STRATEGI PEMASARAN
BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) LONG RANGE (LORA) PT. DAYAMITRA TELEKOMUNIKASI
(MITRATEL) SEBAGAI KONEKTIVITAS PERANGKAT INTERNET OF THINGS (IOT)
Ilham Majid Rabbani1,
Maya Ariyanti2
Universitas Telkom
ethernous@student.telkomuniversity.ac.id,
ariyanti@telkomuniversity.ac.id
Abstrak
Internet of Things (IoT) adalah sebuah teknologi revolusi industri 4.0, dimana semua benda
yang berada di sekitar kehidupan sehari hari dapat berbicara
dengan benda benda lainnya menggunakan
sensor serta konektivitas internetnya. Melampaui teknologi sebelumnya, IoT dapat memudahkan kehidupan manusia di berbagai sector industry, seperti
kesehatan, keamanan, mitigasi bencana serta hal hal
lainnya yang dapat diukur menggunakan system IoT ini. PT. Dayamitra Telekomunikasi
(Mitratel) selaku anak perusahaan PT. Telkom. Tbk ditunjuk untuk
mengembangkan jaringan berbasis Long Range (LoRa) untuk digunakan sebagai konektivitas perangkat yang menggunakan IoT. Hal ini tentunya diperlukan sebuah susunan strategi pemasaran baru dikarenakan bisnis model Mitratel sebelumnya adalah infrastruktur telekomunikasi, dan LoRa merupakan
salah satu jaringan telekomunikasi yang ditujukan untuk konektivitas perangkat IoT.
Kata
kunci: Strategi Pemasaran, Internet of Things, Jaringan Long Range
Abstract
Internet
of Things (IoT) is an industrial revolution 4.0 technology, where all objects
that are around everyday life can talk with other objects using sensors and
internet connectivity. Beyond the previous technology, IoT can facilitate human
life in various industry sectors, such as health, security, disaster mitigation
and other things that can be measured using this IoT system. PT. Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
as a subsidiary of PT. Telkom. Tbk was appointed to
develop a Long Range (LoRa) based network to be used as device connectivity
using IoT. This certainly requires a new marketing strategy because the
previous Mitratel business model is
telecommunications infrastructure, and LoRa is one of the telecommunications
networks intended for IoT device connectivity
Keywords: Marketing Strategy,
Internet of Things, Long Range Network
Pendahuluan
Didukung dengan perkembangan Internet of
Things (Iot) yang begitu pesat sejak tahun
2017, Mitratel melihat peluang bisnis besar baik untuk
pengguna umum maupun bisnis.dan mengimplementasikannya kepada pelanggannya
Gambar 1. Revenue Share Pasar IoT di Indonesia
Sumber: Frost
and Sullivan; press clippings; other public sources; Delta partners analysis
Internet of Things (IoT) merupakan teknologi yang muncul akibat adanya
revolusi industry 4.0 yang menyediakan
layanan otomasi semua perangkat dengan cara terhubung
dengan konektivitas yang disediakan oleh provider konektivitas
di negara. IoT dapat diimplementasikan
di berbagai sektor diantaranya adalah: kesehatan, keamanan, mitigasi bencana, serta monitoring dan otomasi perangkat yang sebelumnya belum otomatis.
Dalam
IoT ada tiga buah sektor yang menjadi hal utama
dan berperan penting dalam sistemnya, tiga hal itu
adalah: konektivitas, perangkat, dan platform. Konektivitas
dapat berupa jaringan seluler, Wi-Fi ataupun LoRa yang terhubung ke perangkat melalui
modul masing-masing (Taufik, Misbahuddin, & Nrartha, 2021). Adapun perangkat harus memiliki prosesor untuk mengolah sensor-sensor yang
digunakan perangkat ini untuk pengambilan
data serta pengirmannya ke platform IoT. Platform IoT memiliki
tugas untuk menyimpan data tersebut dengan cara memberikan
akses kepada perangkat yang akan mengirimkan data kesana melalui API (Simarmata et al., 2021).
Mitratel adalah perusahaan yang bergerak di bidang bisnis infrastruktur tower. Sampai saat ini
Mitratel telah memiliki 28.000 menara yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Pada 2017, ditemukan
adanya perkembangan teknologi autonomous dengan potensi revenue besar yang berupa IoT, kecerdasan buatan, Virtual Reality/ Augmented Reality, smart city dan lainnya.
Mengutip dokumen perusahaan, dalam rapat internal diberitahukan bahwa adanya perubahan di dalam industri operator seluler dimana kenaikan pendapatan tidak seimbang dengan kenaikan volume traffic
karena didominasi oleh traffic
data. Sehingga operator seluler
cenderung untuk tidak menambah BTS dan cenderung untuk melakukan efisiensi beban operasional. Maka dari itu
jajaran direksi perusahaan menginstruksikan Mitratel agar menambah ragam layanan infrastruktur
telekomunikasi.
Pada 2019, Mitratel membentuk sebuah probis yang berkecimpung dalam portofolio digital service yang bernama
Unit Digital Bisnis. Unit tersebut
bertugas dalam memperoleh sales dalam bidang layanan digital yang dapat digunakan dengan menra telekomunikasi
yang dimiliki oleh Mitratel.
Pada 2020, Probis tersebut tergabung dalam unit Tower
Related Business dan berada di bawah manajemen divisi Marketing
and Sales dengan portofolio
Digital Service yang berkaitan dengan
menara telekomunikasi. Namun pada 2021, unit tersebut dibubarkan dan portofolio digital
service yang berkaitan dengan
teknologi IoT dipindah ke anak perusahaan
Mitratel yaitu PT. Persada Sokka Tama.
Dalam implementasinya, Mitratel akan mengadopsi
jaringan LoRa yang tergolong
baru di Indonesia dan dimiliki
oleh PT. Telkom Indonesia, sehingga belum ada pesaing
dengan tipe jaringan yang sama, namun jaringan LoRa ini akan bersaing
dengan jaringan NB-IoT milik SigFox, Telkomsel,
XL, Indosat, SmartFren dan Sampoerna telecom sebagai
provider jaringan yang telah
lama berkecimpung di Indonesia dalam
bidang konektivitas perangkat mobile.
Tabel
1. Kompetitor konektivitas perangkat IoT
No |
Nama |
Provider |
1 |
SigFox |
SigFox |
2 |
Telkomsel |
Nb-IoT |
3 |
XL |
Nb-IoT |
4 |
Indosat |
Nb-IoT |
5 |
Smartfren |
Nb-IoT |
6 |
Sampoerna
Telecom |
Nb-IoT |
Sumber: Dokumen Perusahaan
Menurut ABI Research (2019, LoRaWAN
and NB-IOT: Competitors or Complementary), kelebihan jaringan LoRa ini memiliki kemampuan untuk bertahan lama sampai 15 tahun dengan perangkat yang hanya mengirim data sensor via jaringan LoRa (Class A) sedangkan
jaringan Nb-IoT hanya bertahan sampai 10 tahun, sehingga dalam implementasinya, jaringan LoRamampu memangkas biaya operasi yang digunakan oleh pelanggan.
Tabel 2
Perbandingan Lora dengan
Nb-IoT
Sumber:
ABI Research, LoRaWAN and
NB-IOT: Competitors or Complementary
Adapun saat
ini, pemasangan perangkat BTS LoRa tersebut difokuskan di wilayah yang memiliki
use case yang dijadikan portofolio
Mitratel, wilayah tersebut berada di JABODETABEK, Bandung, Musi Banyuasin
dan Bali dimana data tersebut
terlampir pada lampiran
ke-1.
Tantangan
yang dihadapi jaringan LoRa
saat ini adalah konsumsi energi, jangkauan komunikasi, akses ganda, koreksi error dan keamanan. Dalam hal konsumsi energi
jaringan LoRa diharapkan mampu bertahan hingga 5-10 tahun untuk beroperasi sedangkan dalam hal jarak komunikasi
tantangan yang dihadapi
LoRa berupa daerah pemukiman yang padat dengan bangunan yang mampu mereduksi jarak jangkauan jaringan LoRa.
Dalam hal akses ganda,
LoRa menghadapi tantangan dalam aspek koordinasi
tautan serta alokasi sumber daya. Adapun dalam hal koreksi error dan keamanan data, Lora menghadapi tantangan dalam hal pengkodean kanal serta pembatalan
adanya interferensi. Meskipun demikian, tantangan tantangan ini dapat ditangani
oleh aliansi LoRa yang berusaha
meminimalisir tantangan
yang dihadapi.
Gambar 2 Target pendapatan
unit bisnis digital Mitratel
sampai 2024
Sumber: Dokumen Perusahaan
Dengan hal tersebut Mitratel
dengan unit digital bisnisnya
ingin ikut andil dalam ekosistem
IoT dalam bidang jaringannya, hal ini dikarenakan Mitratel adalah penyedia layanan infrastruktur telekomunikasi dan pelanggannya adalah operator jaringa ntelekomunikasi di
Indonesia.
Sehingga dibuatlah target revenue yang dibebankan
kepada unit digital bisnis.
Total target pendapatan yang direncanakan
untuk unit bisnis digital sampai Q4 2024 adalah 1,2 Triliun Rupiah, sedangkan unit bisnis digital Mitratel merupakan unit baru yang belum pernah berkecimpung
di bidang provider jaringan
telekomunikasi sehingga memerlukan program pemasaran yang
mampu untuk mencapai target selama 5 tahun ke depan.
Penelitian ini dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan, adapun tujuannya yaitu: 1. Mengetahui bagaimana segmentasi Mitratel bagi Produk BTS LoRa. 2. Mengetahui bagaimana targeting
pasar bagi produk BTS LoRa.
3. Mengetahui bagaimana
positioning pasar bagi produk
BTS LoRa. 4. Mengetahui bagaimana
bauran pemasaran (4P) bagi produk BTS Lora. 5. Mempetakan Strength, Weakness, Opportunities dan Threat
dari Mitratel, untuk menyusun strategi pemasaran. 7. Menentukan program pemasaran yang dapat meningkatkan penjualan pada produk BTS LoRa.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan strategi penelitian
arsip sehingga memiliki sumber data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016). Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen.
Adapun cara peneliti mendapatkan data tersebut adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang terjabar sebagaimana berikut:
Observasi
Menurut (Sugiyono, 2015) observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek. Dalam
penelitian ini teknik observasi yang digunakan adalah partisipatif, dengan berkecimpung langsung dalam unit bisnis digital Mitratel.
Focus Group
Discussion
Menurut (Purnama, 2015) Focus
group Disuccion (FGD) adalah suatu
cara pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang spesifik
melalui diskusi kelompok. Perbedaan FGD
dengan wawancara adalah adanya interaksi antar narasumber serta terfokus untuk
membahas permasalahan tertentu.
Uji Validitas
Menurut (Sekaran & Bougie, 2016), dalam (Indrawati, 2015), Validitas adalah “How well the
items of the questionnaire measure the particular construct intended to measure”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam implementasinya, sehingga peneliti menggunakan Triangulasi Teknik untuk menguji validitas data.
Triple Helix menurut
(Etzkowitz & Leydesdorff, 1998), “The
triple helix is an analytical and normative concept derived from the changing
role of government in different societies in relation to academia and industry”.
Triple Helix memiliki 3 buah
peran yaitu Pemerintah, Universitas dan Industri
dimana tujuan dari konsep ini
adalah melahirkan sebuah inovasi terbaru berdasarkan sinergi dari 3 buah peran tersebut
untuk memiliki keunggulan dalam bersaing. Dalam tesis ini akan
digunakan adaptasi dari konsep tersebut
dimana tringulasi data wawancara, dokumen pendukung serta hasil observasi akan dilakukan.
Gambar 3. Balanced Triple Helix Model
Sumber:
Triple Helix Journal (2020:1-38)
Teknik Analisis Data
Menurut
Bogdan dalam (Sugiyono, 2018), Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat dengan mudah dipahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Adapun penelitian ini bersifat induktif yaitu mengolah informasi berdasarkan data yang ada.
Analisa data hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah menggunakan metode yang dirumuskan oleh (Murdiyanto, 2020) yang menggambarkan proses analisis
data penelitian kualitatif sebagai berikut:
Gambar
4 Proses analisa data penelitian
kualitatif
Sumber Miles dan
Huberman (1992:20)
Menurut (Erragi, 2022), Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Adapun
proses reduksi ini meliputi meringkas data, mengkode, menelusur tema dan membuat gugus-gugus.
Pada penelitian
ini, proses reduksi data dilakukan setelah wawancara selesai dilakukan dan diuji menggunakan uji validitas dan reliabilitas sehingga proses reduksi data dilakukan dengan data yang valid dan reliable.
Menurut (Erragi, 2022), Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data tersebut dapat disusun berupa
grafik, matriks, jaringan dan bagan.
Dalam penelitian ini data tersebut akan disajikan
dalam bentuk grafik dan bagan, yang membantu untuk memberikan informasi kepada peneliti untuk menarik kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Strength
Kekuatan Mitratel terpusat dalam Telecommunication
Infrastructure Provider yang berupa Menara Guyedmast, Pole Telekomunikasi, Menara Triangle dan penyewaan spot perangkat
BTS. Saat ini Mitratel memiliki dua puluh delapan ribu
menara yang tersebar di seluruh Indonesia setelah PT. Telkomsel memberikan menara milik mereka
kepada mitratel sehingga saat ini Mitratel memiliki aset tower sebanyak itu. Dengan sumber daya
tersebut Mitratel bekerja sama dengan
PT. Telkom untuk instalasi Gateway LoRa yang akan menjadi konektivitas
untuk perangkat IoT.
Unit digital bisnis memanfaatkan dengan adanya sinergi
BUMN, terutama antar anak perusahaan PT. Telkom, sehingga Mitratel mampu untuk memberikan solusi yang dapat mendukung anak perusahaan lainnya bagi pelanggannya.
Berdasarkan hasil uji coba di lapangan, BTS LoRa dengan spesifikasinya mampu mencapai radius 10km dari pusat pemancaran
dalam rentang jarak yang tidak memiliki banyak gangguan, Adapun dengan berbagai macam gangguan BTS Lora mampu mencapai radius kurang lebih 5Km dari pusat pemancar.
Menurut pak Zamri, BTS LoRa memiliki kekuatan sesuai dengan spesifikasinya seperti berikut:
“Jadi kalau LoRa tadi sebetulnya secara spesifik spesifikasi teknisnya gitu ya ya yang mungkin boleh dibilang ya low cost gitu kan ya low power consumption kemudian coverage yang tadi sampai menjangkau misalnya 10km dengan omni
directional termasuk juga long battery tadi sampai 10 tahun gitu ya. Nah ini sebetulnya menjadi kelebihan sebetulnya dimiliki oleh lora, termasuk jaringan lora. Kalau misalnya nanti memang sudah dideploy secara masif gitu ya, sehingga konektivitas interkonektivitas nya itu. saling gitu ya integrasi satu sama lain, tidak ada blank spot dan segala macam itu yang pertama kemudian yang kedua juga dari sisi keamanan
security lah gitu ya dari luar ini sendiri
ini sudah sudah ada sertifikasi sendiri. Setahu saya cuma saya lupa istilahnya
apa kemudian termasuk pada saat kita melakukan roll out nya sendiri, itu lebih mudah gitu ini menjadi strength juga ketika kita mendeploy lora gitu ya, sehingga kita
butuh waktu yang sangat singkat gitu ya dan efisien dari sisi
cost juga”
Menurut Dr. Daduk,
strength yang dimiliki oleh BTS LoRa dengan spesifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
“Nah ini bagaimana mengemas produk yang tadinya sangat sederhana, mungkin nggak besar datanya,
tapi kita kemas dalam sebuah aplikasi.
Makanya manage service menggali
kebutuhannya apa saja itulah kuncinya
dari nanti bagaimana value
itu bisa dihadirkan”
Menurut Dr. Gerry, hal
yang bisa dihadapi oleh BTS
LoRa dengan strengthnya terhadap kemungkinan adanya BTS LoRa yang tidak tersertifikasi adalah sebagai berikut:
“Nah di government sendiri memang ada aturan di mana pengaturan itu yang menjamin supaya tidak ada
intervensi antar satu sama lain. Oleh karena itu saya, saya saya belum
tahu ya regulasinya,
tapi saya sangat percaya bahwa pemerintah akan mengatur itu. Gitu kan kalau enggak
ini sangat riuh. Internet ini sangat riuh. Jadi IoT ini sangat riuh. Semua berdengung tapi saling intervensi. Bahkan kalau ada
orang sembarangan gitu akhirnya
tiba tiba yang v nya lancar keganggu
dan enggak tahu ini siapa sih problemnya gitu intervensinya. Oleh karena itu saya sangat percaya pasti pemerintah sangat mengatur itu demi kenyamanan masyarakatnya”
BTS LoRa memiliki kekuatan yang dapat menandingi jaringan IoT lainnya berdasarkan spesifikasi yang dimiliki, terlebih jika dikemas dengan
sebuah aplikasi atau use case tertentu. Dan karena sudah tersertifikasi pengguanannya, penggunaan jaringan LoRa diharapkan tidak mengintervensi frekuensi jaringan lainnya.
Weakness
Kelemahan Mitratel dalam internal perusahaan adalah bahwa SDM yang berada di Mitratel memerlukan untuk diberikan
seminar, pelatihan dan sosialisasi
dengan hal-hal yang berkaitan implementasi industry
4.0 di Indonesia. Dikarenakan SDM yang ada saat ini belum
mengerti dengan baik mengenai industri
4.0 dari ekosistem, skema, model dan pasar bisnisnya.
Pak Zamri
menyampaikan pendapatnya
untuk mengatasi weakness LoRa sebagai
berikut:
“Kalau
kita lihat secara market sendiri sebetulnya. IoT ini tidak semasif. penggunaan misalnya seperti mobile operator
gitu ya handphone handset gitu, smartphone segala macam, tapi memang tergantung dengan use case dan aplikasi yang
digunakan gitu ya. Nah, karena termasuk, LoRa termasuk teknologi baru gitu ya dan tergantung dengan use case yang dihadapi dan sifatnya memang customized sesuai dengan poin poin
dan solusi yang dibutuhkan
oleh customer, maka kita perlu juga. Sumber Daya Manusia kita
gitu ya talent talent kita ini harus di dibangun nih kapabilitas
dan kapasitasnya”
“Termasuk
inovasi-inovasi dari talent
kita untuk berkecimpung dalam bidang IoT ini”
Dr. Daduk
berpendapat untuk mengatasi
kelemahan jaringan LoRa sebagai berikut:
“Layanan
itu juga sangat menentukan. Banyak customer itu churn
karena faktor komunikasi jadi enggak puas di komunikasi. Jadi tidak serta merta produk
yang bagus itu akan mendapatkan
loyalty yang tinggi dari
customer gitu ya. Tapi banyak
juga yang customer itu churn pindah ya akibat ketus
enggak direspon lambat gitu ya betul pak sekarang ada chat bot segala macam itu juga ini ya kalau saya melihat
strateginya salah satunya bagaimana layanan itu bisa dihadirkan”
Dr. Gerry berpendapat untuk mengatasi kelemahan jaringan LoRa sebagai berikut:
“Center of excellent menjadi sebuah solusi. Jadi pada saat mitra kerja sama beberapa universitas bikin center
of excellent, maka permasalahan
permasalahan tadi bisa diselesaikan secara lokal dan sumber daya manusianya
selalu ada. Gitu ya jadi jangan sampai mitratel datang ke Sumatera untuk menyelesaikan
hanya switching doang gitu doang gitu kan ya tadi untuk menyelesaikan
itu”
Dikarenakan jaringan
LoRa memiliki batasan saat beroperasi maka perlu untuk membuat dokumentasi terkait instalasi dan penggunaan jaringan LoRa yang telah teruji. Selain
itu, dapat dibangun juga
command center agar pengguna layanan
dapat mendapatkan solusi bagi permasalahan mereka dengan SDM dari konsep Center of Excellence
yang bersistem Merdeka Belajar
Kampus Merdeka (MBKM).
Opportunity
Peluang bisnis IoT
berdasarkan hasil pemantauan cukup banyak, namun menurut
Positioning Mitratel terbatas
dalam lingkup Telecommunicaion Infrastructure Provider, sehingga peluang bisnis yang baru dapat berupa Edge Computing
Shelter di sekitar tower serta
penyewaan space untuk BTS jaringan
IoT bagi seluruh provider telekomunikasi.
Pak Zamri
berpendapat bahwa
opportunity BTS LoRa sebagai berikut:
“Kawasan industri
gitu ya, nah ini ini merupakan daerah
daerah yang memang kita bisa sasar
gitu ya oleh Mitratel untuk
bisa meng capture market di sana gitu. Ini
opportunity yang pertama kemudian
yang kedua terkait dengan government government ini sendiri. Ini berkontribusi sekitar 12% gitu. Hal ini memang pemerintah kita sangat gencar gencar sekali
terkait dengan smart city sendiri”
“Kemudian
yang ketiga energi
utilities gitu ya termasuk
yang yang mining gitu. Nah kita
bisa menggrab market terutama untuk smart meter”
“Yang keempat
terkait dengan agriculture
Indonesia. Kalau kita lihat banyak perkebunan
gitu kan ya”
Dr. Daduk
berpendapat mengenai
opportunity LoRa sebagai berikut:
“Membahas tentang opportunity ini kan membahas prospek
ya prospek ke depan kan ini negara kita kan impian
negara kita kan mendigitalkan everything, jadi kalau bicara digital IoT itu adalah sensor yang menjadi
enabler digitalisasi itu jadi
opportunity itu besar”
“Saya melihat
sisi ada ancaman ketahanan ekonomi ketika digitalisasi ini tidak mampu kita manage dengan baik, termasuk
bagaimana opportunity ini tidak
bisa kita ambil semaksimal mungkin”
“Contohnya tadi mungkin diregulasi
ya barangkali bisa mengatakan dengan para anggota dewan ya supaya membuat
regulasi. Bahwa untuk aspek aspek ini harus perusahaan lokal, barangkali supaya kita kuasai
gitu ya”
Adapun tanggapan Dr. Gerry mengenai
opportunity adalah sebagai berikut:
“Ya, kalau kita lihat
di PPPSTE adalah penyediaan
layanan publik itu adalah semua pemberi
layanan yang menggunakan elektronik di mana di PPPSTE tercantum
semua penyimpanan data itu harus ada di Indonesia seperti itu. Bahkan di untuk data
data pemerintah ada pengaturannya sendiri. Oleh karena itu kita akan mendorong
pemanfaatan teknologi tadi. Yang sesuai dengan kaidah kaidah
yang sudah ditetapkan.”
BTS LoRa di Indonesia memiliki kesempatan bersaing dengan vendor dari pesaing luar
negeri, terutama apabila sesuai dengan regulasi
pemerintah terutama dalam hal pemanfaatan
teknologi dan PSE Kominfo.
Adapun opportunity terbaik bagi BTS LoRa ada dalam sektor
manufacturing, government, energy utilities dan agriculture.
Threat
Ancaman bagi Mitratel
berdasarkan hasil pemantauan yaitu perkembangan teknologi yang pesat saat ini. Beberapa artikel berita yang ditemui oleh peneliti serta business plan menunjukkan bahwa teknologi IoT dapat diadaptasi oleh berbagai banyak pihak dengan
mudah, konektivitas yang digunakan oleh perangkat memiliki opsi berbayar
dan gratis sehingga model bisnis
seperti ini memerlukan kualitas layanan yang baik dimana nilai
yang diberikan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh calon pelanggan.
Dalam hal perangkat IoT, komponen tersebut dapat ditemukan dengan mudah di marketplace, official supplier dengan
harga yang terjangkau murah. Kendati demikian, ekosistem untuk IoT memang diperlukan sehingga Mitratel pada saat ini sedang membangun ekosistem terlebih dahulu dengan berbagai
use case sebagai percontohannya.
Beberapa artikel yang muncul serta pengamatan
yang dilakukan, perusahaan
yang memiliki ekosistem di bidang IoT akan mampu untuk bersaing dengan kompetitornya.
Pak Zamri
berpendapat bahwa threat
bagi BTS LoRa adalah sebagai
berikut:
“Sedangkan kalau misalnya LoRa sendiri sifatnya ini masih selective site, selective area, selective cluster dan
sifatnya mushroom belum
massive lah gitu ya, sehingga memang perlakuannya adalah spesifik untuk area area tertentu yang tadi saya sampaikan. Bisa kita masuk ke area misalnya KEK, bisa kita masuk ke kawasan
industri gitu misalnya, memang spesifik di sana gitu. Nah
ini ini sebetulnya yang jadi ancaman seberapa
besar nanti market share dari
LoRa dibandingkan dengan
Nb-IoT karena keterbatasan dari jaringan”
“Kemudian
yang kedua terkait dengan tadi disampaikan
mas ilham orang secara bebas gitu ya bisa
membeli gitu ya equipment equipment. Apa namanya aksesoris apapun sehingga bisa membentuk BTS lora. Kemudian saya sensor itu lora
gitu kan ya, karena ini memang sifatnya open source gitu ya. Nah
ini sebetulnya nanti balik
lagi ke bagaimana mengcreate
satu platform supaya nanti bisa tidak tidak
terjadi hacking lah gitu ya bisa bisa
aman lah data data yang mengalir di sana gitu ya”
Pendapat Dr. Daduk terhadap Langkah yang bisa dilakukan terhadap ancaman BTS LoRa sebagai berikut:
“Sebetulnya
kan kita berbisnis ya itu banyak sisi yang bisa kita masukin
gitu ya tidak tidak tidak semata
mata hanya produknya itu sendiri tidak, tapi kemampuan kita menghadirkan solusi menghadirkan value value yang yang itu mungkin sangat dibutuhkan oleh
customer dan mereka kepikiran
ya. Makanya, model digital bisnis itu kan memberikan solusi sebetulnya bukan menghadirkan produk gitu ya. Nah solusi apa sebetulnya
ya mungkin segmented banget ya untuk customer A mungkin solusinya yang sesuai untuk orang A. customer B untuk orang B, ini harus segmented banget gitu. Nah meskipun mereka mungkin bisa membuat.
Aplikasi IoT ya, tapi mungkin mereka untuk menghadirkan informasi menghadirkan layanan yang lebih dalam. Mungkin
mungkin enggak mampu. Karena apa? Karena kan IoT ini ya. IoT ini kan nanti ujungnya kepada pemanfaatan di ujung bukan hanya informasi data data dari IoT nya bnukan.
Akan tetapi sesuatu layanan, value yang nanti sangat akan
bermanfaat bagi customer.”
Adapun pendapat Dr. Gerry adalah sebagai berikut:
“Cuma lora itu paling kalahnya sama sih
ya karena rangenya lebih besar, lebih besar,
lebih besar. Nah saya nggak ngerti
tadi saya lagi berusaha untuk mendeteksi apa ya. Kita harus
melakukan riset mengenai tadi sih
saya, saya coba browsing seberapa jauh sih. Sawah dengan rumah penduduk gitu, karena kalau pakai
bluetooth mungkin sawah di sebelah rumah gitu ya. Tapi kalau sawah penduduk, antara rumah penduduk dan sawah kan mungkin satu
kilo dua kilo empat kilo gitu. Nah, ataupun kolam yang tadi kolam lele
penduduk itu jangan jangan tidak bersebelahan. Nah sehingga kita cari
intersection nya tadi sehingga itu menjadi solusi buat LoRa. Jadi coba coba coba kita
lakukan riset supaya kita bisa
posisioning bahwa sebenarnya LoRa ini tepatnya
untuk industri apa?”
Berdasarkan hasil diskusi tersebut, BTS LoRa dengan spesifikasinya dapat terancam oleh NB-IoT yang menggunakan modul GSM karena sudah lebih lama tersebar di Indonesia dan secara
coverage sudah optimal di kawasan padat
penduduk, sedangkan
coverage LoRa memiliki batasan
apabila penyebaran frekuensinya terbentur dengan halangan seperti bangunan dan pepohonan. Namun produk NB-IoT merupakan jaringan yang membutuhkan daya yang besar dan bandwidth
yang lebar, dimana jaringan LoRa mampu beroperasi dengan daya yang rendah meskipun dengan bandwidth yang kecil.
Dari
pembahasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa baik dari segi
perusahaan, akademisi dan pemerintahan aktif dalam peran mereka
masing-masing dalam implementasi
digitalisasi di Indonesia. Bahkan
diatur dalam PERPRES no. 39
tahun 2019 dimana Indonesia
diharapkan akan memiliki konsep one data, dimana semua data terhubung sesuai dengan misi pemerintah
Indonesia pada tahun 2045. Demikian
juga dari sektor akademisi dimana saat ini banyak pelajar yang berminat untuk berkecimpung sebagai pencetus dalam digitalisasi melalui kelas-kelas yang diikuti.
Segmenting
Segmentasi yang dimiliki pasar IoT sangat beragam sehingga penentuan target pasar dan positioning yang dilakukan memberikan dampak bagi perusahaan yang berkecimpung dalam sektor yang diminati. Dalam bidang IoT, Mitratel selaku perusahaan yang bergerak dalam infrastruktur Menara telekomunikasi memiliki segmen yang lebih luas dari bisnis
sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi, segmentasi yang dimiliki Mitratel masih berada dalam pemerintahan,
operator jaringan dan enterprise, namun
berdasarakan hasil diskusi, segmen pemerintahan merupakan segmen utama namun
segmentasi BTS LoRa tidak hanya terbatas pada hal tersebut, ada
beberapa sektor yang masih bisa dijangkau
dan didukung oleh regulasi pemerintah negara dalam PERPRES nya, seperti sektor
manufaktur, kesehatan, perumahan, pertanian dan lainnya yang masih bisa untuk dijajaki.
Segmentasi tersebut sesuai dengan penelitian dari Georgios Lampropoulos, menurut Sundmaeker dimana segmen IoT berada dalam lingkup
domain Environmental, Industrial dan Social, dimana pemerintah memegan peran penting dalam
domain industry dan sosial, sehingga
dapat dipastikan bahwa segmen pemerintahan
merupakan segmen utama dalam pasar IoT.
Targeting
Pasar yang ditargetkan oleh Mitratel berdasarkan hasil observasi adalah sektor pemerintahan
dan penyedia jaringan telekomunikasi. Berdasarkan hasil diskusi, target BTS LoRa dapat berupa mereka
yang membutuhkan solusi dari permasalahan yang dihadapi dan menurunkan resiko bisnis. Dalam regulasinya target pasar
yang diharapkan mampu memberikan dampak yang postif bagi masyarakat terutama dalam memenuhi visi pemerintah
dalam memberikan peningkatan sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup yang layak.
Hal ini bisa memberikan
target pasar baru sesuai dengan hasil diskusi
dimana target pasar bagi perusahaan
adalah perusahaan telekomunikasi dan non telekomunikasi,
dimana yang non telekomunikasi
tidak hanya terbatas untuk sektor pemerintahan saja.
Positioning
Positioning yang dimiliki mitratel selama observasi adalah penyedia layanan telekomunikasi. Berdarkan hasil diskusi, positioning yang disepakati oleh dua narasumber yaitu sebagai digital enabler.
Hal ini dikarenakan dengan
adanya infrastruktur telekomunikasi tersebut, digitalisasi di Indonesia dapat dilakukan sampai ke berbagai daerah, baik yang berada di perkotaan maupun di area rural.
Menurut Mehtab Alam dalam penelitiannya berpendapat “IOT has made visible advancement in service
and manufacturing such as superior services, increased production and
unprecedented quality at affordable cost. Improved business insights and
customer experience, cost and downtime reductions, asset tracking & waste
reduction are other few advantages of the approach.”
IoT telah membuat
kemajuan nyata dalam layanan dan manufaktur seperti layanan superior, peningkatan produksi dan kualitas yang belum pernah terjadi
sebelumnya dengan biaya terjangkau. Wawasan bisnis yang lebih baik dan pengalaman pelanggan, pengurangan biaya dan waktu, pelacakan aset sertas pengurangan
sisa proses adalah beberapa keuntungan lain dari pendekatan ini.
Pemetaan
Segmentasi, Target dan Posotioning
Berdasarkan pembahasan segmenting, targeting dan
positioning, berikut adalah
hasil pemetaannya:
Gambar. Pemetaan STP berdasarkan hasil observasi dan diskusi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil
pemetaan tersebut diketahui bahwa segmen yang dimiliki oleh perusahaan terhadap BTS LoRa adalah Pemerintahan, Operator Jaringan Seluler, Manufaktu, Pertanian dan Perumahan. Adapun target pasarnya
adalah Telekomunikasi dan Non-Telekomunikasi, sedangkan Positioningnya dapat berupa digital enabler
ataupun Telecommunication Infrastructure Provider
Kualitas produk merupakan hal yang terpenting dalam pemberian layanan jaringan terhadap penggunanya. Tentunya agar suatu produk dapat dikatakan
berkualitas membutuhkan adanya standar atau uji kelayakan yang dapat dilakukan untuk membuktikan bahwa produk tersebut berkualitas dan memenuhi standar.
Adanya sertifikasi legalitas
produk menjadi jaminan bagi pengguna layanan jaringan terhadap resiko-resiko yang dapat timbul selama
penggunaannya, terutama perihal penggunaan frekuensi dan lebar pita yang dapat digunakan oleh produk tersebut yang erat kaitannya dengan regulasi pemerintah.
Dalam hal ini diperlukan adanya kesadaran pengguna layanan dan pemilik produk untuk menggunakan produk yang tersertifikasi dan legal. BTS LoRa yang dimiliki
oleh Mitratel telah memiliki sertifikat dari LoRa Alliance dan frekuensi
yang dipancarkan sesuai dengan aturan regulasi
yang ada di Indonesia yang beroperasi
di frekuensi 920 - 930 MHz.
Hal ini sesuai dengan
pendapat penelitian dari Dita Putri Anggraeni menurutnya kualitas produk dalam penelitiannya
yang berpendapat “Kualitas produk terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan”. Dengan dimilikinya BTS LoRa kualitas yang baik dan tersertifikasi oleh LoRa alliance, pelanggan
akan mendapatkan pengalaman yang baik dalam layanan yang diberikan.
Place
Penempatan produk BTS LoRa yang memberikan
layanan jaringan diharapkan sudah memenuhi aturan, sehingga tidak membuat riuh
baik dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi di wilayah yang akan
dibangun maupun proses pemasanganya. Adapun selama
proses pemasangan diharapkan
di lokasi yang mampu memberikan layanan yang optimal
bagi penggunanya, yang dapat
dianalisa dari segi geografis dari lokasi tersebut.
Hasil analisa inilah yang akan menjadi tolak
ukur ketika akan diuji oleh tim instalasi sebelum
akhirnya ditetapkan sebagai produk yang telah terpasang dan berfungsi.
Berkaitan dengan regulasi pemerintah, diharapkan bagi penyedia infrastruktur telekomunikasi agar memperhatikan
juga dengan tata letak kota, sehingga selain memberikan layanan yang optimal di suatu lokasi, pada tahun 2025 pemerintah ingin memberlakukan konsep tower
sharing sehingga meminimalisir
pembangunan di area yang sudah ada
menara telekomunikasi tersebut.
Menurut Aziz Mukhlis dalam penelitiannya “Ada pengaruh antara Lokasi dan Kualitas Pelayanan secara bersama-sama terhadap Kepuasan Pelanggan.”. Penempatan lokasi BTS LoRa di menara telekomunikasi milik Mitratel yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan mampu memberikan layanan yang baik bagi pelanggan jaringan IoT, terutama jaringan LoRa.
Promotion
Berdasarkan hasil observasi, Mitratel bekerja dengan account manager nya
untuk menggaet tenant yang ingin
menyewa lahan guna keperluan mereka di lokasi yang telah terbangun infrastruktur telekomunikasi.
Berdasarkan hasil diskusi, Community
marketing Management dapat menjadi
solusi untuk menciptakan adanya awareness dan engagement pasar terhadap
persuahaan dimana tujuan dari promosi
adalah untuk meningkatkan kesadaran dan keterikatan antara penjual dan pembeli yang bisa dicapai dengan berbagai macam metode seperti penggunaan kapabilitas Account
Manager, pengadaan event tertentu
untuk mempromosikan produk,
bundling produk dengan harga tertentu serta menggunakan media sosial
Promosi ini pun bisa ditargetkan
kepada para pelajar yang terbarui dengan perkembangan teknologi terutama perkembangan teknologi yang memilik dampak secara nasional.
Hal ini dikarenakan adanya fenomena bahwa salah satu penggerak perkembangan teknologi adalah pelajar yang aktif dalam mengimplementasikan
hasil studinya pada masyarakat yang berada di sekitarnya.
Pricing
Dalam menentukan harga, perusahaan dapat melakukan kustomisasi seperti halnya mekanisme pembelian sekali bayar One-time Charge
maupun layanan berbayar mangaed
service berdasarkan hasil
observasi. Adapun hasil diskusi, harga yang diberikan idealnya sesuai dengan value yang didapat oleh pembeli bahkan bisa memberikan
value yang lebih baik
dengan metode atau system yang dimiliki oleh pembeli sebelumnya.
Tentunya perusahaan dalam hal ini membutuhkan adanya analisa kelayakan bisnis bagi produk tersebut dengan value yang bisa diberikan, sehingga tidak hanya mengejar
parameter low price saja, namun
perlu memberikan benefit
dan value juga untuk perusahaan dengan berbagai skema yang daapt berupa One-time Charge, Recurring maupun managed service.
Menurut Ahmad Al-Fadhly dalam
penelitiannya “Therefore, both pricing strategy
and the customer experience with the customer are vital to building customer
satisfaction”. Strategi pemberian harga bagi pelanggannya dari Mitratel merupakan
strategi yang mengikuti dan menyesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan.
Kemudahan dalam kustomisasi harga ini diharapkan dapat memberikan daya tarik bagi calon pelanggan untuk membeli. Ditambah dengan adanya uij
kelayakan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, harga tersebut dapat bertemu dengan
kebutuhan pelanggan dan keuntungan perusahaan sehingga perusahaan dapat memberikan harga sesuai dengan
value yang didapat oleh pelanggan.
Pemetaan
Bauran Pemasaran
Berdasarkan pembahasan
mengenai product, place, promotion dan price berikut adalah hasil pemetaan bauran pemasaran:
Gambar.
Hasil pemetaan bauran pemasaran
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil
pemetaan ditemukan bahwa produk BTS LoRa memiliki sertifikat produk dari LoRa Alliance, BTS
LoRa beroperasi di frekuensi
yang sesuai dengan regulasi dari pemerintah.
Lokasi pemasangan BTS LoRa sudah dianalisa
terlebih dahulu serta mampu memberikan
layanan seusai hasil Analisa bagi penggunanya.
Media promosi
yang dilakukan bertujuan memberikan awareness dan engagement pembeli
dnegan cara bekerja sama dengan
para AM, pengadaan event, bunding produk
dan media sosial. Adapun dari
segi harga, perusahaan mampu melakukan kustomisasi harga dengan skema
pembayaran yang seusai dengan keinginan pembeli dan kebutuhan perusahaan.
BTS LoRa memiliki kekuatan yang dapat menandingi jaringan IoT lainnya berdasarkan spesifikasi yang dimiliki, terlebih jika disandingkan
dengan banyaknya persebaran infrastruktur telekomunikasi yang dimiliki oleh
perusahaan. Belum lagi dengan
sinergi antar anak perusahaan yang berada di bawah naungan PT. Telkom dan BUMN dimana
Mitratel dapat berkolaborasi dengan perusahaan lainnya
Tentunya penggunaan BTS LoRa ini membutuhkan
nilai jual yang sebanding dengan biaya pembelian, terlebih apabila mampu memberikan layanan jaringan yang tidak menginterferensi jaringan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan spesfikasi tersebut LoRa juga memiliki kekuatan untuk bersaing dengan pelanggan yang membutuhkan spesifikasinya, dengan keunggulan dalam bidang Low Cost, Low Power and Wide Coverage.
Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Roberto Omar Andrade, BTS LoRa memiliki beberapa keunggulan dengan spesifikasinya sebagai berikut:
·
Possibility
of deploying private networks
·
Low
cost of hardware (less than $100)
·
Low
power consumption in non-transmission mode (less than 1 A)
·
Long
battery lifetime (more than 10 years).
·
Large
coverage (up to 15 km)
·
More
messages per day than other LPWAN technologies
·
Robust
to Doppler Effect and multipath fading, due to CSS modulation
·
LoRa
uses adaptive data rate (ADR)
·
LoRa’s
sensitivity is on average 127 dBm
·
Easy
deployment and configuration. Many examples of configuration areavailable in
Internet websites and scientific databases.
·
End-to-end
security is available in LoRa
Dengan hasil penelitian
ini, ditambah dengan jumlah asset tower yang dimiliki
oleh Mitratel dan persebarannya
di seluruh wilayah Indonesia, BTS LoRa diyakini mampu bersaing dengan kompetitornya dalam ekosistem jaringan IoT.
Weakness
Dikarenakan jaringan LoRa memiliki
batasan saat beroperasi maka perlu untuk membuat dokumentasi terkait instalasi dan penggunaan jaringan LoRa yang telah teruji sehingga apabila terjadi kendala yang melebihi kemampuan jaringan tersebut, hal itu dapat termitigasi serta membuat command center
atau aftersales center dimana
pelanggan bisa mensolusikan masalahnya dengan mengunjungi tempat tersebut.
Demikian pula perlu adanya Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mumpuni dan mengerti
dengan baik perihal jaringan LoRa ini, sehingga layanan dari BTS LoRa ini dapat tersampaikan dengan baik serta memiliki
kualitas yang bagus dalam pengoperasiannya.
Beberapa kelemahan dalam jaringan LoRa menurut Roberto
Omar Andrade adalah sebagai
berikut:
·
Problems
with line of sight in city due to buildings and trees.
·
Many
in-house or non-commercial solutions require low range
·
Coverage
(less than 1 km).
·
Applications
with real-time interactions are not very suitable.
·
Applications
with data rate higher than 27 kbps are not suitable
Dengan hasil penelitian tersebut, kelemahan jaringan Lora diharapkan dapat diatasi dengan
usulan yang diberikan dari hasil diskusi
dengan para narasumber serta temuan di lapangan. Dimana SDM dan command center serta
pembuatan dokumentasi adalah hal-hal dasar untuk menghadapi kelemahan tersebut.
Opportunity
Kesempatan yang dimiliki oleh BTS LoRa untuk bersaing dengan produk kompetitornya yang terbaik terletak pada sektor manufacturing, government, energy utilities serta managed service. Hal ini dikarenakan
spesifikasi dari BTS LoRa sendiri yang mampu untuk menjadi private network sehingga
penggunannya dalam sektor-sektor tersebut amatlah cocok terutama
apabila hal yang dikhawatirkan oleh sektor tersebut berupa keamanan data.
BTS LoRa di Indonesia memiliki kesempatan bersaing dengan para pesaing dari luar negeri, terutama apabila penggunaannya sesuai dengan regulasi pemerintah dalam hal pemanfaatan teknologi dan PSE Kominfo. Beberapa waktu lalu Kominfo Indonesia mewajibkan bagi para penyedia layanan yang daerah operasinya berada di Indonesia
agar mendaftarkan dirinya
ke dalam PSE Kominfo agar dapat dilakukan pengecekan terhadap kesesuaian layanan tersebut dengan regulasi di Indonesia.
Roberto Omar Andrade dalam penelitiannya berpendapat bahwa kesempatan LoRa dalam aplikasinya di Smart City adalah sebagai berikut:
·
Deployment
of LoRa networks in many cities around the world.
·
New
cities need a sensorization process.
·
Big
IT enterprises are developing or supporting LoRa products (e.g., Cisco, IBM, Intel).
·
The
need for smart city solutions using IoT is growing, especially in the healthcare,
energy, industry, and transportation areas.
Kesempatan-kesempatan ini memungkinkan kerjasama
dengan perusahan lainnya dalam pengadaan
jaringan LoRa. Ditambah dengan adanya sinergi
BUMN yang dimiliki oleh Mitratel,
tentunya kesempatan ini dapat dengan mudah
diambil selama masih sesuai dengan
portofolio perusahaan serta memenuhi aturan regulasi dari pemerintah Indonesia.
Threat
BTS LoRa dengan spesifikasinya
dapat terancam oleh NB-IoT
yang menggunakan modul GSM karena sudah lebih lama tersebar di Indonesia dan secara
coverage sudah optimal di kawasan padat
penduduk, sedangkan
coverage LoRa memiliki batasan
apabila penyebaran frekuensinya terbentur dengan halangan seperti bangunan dan pepohonan. Namun produk NB-IoT merupakan jaringan yang membutuhkan daya yang besar dan bandwidth
yang lebar, dimana jaringan LoRa mampu beroperasi dengan daya yang rendah meskipun dengan bandwidth yang kecil
Penelitian yang dilakukan oleh Roberto Omar Andrade menyatakan bahwa kelemahan jairngan LoRa adalah sebagai berikut:
·
Security
attacks to IoT hardware and software
·
Security
issues due to lack of periodic updates of IoT devices
·
Other
strong IoT LPWAN technologies are available, like SIGFOX nd NB-IoT
·
Menghadapi ancaman tersebut, adanya platform layanan yang baik memungkinkan Mitratel untuk bersaing dengan produk competitor jaringan LoRa. Dalam bisnis IoT, value yang ditawarkan
oleh perusahaan adalah layanan guna memenuhi
kebuthan pelanggan akan permasalahan mereka, sheingga tercipta efisiensi dalam produktivitas
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, BTS
LoRa memanglah sebuah produk yang dapatt bersaing dengan jaringan IoT lainnya, hal ini dikarenakan
spesifikasinya yang memungkinkan
untuk beroperasi dengan secara low cost, low power
dan wide coverage. Serta disinergikan dengan aset menara
yang dimiliki oleh Mitratel
yang tersebar di seluruh
Indonesia, dapat diakatakan
bahwa jaringan LoRa mampu menjadi market leader untuk konektivitas perangkat berbasis IoT.
Strategi-strategi pemasaran
yang dibuat dari hasil penelitian diharapkan mampu untuk memberikan pandangan kepada perusahaan serta para pembaca yang berkecimpung dalam bidang jaringan
LoRa serta bergerak dalam bidang infrastuktur
telekomunikasi, dimana segmennya adalah pemerintahan, operator jaringan seluler, dan lainnya. Target
pasar yakni industry telekomunikasi
dan non telekomunikasi serta
memiliki positioning sebagai
digital enabler berdasarkan portofolio
Mitratel sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Erragi,
Samia. (2022). Penanaman Akhlak Pada Anak Tunagrahita Di SMPLB Nurul Ikhsan
Ngadiluwih. IAIN Kediri.
Etzkowitz,
Henry, & Leydesdorff, Loet. (1998). The endless transition: a" triple
helix" of university-industry-government relations: Introduction. Minerva,
203–208.
Indrawati,
Ph D. (2015). Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis Konvergensi Teknologi
Komunikasi dan Informasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Murdiyanto,
Eko. (2020). Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi disertai contoh
proposal). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UPN”
Veteran ….
Purnama,
Sang Gede. (2015). Panduan Focus Group Discussion (FGD) dan Penerapannya. Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, 1–15.
Sekaran,
Uma, & Bougie, Roger. (2016). Research Methods For Business: A Skill
Building Approach (7th ed.). United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Simarmata,
Janner, Manuhutu, Melda Agnes, Yendrianof, Devi, Iskandar, Akbar, Amin, Muhammad,
Sinlae, Alfry Aristo J., Siregar, Muhammad Noor Hasan, Hazriani, Hazriani,
Herlinah, Herlinah, & Sinambela, Marzuki. (2021). Pengantar Teknologi
Informasi. Yayasan Kita Menulis.
Sugiyono.
(2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono,
Prof. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta,
28, 1–12.
Sugiyono,
Prof. (2016). Metode Penelitian Manajemen(Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research,
dan Penelitian Evaluasi). Bandung: Alfabeta Cv.
Taufik,
Taufik, Misbahuddin, Misbahuddin, & Nrartha, I. Made Ari. (2021). Sistem
Monitoring Dan Kontrol Penerangan Jalan Umum Menggunakan Jaringan Komunikasi
Lora Berbasis Internet Of Things (Iot). DIELEKTRIKA, 8(2), 95–102.