Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional Terhadap
Laba Bersih
Indria Widyastuti1, Maharani2,
Eko Haryadi3, Diah Wijayanti4
Bina
Sarana Informatika, Jakarta Barat, Indonesia
Indria.Iwi@Bsi.Ac.Id1,
Maharanikosas23@Gmail.Com2
Abstrak
Dalam dunia bisnis,
manajemen biaya yang efektif dan efisien menjadi kunci untuk memaksimalkan profitabilitas
perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efek dari
pengeluaran produksi dan operasional pada tingkat keuntungan di PT Bakrie Metal
Industries. Sampel dalam penelitian ini merujuk pada laporan anggaran
perencanaan produksi. Metode yang dipakai adalah pendekatan penelitian
kuantitatif deskriptif, dengan data yang diperoleh melalui proses pengumpulan informasi
dari laporan rencana anggaran produksi dari tahun 2020 hingga 2022 di PT.
Bakrie Metal Industries, perusahaan yang mengkhususkan diri dalam produksi
produk logam bergelombang dan proyek fabrikasi. Subjek penelitian melibatkan
biaya produksi, biaya operasional, dan laba bersih dari periode 2020 hingga
2022. Analisis data dilakukan melalui sejumlah teknik, termasuk uji normalitas,
uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji korelasi,
uji regresi linier berganda, uji koefisien determinasi, serta uji t dan uji F.
Proses analisis menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22. Hasil dari
penelitian ini mengindikasikan bahwa biaya produksi memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap laba bersih, sementara biaya operasional menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. Selanjutnya, ditemukan bahwa
baik biaya produksi maupun biaya operasional memiliki dampak yang signifikan
terhadap tingkat profitabilitas di PT Bakrie Metal Industries.
Kata
kunci: biaya produksi, biaya operasional, laba bersih
Abstract
In the business world, effective and
efficient cost management is the key to optimizing company profits. The aim of
this research is to examine the effect of production and operational
expenditure on profit levels at PT Bakrie Metal Industries. The sample in this
research refers to the production planning budget report. The method used is a
descriptive quantitative research approach, with data obtained through the
process of collecting information from production budget planning reports from
2020 to 2022 at PT. Bakrie Metal Industries, a company specializing in the
production of corrugated metal products and fabrication projects. The research
subject involves production costs, operational costs and net profit from the
period 2020 to 2022. Data analysis was carried out through a number of
techniques, including normality tests, heteroscedasticity tests,
multicollinearity, autocorrelation test, correlation test, and multiple linear
regression test, coefficient of determination test, as well as t test and F
test. The analysis process uses SPSS version 22 software. The results of this
research indicate that production costs have an insignificant influence on net
profit, while operational costs show a significant influence on net profit.
Furthermore, it was found that both production costs and operational costs had
a significant impact on the level of profitability at PT Bakrie Metal
Industries.
Keywords: production
costs, operational costs, net profit
Pendahuluan
Dalam konteks pertumbuhan pesat sebagai kota
industri, Bekasi menjadi arena persaingan yang sengit bagi pelaku usaha dalam
industri yang sama. Persaingan ini melibatkan banyak pelaku bisnis yang
berkompetisi untuk merebut pangsa pasar yang sama.
Persaingan harga yang semakin ketat dan peran teknologi serta inovasi menjadi
faktor kunci dalam menentukan kesuksesan perusahaan di Bekasi.
Para pelaku bisnis dihadapkan pada tantangan intensifikasi
persaingan di Bekasi, yang mendorong mereka untuk mempertimbangkan sejumlah
variabel yang berpotensi memengaruhi kinerja perusahaan. Inovasi teknologi dan
proses manufaktur menjadi faktor penting yang dapat meningkatkan produktivitas
dan efektivitas dalam memenuhi kebutuhan pelanggan (Saied
et al., 2023). Selain itu, menjaga harga yang
terjangkau dan kualitas barang yang unggul juga merupakan elemen kunci dalam menghadapi
persaingan di pasar.
Dalam konteks mencapai tujuan bisnis, pendirian perusahaan
memiliki tujuan utama untuk mencapai laba guna menjaga kelancaran operasional (Supatmin,
2023). Namun, untuk mencapai tujuan ini,
pengelolaan harga yang efektif dan efisien dalam mengoptimalkan pendapatan
serta mendukung pertumbuhan masa depan perusahaan menjadi hal yang sangat
penting. Laba merupakan akhir dari tujuan setiap perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, karena laba yang dihasilkan akan menjadi sumber dana penting untuk
pengembangan perusahaan dan Memberikan manfaat kepada pemegang saham atau
pemilik perusahaan (Damayanti,
2019).
Laba dihasilkan melalui penjualan produk atau jasa yang
ditawarkan. Penjualan menjadi sumber pendapatan utama, di mana pendapatan dari
penjualan produk digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan operasional
perusahaan. Namun, biaya juga merupakan aspek penting yang harus
diperhitungkan. Biaya mencakup berbagai jenis pengeluaran selama proses
manufaktur, termasuk biaya operasional dan biaya produksi. Biaya operasional
mencakup pengeluaran untuk memperoleh bahan baku dan
peralatan yang diperlukan selama produksi. Ketika membicarakan biaya produksi,
ini berkaitan dengan proses mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap
dijual di pasaran. Elemen-elemen yang tergabung dalam pengeluaran produksi
meliputi pengeluaran untuk bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Selain itu, biaya operasional mengacu pada pengeluaran yang
terkait dengan operasional perusahaan. Dikeluarkan oleh perusahaan saat
menjalankan operasi bisnisnya dalam keseharian. Komponen biaya operasional
melibatkan material, karyawan, dan overhead manufaktur (Maula,
2021). Selain komponen tersebut,
pengeluaran lain seperti sewa, listrik, pemasaran, dan penjualan juga harus
diperhitungkan dalam pengelolaan biaya operasional. Pengeluaran operasional
sangat memengaruhi profitabilitas perusahaan dan memainkan peran penting dalam
menentukan harga jual produk atau layanan yang ditawarkan (Satriani
& Kusuma, 2020).
Ada menghadapi tantangan pengelolaan biaya, perusahaan harus
menganalisis setiap komponen pengeluaran dengan hati-hati dan mengendalikan
biaya produksi serta biaya operasional secara efisien. Faktor-faktor seperti
fluktuasi biaya bahan baku dan permintaan tenaga kerja
perlu diperhitungkan, karena faktor ini berdampak pada biaya produksi dan
operasional. Dengan mempertimbangkan hal ini, perusahaan dapat mengambil
tindakan strategis untuk menurunkan biaya produksi dan operasional untuk mendorong
profitabilitas (Sandopart
et al., 2023).
Referensi dari penelitian sebelumnya telah mengindikasikan
bahwa pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas berasal dari biaya
produksi dan biaya operasional (Rahmanita,
2017). Namun, diperlukan pemahaman bahwa
hasil ini dapat bervariasi tergantung pada faktor variabel dan pendekatan
penelitian yang dipakai. Oleh sebab itu, pokok perhatian dari studi ini adalah
pada PT Bakrie Metal Industries, perusahaan konstruksi yang mengkhususkan diri
pada produk barang-barang baja bergelombang di Bekasi. Keterkaitan antara
lokasi penelitian, lingkungan operasional, dan karakteristik perusahaan
menjadikan penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya (Zakariah,
Afriani, & Zakariah, 2020).
Novelti dari pendahuluan ini, terletak pada penekanan pada
pentingnya pengelolaan biaya produksi dan operasional sebagai faktor kunci
dalam mencapai profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Dalam penelitian ini
perlunya menganalisis dampak dari biaya produksi dan operasional terhadap laba
bersih perusahaan. Fokus pada PT Bakrie Metal Industries menambah dimensi baru
pada penelitian ini karena mengkaji hubungan antara lokasi penelitian,
lingkungan operasional, dan karakteristik perusahaan yang khusus. Pendekatan
penelitian ini mengintegrasikan pengelolaan biaya produksi dan operasional
sebagai elemen kunci dalam strategi bisnis perusahaan. Dengan demikian,
penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman tentang kontribusi
masing-masing biaya terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga
mengidentifikasi solusi strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan
mengoptimalkan laba bersih
Maksud dari penyelidikan ini adalah untuk memahami dampak
dari beban produksi dan biaya operasional terhadap keuntungan bersih PT Bakrie
Metal Industries. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan terkait persaingan industri di Bekasi, pentingnya pengelolaan
biaya operasional dan produksi (Abigail,
2022), serta dampak operasional dan
produksi terhadap produktivitas dan pendapatan perusahaan.
Pengaruh biaya produksi adalah tujuan utama dari penelitian
ini di PT Bakrie Metal Industries terhadap laba bersih perusahaan. Di samping
itu, Misi utama dari studi ini adalah mengenali konsekuensi dari biaya
operasional terhadap profitabilitas perusahaan. Selain itu, penelitian ini
bertujuan untuk memahami hubungan antara biaya operasional dan laba bersih
perusahaan. Dengan mengintegrasikan dua uji coba tersebut, Misi dari penelitian
ini adalah untuk mengurai dampak bersama dari biaya produksi dan biaya
operasional terhadap laba bersih perusahaan..
Temuan dari studi ini akan membantu orang
lebih memahami peran penting yang dimainkan oleh manajemen biaya produksi dan
operasional dalam mencapai sasaran organisasi serta korelasi antara biaya dan
efisiensi laba hasil keuangan di Bekasi yang sangat kompetitif. Lebih lanjut,
studi ini memiliki potensi untuk memberikan keuntungan kepada semua pihak yang
terlibat termasuk peneliti, institusi akademik, perusahaan, dan penelitian di
masa depan.
Literature Review
Biaya Produksi
Menurut (Rumambi,
Kaparang, Ropa, & Setiadie, 2022) Biaya produksi adalah pengeluaran
produksi mencakup semua pengeluaran yang timbul bagi produsen dalam proses
pembuatan barang (produksi), melibatkan elemen-elemen seperti material mentah,
pekerjaan langsung, dan beban pabrik, yang mencakup pengeluaran yang
teridentifikasi secara langsung dan tidak secara langsung.
Menurut (Fauzi
et al., 2023) Biaya produksi ialah komitmen
finansial yang wajib ditanggung terhadap perusahaan dan melibatkan semua
pengeluaran yang terjadi pada biaya produksi produk jadi dari bahan mentah,
termasuk biaya overhead dan tenaga kerja industri.
Jelas dari pembahasan di atas bahwa pelaku usaha harus
membayar harga pokok yang dibuat agar dapat mengganti sumber daya mentah dengan
produk akhir yang telah siap untuk dijual merupakan hasil akhir dari proses
produksi. Biaya produksi meliputi semua pengeluaran, seperti pengeluaran untuk
upah pekerja dan biaya tambahan, yang digunakan saat mengubah bahan mentah
menjadi produk akhir yang siap dipasarkan. Guna perhitungan biaya produksi harus
digunakan cara sebagai berikut:
Biaya Operasional
Berdasarkan (Ervina,
2022), biaya operasional adalah
pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari perusahaan melakukan tugas
produksi, memberikan layanan, atau terlibat dalam fungsi bisnis dasar lainnya.
Memanfaatkan sumber daya perusahaan, membayar hutang, atau melakukan keduanya
untuk sementara waktu dapat dianggap sebagai biaya operasional.
Menurut (Kustiningsih
& Farhan, 2022) Biaya operasi adalah biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas proses manufaktur dan
"dihabiskan" dengan cepat, seringkali dalam waktu kurang dari
setahun.
Secara keseluruhan Biaya operasional ialah biaya terkait menggunakan
operasi usaha atau operasional bisnis sehari-hari. Biaya operasional ialah
biaya yang harus ditanggung oleh bisnis untuk menjalankan operasi bisnisnya
setiap hari. Biaya ini adalah suatu bagian dari biaya yang tidak termasuk dalam
harga produksi atau jasa yang dibeli dari perusahaan. Untuk menghitung biaya
operasional, harus digunakan metode berikut:
Laba Bersih
Menurut (Dalimunthe,
2018) Laba bersih merupakan Laba bersih
perusahaan sangat penting karena menunjukkan kapasitasnya untuk menghasilkan
uang untuk digunakan dalam biaya operasional.
Menurut (Sahetapy,
2023) Laba, atau laba bersih, adalah
bagaimana perusahaan menggambarkan hasil yang diperolehnya dari transaksi
terkini yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Laba dapat digunakan
sebagai metrik oleh pemangku kepentingan untuk mengukur seberapa baik kinerja
manajemen dalam menjalankan bisnis.
Secara keseluruhan. laba bersih adalah indikator profitabilitas yang paling
signifikan bagi perusahaan, karena merupakan indikator keberhasilan perusahaan
disaat mendapatkan keuntungan setelah mempertimbangkan seluruh biaya yang
dikeluarkan.
Metode
Teknik yang digunakan dalam riset
ini melibatkan pendekatan studi kasus dan juga pendekatan metode penelitian
deskriptif kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif mencerminkan sebuah
kerangka yang sangat terstruktur dalam pelaksanaannya, dimulai dari tahap awal
hingga tahap akhir, walaupun memperhatikan ukuran sampel yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan pendekatan penelitian kualitatif yang lebih fokus pada
subjek penelitian. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi secara
bebas mencakup biaya produksi (X1) dan biaya operasional (X2), sedangkan hasil
yang bergantung adalah laba bersih (Y). Unit analisis yang dipilih adalah PT
Bakrie Metal Industries, suatu perusahaan manufaktur yang menghasilkan
barang-barang logam. Penelitian ini dilakukan dengan lokasi PT. Bakrie Metal
Industries berada di alamat Jalan Raya Kaliabang Bungur No. 86, dengan kode pos
17124, di Kawasan Harapan Jaya, di wilayah Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Sumber informasi utama penelitian ini diperoleh langsung dari sumbernya, yakni
PT. Bakrie Metal Industries. Tim peneliti mengumpulkan data melalui pengumpulan
dokumen serta wawancara secara langsung dengan manajer yang bertanggung jawab
di perusahaan. Objek penelitian ini adalah laporan perencanaan anggaran
produksi PT Bakrie Metal Industries untuk periode tahun 2020 hingga tahun 2022.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan metode sensus, di mana
keseluruhan anggota subjek dijadikan sebagai sampel. Mengacu pada informasi
yang diperoleh dari entitas bisnis, sampel yang diambil melibatkan biaya
produksi, beban usaha, serta laba bersih yang dihitung secara detail setiap
bulan dalam rentang tahun 2020 hingga tahun 2022. Dengan demikian, total sampel
yang dianalisis adalah sebanyak 36 sampel di PT Bakrie Metal Industries. Proses
pengumpulan data dilakukan melalui tiga metode utama: metode dokumenter, metode
observasi, dan interaksi wawancara. Sementara itu, teknik evaluasi data yang
digunakan adalah melibatkan serangkaian uji hipotesis klasik seperti uji
normalitas, uji variasi variabel, uji multikolinearitas, serta uji
autokorelasi. Selain itu, dilakukan pula uji korelasi, analisis regresi
berganda, Selain itu, tahap penentuan dan pengujian hipotesis melibatkan
pelaksanaan uji F dan uji T. Semua langkah analisis data dilakukan dengan
memanfaatkan perangkat analisis SPSS versi 22.
Hasil dan Pembahasan
Uji
Korelasi
Tabel 4 Hasil Uji Korelasi
Berdasarkan
pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS dan mengacu pada tabel yang
telah disediakan, dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansinya berada di bawah
0,000. Hasil penemuan ini mengindikasikan eksistensi Ada keterkaitan yang
signifikan di antara variabel-variabel tersebut. Lebih lanjut, dengan nilai
R-kuadrat mencapai 0,475, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara variabel biaya produksi (X1) dan biaya operasional (X2) dengan Laba
Bersih (Y).
Uji Analisis
Regresi Berganda
Tabel
5 Hasil Analisis Regresi Berganda
Persamaan regresi linier berganda
bisa diambil dari tabel di atas dalam format sebagai berikut.:
Y = 71093214.38 + 0,151
+ 0,338
Pernyataan yang dapat diungkapkan
dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:
Nilai konstan a sebesar 71093214,38 menggambarkan di situasi ini, variabel laba bersih tidak
terpengaruh oleh variabel lain seperti biaya produksi (X1) dan biaya
operasional (X2). Dalam situasi tanpa keterlibatan variabel independen, laba
bersih akan tetap tidak berubah. Angka b1 (koefisien
regresi X1) adalah 0,151. Ini mengindikasikan bahwa biaya produksi memiliki
efek positif terhadap tingkat profitabilitas. Artinya, Setiap kenaikan satu
satuan biaya produksi akan menghasilkan kenaikan laba
bersih sekitar 0,151. Ini diasumsikan tanpa mempertimbangkan variabel lain
dalam analisis ini Nilai b2 atau koefisien regresi X2 memiliki angka 0,338,
menunjukkan hal ini menunjukkan bahwa biaya operasional memiliki dampak positif
terhadap hasil kegiatan usaha.Ini berarti setiap kenaikan satu unit beban
operasional akan berdampak pada kenaikan.
Uji
Determinasi
Tabel
6 Hasil Uji Determinasi
Dengan merujuk pada data yang
tertera dalam Tabel IV.7 di atas, terlihat bahwa R Square (R²) memiliki angka
0,225. Data ini memberi petunjuk tentang koneksi antara biaya produksi dan
biaya operasional, sebagai faktor independen, dengan laba bersih sebagai faktor
dependen, memiliki pengaruh sebesar 22,5%. Selanjutnya,
Angka Adjusted R² dalam riset ini mencapai 0,178. Informasi ini mencerminkan
bahwa sekitar 17,8% dari variasi perubahan dalam biaya
produksi dan operasional memiliki peran dalam menjelaskan variasi dalam laba
bersih dalam konteks model ini. Namun, sebesar 82,2%
dari variasi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup
dalam kerangka konsep penelitian ini.
Uji Hipotesis
Uji T
Tabel 7 Hasil
Uji t (Parsial)
Pengaruh Biaya Produksi terhadap Laba Bersih
Analisis terhadap Tabel IV.8, yang
merupakan hasil dari uji T. Ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari
dampak biaya produksi (X1) terhadap laba bersih (Y) adalah 0,132, nilai ini
melebihi ambang batas 0,05. Lebih lanjut, nilai T
hitung yang mencapai 1,548 juga lebih rendah daripada nilai kritis T tabel yang
sebesar 2,034. Berdasarkan temuan ini, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari biaya produksi terhadap laba bersih di PT. Bakrie
Metal Industries dalam jangka waktu 2020-2022.
Biaya produksi yang mencakup biaya
bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik, dan
elemen-elemen lain yang terlibat dalam proses produksi, memiliki dampak
langsung terhadap margin laba bersih perusahaan. Pengelolaan biaya produksi
secara efisien oleh perusahaan dapat meningkatkan margin laba bersihnya dengan
menekan biaya dan meningkatkan efisiensi operasional. Sebaliknya, biaya
produksi yang tinggi dapat mengurangi laba bersih perusahaan karena menyebabkan
margin laba yang lebih tipis atau bahkan kerugian. Oleh karena itu, pemantauan
dan pengendalian biaya produksi menjadi kunci dalam mencapai laba bersih yang
sehat dan berkelanjutan bagi perusahaan.
Pengaruh Biaya Operasional terhadap Laba Bersih
Berdasarkan data yang tercatat
dalam tabel di atas, hasil pengujian T menunjukkan bahwa nilai signifikansi
yang terkait dengan dampak biaya operasional (X2) terhadap laba bersih (Y)
adalah 0,17, angka ini berada di bawah batas signifikansi 0,05. Selain itu,
nilai T perhitungan sebesar 2,504 juga melewati nilai kritis T tabel yang
mencapai 2,034. Dengan mempertimbangkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa biaya
operasional memiliki pengaruh terhadap laba bersih di PT Bakrie Metal Industries
selama periode 2020-2022.
Pengaruh biaya operasional terhadap
laba bersih perusahaan sangat penting dalam menentukan kesehatan keuangan dan
keberhasilan operasional suatu perusahaan. Biaya operasional mencakup semua
biaya yang terkait dengan menjalankan bisnis sehari-hari seperti biaya gaji
karyawan, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan biaya sewa. Manajemen biaya
operasional yang efektif dapat membantu perusahaan meningkatkan laba bersihnya
dengan meminimalkan pemborosan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Sebaliknya, biaya operasional yang tinggi dapat mengurangi laba bersih
perusahaan terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan yang
sesuai. Oleh karena itu, pemantauan dan pengendalian biaya operasional menjadi
penting dalam menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan serta
memastikan keberlanjutan laba bersih yang positif bagi perusahaan.
Uji F
Tabel 8 Hasil Uji F (Simultan)
Pengaruh
Biaya Produksi dan Biaya Operasional terhadap Laba Bersih
Dengan merujuk pada data yang
diberikan, terlihat bahwa nilai perhitungan F mencapai 4.799, melewati batas F
tabel (3.28), dan juga tercatat nilai signifikansi sekitar 0.015, lebih rendah
dari 0.05. Berdasarkan informasi ini, dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama, dampak dari variabel biaya produksi (X1) dan biaya operasional
(X2) terhadap laba bersih (Y) dapat teramati di PT Bakrie Metal Industries
selama periode 2020-2022. Oleh karena itu, hipotesis ini dapat diterima.
Pengaruh biaya produksi dan biaya
operasional terhadap laba bersih perusahaan memiliki dampak yang signifikan
terhadap kinerja keuangan dan keberlanjutan bisnis. Biaya produksi, yang
meliputi pengeluaran untuk bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, serta
biaya operasional, yang mencakup biaya administrasi, pemasaran, dan operasional
sehari-hari, merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat laba bersih
suatu perusahaan. Pengelolaan dan pengendalian kedua jenis biaya ini menjadi
kunci dalam menjaga margin laba yang sehat, karena biaya yang tinggi dapat
mengurangi laba bersih perusahaan, sedangkan pengendalian biaya dapat membantu
meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan laba bersih. Oleh karena itu,
pemantauan yang cermat dan pengelolaan yang efektif terhadap biaya produksi dan
operasional menjadi penting bagi perusahaan dalam upaya memastikan kesehatan
keuangan dan keberlanjutan laba bersihnya.
Hasil Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif
memberikan ikhtisar tentang bagaimana data sampel atau populasi tersebar.
Sampel ini terdiri dari 220 data yang berasal dari 44 perusahaan Manufaktur
Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2017-2021. Variabel-variabel yang diamati meliputi tingkat financial
distress, kepemilikan institusional, tingkat likuiditas, leverage, dan
profitabilitas.
Tabel 9 Hasil Statistik
Deskriptif
|
ICR |
Kepemilikan Institusional
(%) |
CR (%) |
DAR (%) |
ROA (%) |
Mean |
422.3059 |
0.692466 |
2.592475 |
0.461700 |
0.070260 |
Median |
4.039194 |
0.767815 |
1.893946 |
0.429013 |
0.053417 |
Maximum |
53826.41 |
1.000000 |
15.82231 |
2.899874 |
0.920997 |
Minimum |
-14.12911 |
0.060000 |
0.152375 |
0.083064 |
-0.427263 |
Std. Dev. |
3782.324 |
0.204997 |
2.350188 |
0.302869 |
0.134907 |
Skewness |
13.10821 |
-0.843816 |
2.917.662 |
4.610287 |
1.897205 |
Kurtosis |
183.0291 |
2.790825 |
13.44963 |
35.10149 |
12.75049 |
Keterangan : ICR = Interest
Coverage Ratio, CR = Current Ratio,
DAR = Debt to Asset Ratio, ROA = Return On Asset
Sumber : Hasil Olah Software
Eviews 12 (2023)
Tabel diatas menyajikan
hasil statistic deskriptif dari 44 perusahaan yang diteliti menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional memiliki nilai mean
sebesar 0,692466 atau 69,24% dengan standar deviasi sebesar 0,204997 atau
20,49% serta nilai minimum sebesar 0,060000 atau 6,00% dan nilai maksimum
sebesar 1,000000 atau 100,00%. Current
ratio (CR) memiliki nilai mean sebesar
2,592475 atau 259,24% dengan standar deviasi sebesar 2,350188 atau 235,01%
serta nilai minimum sebesar 0,152375 atau 15,24% dan nilai maksimum sebesar
15,82231 atau 158,22%. Debt to asset
ratio (DAR) memiliki nilai mean sebesar
0,461700 atau 46,17% dengan standar deviasi sebesar 0,302869 atau 30,29% serta
nilai minimum sebesar 0,083064 atau 8,31% dan nilai maksimum sebesar 2,899874
atau 290,00%. Sedangkan return on asset (ROA)
memiliki nilai mean sebesar 0,070260
atau 7,03% dengan standar deviasi sebesar 0,134907
atau 13,50% serta nilai minimum sebesar -0,427263 atau - 42,73% dan nilai
maksimum sebesar 0,920997 atau 92,10%. Pada tabel dapat dilihat bahwa semua
variabel kecuali ROA memiliki nilai mean lebih
besar dari nilai standar deviasinya, hal tersebut mengindikasikan bahwa data
terdistribusi dengan merata yang disebut dengan data homogen.
Hasil
Analisis Uji Asumsi Klasik
Menurut (Febriana & Yulianto,
2017) menyimpulkan
bahwa dalam data panel, tidak diperlukan pengujian asumsi klasik seperti
normalitas dan autokorelasi karena data panel memiliki keunggulan ini. Sehingga
pada penelitian ini hanya menguji uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas.
Hasil
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas
digunakan untuk menentukan apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dalam
model regresi. Jika nilai tolerance value < 0,10
dan VIF > 10, maka ada indikasi multikolinearitas. Namun, jika nilai tolerance
value > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terdapat
multikolinearitas.
Tabel 6 Hasil dari Uji
Multikolinearitas
Variabel |
Coefficient Variance |
Uncentered VIF |
Centered VIF |
C |
1131216. |
17.57689 |
NA |
Kep. Institusi |
1549209. |
12.54959 |
1.006986 |
CR |
14062.10 |
2.669866 |
1.201360 |
DAR |
841354.7 |
3.980463 |
1.193732 |
Sumber : Hasil Olah Software
Eviews 12 (2023)
Berdasarkan hasil uji
multikolinearitas yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa korelasi dari setiap
variabel bebas menunjukkan nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10,
sehingga tidak ada indikasi multikolinearitas dalam model regresi.
Hasil
Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas
digunakan untuk menilai apakah terdapat ketidakseragaman varian dari residu
antara satu pengamatan dan pengamatan lain dalam sebuah model regresi.
Penentuan keberadaan heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat nilai
probabilitas (sig) dari variabel independen. Jika sig variabel independen <
0,05, maka terdapat indikasi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika sig variabel independen > 0,05,
maka tidak terdapat indikasi heteroskedastisitas.
Tabel 7 Hasil dari Uji
Heterokedastisitas
Variabel |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
-30057365 |
52650893 |
-0.570880 |
0.5687 |
Kep. Institusi |
69275344 |
61615207 |
1.124322 |
0.2621 |
CR |
3559334. |
5870268. |
0.606332 |
0.5449 |
DAR |
-28675787 |
45406964 |
-0.631528 |
0.5284 |
Sumber : Hasil Olah Software
Eviews 12 (2023)
Hasil uji heteroskedastisitas
menunjukkan bahwa nilai probabilitas (sig) dari variabel independen lebih besar
dari 0,05, yang mengindikasikan bahwa tidak ada
kecenderungan heteroskedastisitas dalam model regresi.
Hasi
Uji Moderasi
Moderate Regression
Analysis (MRA) Model 1
Persamaan pertama
dimaksudkan untuk mengevaluasi pengaruh utama, yaitu dampak variabel independen
terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi model 1 yang
disajikan sebelumnya, diperoleh persamaan regresi berikut:
Tabel 8 Hasil Regresi
Model 1
Variabel |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
-0.333047 |
0.334032 |
-0.997053 |
0.3200 |
Kep. Institusi |
0.622237 |
0.395526 |
1.573188 |
0.1174 |
CR |
-0.405350 |
0.298065 |
-1.359939 |
0.1755 |
DAR |
-3.121638 |
0.404382 |
-7.719528 |
0.0000 |
Keterangan
: CR = Current
Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio
Sumber : Hasil Olah Software
Eviews 12 (2023)
Y = α + β1X1 +
β2X2 + β3X3 + e (1)
ICR = - 0,333047 +
0,622237KI – 0,405350CR - 3,121638DAR
Keterangan
:
Y : Interest
Coverage Ratio (ICR)
X1 : Kepemilikan Institusional
X2 : Current Ratio (CR)
X3 : Debt to Asset
Ratio (DAR)
Moderate Regression
Analysis (MRA) Model 2
Persamaan kedua bertujuan
untuk mengevaluasi pengaruh variabel independen serta variabel moderasi
terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis regresi model 2 yang telah
dipaparkan sebelumnya, kita dapat menyusun persamaan regresi berikut:
Tabel 9 Hasil Regresi
Model 2
Variabel |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
2.403967 |
0.385498 |
6.236003 |
0.0000 |
Kep. Institusi |
0.705025 |
0.334761 |
2.106055 |
0.0366 |
CR |
-0.195436 |
0.253212 |
-0.771827 |
0.4413 |
DAR |
-2.395359 |
0.342298 |
-6.997873 |
0.0000 |
ROA |
0.688087 |
0.071897 |
9.570.462 |
0.0000 |
Keterangan : CR = Current
Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio,
ROA = Return On Asset.
Sumber : Hasil Olah Software
Eviews 12 (2023)
Y = α + β1X1 +
β2X2 + β3X3 + β3Z + e (2)
ICR = 2,403967 + 0,705025KI
– 0,195436CR – 2,395359DAR + 0,688087ROA
Keterangan
:
Y : Interest
Coverage Ratio (ICR)
X1 : Kepemilikan Institusional
X2 : Current Ratio (CR)
X3 : Debt to Asset
Ratio (DAR)
Z : Return on
Asset (ROA)
Moderate Regression
Analysis (MRA) Model 3
Persamaan ketiga dimaksudkan
untuk mengeksplorasi dampak moderasi (interaksi) variabel moderasi terhadap
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis
regresi model 3 yang telah dipresentasikan sebelumnya, persamaan regresi yang
berikut dapat dirumuskan:
Tabel 10 Hasil Regresi
Model 3
Variabel |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
0.713945 |
0.492090 |
1.450843 |
0.1487 |
Kep. Institusi |
0.081900 |
0.322449 |
0.253994 |
0.7998 |
CR |
-0.708670 |
0.288311 |
-2.458001 |
0.0150 |
DAR |
-2.073355 |
0.326236 |
-6.355391 |
0.0000 |
ROA |
0.300833 |
0.085107 |
3.534764 |
0.0005 |
KI*ROA |
2.364478 |
2.356571 |
1.003355 |
0.3171 |
CR*ROA |
3.166085 |
0.743630 |
4.257611 |
0.0000 |
DAR*ROA |
0.123576 |
1.551256 |
0.079662 |
0.9366 |
Keterangan : CR = Current
Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio,
ROA = Return On Asset.
Sumber : Hasil Olah Software
Eviews 12 (2023)
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +
β3Z + β5X1Z + β6X2Z + β7X3Z + e (3)
ICR = 0,713945 + 0,081900KI – 0,708670CR –
2,073355DAR + 0,300833ROA + 2,364478(KI*ROA) + 3,166085(CR*ROA) + 0,123576(DAR*ROA)
Keterangan :
Y
: Financial Distress (ICR) X1: Kepemilikan
Institusional X2 : Likuiditas (CR)
X3 : Leverage (DAR)
Z
: Profitabilitas
(ROA)
X1Z : Interaksi (perkalian) antara Kepemilikan
Institusional dengan ROA X2Z : Interaksi (perkalian) antara CR dengan ROA
X3Z : Interaksi (perkalian) antara DAR denga ROA
Hasil
Uji Hipotesis
Hasil
Uji t
Berdasarkan pengujian
regresi model diatas, berikut ini adalah hasil uji t hipotesisnya
:
Uji
Hipotesis t Model 1
Koefisien regresi variabel
kepemilikan institusional sebesar 0,622237 dengan signifikansi sebesar 0,1174 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien
regresi variabel likuiditas (CR) sebesar-0,405350 dengan
signifikansi sebesar 0,1755 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas
(CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel leverage (DAR) sebesar -3,121638 dengan signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial
distress (ICR).
Uji
Hipotesis t Model 2
Koefisien regresi variabel
kepemilikan institusional sebesar 0,705025 dengan signifikansi sebesar 0,0366 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel likuiditas
(CR) sebesar -0,195436 dengan signifikansi sebesar
0,4413 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap financial
distress (ICR). Koefisien regresi variabel leverage (DAR) sebesar -2,395359 dengan signifikansi
sebesar 0,0000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien
regresi variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,688087 dengan signifikansi
variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,0000 < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap financial distress (ICR).
Uji
Hipotesis t Model 3
Koefisien regresi variabel
kepemilikan institusional sebesar 0,081900 dengan signifikansi sebesar 0,7998 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien
regresi variabel likuiditas (CR) sebesar -0,708670 dengan
signifikansi sebesar 0,0150 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas
(CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel leverage (DAR) sebesar -2,073355 dengan signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial
distress (ICR). Koefisien regresi variabel profitabilitas (ROA) sebesar
0,300833 dengan signifikansi sebesar 0,0005 < 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap financial distress (ICR).
Koefisien regresi variabel moderasi 1 yaitu interaksi antara variabel
kepemilikan institusional dengan profitabilitas (ROA) sebesar 2,364478 dengan signifikansi
sebesar 0,3171 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas (ROA) tidak mampu memoderasi pengaruh kepemilikan institusional
terhadap financial distress (ICR).
Sehingga moderasi1 ini dapat diklasifikasikan jenis moderasi Homologiser. Koefisien regresi variabel
moderasi 2 yaitu interaksi antara variabel likuiditas (CR) dengan
profitabilitas (ROA) sebesar 3,166085 dengan signifikansi sebesar 0,0000 <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) mampu memoderasi
pengaruh likuiditas (CR) terhadap financial
distress (ICR). Sehingga moderasi 2 ini dapat diklasifikasikan jenis
moderasi Quasi. Koefisien regresi
variabel moderasi3 yaitu interaksi antara variabel leverage (DAR) dengan profitabilitas (ROA) sebesar 0,123576 dengan
signifikansi sebesar 0,9366 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas (ROA) tidak mampu memoderasi pengaruh leverage (DAR) terhadap financial
distress (ICR). Sehingga moderasi3 ini dapat diklasifikasikan jenis moderasi
Predictor.
Hasil
Uji F (Goodness of Fit)
Pengujian kecocokan model
atau uji F bertujuan untuk menentukan apakah model yang dipilih sesuai atau
tidak. Jika nilai signifikansi F hitung < 0,05,
maka model regresi dianggap sesuai atau layak (memenuhi kriteria BLUE).
Sebaliknya, jika nilai signifikansi F hitung > 0,05,
maka model regresi dianggap tidak sesuai. Berikut adalah hasil uji kecocokan
model regresi:
Tabel 11 Hasil Uji F
Kelayakan Model Regresi
Model |
F-statistic |
Prob (F-statistic) |
Model 1 |
37.36860 |
0.000000 |
Model 2 |
61.72109 |
0.000000 |
Model 3 |
53.81234 |
0.000000 |
Sumber
:
data sekunder diolah (2023)
Berdasarkan hasil analisis
pada Tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa nilai F pada model 1 sebesar
37,36860, model 2 sebesar 61,72109 dan model 3 sebesar 53.81234 dengan nilai
probabilitas dari semua model sebesar 0,000000 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa ketiga model regresi ini dinyatakan layak atau fit memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
Hasil
Uji Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2)
digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik model mampu menjelaskan variasi
dalam variabel dependen. Berikut adalah hasil pengujian koefisien determinasi
untuk model regresi 1, model regresi 2, dan model regresi 3:
Tabel 12 Hasil Uji Koefisien
Determinasi (R2)
Model |
R-squared |
Adjusted R-squared |
Model 1 |
0.376060 |
0.365997 |
Model 2 |
0.587982 |
0.578455 |
Model 3 |
0.689036 |
0.676231 |
Sumber
:
data sekunder diolah (2023)
Berdasarkan Tabel 12 di atas, hasil uji koefisien
determinasi model regresi menunjukkan bahwa model regresi 1, yang menguji efek
utama variabel independen terhadap variabel dependen (pengaruh kepemilikan
institusional, likuiditas (CR), leverage (DAR) terhadap financial distress
(ICR)), menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 0,365997 atau 36,59%. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel
terikat sebesar 36,59%, sedangkan sisanya sebesar
63,41% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian. Model regresi 2, yang menguji pengaruh variabel independen dan
variabel moderasi terhadap variabel dependen (pengaruh kepemilikan
institusional, likuiditas (CR), leverage (DAR), dan profitabilitas (ROA)
terhadap financial distress (ICR)), menghasilkan Adjusted R-squared sebesar
0,578455 atau 57,84%. Ini menunjukkan bahwa 57,84% dari variasi dalam variabel terikat dapat dijelaskan
oleh variabel bebas dan moderasi, sedangkan 42,16% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Model regresi 3, yang menguji
efek moderasi (interaksi) variabel moderasi pada pengaruh variabel independen
terhadap dependen (efek moderasi profitabilitas (ROA) pada pengaruh kepemilikan
institusional, likuiditas (CR), leverage (DAR) terhadap financial distress
(ICR)), menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 0,676231 atau 67,62%. Ini menunjukkan bahwa 67,62%
dari variasi dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan
efek moderasi, sementara 32,38% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Kepemilikan institusional,
seperti perusahaan asuransi, bank, dan perusahaan investasi, memiliki dampak
positif tapi tidak signifikan terhadap financial distress. Tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan kontrol
terhadap manajemen, sehingga meminimalkan kemungkinan financial distress. Hal
ini dapat mengurangi biaya utang dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
membayarkan kewajiban. Hasil penelitian mendukung teori agensi, menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional dapat membantu mengurangi masalah agen dan pemilik
serta memperkuat pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan.
Pengaruh Likuiditas
terhadap Financial Distress: Likuiditas,
diukur dengan current ratio (CR), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek (Dewi,
Endiana, & Arizona, 2019). Penelitian menunjukkan likuiditas
berdampak negatif tapi tidak signifikan terhadap financial distress, dengan
peningkatan likuiditas berhubungan dengan penurunan financial distress. Faktor-faktor seperti kinerja
penjualan yang rendah dan kewajiban yang jatuh tempo dapat menyebabkan
likuiditas yang tinggi tidak berpengaruh terhadap financial distress (Purwaningsih
& Safitri, 2022).
Likuiditas yang tinggi dapat mengakibatkan kelebihan dana
dan aset yang tidak digunakan secara optimal, mempengaruhi financial distress. Tanggung jawab agent dalam pengambilan
keputusan utang piutang dapat mempengaruhi kemungkinan financial distress (Wilujeng
& Yulianto, 2020).
Likuiditas
yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka
pendeknya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat financial
distress. Tingkat likuiditas yang tinggi dapat memberikan perlindungan yang
lebih baik terhadap risiko kebangkrutan dengan memungkinkan perusahaan untuk
membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan lebih mudah. Sebaliknya,
likuiditas yang rendah dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya financial
distress karena perusahaan mungkin kesulitan memenuhi kewajiban finansialnya.
Oleh karena itu, manajemen yang efektif dalam menjaga tingkat likuiditas yang
sehat dapat membantu mengurangi risiko financial distress dan memperkuat
kestabilan keuangan perusahaan dalam jangka panjang.
Pengaruh Leverage
terhadap Financial Distress: Leverage,
diukur dengan debt to asset ratio (DAR), menunjukkan penggunaan utang dalam
pembiayaan perusahaan. Penelitian menunjukkan peningkatan leverage berhubungan
dengan penurunan financial distress (Fitri
& Syamwil, 2020).
Kebijakan utang yang berlebihan dapat menyebabkan perusahaan kesulitan
melunasi utang dan mengganggu operasional, meningkatkan risiko financial
distress.
Pengaruh
leverage terhadap financial distress dapat menjadi kompleks karena leverage
yang mencerminkan penggunaan hutang oleh perusahaan untuk mendanai operasinya
memiliki dampak ganda terhadap risiko kebangkrutan. Di satu sisi, leverage
dapat memperbesar potensi keuntungan bagi pemegang saham dengan meningkatkan
pengembalian ekuitas mereka. Namun, penggunaan hutang yang berlebihan juga
dapat meningkatkan risiko financial distress. Ketika perusahaan memiliki
tingkat leverage yang tinggi, mereka harus membayar bunga dan pokok hutang
dengan lebih banyak dari pendapatan yang dihasilkan sehingga meningkatkan
risiko ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban finansial mereka terutama dalam
situasi di mana arus kas perusahaan menurun atau terhenti. Oleh karena itu,
manajemen yang bijak dalam mengelola struktur modal perusahaan sangat penting
untuk mengurangi risiko financial distress dan memastikan keberlanjutan
operasional yang stabil.
Pengaruh Kepemilikan
Institusional terhadap Financial Distress dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi: Kepemilikan
institusional tidak secara signifikan mempengaruhi financial distress, namun
profitabilitas tidak memperkuat hubungan antara kepemilikan institusional dan
financial distress (Septiani
& Dana, 2019).
Kepemilikan
institusional yang mencerminkan partisipasi investor institusi besar dalam
perusahaan dapat memiliki dua efek yang saling bertentangan terhadap risiko
kebangkrutan. Di satu sisi, kehadiran investor institusi yang kuat dapat
memberikan stabilitas dan kepercayaan pasar kepada perusahaan, mengurangi
risiko financial distress dengan menyediakan akses ke sumber daya finansial
tambahan dan memperbaiki manajemen risiko. Namun ketika profitabilitas rendah,
dampak kepemilikan institusional terhadap risiko kebangkrutan mungkin tidak
sekuat yang diharapkan karena investor institusi mungkin cenderung keluar atau
menurunkan investasi mereka dalam situasi yang kurang menguntungkan. Oleh
karena itu, profitabilitas dapat bertindak sebagai pemoderasi dalam hubungan antara
kepemilikan institusional dan financial distress dengan peran kunci dalam
menentukan sejauh mana dampak positif kepemilikan institusional dapat
diwujudkan dalam mengurangi risiko kebangkrutan.
Pengaruh Likuiditas
terhadap Financial Distress dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi: Likuiditas berhubungan positif dengan
financial distress, namun profitabilitas memperkuat hubungan ini. Likuiditas
yang tinggi dan profitabilitas yang besar dapat mengurangi risiko financial
distress (Baghaskara
& Retnani, 2023).
Likuiditas
yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
secara tepat waktu memiliki peran penting dalam mengurangi risiko kebangkrutan
dengan memberikan perlindungan terhadap tekanan likuiditas yang mungkin
terjadi. Namun ketika profitabilitas rendah, efek perlindungan likuiditas
terhadap risiko kebangkrutan mungkin tidak sepenuhnya terwujud karena
pendapatan yang lebih rendah dapat menyebabkan tekanan tambahan pada arus kas
perusahaan. Dalam hal ini, profitabilitas bertindak sebagai variabel pemoderasi
yang mempengaruhi hubungan antara likuiditas dan financial distress, apabila
tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dapat meningkatkan dampak positif
likuiditas dalam mengurangi risiko kebangkrutan, sementara profitabilitas yang
rendah dapat melemahkan efek perlindungan likuiditas tersebut.
Pengaruh Leverage
terhadap Financial Distress dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi: Profitabilitas
tidak memoderasi hubungan antara leverage dan financial distress. Besarnya
profitabilitas tidak mempengaruhi dampak leverage terhadap financial distress (Sari
& Putri, 2016).
Leverage yang
mencerminkan proporsi hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk mendanai
operasinya memiliki implikasi kompleks terhadap risiko kebangkrutan. Saat
perusahaan menggunakan hutang secara berlebihan, perusahaan mungkin menghadapi
risiko yang lebih tinggi untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya
terutama dalam situasi di mana profitabilitas rendah membatasi kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan pokok hutang. Namun, profitabilitas yang tinggi dapat
memoderasi hubungan antara leverage dan financial distress dengan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi
biaya hutang dan mengurangi risiko kebangkrutan. Oleh karena itu, profitabilitas
berperan sebagai variabel pemoderasi yang dapat mempengaruhi seberapa kuat
pengaruh leverage terhadap risiko kebangkrutan dengan tingkat profitabilitas
yang lebih tinggi dapat mengurangi dampak negatif leverage dalam meningkatkan
risiko kebangkrutan perusahaan.
Kesimpulan
Maksud pokok dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi dampak yang dihasilkan oleh biaya produksi dan biaya
operasional terhadap laba bersih perusahaan. Riset ini dilaksanakan di PT.
Bakrie Metal Industries dalam interval waktu dari tahun 2020 sampai tahun 2022.
Hasil deskripsi statistik dari pengujian ini menggambarkan bahwa variabel biaya
produksi yang berubah-ubah memiliki nilai rata-rata sebesar Rp.504.448.100 dan
variasi yang signifikan sebesar Rp.285.432.509, dengan nilai puncak selama
studi mencapai Rp.997.674.696 dan terendahnya mencapai Rp.100.536.480.
Sementara itu, variabel biaya operasional yang berubah-ubah memiliki rerata
sebesar Rp.415.544.577 dan deviasi standar sebesar Rp.206.226.952, dengan nilai
tertinggi mencapai Rp.892.727.070 dan terendahnya hanya Rp.82.208.286. Variabel
laba bersih mempunyai rata-rata sebesar Rp.287.772.804 dengan standar deviasi
sebesar Rp.180.797.103, dan puncak nilai selama periode penelitian mencapai
Rp.783.788.001, sementara titik terendahnya mencapai Rp.32.159.000.
Bersama-sama, variabel biaya produksi dan biaya operasional memiliki pengaruh
simultan terhadap laba bersih di PT. Bakrie Metal selama periode tahun 2020
hingga tahun 2022. Namun, secara parsial, dalam penelitian ini tidak terdapat
bukti bahwa variabel biaya produksi (X1) memiliki dampak terhadap laba bersih
di PT. Bakrie Metal Industries dalam jangka waktu 2020 hingga 2022. Sebaliknya,
terfokus pada aspek tertentu, dapat diidentifikasi bahwa variabel biaya
operasional (X2) memiliki dampak terhadap laba bersih di PT. Bakrie Metal
Industries dalam periode antara tahun 2020 dan 2022.
DAFTAR PUSTAKA
Abigail, Salsabilla Vania. (2022). Pengaruh
Pofitabilitas Dan Nilai Tukar Terhadap Financial Distress Selama Covid-19.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Baghaskara, Nagatha, & Retnani,
Endang Dwi. (2023). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Size
Terhadap Financial Distress Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi (JIRA), 12(2).
Dalimunthe, Hasbiana. (2018).
Pengaruh Marjin Laba Bersih, Pengembalian Atas Ekuitas, Dan Inflasi Terhadap
Harga Saham. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi,
4(2), 62.
Damayanti, Dini Ristanti. (2019). Pengaruh
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Dewi, Ni Luh Putu Ari, Endiana, I.
Dewa Made, & Arizona, I. Putu Edy. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
Manufaktur. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA), 1(1).
Ervina, Elizabeth Agus. (2022). TA:
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Atas Biaya Operasional Pada PT Gbu.
Politeknik Negeri Lampung.
Fauzi, Achmad, Priambodo, Ardyan
Nando, Prastia, Geby Ari, Kamal, Lola Yunita, Maskat, Michael Agape, &
Intani, Nelvi. (2023). Pengaruh Penentuan Harga Jual Menggunakan Variable
Costing Dengan Memperhitungkan Harga Pokok Produksi. Jurnal Ekonomi Dan
Manajemen, 2(2), 86–97.
Febriana, Devita, & Yulianto,
Arief. (2017). Pengujian Pecking Order Theory Di Indonesia. Management
Analysis Journal, 6(2), 153–165.
Fitri, Rahmadona Amelia, &
Syamwil, Syamwil. (2020). Pengaruh Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas Dan
Leverage Terhadap Financial Distress (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018). Jurnal Ecogen,
3(1), 134–143.
Kustiningsih, Nanik, & Farhan,
Ali. (2022). Manajemen Keuangan: Dasar-Dasar Pengelolaan Keuangan. Cv
Globalcare.
Maula, Defia Ifsantin. (2021).
Perumusan Model Bisnis Sosial; Modest Fashion Enterprise. JESI (Jurnal
Ekonomi Syariah Indonesia), 11(2), 131–142.
Purwaningsih, Eny, & Safitri,
Indah. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Rasio Arus Kas
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress. JAE (Jurnal Akuntansi Dan
Ekonomi), 7(2), 147–156.
Rahmanita, Maulidina. (2017).
Pengaruh Biaya Promosi Dan Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Dengan Volume
Penjualan Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Surakarta: Program Sarjana
IAIN Surakarta.
Rumambi, Hedy Desiree, Kaparang,
Revleen Mariana, Ropa, Grace, & Setiadie, Haryanto Edward. (2022). Desain
Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada UMKM Pengrajin Rotan (Studi Pada UMKM
Aneka Rotan Di Kota Manado). Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral,
Akuntabel, Objektif, 4(2), 731–746.
Sahetapy, Inggrit Frilly. (2023).
Pengaruh Liabilitas Dan Ekuitas Terhadap Laba Bersih Pt Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk Periode 2015-2022. Jurnal Akuntansi Trisakti, 10(2),
343–356.
Saied, Muhammad, Atika, Nila,
Sayudin, Sayudin, Sagita, Bahar, Astuti, Aurelia Widya, & Muharram, Azka.
(2023). Exploration Of Innovation Strategies In Business Management: Enhancing
Sustainability And Organizational Growth In The Digital Economic Era. Riwayat:
Educational Journal Of History And Humanities, 6(3), 1739–1744.
Sandopart, Dewa Putu Yohanes Agata
L., Permana, Dwi Sidik, Pramesti, Nabila Syahda, Ajitama, Syandy Pramudya,
Mulianingsih, Afriyanti Tri, Septia, Dinda Nur, Firmansyah, Muhammad Aldi,
& Juman, Mariani Febriyanti. (2023). Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada
Kegiatan Perusahaan Manufaktur Dengan Teknologi Artificial Intelligence. Jurnal
Akuntansi Dan Manajemen Bisnis, 3(1), 25–37.
Sari, NLKM, & Putri, IGAMAD.
(2016). Kemampuan Profitabilitas Memoderasi Pengaruh Likuiditas Dan Leverage
Terhadap Financial Distress. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana,
10(5), 3419–3448.
Satriani, Dina, & Kusuma, Vina
Vijaya. (2020). Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Harga Pokok Penjualan
Terhadap Laba Penjualan. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi
(MEA), 4(2), 438–453.
Septiani, Ni Made Inten, & Dana,
I. Made. (2019). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property Dan Real
Estate. Udayana University.
Supatmin, Supatmin. (2023).
Optimalisasi Penggunakan Laporan Keuangan Untuk Mengelola Keuangan Bagi Pemilik
Usaha. Indonesian Journal Of Economy, Business, Entrepreneurship And Finance,
3(2), 385–395.
Wilujeng, Risma, & Yulianto,
Agung. (2020). Determinan Financial Distress Dengan Profitabilitas Sebagai
Variabel Moderating. Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, 5(1),
90–102.
Zakariah, M. Askari, Afriani, Vivi,
& Zakariah, K. H. M. (2020). METODOLOGI Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, Action Research, Research And Development (R N D). Yayasan
Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kolaka.