpulan data terlebih dahulu lalu data yang didapatkan
dapat diolah. Penelitian kuantitatif adalah pendekatan- pendekatan terhadap
kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam
bentuk numerik daripada naratif (Godfrey, 2006). Menurut
Cooper & Schindler (Godfrey, 2006) , riset
kuantitatif mencoba melakukan pengukuran yang akurat ter-hadap sesuatu. Menurut
kedua pernyataan tersebut memiliki hubungan penjelasan yaitu penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang bentuknya lebih mengarah pada data numerik /
statistika sehingga dipercayakan dapat mengukur suatu data secara lebih akurat
dan lebih detail. Kami juga menggunakan penelitian kualitatif. Menurut (Sugiyono, 2016), Metode
kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah didapatkan. Berdasarkan pendapat
Sugiyono, dua metode penelitian baik kualitatif atau kuantitatif tidak dapat
digabungkan dalam waktu bersamaan, tetapi teknik pengumpulan data dapat
digabungkan. Misalnya penelitian kuantitatif dilakukan dengan cara teknik
pengumpulan data kuesioner.
Populasi penelitian adalah subjek
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Populasi
yang akan kami ambil pada penelitian ini meliputi mahasiswa-mahasiswi
universitas yang ada di Indonesia. Mahasiswa- mahasisiwi ini dijadikan populasi
dengan mempertimbangkan apakah populasi ini memenuhi kriteria sebagai subjek
yang akan kami teliti dan yang menggunakan video
conference sebagai alat untuk memenuhi pembelajaran secara online yang
telah merasakan penggunaannya.
Sampel penelitian adalah sebagian
yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Sampel yang diambil harus mewakili atau representative bagi populasi
tersebut. Ukuran sampel 400 responden untuk penelitian kuantitatif yaitu
penyebaran quisioner, hal ini berhubungan dengan pernyataan dari (Roscoe, 1969) yang
memberikan acuan bahwa untuk menentukan ukuran sampel yang diusulkan yaitu
minimal 30 sampai maksimal 500 respon. Dan untuk metode penelitian kualitatif
kami memerlukan dan menggunakan 10 sampel sebagai responden,
Tipe sampling yang kami ambil adalah Convenience sampling, pengambilan sampel
didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya, anggota
sampel dipilih dari populasi semua mahasiswa yang memenuhi kriteria yang masih
melakukan daring (Purwanto & Nugraha, 2022). Sampel
diambil/ terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat,
penelitian kami mengenai pengaruh video
conference dalam aktivitas online
learning terhadap kepuasan belajar mahasiswa, maka sampelnya adalah yang
berstatus mahasiswa yang berkuliah di universitas yang ada di Indonesia, yang
menggunakan video conference pada
waktu daring selama pandemi.
Hasil dan Pembahasan
Data Analisis Kuantitatif
Uji validitas dan Reliabilitas Menggunakan SmartPLS
Structural
Equation Modelling (SEM)
didefinisikan sebagai kombinasi dari variabel laten dan hubungan struktural. Partial least squares SEM (PLS-SEM)
digunakan untuk memperkirakan model hubungan sebab-akibat yang kompleks dengan
variabel laten sebagai metode penelitian yang paling menonjol di berbagai
disiplin ilmu, termasuk knowledge
management (KM). Tujuan dari PLS-SEM adalah untuk memprediksi variabel yang
tidak teramati melalui nilai input observasi (Ketchen, 2013).
Pada penelitian ini menggunakan PLS SEM untuk mengolah
data yang didapat. Tahapan analisis PLS SEM (Wijaya, n.d.):
1.
Konseptualisasi
2.
Menggambar
diagram jalur
3.
Menentukan
metoda analisis algorithm
4.
Menentukan
metoda analisis resampling
5.
Evaluasi
model.
Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan teknik
analisa data dengan SmartPLS untuk menilai outer model yaitu convergent validity, discriminant validity dan
composite reliability.
Measurement (outer) model
-
Average Variance Extraced (AVE)
-
Composite Reliability
-
Cronbach’s Alpha
Measurement model (inner) model
- R Square
- Path Coefficients
Model ini memungkinkan pengaturan analisis faktor dan analisis jalur secara bersamaan. Hasil analisis faktor digunakan untuk memeriksa reability dan validity
model pengukuran. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi
lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur (Perry Hinton et
al., 2004). Namun menurut (Perry Hinton et
al., 2004) untuk penelitian ditahap awal dari
pengembangan skala pengukuran nilai Cronbach’s alpha
0,5 sampai 0,6 dianggap masih cukup memadai.
Loading Factor
Outer loadings adalah tabel yang berisi loading factor untuk menunjukkan besar korelasi antara indikator dengan variabel laten. Nilai
loading factor harus lebih besar dari kisaran
dari 0,7 maka dikatakan valid (Ketchen, 2013).
Tabel 1 Outer Loading
Seluruh Indikator
|
ATT |
LTI |
PEOU |
PU |
SAT |
SE |
SN |
SQ |
ATT1 |
0.794 |
|
|
|
|
|
|
|
ATT2 |
0.766 |
|
|
|
|
|
|
|
ATT3 |
0.785 |
|
|
|
|
|
|
|
ATT4 |
0.8 |
|
|
|
|
|
|
|
LTI1 |
|
0.822 |
|
|
|
|
|
|
LTI2 |
|
0.872 |
|
|
|
|
|
|
LTI3 |
|
0.717 |
|
|
|
|
|
|
LTI4 |
|
0.744 |
|
|
|
|
|
|
PEOU1 |
|
|
0.819 |
|
|
|
|
|
Tabel 2 Outer Loading Seluruh Indikator
PEOU2 |
|
|
0.735 |
|
|
|
|
|
PEOU3 |
|
|
0.601 |
|
|
|
|
|
PEOU4 |
|
|
0.584 |
|
|
|
|
|
PU1 |
|
|
|
0.852 |
|
|
|
|
PU2 |
|
|
|
0.866 |
|
|
|
|
PU3 |
|
|
|
0.826 |
|
|
|
|
PU4 |
|
|
|
0.652 |
|
|
|
|
SAT1 |
|
|
|
|
0.906 |
|
|
|
SAT2 |
|
|
|
|
0.901 |
|
|
|
SAT3 |
|
|
|
|
0.886 |
|
|
|
SE1 |
|
|
|
|
|
0.867 |
|
|
SE2 |
|
|
|
|
|
0.705 |
|
|
SE3 |
|
|
|
|
|
0.773 |
|
|
SE4 |
|
|
|
|
|
0.262 |
|
|
SN1 |
|
|
|
|
|
|
0.809 |
|
SN2 |
|
|
|
|
|
|
0.756 |
|
SN3 |
|
|
|
|
|
|
0.755 |
|
SN4 |
|
|
|
|
|
|
0.518 |
|
SN5 |
|
|
|
|
|
|
0.652 |
|
SQ1 |
|
|
|
|
|
|
|
0.809 |
SQ2 |
|
|
|
|
|
|
|
0.857 |
SQ3 |
|
|
|
|
|
|
|
0.789 |
SQ4 |
|
|
|
|
|
|
|
0.679 |
Pada gambar tabel 2,
terlihat semua indikator dari 9 variabel, terdapat beberapa nilai indikator
yang memiliki nilai dibawah 0.7. Artinya bahwa terdapat beberapa indikator yang
bersifat tidak signifikan, sehingga harus di hilangkan indikator yang memiliki
nilai rendah untuk menaikkan nilai indikator lainnya.
Tabel 3 Outer Loading
|
ATT |
LTI |
PEOU |
PU |
SAT |
SN |
SQ |
ATT1 |
0.788 |
|
|
|
|
|
|
ATT2 |
0.762 |
|
|
|
|
|
|
ATT3 |
0.782 |
|
|
|
|
|
|
ATT4 |
0.808 |
|
|
|
|
|
|
LTI1 |
|
0.822 |
|
|
|
|
|
LTI2 |
|
0.872 |
|
|
|
|
|
LTI3 |
|
0.717 |
|
|
|
|
|
LTI4 |
|
0.744 |
|
|
|
|
|
PEOU1 |
|
|
0.898 |
|
|
|
|
PEOU2 |
|
|
0.844 |
|
|
|
|
PU1 |
|
|
|
0.871 |
|
|
|
PU2 |
|
|
|
0.889 |
|
|
|
PU3 |
|
|
|
0.838 |
|
|
|
SAT1 |
|
|
|
|
0.907 |
|
|
SAT2 |
|
|
|
|
0.902 |
|
|
SAT3 |
|
|
|
|
0.886 |
|
|
SAT4 |
|
|
|
|
0.799 |
|
|
SN1 |
|
|
|
|
|
0.904 |
|
SN2 |
|
|
|
|
|
0.856 |
|
SN3 |
|
|
|
|
|
0.812 |
|
SQ1 |
|
|
|
|
|
|
0.826 |
SQ2 |
|
|
|
|
|
|
0.871 |
SQ3 |
|
|
|
|
|
|
0.816 |
Pada gambar tabel 3 Outer
Loading yang sudah dihapus beberapa nilai indikator yang memiliki nilai
dibawah 0.7, terlihat semua indikator memiliki hubungan positif terhadap
masing-masing variabel laten dan loading factor untuk setiap indikator
lebih besar dari 0.7 dan dikatakan cukup tinggi. Berdasarkan hasil tersebut,
menunjukan bahwa penggunaan masing-masing indikator tersebut dinyatakan mampu
mengukur variabel laten secara tepat. Sehingga masing-masing indikator bisa dipakai
untuk penelitian ini.
Penelitian ini mempunyai 9
variabel, dimana terdapat beberapa variabel tersebut tidak bisa dipakai karena
tidak mempunyai poin yang cukup berdasarkan standar yang ada yaitu dengan poin
0,6.
Composite Reliability
Tabel 4 Reliability &
Validity
Variabel |
Cronbach's Alpha |
rho_A |
Composite Reliability |
Average Variance Extracted (AVE) |
ATT |
0.797 |
0.82 |
0.865 |
0.617 |
LTI |
0.803 |
0.835 |
0.869 |
0.626 |
PEOU |
0.685 |
0.703 |
0.863 |
0.759 |
PU |
0.834 |
0.836 |
0.9 |
0.751 |
SAT |
0.897 |
0.904 |
0.928 |
0.765 |
SN |
0.821 |
0.829 |
0.893 |
0.737 |
SQ |
0.788 |
0.793 |
0.876 |
0.702 |
Cronbach’s alpha merupakan ukuran dari internal
consistency reliability yang mengasumsikan pemuatan indikator yang sama.
Uji reliabilitas diperkuat dengan cronbach's alpha. Cronbach's alpha masih
mewakili ukuran konservatif dari internal consistency reliability. Dari
gambar tabel 4, dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha dari
masing-masing indikator diatas 0,5. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai dari
masing-masing indikator bersifat konsisten (Ketchen, 2013).
P Values dan T Statistics
P values menggambarkan
kontribusi atau pengaruh antar variabel konstruk. Nilai signifikansi dinyatakan
dalam nilai uji tstatistik, yang digunakan (two-tailed) t-value 1,65
(signifikan level 10%); 1,96 (signifikan level 5%); dan 2,58 (signifikan level
1%) (Ketchen, 2013).
Tabel 5 P Values dan T Statistics
Variabel |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P
Values |
ATT -> SAT |
0.22 |
0.217 |
0.048 |
4.605 |
0.000 |
LTI -> SAT |
0.201 |
0.204 |
0.042 |
4.789 |
0.000 |
PEOU -> ATT |
0.31 |
0.31 |
0.049 |
6.27 |
0.000 |
PEOU -> PU |
0.527 |
0.527 |
0.044 |
12.047 |
0.000 |
PEOU -> SAT |
0.236 |
0.236 |
0.046 |
5.158 |
0.000 |
PU -> ATT |
0.392 |
0.394 |
0.047 |
8.318 |
0.000 |
PU -> SAT |
0.344 |
0.342 |
0.054 |
6.318 |
0.000 |
SN -> PU |
0.104 |
0.101 |
0.052 |
1.977 |
0.049 |
SQ -> PU |
0.23 |
0.233 |
0.057 |
4.01 |
0.000 |
Dilihat dari tabel 5,
apabila T statistic >1,96 dan p values < 0,01 maka hipotesis dapat
diterima (berpengaruh variabel independen terhadap dependen (Ketchen, 2013). Terdapat satu hipotesis yang ditolak karena
memiliki nilai p-values diatas 0.01, yaitu variabel SN PU.
Hasil dari analisa pada
gambar tabel 6 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis
Hipotesa |
Original Sample (O) |
T
Statistics |
Hypotheses |
H1 : SN PU |
0.104 |
1.94 |
Ditolak |
H2 : SQ PU |
0.23 |
4.222 |
Diterima |
H4 : PU ATT |
0.392 |
8.135 |
Diterima |
H5 : PU SAT |
0.344 |
6.876 |
Diterima |
H6 : PEOU ATT |
0.31 |
6.124 |
Diterima |
Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis
H7 : PEOU
SAT |
0.236 |
5.42 |
Diterima |
H8 : PEOU PU |
0.527 |
12.456 |
Diterima |
H9 : ATT SAT |
0.22 |
4.673 |
Diterima |
H10 : LTI SAT |
0.201 |
4.873 |
Diterima |
Dilihat pada gambar tabel 6,
dapat dinyatakan sebagai berikut :
H1 : SN(Subjective Norm)
PU(Percerived Usefullness)
Variabel subjective norm
dianggap tidak berpengaruh signifikan terhadap perceived usefullness.
Hal ini terjadi karena adanya keterpaksaan dan ketakutan dari kondisi yang
terjadi pada lingkungan sekitar seperti pandemik covid-19 sehingga siswa
merasa diwajibkan dalam penggunaannya (Al-Maroof et al., 2023). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik 1.94
dan path coefficient 0.104, maka hipotesis ditolak.
H2 : SQ(System Quality)
PU(Perceived Usefullness)
Variabel system quality dapat
dianggap berpengaruh signifikan terhadap perceived usefullness. Karena
pengaruh dari sistem akurasi, fleksibilitas, dan terintegrasinya merupakan
indikator dari kualitas sistem yang berguna untuk menjaga/meningkatkan rasa
kegunaan dari pemakaian sistemnya (Alsabawy et al., 2016). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik 4.222
dan path coefficient 0.23, maka hipotesis dapat diterima.
H3 : PU(Perceived
Usefullness) ATT(Attitude)
Variabel perceived
usefullness dapat dianggap berpengaruh signifikan terhadap attitude.
Karena kegunaan yang dirasakan mengacu kepada seberapa besar pemahaman terhadap
informasi yang disampaikan melalui pembelajaran face-to-face mudah untuk
diterima sehingga dapat memberikan hasil yang positif dari sikap terhadap
penggunaannya (Hui et al., 2008). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik
8.135 dan path coefficient 0.392, maka hipotesis dapat diterima.
H4 : PU(Perceived
Usefullness) SAT(Satisfaction)
Variabel perceived
usefullness dapat dianggap berpengaruh signifikan terhadap satisfaction.
Karena kegunaan yang dirasakan saat menggunakan suatu sistem dapat meningkatkan
hasil dari pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan nilai kepuasan yang
diperoleh (Wu et al., 2008). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik 6.876
dan path coefficient 0.344, maka hipotesis dapat diterima.
H5 : PEOU(Perceived Ease
of Use) ATT(Attitude)
Variabel perceived ease
of use dapat dianggap berpengaruh signifikan terhadap attitude.
Karena siswa cenderung mencari cara untuk mengatasi kesulitan saat menggunakan
sebuah sistem untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam pembelajaran mereka (Nagy, 2018). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik 6.124
dan path coefficient 0.31, maka hipotesis dapat diterima.
H6 : PEOU(Perceived Ease
of Use) SAT(Satisfaction)
Variabel perceived ease
of use dapat dianggap berpengaruh signifikan terhadap satisfaction.
Karena kemudahan dalam penggunaan suatu sistem sebagai upaya untuk mengetahui
sejauh mana penggunaan dari suatu sistem akan bebas dari upaya yang kompleks
yang dapat memengaruhi hasil dari kepuasan dalam penggunaannya (Wu et al., 2008). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik 5.42
dan path coefficient 0.236, maka hipotesis dapat diterima.
H7 : PEOU(Perceived Ease
of Use) PU(Perceived Usefullness)
Variabel perceived ease
of use dapat dianggap berpengaruh signifikan terhadap perceived
usefullness. Karena ketika presepsi siswa tentang kemudahaan penggunaan
dari suatu sistem itu positif, maka presepsi akan kegunaan sistemnya pun
menjadi positif. Sehingga mereka merasa siap menggunakan suatu teknologi baru
tanpa masalah (Rizun & Strzelecki, 2020). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik
12.456 dan path coefficient 0.527, maka hipotesis dapat diterima.
H8 : ATT(Attitude)
SAT(Satisfaction)
Variabel attitude dapat
dianggap berpengaruh signifikan terhadap satisfaction. Karena dengan
memiliki sikap yang positif didalam e-learning dapat mendorong seseorang
untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan inovatif yang
merupakan sifat dari lingkungan e-learning yang sesuai untuk pengajaran dan
pembelajaran, sehingga pembelajaran yang diterima dan dapat memuaskan hasil
pembelajaran siswa (Liaw & Huang, 2013). Hasil ini terbukti dengan nilai t-statistik 4.673
dan path coefficient 0.22, maka hipotesis dapat diterima.
H9 : LTI (Learner
Teacher Interaction) SAT(Satisfaction)
Variabel learner teacher
interaction dapat dianggap berpengaruh signifikan terhadap satisfaction.
Learner teacher interaction dapat diinspirasi melalui intervensi dan
inisiatif guru. Sama pentingnya untuk menjamin kemungkinan lebih lanjut untuk
interaksi di lingkungan online learning, karena intensitas interaksi
dapat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas saluran komunikasi (Nagy, 2018). Hasil ini terbukti dengan nilai t statistik 4.873
dan path coefficient 0.201, maka
hipotesis dapat diterima.
Rekomendasi
Hasil
Rekomendasi hasil
berdasarkan dari hasil data- data kualitatif dan kuantitaif yaitu mengarah
kepada System Quality terhadap Perceived Usefullness. Dari hasil
yang didapatkan dapat dilihat dari tanggapan responden mengenai fasilitas
internet dan fasilitas teknis yang mengarah kepada kualitas sistem tersebut.
dari sisi fasilitas internet diharapkan kedepannya dapat semakin ditingkatkan
mengingat itu adalah salah satu kebutuhan pengguna untuk mengakses sistem dan
internet tersebut. Koneksi internet mengarah kepada sebaik apa provider sinyal
dapat menunjang kelancaran pengaksesan sistem tersebut, oleh karena itu
dibutuhkannya perhatian lebih kepada institusi pemerintah, pendidikan dan
swasta untuk merencanakan kembali bagaimana penyediaan kuota internet yang baik
supaya dapat membantu kelancaran koneksi internet yang dibutuhkan jaringan
sistem untuk mengakses aplikasi tersebut disetiap kota-kota/daerah karena
mempengaruhi kegunaan yang dirasakan selama penggunaan sistem terkait.
Rekomendasi dari sisi
fasilitas teknis mengarah kepada perkembangan/ kemajuan akan terhadap revolusi
sistem yang dirancang, agar dapat membantu mengembangkan dan mempertahankan
kualitas sistem yang telah ada baik sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna
sehingga nilai keunggulan dari platform video conference yang salah
satunya mengarah kepada kebutuhan tatap muka virtual bisa menjadi suatu
kemajuan sistem informasi untuk kebutuhan didalam dunia pendidikan.
Kesimpulan
Penelitian ini menganalisa tentang
pengaruh video conference dalam
aktivitas online learning guna memicu
kepuasan belajar mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan metode campuran (mixed
method) dengan tipe convergent design
dimana pada jenis metode ini dilakukannya 2 metode pengambilan data
menggunakan wawancara dan quisioner dan hasil data yang didapatkan dari metode
kualitatif dan kuantitatif ini dibandingkan / dihubungkan hasil metode itu lalu
ditafsirkan hasil analisanya. Jumlah responden yang diambil untuk kualitatif
berjumlah 10 sampel responden, sedangkan untuk data kuantitatif dari penelitian
ini berjumlah 400 sampel responden. Yang kami jadikan responden terhadap
penelitian ini yaitu responden adalah mahasiswa dari perguruan tinggi di
Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia yang menjalani kelas online menggunakan video conference.
Pada analisa kuantitatif kami
mengolah data menggunakan aplikasi Smart PLS versi 3 dan hasilnya menunjukkan
hasil hypotesis terdapat korelasi positif diantara variabel dari faktor-faktor
kepuasan belajar mahasiswa yaitu antara lain system quality berkorelasi dengan perceived usefulnes, perceived
usefulness berkorelasi dengan attitude,
perceived usefulness berkorelasi
dengan satisfaction, perceived ease of use berkorelasi dengan
attitude, perceived ease of use berkorelasi dengan satisfaction, perceived ease of
use berkorelasi dengan perceived
usefulness, attitude berkorelasi
dengan satisfaction, learner teacher interaction berkorelasi
dengan satisfaction. Sedangkan
berdasarkan analisa kualitatif yang kami oleh berdasarkan hasil transkrip dan
dikategorikan sesuai tema yang akan dibahas dan dikatikan kepada beberapa
hubungan hipotesis yang memungkinkan mengarah kepada hubungan faktor-faktor
tersebut juga berpengaruh positif, sehingga kedua analisa tersebut saling
mendukung. Terdapat hypotesis yang ditolak pada analisa kuantitatif dimana subjective norm tidak menunjukkan
pengaruh terhadap perceived usefulness dikarenakan
pengaruh dari pihak luar yang mengakibatkan mengapa penggunaan video conference digunakan atas dasar
kewajiban penggunaan dan tidak pada keinginan pribadi mahasiswa itu sendiri
untuk menggunakannya, sedangkan pada analisa kualitatif, hasil menunjukkan subjective norm terlihat berpengaruh
dilihat dari ungkapan mahasiswa mengenai peran dosen yang mendukung dan
mempengaruhi proses pembelajaran perkuliahan secara online/ virtual, tetapi pada analisa kualitatif juga menunjukkan
adanya subjective norm terlihat tidak
berpengaruh terhadap perceived
usefullness dilihat dari komunikasi antar mahasiswa yang dinilai tidak
menujukkan hal signifikan kepuasan berkomunikasi yang disampaikan antar
mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maroof, R. S., Salloum, S. A.,
Hassanien, A. E., & Shaalan, K. (2023). Fear from COVID-19 and technology
adoption: the impact of Google Meet during Coronavirus pandemic. Interactive
Learning Environments, 31(3), 1293–1308.
Alexander, S. (2001).
E‐learning developments and experiences. Education+ Training, 43(4/5),
240–248.
Alsabawy, A. Y., Cater-Steel, A.,
& Soar, J. (2016). Determinants of perceived usefulness of e-learning
systems. Computers in Human Behavior, 64, 843–858.
Creswell, J. W. (2014). Research
desing. Qualitative Methods. Validity and Reliability. 251-260. SAGE
Publication, Inc. London ECIY ISP, United Kingdom.
Creswell, J. W. (2018). Research
design qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Sage.
Godfrey, D. G. (2006). Methods of
historical analysis in electronic media. Routledge.
Ketchen, D. J. (2013). A primer on
partial least squares structural equation modeling.
Liaw, S.-S., & Huang, H.-M.
(2013). Perceived satisfaction, perceived usefulness and interactive learning
environments as predictors to self-regulation in e-learning environments. Computers
& Education, 60(1), 14–24.
Mariampolski, H. (2001). Qualitative
market research. Sage.
Mutia, I., & Leonard, L. (2015).
Kajian penerapan e-learning dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Faktor
Exacta, 6(4), 278–289.
Nagy, J. T. (2018). Evaluation of
online video usage and learning satisfaction: An extension of the technology
acceptance model. International Review of Research in Open and Distributed
Learning, 19(1).
Norén Creutz, I., & Wiklund, M.
(2014). Learning paradigms in workplace e-learning research. Knowledge
Management & E-Learning: An International Journal, 6(3),
299–315.
Perry Hinton, D., Hinton, P. R.,
McMurray, I., & Brownlow, C. (2004). SPSS explained. Routledge.
Purwanto, D. K., & Nugraha, A. K.
N. A. (2022). The Shift of Consumer Online Purchase Behavior: Covid-19 Pandemic
as A Situational Variable. International Journal of Business and Technology
Management, 4(3), 402–411.
Rizun, M., & Strzelecki, A.
(2020). Students’ acceptance of the COVID-19 impact on shifting higher
education to distance learning in Poland. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 17(18), 6468.
Roscoe, J. T. (1969). Fundamental
research statistics for the behavioral sciences. (No Title).
Strauss, A., & Corbin, J. (1998).
Basics of qualitative research techniques.
Sugiyono. (2016). Metode
penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya.
Sugiyono, P. D. (2017). Metode
Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit
CV. Alfabeta: Bandung.
Wu, J.-H., Hsia, T.-L., Liao, Y.-W.,
& Tennyson, R. (2008). What determinates student learning satisfaction
in a blended e-learning system environment?