Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih

 

Indria Widyastuti1, Maharani2, Eko Haryadi3, Diah Wijayanti4

Bina Sarana Informatika, Jakarta Barat, Indonesia

Indria.Iwi@Bsi.Ac.Id1, Maharanikosas23@Gmail.Com2

    

 

Abstrak

Dalam dunia bisnis, manajemen biaya yang efektif dan efisien menjadi kunci untuk memaksimalkan profitabilitas perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efek dari pengeluaran produksi dan operasional pada tingkat keuntungan di PT Bakrie Metal Industries. Sampel dalam penelitian ini merujuk pada laporan anggaran perencanaan produksi. Metode yang dipakai adalah pendekatan penelitian kuantitatif deskriptif, dengan data yang diperoleh melalui proses pengumpulan informasi dari laporan rencana anggaran produksi dari tahun 2020 hingga 2022 di PT. Bakrie Metal Industries, perusahaan yang mengkhususkan diri dalam produksi produk logam bergelombang dan proyek fabrikasi. Subjek penelitian melibatkan biaya produksi, biaya operasional, dan laba bersih dari periode 2020 hingga 2022. Analisis data dilakukan melalui sejumlah teknik, termasuk uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji korelasi, uji regresi linier berganda, uji koefisien determinasi, serta uji t dan uji F. Proses analisis menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa biaya produksi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap laba bersih, sementara biaya operasional menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. Selanjutnya, ditemukan bahwa baik biaya produksi maupun biaya operasional memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas di PT Bakrie Metal Industries.

 

Kata kunci: biaya produksi, biaya operasional, laba bersih

 

Abstract

In the business world, effective and efficient cost management is the key to optimizing company profits. The aim of this research is to examine the effect of production and operational expenditure on profit levels at PT Bakrie Metal Industries. The sample in this research refers to the production planning budget report. The method used is a descriptive quantitative research approach, with data obtained through the process of collecting information from production budget planning reports from 2020 to 2022 at PT. Bakrie Metal Industries, a company specializing in the production of corrugated metal products and fabrication projects. The research subject involves production costs, operational costs and net profit from the period 2020 to 2022. Data analysis was carried out through a number of techniques, including normality tests, heteroscedasticity tests, multicollinearity, autocorrelation test, correlation test, and multiple linear regression test, coefficient of determination test, as well as t test and F test. The analysis process uses SPSS version 22 software. The results of this research indicate that production costs have an insignificant influence on net profit, while operational costs show a significant influence on net profit. Furthermore, it was found that both production costs and operational costs had a significant impact on the level of profitability at PT Bakrie Metal Industries.

 

Keywords: production costs, operational costs, net profit

 

Pendahuluan

Dalam konteks pertumbuhan pesat sebagai kota industri, Bekasi menjadi arena persaingan yang sengit bagi pelaku usaha dalam industri yang sama. Persaingan ini melibatkan banyak pelaku bisnis yang berkompetisi untuk merebut pangsa pasar yang sama. Persaingan harga yang semakin ketat dan peran teknologi serta inovasi menjadi faktor kunci dalam menentukan kesuksesan perusahaan di Bekasi.

Para pelaku bisnis dihadapkan pada tantangan intensifikasi persaingan di Bekasi, yang mendorong mereka untuk mempertimbangkan sejumlah variabel yang berpotensi memengaruhi kinerja perusahaan. Inovasi teknologi dan proses manufaktur menjadi faktor penting yang dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas dalam memenuhi kebutuhan pelanggan (Saied et al., 2023). Selain itu, menjaga harga yang terjangkau dan kualitas barang yang unggul juga merupakan elemen kunci dalam menghadapi persaingan di pasar.

Dalam konteks mencapai tujuan bisnis, pendirian perusahaan memiliki tujuan utama untuk mencapai laba guna menjaga kelancaran operasional (Supatmin, 2023). Namun, untuk mencapai tujuan ini, pengelolaan harga yang efektif dan efisien dalam mengoptimalkan pendapatan serta mendukung pertumbuhan masa depan perusahaan menjadi hal yang sangat penting. Laba merupakan akhir dari tujuan setiap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, karena laba yang dihasilkan akan menjadi sumber dana penting untuk pengembangan perusahaan dan Memberikan manfaat kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan (Damayanti, 2019).

Laba dihasilkan melalui penjualan produk atau jasa yang ditawarkan. Penjualan menjadi sumber pendapatan utama, di mana pendapatan dari penjualan produk digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan operasional perusahaan. Namun, biaya juga merupakan aspek penting yang harus diperhitungkan. Biaya mencakup berbagai jenis pengeluaran selama proses manufaktur, termasuk biaya operasional dan biaya produksi. Biaya operasional mencakup pengeluaran untuk memperoleh bahan baku dan peralatan yang diperlukan selama produksi. Ketika membicarakan biaya produksi, ini berkaitan dengan proses mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dijual di pasaran. Elemen-elemen yang tergabung dalam pengeluaran produksi meliputi pengeluaran untuk bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Selain itu, biaya operasional mengacu pada pengeluaran yang terkait dengan operasional perusahaan. Dikeluarkan oleh perusahaan saat menjalankan operasi bisnisnya dalam keseharian. Komponen biaya operasional melibatkan material, karyawan, dan overhead manufaktur (Maula, 2021). Selain komponen tersebut, pengeluaran lain seperti sewa, listrik, pemasaran, dan penjualan juga harus diperhitungkan dalam pengelolaan biaya operasional. Pengeluaran operasional sangat memengaruhi profitabilitas perusahaan dan memainkan peran penting dalam menentukan harga jual produk atau layanan yang ditawarkan (Satriani & Kusuma, 2020).

Ada menghadapi tantangan pengelolaan biaya, perusahaan harus menganalisis setiap komponen pengeluaran dengan hati-hati dan mengendalikan biaya produksi serta biaya operasional secara efisien. Faktor-faktor seperti fluktuasi biaya bahan baku dan permintaan tenaga kerja perlu diperhitungkan, karena faktor ini berdampak pada biaya produksi dan operasional. Dengan mempertimbangkan hal ini, perusahaan dapat mengambil tindakan strategis untuk menurunkan biaya produksi dan operasional untuk mendorong profitabilitas (Sandopart et al., 2023).

Referensi dari penelitian sebelumnya telah mengindikasikan bahwa pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas berasal dari biaya produksi dan biaya operasional (Rahmanita, 2017). Namun, diperlukan pemahaman bahwa hasil ini dapat bervariasi tergantung pada faktor variabel dan pendekatan penelitian yang dipakai. Oleh sebab itu, pokok perhatian dari studi ini adalah pada PT Bakrie Metal Industries, perusahaan konstruksi yang mengkhususkan diri pada produk barang-barang baja bergelombang di Bekasi. Keterkaitan antara lokasi penelitian, lingkungan operasional, dan karakteristik perusahaan menjadikan penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya (Zakariah, Afriani, & Zakariah, 2020).

Novelti dari pendahuluan ini, terletak pada penekanan pada pentingnya pengelolaan biaya produksi dan operasional sebagai faktor kunci dalam mencapai profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Dalam penelitian ini perlunya menganalisis dampak dari biaya produksi dan operasional terhadap laba bersih perusahaan. Fokus pada PT Bakrie Metal Industries menambah dimensi baru pada penelitian ini karena mengkaji hubungan antara lokasi penelitian, lingkungan operasional, dan karakteristik perusahaan yang khusus. Pendekatan penelitian ini mengintegrasikan pengelolaan biaya produksi dan operasional sebagai elemen kunci dalam strategi bisnis perusahaan. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman tentang kontribusi masing-masing biaya terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga mengidentifikasi solusi strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengoptimalkan laba bersih

Maksud dari penyelidikan ini adalah untuk memahami dampak dari beban produksi dan biaya operasional terhadap keuntungan bersih PT Bakrie Metal Industries. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan terkait persaingan industri di Bekasi, pentingnya pengelolaan biaya operasional dan produksi (Abigail, 2022), serta dampak operasional dan produksi terhadap produktivitas dan pendapatan perusahaan.

Pengaruh biaya produksi adalah tujuan utama dari penelitian ini di PT Bakrie Metal Industries terhadap laba bersih perusahaan. Di samping itu, Misi utama dari studi ini adalah mengenali konsekuensi dari biaya operasional terhadap profitabilitas perusahaan. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara biaya operasional dan laba bersih perusahaan. Dengan mengintegrasikan dua uji coba tersebut, Misi dari penelitian ini adalah untuk mengurai dampak bersama dari biaya produksi dan biaya operasional terhadap laba bersih perusahaan..

Temuan dari studi ini akan membantu orang lebih memahami peran penting yang dimainkan oleh manajemen biaya produksi dan operasional dalam mencapai sasaran organisasi serta korelasi antara biaya dan efisiensi laba hasil keuangan di Bekasi yang sangat kompetitif. Lebih lanjut, studi ini memiliki potensi untuk memberikan keuntungan kepada semua pihak yang terlibat termasuk peneliti, institusi akademik, perusahaan, dan penelitian di masa depan.

 

Literature Review

Biaya Produksi

Menurut (Rumambi, Kaparang, Ropa, & Setiadie, 2022) Biaya produksi adalah pengeluaran produksi mencakup semua pengeluaran yang timbul bagi produsen dalam proses pembuatan barang (produksi), melibatkan elemen-elemen seperti material mentah, pekerjaan langsung, dan beban pabrik, yang mencakup pengeluaran yang teridentifikasi secara langsung dan tidak secara langsung.

Menurut (Fauzi et al., 2023) Biaya produksi ialah komitmen finansial yang wajib ditanggung terhadap perusahaan dan melibatkan semua pengeluaran yang terjadi pada biaya produksi produk jadi dari bahan mentah, termasuk biaya overhead dan tenaga kerja industri.

Jelas dari pembahasan di atas bahwa pelaku usaha harus membayar harga pokok yang dibuat agar dapat mengganti sumber daya mentah dengan produk akhir yang telah siap untuk dijual merupakan hasil akhir dari proses produksi. Biaya produksi meliputi semua pengeluaran, seperti pengeluaran untuk upah pekerja dan biaya tambahan, yang digunakan saat mengubah bahan mentah menjadi produk akhir yang siap dipasarkan. Guna perhitungan biaya produksi harus digunakan cara sebagai berikut:

Text Box: Total Biaya Produksi :
Bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik
Biaya Operasional

Berdasarkan (Ervina, 2022), biaya operasional adalah pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari perusahaan melakukan tugas produksi, memberikan layanan, atau terlibat dalam fungsi bisnis dasar lainnya. Memanfaatkan sumber daya perusahaan, membayar hutang, atau melakukan keduanya untuk sementara waktu dapat dianggap sebagai biaya operasional.

Menurut (Kustiningsih & Farhan, 2022) Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas proses manufaktur dan "dihabiskan" dengan cepat, seringkali dalam waktu kurang dari setahun.

Secara keseluruhan Biaya operasional ialah biaya terkait menggunakan operasi usaha atau operasional bisnis sehari-hari. Biaya operasional ialah biaya yang harus ditanggung oleh bisnis untuk menjalankan operasi bisnisnya setiap hari. Biaya ini adalah suatu bagian dari biaya yang tidak termasuk dalam harga produksi atau jasa yang dibeli dari perusahaan. Untuk menghitung biaya operasional, harus digunakan metode berikut:

Text Box: Biaya Operasional = (Biaya Penjualan + Biaya Adm dan umum

 

 

Laba Bersih

Menurut (Dalimunthe, 2018) Laba bersih merupakan Laba bersih perusahaan sangat penting karena menunjukkan kapasitasnya untuk menghasilkan uang untuk digunakan dalam biaya operasional.

Menurut (Sahetapy, 2023) Laba, atau laba bersih, adalah bagaimana perusahaan menggambarkan hasil yang diperolehnya dari transaksi terkini yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Laba dapat digunakan sebagai metrik oleh pemangku kepentingan untuk mengukur seberapa baik kinerja manajemen dalam menjalankan bisnis.

Secara keseluruhan. laba bersih adalah indikator profitabilitas yang paling signifikan bagi perusahaan, karena merupakan indikator keberhasilan perusahaan disaat mendapatkan keuntungan setelah mempertimbangkan seluruh biaya yang dikeluarkan.

 

Metode

Teknik yang digunakan dalam riset ini melibatkan pendekatan studi kasus dan juga pendekatan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif mencerminkan sebuah kerangka yang sangat terstruktur dalam pelaksanaannya, dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir, walaupun memperhatikan ukuran sampel yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pendekatan penelitian kualitatif yang lebih fokus pada subjek penelitian. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi secara bebas mencakup biaya produksi (X1) dan biaya operasional (X2), sedangkan hasil yang bergantung adalah laba bersih (Y). Unit analisis yang dipilih adalah PT Bakrie Metal Industries, suatu perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang-barang logam. Penelitian ini dilakukan dengan lokasi PT. Bakrie Metal Industries berada di alamat Jalan Raya Kaliabang Bungur No. 86, dengan kode pos 17124, di Kawasan Harapan Jaya, di wilayah Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. Sumber informasi utama penelitian ini diperoleh langsung dari sumbernya, yakni PT. Bakrie Metal Industries. Tim peneliti mengumpulkan data melalui pengumpulan dokumen serta wawancara secara langsung dengan manajer yang bertanggung jawab di perusahaan. Objek penelitian ini adalah laporan perencanaan anggaran produksi PT Bakrie Metal Industries untuk periode tahun 2020 hingga tahun 2022. Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan metode sensus, di mana keseluruhan anggota subjek dijadikan sebagai sampel. Mengacu pada informasi yang diperoleh dari entitas bisnis, sampel yang diambil melibatkan biaya produksi, beban usaha, serta laba bersih yang dihitung secara detail setiap bulan dalam rentang tahun 2020 hingga tahun 2022. Dengan demikian, total sampel yang dianalisis adalah sebanyak 36 sampel di PT Bakrie Metal Industries. Proses pengumpulan data dilakukan melalui tiga metode utama: metode dokumenter, metode observasi, dan interaksi wawancara. Sementara itu, teknik evaluasi data yang digunakan adalah melibatkan serangkaian uji hipotesis klasik seperti uji normalitas, uji variasi variabel, uji multikolinearitas, serta uji autokorelasi. Selain itu, dilakukan pula uji korelasi, analisis regresi berganda, Selain itu, tahap penentuan dan pengujian hipotesis melibatkan pelaksanaan uji F dan uji T. Semua langkah analisis data dilakukan dengan memanfaatkan perangkat analisis SPSS versi 22.

 

Hasil dan Pembahasan

Uji Korelasi

Tabel 4 Hasil Uji Korelasi

   Berdasarkan pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS dan mengacu pada tabel yang telah disediakan, dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansinya berada di bawah 0,000. Hasil penemuan ini mengindikasikan eksistensi Ada keterkaitan yang signifikan di antara variabel-variabel tersebut. Lebih lanjut, dengan nilai R-kuadrat mencapai 0,475, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel biaya produksi (X1) dan biaya operasional (X2) dengan Laba Bersih (Y).

Uji Analisis Regresi Berganda

 

Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Berganda

Image

Persamaan regresi linier berganda bisa diambil dari tabel di atas dalam format sebagai berikut.:

Y = 71093214.38 + 0,151Image + 0,338Image

Pernyataan yang dapat diungkapkan dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:

Nilai konstan a sebesar 71093214,38 menggambarkan di situasi ini, variabel laba bersih tidak terpengaruh oleh variabel lain seperti biaya produksi (X1) dan biaya operasional (X2). Dalam situasi tanpa keterlibatan variabel independen, laba bersih akan tetap tidak berubah. Angka b1 (koefisien regresi X1) adalah 0,151. Ini mengindikasikan bahwa biaya produksi memiliki efek positif terhadap tingkat profitabilitas. Artinya, Setiap kenaikan satu satuan biaya produksi akan menghasilkan kenaikan laba bersih sekitar 0,151. Ini diasumsikan tanpa mempertimbangkan variabel lain dalam analisis ini Nilai b2 atau koefisien regresi X2 memiliki angka 0,338, menunjukkan hal ini menunjukkan bahwa biaya operasional memiliki dampak positif terhadap hasil kegiatan usaha.Ini berarti setiap kenaikan satu unit beban operasional akan berdampak pada kenaikan.

Uji Determinasi

Tabel 6 Hasil Uji Determinasi

Image

Dengan merujuk pada data yang tertera dalam Tabel IV.7 di atas, terlihat bahwa R Square (R²) memiliki angka 0,225. Data ini memberi petunjuk tentang koneksi antara biaya produksi dan biaya operasional, sebagai faktor independen, dengan laba bersih sebagai faktor dependen, memiliki pengaruh sebesar 22,5%. Selanjutnya, Angka Adjusted R² dalam riset ini mencapai 0,178. Informasi ini mencerminkan bahwa sekitar 17,8% dari variasi perubahan dalam biaya produksi dan operasional memiliki peran dalam menjelaskan variasi dalam laba bersih dalam konteks model ini. Namun, sebesar 82,2% dari variasi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam kerangka konsep penelitian ini.

Uji Hipotesis

Uji T

Tabel 7 Hasil Uji t (Parsial)

Pengaruh Biaya Produksi terhadap Laba Bersih

Analisis terhadap Tabel IV.8, yang merupakan hasil dari uji T. Ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi dari dampak biaya produksi (X1) terhadap laba bersih (Y) adalah 0,132, nilai ini melebihi ambang batas 0,05. Lebih lanjut, nilai T hitung yang mencapai 1,548 juga lebih rendah daripada nilai kritis T tabel yang sebesar 2,034. Berdasarkan temuan ini, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari biaya produksi terhadap laba bersih di PT. Bakrie Metal Industries dalam jangka waktu 2020-2022.

Biaya produksi yang mencakup biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik, dan elemen-elemen lain yang terlibat dalam proses produksi, memiliki dampak langsung terhadap margin laba bersih perusahaan. Pengelolaan biaya produksi secara efisien oleh perusahaan dapat meningkatkan margin laba bersihnya dengan menekan biaya dan meningkatkan efisiensi operasional. Sebaliknya, biaya produksi yang tinggi dapat mengurangi laba bersih perusahaan karena menyebabkan margin laba yang lebih tipis atau bahkan kerugian. Oleh karena itu, pemantauan dan pengendalian biaya produksi menjadi kunci dalam mencapai laba bersih yang sehat dan berkelanjutan bagi perusahaan.

Pengaruh Biaya Operasional terhadap Laba Bersih

Berdasarkan data yang tercatat dalam tabel di atas, hasil pengujian T menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang terkait dengan dampak biaya operasional (X2) terhadap laba bersih (Y) adalah 0,17, angka ini berada di bawah batas signifikansi 0,05. Selain itu, nilai T perhitungan sebesar 2,504 juga melewati nilai kritis T tabel yang mencapai 2,034. Dengan mempertimbangkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa biaya operasional memiliki pengaruh terhadap laba bersih di PT Bakrie Metal Industries selama periode 2020-2022.

Pengaruh biaya operasional terhadap laba bersih perusahaan sangat penting dalam menentukan kesehatan keuangan dan keberhasilan operasional suatu perusahaan. Biaya operasional mencakup semua biaya yang terkait dengan menjalankan bisnis sehari-hari seperti biaya gaji karyawan, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan biaya sewa. Manajemen biaya operasional yang efektif dapat membantu perusahaan meningkatkan laba bersihnya dengan meminimalkan pemborosan dan meningkatkan efisiensi operasional. Sebaliknya, biaya operasional yang tinggi dapat mengurangi laba bersih perusahaan terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan yang sesuai. Oleh karena itu, pemantauan dan pengendalian biaya operasional menjadi penting dalam menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan serta memastikan keberlanjutan laba bersih yang positif bagi perusahaan.

Uji F

Tabel 8 Hasil Uji F (Simultan)

Image

Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional terhadap Laba Bersih

Dengan merujuk pada data yang diberikan, terlihat bahwa nilai perhitungan F mencapai 4.799, melewati batas F tabel (3.28), dan juga tercatat nilai signifikansi sekitar 0.015, lebih rendah dari 0.05. Berdasarkan informasi ini, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama, dampak dari variabel biaya produksi (X1) dan biaya operasional (X2) terhadap laba bersih (Y) dapat teramati di PT Bakrie Metal Industries selama periode 2020-2022. Oleh karena itu, hipotesis ini dapat diterima.

Pengaruh biaya produksi dan biaya operasional terhadap laba bersih perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja keuangan dan keberlanjutan bisnis. Biaya produksi, yang meliputi pengeluaran untuk bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, serta biaya operasional, yang mencakup biaya administrasi, pemasaran, dan operasional sehari-hari, merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat laba bersih suatu perusahaan. Pengelolaan dan pengendalian kedua jenis biaya ini menjadi kunci dalam menjaga margin laba yang sehat, karena biaya yang tinggi dapat mengurangi laba bersih perusahaan, sedangkan pengendalian biaya dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan laba bersih. Oleh karena itu, pemantauan yang cermat dan pengelolaan yang efektif terhadap biaya produksi dan operasional menjadi penting bagi perusahaan dalam upaya memastikan kesehatan keuangan dan keberlanjutan laba bersihnya.

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan ikhtisar tentang bagaimana data sampel atau populasi tersebar. Sampel ini terdiri dari 220 data yang berasal dari 44 perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017-2021. Variabel-variabel yang diamati meliputi tingkat financial distress, kepemilikan institusional, tingkat likuiditas, leverage, dan profitabilitas.

Tabel 9 Hasil Statistik Deskriptif

 

 

 

ICR

 

Kepemilikan Institusional (%)

 

 

CR (%)

 

 

DAR (%)

 

 

ROA (%)

Mean

422.3059

0.692466

2.592475

0.461700

0.070260

Median

4.039194

0.767815

1.893946

0.429013

0.053417

Maximum

53826.41

1.000000

15.82231

2.899874

0.920997

Minimum

-14.12911

0.060000

0.152375

0.083064

-0.427263

Std. Dev.

3782.324

0.204997

2.350188

0.302869

0.134907

Skewness

13.10821

-0.843816

2.917.662

4.610287

1.897205

Kurtosis

183.0291

2.790825

13.44963

35.10149

12.75049

 

Keterangan : ICR = Interest Coverage Ratio, CR = Current Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio, ROA = Return On Asset

Sumber : Hasil Olah Software Eviews 12 (2023)

Tabel diatas menyajikan hasil statistic deskriptif dari 44 perusahaan yang diteliti menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki nilai mean sebesar 0,692466 atau 69,24% dengan standar deviasi sebesar 0,204997 atau 20,49% serta nilai minimum sebesar 0,060000 atau 6,00% dan nilai maksimum sebesar 1,000000 atau 100,00%. Current ratio (CR) memiliki nilai mean sebesar 2,592475 atau 259,24% dengan standar deviasi sebesar 2,350188 atau 235,01% serta nilai minimum sebesar 0,152375 atau 15,24% dan nilai maksimum sebesar 15,82231 atau 158,22%. Debt to asset ratio (DAR) memiliki nilai mean sebesar 0,461700 atau 46,17% dengan standar deviasi sebesar 0,302869 atau 30,29% serta nilai minimum sebesar 0,083064 atau 8,31% dan nilai maksimum sebesar 2,899874 atau 290,00%. Sedangkan return on asset (ROA) memiliki nilai mean sebesar 0,070260 atau 7,03% dengan standar deviasi sebesar 0,134907 atau 13,50% serta nilai minimum sebesar -0,427263 atau - 42,73% dan nilai maksimum sebesar 0,920997 atau 92,10%. Pada tabel dapat dilihat bahwa semua variabel kecuali ROA memiliki nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasinya, hal tersebut mengindikasikan bahwa data terdistribusi dengan merata yang disebut dengan data homogen.

Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik

Menurut (Febriana & Yulianto, 2017) menyimpulkan bahwa dalam data panel, tidak diperlukan pengujian asumsi klasik seperti normalitas dan autokorelasi karena data panel memiliki keunggulan ini. Sehingga pada penelitian ini hanya menguji uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas.

Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menentukan apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dalam model regresi. Jika nilai tolerance value < 0,10 dan VIF > 10, maka ada indikasi multikolinearitas. Namun, jika nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terdapat multikolinearitas.

Tabel 6 Hasil dari Uji Multikolinearitas

Variabel

Coefficient Variance

Uncentered VIF

Centered VIF

C

1131216.

17.57689

NA

Kep. Institusi

1549209.

12.54959

1.006986

CR

14062.10

2.669866

1.201360

DAR

841354.7

3.980463

1.193732

Sumber : Hasil Olah Software Eviews 12 (2023)

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa korelasi dari setiap variabel bebas menunjukkan nilai tolerance value > 0,10 dan VIF < 10, sehingga tidak ada indikasi multikolinearitas dalam model regresi.

Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menilai apakah terdapat ketidakseragaman varian dari residu antara satu pengamatan dan pengamatan lain dalam sebuah model regresi. Penentuan keberadaan heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat nilai probabilitas (sig) dari variabel independen. Jika sig variabel independen < 0,05, maka terdapat indikasi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika sig variabel independen > 0,05, maka tidak terdapat indikasi heteroskedastisitas.

Tabel 7 Hasil dari Uji Heterokedastisitas

 

Variabel

 

Coefficient

 

Std. Error

 

t-Statistic

 

Prob.

C

-30057365

52650893

-0.570880

0.5687

Kep. Institusi

69275344

61615207

1.124322

0.2621

CR

3559334.

5870268.

0.606332

0.5449

DAR

-28675787

45406964

-0.631528

0.5284

Sumber : Hasil Olah Software Eviews 12 (2023)

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai probabilitas (sig) dari variabel independen lebih besar dari 0,05, yang mengindikasikan bahwa tidak ada kecenderungan heteroskedastisitas dalam model regresi.

Hasi Uji Moderasi

Moderate Regression Analysis (MRA) Model 1

Persamaan pertama dimaksudkan untuk mengevaluasi pengaruh utama, yaitu dampak variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis regresi model 1 yang disajikan sebelumnya, diperoleh persamaan regresi berikut:

Tabel 8 Hasil Regresi Model 1

 

Variabel

 

Coefficient

 

Std. Error

 

t-Statistic

 

Prob.

C

-0.333047

0.334032

-0.997053

0.3200

Kep. Institusi

0.622237

0.395526

1.573188

0.1174

CR

-0.405350

0.298065

-1.359939

0.1755

DAR

-3.121638

0.404382

-7.719528

0.0000

Keterangan : CR = Current Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio

Sumber : Hasil Olah Software Eviews 12 (2023)

 

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e (1)

ICR = - 0,333047 + 0,622237KI – 0,405350CR - 3,121638DAR

 

Keterangan :

Y : Interest Coverage Ratio (ICR)

X1 : Kepemilikan Institusional

X2 : Current Ratio (CR)

X3 : Debt to Asset Ratio (DAR)

Moderate Regression Analysis (MRA) Model 2

Persamaan kedua bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel independen serta variabel moderasi terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis regresi model 2 yang telah dipaparkan sebelumnya, kita dapat menyusun persamaan regresi berikut:

Tabel 9 Hasil Regresi Model 2

 

Variabel

 

Coefficient

 

Std. Error

 

t-Statistic

 

Prob.

C

2.403967

0.385498

6.236003

0.0000

Kep. Institusi

0.705025

0.334761

2.106055

0.0366

CR

-0.195436

0.253212

-0.771827

0.4413

DAR

-2.395359

0.342298

-6.997873

0.0000

ROA

0.688087

0.071897

9.570.462

0.0000

Keterangan : CR = Current Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio, ROA = Return On Asset.

Sumber : Hasil Olah Software Eviews 12 (2023)

 

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β3Z + e (2)

ICR = 2,403967 + 0,705025KI – 0,195436CR – 2,395359DAR + 0,688087ROA

 

Keterangan :

Y : Interest Coverage Ratio (ICR)

X1 : Kepemilikan Institusional

X2 : Current Ratio (CR)

X3 : Debt to Asset Ratio (DAR)

Z : Return on Asset (ROA)

Moderate Regression Analysis (MRA) Model 3

Persamaan ketiga dimaksudkan untuk mengeksplorasi dampak moderasi (interaksi) variabel moderasi terhadap pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil analisis regresi model 3 yang telah dipresentasikan sebelumnya, persamaan regresi yang berikut dapat dirumuskan:

Tabel 10 Hasil Regresi Model 3

 

Variabel

 

Coefficient

 

Std. Error

 

t-Statistic

 

Prob.

C

0.713945

0.492090

1.450843

0.1487

Kep. Institusi

0.081900

0.322449

0.253994

0.7998

CR

-0.708670

0.288311

-2.458001

0.0150

DAR

-2.073355

0.326236

-6.355391

0.0000

ROA

0.300833

0.085107

3.534764

0.0005

KI*ROA

2.364478

2.356571

1.003355

0.3171

CR*ROA

3.166085

0.743630

4.257611

0.0000

DAR*ROA

0.123576

1.551256

0.079662

0.9366

Keterangan : CR = Current Ratio, DAR = Debt to Asset Ratio, ROA = Return On Asset.

Sumber : Hasil Olah Software Eviews 12 (2023)

 

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β3Z + β5X1Z + β6X2Z + β7X3Z + e (3)

ICR = 0,713945 + 0,081900KI – 0,708670CR – 2,073355DAR + 0,300833ROA + 2,364478(KI*ROA) + 3,166085(CR*ROA) + 0,123576(DAR*ROA)

 

Keterangan :

Y         : Financial Distress (ICR) X1: Kepemilikan Institusional X2 : Likuiditas (CR)

X3 : Leverage (DAR)

Z          : Profitabilitas (ROA)

X1Z : Interaksi (perkalian) antara Kepemilikan Institusional dengan ROA X2Z : Interaksi (perkalian) antara CR dengan ROA

X3Z : Interaksi (perkalian) antara DAR denga ROA

Hasil Uji Hipotesis

Hasil Uji t

Berdasarkan pengujian regresi model diatas, berikut ini adalah hasil uji t hipotesisnya :

Uji Hipotesis t Model 1

Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar 0,622237 dengan signifikansi sebesar 0,1174 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel likuiditas (CR) sebesar-0,405350 dengan signifikansi sebesar 0,1755 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel leverage (DAR) sebesar -3,121638 dengan signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress (ICR).

Uji Hipotesis t Model 2

Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar 0,705025 dengan signifikansi sebesar 0,0366 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel likuiditas (CR) sebesar -0,195436 dengan signifikansi sebesar 0,4413 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel leverage (DAR) sebesar -2,395359 dengan signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,688087 dengan signifikansi variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,0000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress (ICR).

Uji Hipotesis t Model 3

Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional sebesar 0,081900 dengan signifikansi sebesar 0,7998 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel likuiditas (CR) sebesar -0,708670 dengan signifikansi sebesar 0,0150 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel leverage (DAR) sebesar -2,073355 dengan signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,300833 dengan signifikansi sebesar 0,0005 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress (ICR). Koefisien regresi variabel moderasi 1 yaitu interaksi antara variabel kepemilikan institusional dengan profitabilitas (ROA) sebesar 2,364478 dengan signifikansi sebesar 0,3171 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) tidak mampu memoderasi pengaruh kepemilikan institusional terhadap financial distress (ICR). Sehingga moderasi1 ini dapat diklasifikasikan jenis moderasi Homologiser. Koefisien regresi variabel moderasi 2 yaitu interaksi antara variabel likuiditas (CR) dengan profitabilitas (ROA) sebesar 3,166085 dengan signifikansi sebesar 0,0000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) mampu memoderasi pengaruh likuiditas (CR) terhadap financial distress (ICR). Sehingga moderasi 2 ini dapat diklasifikasikan jenis moderasi Quasi. Koefisien regresi variabel moderasi3 yaitu interaksi antara variabel leverage (DAR) dengan profitabilitas (ROA) sebesar 0,123576 dengan signifikansi sebesar 0,9366 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROA) tidak mampu memoderasi pengaruh leverage (DAR) terhadap financial distress (ICR). Sehingga moderasi3 ini dapat diklasifikasikan jenis moderasi Predictor.

Hasil Uji F (Goodness of Fit)

Pengujian kecocokan model atau uji F bertujuan untuk menentukan apakah model yang dipilih sesuai atau tidak. Jika nilai signifikansi F hitung < 0,05, maka model regresi dianggap sesuai atau layak (memenuhi kriteria BLUE). Sebaliknya, jika nilai signifikansi F hitung > 0,05, maka model regresi dianggap tidak sesuai. Berikut adalah hasil uji kecocokan model regresi:

Tabel 11 Hasil Uji F Kelayakan Model Regresi

Model

F-statistic

Prob (F-statistic)

Model 1

37.36860

0.000000

Model 2

61.72109

0.000000

Model 3

53.81234

0.000000

Sumber : data sekunder diolah (2023)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa nilai F pada model 1 sebesar 37,36860, model 2 sebesar 61,72109 dan model 3 sebesar 53.81234 dengan nilai probabilitas dari semua model sebesar 0,000000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga model regresi ini dinyatakan layak atau fit memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Hasil Uji Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik model mampu menjelaskan variasi dalam variabel dependen. Berikut adalah hasil pengujian koefisien determinasi untuk model regresi 1, model regresi 2, dan model regresi 3:

Tabel 12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model

R-squared

Adjusted R-squared

Model 1

0.376060

0.365997

Model 2

0.587982

0.578455

Model 3

0.689036

0.676231

Sumber : data sekunder diolah (2023)

Berdasarkan Tabel 12 di atas, hasil uji koefisien determinasi model regresi menunjukkan bahwa model regresi 1, yang menguji efek utama variabel independen terhadap variabel dependen (pengaruh kepemilikan institusional, likuiditas (CR), leverage (DAR) terhadap financial distress (ICR)), menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 0,365997 atau 36,59%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat sebesar 36,59%, sedangkan sisanya sebesar 63,41% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Model regresi 2, yang menguji pengaruh variabel independen dan variabel moderasi terhadap variabel dependen (pengaruh kepemilikan institusional, likuiditas (CR), leverage (DAR), dan profitabilitas (ROA) terhadap financial distress (ICR)), menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 0,578455 atau 57,84%. Ini menunjukkan bahwa 57,84% dari variasi dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan moderasi, sedangkan 42,16% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Model regresi 3, yang menguji efek moderasi (interaksi) variabel moderasi pada pengaruh variabel independen terhadap dependen (efek moderasi profitabilitas (ROA) pada pengaruh kepemilikan institusional, likuiditas (CR), leverage (DAR) terhadap financial distress (ICR)), menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 0,676231 atau 67,62%. Ini menunjukkan bahwa 67,62% dari variasi dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan efek moderasi, sementara 32,38% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Kepemilikan institusional, seperti perusahaan asuransi, bank, dan perusahaan investasi, memiliki dampak positif tapi tidak signifikan terhadap financial distress. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan kontrol terhadap manajemen, sehingga meminimalkan kemungkinan financial distress. Hal ini dapat mengurangi biaya utang dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan kewajiban. Hasil penelitian mendukung teori agensi, menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dapat membantu mengurangi masalah agen dan pemilik serta memperkuat pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan.

Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Distress: Likuiditas, diukur dengan current ratio (CR), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Dewi, Endiana, & Arizona, 2019). Penelitian menunjukkan likuiditas berdampak negatif tapi tidak signifikan terhadap financial distress, dengan peningkatan likuiditas berhubungan dengan penurunan financial distress. Faktor-faktor seperti kinerja penjualan yang rendah dan kewajiban yang jatuh tempo dapat menyebabkan likuiditas yang tinggi tidak berpengaruh terhadap financial distress (Purwaningsih & Safitri, 2022). Likuiditas yang tinggi dapat mengakibatkan kelebihan dana dan aset yang tidak digunakan secara optimal, mempengaruhi financial distress. Tanggung jawab agent dalam pengambilan keputusan utang piutang dapat mempengaruhi kemungkinan financial distress (Wilujeng & Yulianto, 2020).

Likuiditas yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat financial distress. Tingkat likuiditas yang tinggi dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap risiko kebangkrutan dengan memungkinkan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan lebih mudah. Sebaliknya, likuiditas yang rendah dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya financial distress karena perusahaan mungkin kesulitan memenuhi kewajiban finansialnya. Oleh karena itu, manajemen yang efektif dalam menjaga tingkat likuiditas yang sehat dapat membantu mengurangi risiko financial distress dan memperkuat kestabilan keuangan perusahaan dalam jangka panjang.

Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress: Leverage, diukur dengan debt to asset ratio (DAR), menunjukkan penggunaan utang dalam pembiayaan perusahaan. Penelitian menunjukkan peningkatan leverage berhubungan dengan penurunan financial distress (Fitri & Syamwil, 2020). Kebijakan utang yang berlebihan dapat menyebabkan perusahaan kesulitan melunasi utang dan mengganggu operasional, meningkatkan risiko financial distress.

Pengaruh leverage terhadap financial distress dapat menjadi kompleks karena leverage yang mencerminkan penggunaan hutang oleh perusahaan untuk mendanai operasinya memiliki dampak ganda terhadap risiko kebangkrutan. Di satu sisi, leverage dapat memperbesar potensi keuntungan bagi pemegang saham dengan meningkatkan pengembalian ekuitas mereka. Namun, penggunaan hutang yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko financial distress. Ketika perusahaan memiliki tingkat leverage yang tinggi, mereka harus membayar bunga dan pokok hutang dengan lebih banyak dari pendapatan yang dihasilkan sehingga meningkatkan risiko ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban finansial mereka terutama dalam situasi di mana arus kas perusahaan menurun atau terhenti. Oleh karena itu, manajemen yang bijak dalam mengelola struktur modal perusahaan sangat penting untuk mengurangi risiko financial distress dan memastikan keberlanjutan operasional yang stabil.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Financial Distress dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi: Kepemilikan institusional tidak secara signifikan mempengaruhi financial distress, namun profitabilitas tidak memperkuat hubungan antara kepemilikan institusional dan financial distress (Septiani & Dana, 2019).

Kepemilikan institusional yang mencerminkan partisipasi investor institusi besar dalam perusahaan dapat memiliki dua efek yang saling bertentangan terhadap risiko kebangkrutan. Di satu sisi, kehadiran investor institusi yang kuat dapat memberikan stabilitas dan kepercayaan pasar kepada perusahaan, mengurangi risiko financial distress dengan menyediakan akses ke sumber daya finansial tambahan dan memperbaiki manajemen risiko. Namun ketika profitabilitas rendah, dampak kepemilikan institusional terhadap risiko kebangkrutan mungkin tidak sekuat yang diharapkan karena investor institusi mungkin cenderung keluar atau menurunkan investasi mereka dalam situasi yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, profitabilitas dapat bertindak sebagai pemoderasi dalam hubungan antara kepemilikan institusional dan financial distress dengan peran kunci dalam menentukan sejauh mana dampak positif kepemilikan institusional dapat diwujudkan dalam mengurangi risiko kebangkrutan.

Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Distress dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi: Likuiditas berhubungan positif dengan financial distress, namun profitabilitas memperkuat hubungan ini. Likuiditas yang tinggi dan profitabilitas yang besar dapat mengurangi risiko financial distress (Baghaskara & Retnani, 2023).

Likuiditas yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya secara tepat waktu memiliki peran penting dalam mengurangi risiko kebangkrutan dengan memberikan perlindungan terhadap tekanan likuiditas yang mungkin terjadi. Namun ketika profitabilitas rendah, efek perlindungan likuiditas terhadap risiko kebangkrutan mungkin tidak sepenuhnya terwujud karena pendapatan yang lebih rendah dapat menyebabkan tekanan tambahan pada arus kas perusahaan. Dalam hal ini, profitabilitas bertindak sebagai variabel pemoderasi yang mempengaruhi hubungan antara likuiditas dan financial distress, apabila tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dapat meningkatkan dampak positif likuiditas dalam mengurangi risiko kebangkrutan, sementara profitabilitas yang rendah dapat melemahkan efek perlindungan likuiditas tersebut.

Pengaruh Leverage terhadap Financial Distress dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi: Profitabilitas tidak memoderasi hubungan antara leverage dan financial distress. Besarnya profitabilitas tidak mempengaruhi dampak leverage terhadap financial distress (Sari & Putri, 2016).

Leverage yang mencerminkan proporsi hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk mendanai operasinya memiliki implikasi kompleks terhadap risiko kebangkrutan. Saat perusahaan menggunakan hutang secara berlebihan, perusahaan mungkin menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya terutama dalam situasi di mana profitabilitas rendah membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok hutang. Namun, profitabilitas yang tinggi dapat memoderasi hubungan antara leverage dan financial distress dengan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya hutang dan mengurangi risiko kebangkrutan. Oleh karena itu, profitabilitas berperan sebagai variabel pemoderasi yang dapat mempengaruhi seberapa kuat pengaruh leverage terhadap risiko kebangkrutan dengan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dapat mengurangi dampak negatif leverage dalam meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan.

 

Kesimpulan

Maksud pokok dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak yang dihasilkan oleh biaya produksi dan biaya operasional terhadap laba bersih perusahaan. Riset ini dilaksanakan di PT. Bakrie Metal Industries dalam interval waktu dari tahun 2020 sampai tahun 2022. Hasil deskripsi statistik dari pengujian ini menggambarkan bahwa variabel biaya produksi yang berubah-ubah memiliki nilai rata-rata sebesar Rp.504.448.100 dan variasi yang signifikan sebesar Rp.285.432.509, dengan nilai puncak selama studi mencapai Rp.997.674.696 dan terendahnya mencapai Rp.100.536.480. Sementara itu, variabel biaya operasional yang berubah-ubah memiliki rerata sebesar Rp.415.544.577 dan deviasi standar sebesar Rp.206.226.952, dengan nilai tertinggi mencapai Rp.892.727.070 dan terendahnya hanya Rp.82.208.286. Variabel laba bersih mempunyai rata-rata sebesar Rp.287.772.804 dengan standar deviasi sebesar Rp.180.797.103, dan puncak nilai selama periode penelitian mencapai Rp.783.788.001, sementara titik terendahnya mencapai Rp.32.159.000. Bersama-sama, variabel biaya produksi dan biaya operasional memiliki pengaruh simultan terhadap laba bersih di PT. Bakrie Metal selama periode tahun 2020 hingga tahun 2022. Namun, secara parsial, dalam penelitian ini tidak terdapat bukti bahwa variabel biaya produksi (X1) memiliki dampak terhadap laba bersih di PT. Bakrie Metal Industries dalam jangka waktu 2020 hingga 2022. Sebaliknya, terfokus pada aspek tertentu, dapat diidentifikasi bahwa variabel biaya operasional (X2) memiliki dampak terhadap laba bersih di PT. Bakrie Metal Industries dalam periode antara tahun 2020 dan 2022.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abigail, Salsabilla Vania. (2022). Pengaruh Pofitabilitas Dan Nilai Tukar Terhadap Financial Distress Selama Covid-19. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

 

Baghaskara, Nagatha, & Retnani, Endang Dwi. (2023). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Size Terhadap Financial Distress Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 12(2).

 

Dalimunthe, Hasbiana. (2018). Pengaruh Marjin Laba Bersih, Pengembalian Atas Ekuitas, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 4(2), 62.

 

Damayanti, Dini Ristanti. (2019). Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.

 

Dewi, Ni Luh Putu Ari, Endiana, I. Dewa Made, & Arizona, I. Putu Edy. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA), 1(1).

 

Ervina, Elizabeth Agus. (2022). TA: Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Atas Biaya Operasional Pada PT Gbu. Politeknik Negeri Lampung.

 

Fauzi, Achmad, Priambodo, Ardyan Nando, Prastia, Geby Ari, Kamal, Lola Yunita, Maskat, Michael Agape, & Intani, Nelvi. (2023). Pengaruh Penentuan Harga Jual Menggunakan Variable Costing Dengan Memperhitungkan Harga Pokok Produksi. Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 2(2), 86–97.

 

Febriana, Devita, & Yulianto, Arief. (2017). Pengujian Pecking Order Theory Di Indonesia. Management Analysis Journal, 6(2), 153–165.

 

Fitri, Rahmadona Amelia, & Syamwil, Syamwil. (2020). Pengaruh Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Financial Distress (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018). Jurnal Ecogen, 3(1), 134–143.

 

Kustiningsih, Nanik, & Farhan, Ali. (2022). Manajemen Keuangan: Dasar-Dasar Pengelolaan Keuangan. Cv Globalcare.

 

Maula, Defia Ifsantin. (2021). Perumusan Model Bisnis Sosial; Modest Fashion Enterprise. JESI (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia), 11(2), 131–142.

 

Purwaningsih, Eny, & Safitri, Indah. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Rasio Arus Kas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress. JAE (Jurnal Akuntansi Dan Ekonomi), 7(2), 147–156.

 

Rahmanita, Maulidina. (2017). Pengaruh Biaya Promosi Dan Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Dengan Volume Penjualan Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Surakarta: Program Sarjana IAIN Surakarta.

 

Rumambi, Hedy Desiree, Kaparang, Revleen Mariana, Ropa, Grace, & Setiadie, Haryanto Edward. (2022). Desain Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada UMKM Pengrajin Rotan (Studi Pada UMKM Aneka Rotan Di Kota Manado). Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif, 4(2), 731–746.

 

Sahetapy, Inggrit Frilly. (2023). Pengaruh Liabilitas Dan Ekuitas Terhadap Laba Bersih Pt Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode 2015-2022. Jurnal Akuntansi Trisakti, 10(2), 343–356.

 

Saied, Muhammad, Atika, Nila, Sayudin, Sayudin, Sagita, Bahar, Astuti, Aurelia Widya, & Muharram, Azka. (2023). Exploration Of Innovation Strategies In Business Management: Enhancing Sustainability And Organizational Growth In The Digital Economic Era. Riwayat: Educational Journal Of History And Humanities, 6(3), 1739–1744.

 

Sandopart, Dewa Putu Yohanes Agata L., Permana, Dwi Sidik, Pramesti, Nabila Syahda, Ajitama, Syandy Pramudya, Mulianingsih, Afriyanti Tri, Septia, Dinda Nur, Firmansyah, Muhammad Aldi, & Juman, Mariani Febriyanti. (2023). Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada Kegiatan Perusahaan Manufaktur Dengan Teknologi Artificial Intelligence. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen Bisnis, 3(1), 25–37.

 

Sari, NLKM, & Putri, IGAMAD. (2016). Kemampuan Profitabilitas Memoderasi Pengaruh Likuiditas Dan Leverage Terhadap Financial Distress. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 10(5), 3419–3448.

 

Satriani, Dina, & Kusuma, Vina Vijaya. (2020). Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Harga Pokok Penjualan Terhadap Laba Penjualan. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 4(2), 438–453.

 

Septiani, Ni Made Inten, & Dana, I. Made. (2019). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property Dan Real Estate. Udayana University.

 

Supatmin, Supatmin. (2023). Optimalisasi Penggunakan Laporan Keuangan Untuk Mengelola Keuangan Bagi Pemilik Usaha. Indonesian Journal Of Economy, Business, Entrepreneurship And Finance, 3(2), 385–395.

 

Wilujeng, Risma, & Yulianto, Agung. (2020). Determinan Financial Distress Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, 5(1), 90–102.

 

Zakariah, M. Askari, Afriani, Vivi, & Zakariah, K. H. M. (2020). METODOLOGI Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Action Research, Research And Development (R N D). Yayasan Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kolaka.