ANALISIS PENGARUH TEKANAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN
DEMOKRATIS TERHADAP TURNOVER INTENTION MELALUI KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL
INTERVENIG
Edi Prayoga1, Saimara A. M. Sebayang2
Universitas Pembangunan Panca Budi
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tekanan kerja dan kepemimpinan demokratis berpengaruh terhadap turnover intention melalui kepuasan
kerja sebagai variabel intervening. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik propotional random
sampling, jumlah responden sebanyak 43 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner, metode wawancara, dan metode obeservasi. Dengan menggunakan program IBM SPSS 20, analisis
data yang dipakai yaitu analisis
jalur (path analysis). Hasil penelitian
menunjukan bahwa variabel tekanan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention, variable kepemimpinan demokratis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention dan variable kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
turnover intention. Simpulan dari
penelitian ini menyatakan bahwa variabel kepuasan kerja tidak memediasi variabel tekanan kerja terhadap turnover intention, tetapi terbukti
memediasi pengaruh variabel kepemimpinan demokratis terhadap turnover intention.
Kata
kunci: tekanan
kerja;
kepemimpinan demokratis; kepuasan kerja; turnover intention.
Abstract
The purpose
of this study is to explain the effect of work pressure and democratic
leadership on turnover intention through job satisfaction as an intervening
variable. Sampling using proportional random sampling technique, with a total
of 43 respondents. Data collection methods used are questionnaire methods,
interview methods, and observation methods. By using the IBM SPSS 20 program,
the data analysis used is path analysis. The results showed that the variable
of work pressure had a positive and significant effect on turnover intention,
the variable democratic leadership had a negative and significant effect on
turnover intention and the variable job satisfaction had a negative and significant
effect on turnover intention. The conclusion of this study states that the job satisfaction
variable does not mediate the work pressure variable on turnover intention, but
it is proven to mediate the effect of democratic leadership on turnover intention
Keywords: work
pressure; democratic leadership; job satisfaction; turnover intention.
Pendahuluan
Di dalam perkembangan bisnis yang
semakin meluas, banyak melibatkan ahli dari berbagai bidang, termasuk psikologi
industri dan organisasi berpartisipasi dalam dunia bisnis dan organisasi
Indonesia yang berkembang pesat. Psikologi akan selalu berperan penting dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan dalam hal sumber daya manusia karena keberadaan
sumber daya manusia merupakan elemen dalam dunia industri dan organisasi.
Karena manusia adalah sumber daya dinamis yang selalu dibutuhkan dalam proses
produksi barang dan jasa, sumber daya manusia dianggap sebagai aset perusahaan
yang signifikan.
Perputaran karyawan adalah hal biasa
dalam lingkungan operasional bisnis. Turnover karyawan memegang peran yang
penting dalam berorganisasi. Keberhasilan manajemen dalam mengelola organisasi
dapat dinilai dari turnover karyawan yang ada di dalamnya. Ketidakmampuan
instansi dalam mengelola tingkah laku sumber daya manusia yang ada didalam
perusahaan menimbulkan individu atau kelompok merasa memiliki intensitas untuk
mencari pekerjaan lain dan berpindah. Tingkat turnover yang tinggi dari para
karyawan sebagai ujung tombak akan mempengaruhi kredibilitas perusahaan.
Menurut (Sunarso, 2000), indikasi awal
turnover (keluar dari pekerjaan) adalah turnover intention (keinginan untuk
meninggalkan pekerjaan) (Sunarso, 2000). Menurut (Simamora, 1997), turnover
intention adalah keinginan untuk melampaui batas-batas keanggotaan organisasi (Sakti
et al., 2023) (Simamora, 1997). Sebaliknya, (Mathis & John, 2006) menyatakan
secara sederhana bahwa turnover intention adalah suatu proses dimana karyawan
ingin meninggalkan organisasi dan harus diganti (Mathis & John, 2006). Karyawan yang
ingin berganti pekerjaan (turnover) menurut (Siagian 2002),
biasanya menunjukkan ketidakhadiran yang meningkat (Siagian, 2002).
Berdasarkan hasil wawancara lanjutan
dengan subjek, bahwa karyawan yang mengalami turnover, memiliki perilaku
buruk di tempat kerja, atau sering terlambat masuk kerja, serta tidak pernah
masuk kerja selama berhari-hari tanpa penjelasan. Berikut ini adalah tabel turnover
yang terjadi di 14 toko minimarket area pematang siantar.
Tabel.
1. Data Turnover pada crew store minimarket Siantar
No. |
Bulan |
Rata – Rata
jumlah Crew
Store |
Crew Store Keluar |
Turnover (%) |
1 |
Januari |
84 |
2 |
2.38 |
2 |
Februari |
1 |
1.19 |
|
3 |
Maret |
2 |
2.38 |
|
4 |
April |
1 |
1.19 |
|
5 |
Mei |
1 |
1.19 |
|
6 |
Juni |
1 |
1.19 |
|
7 |
Juli |
1 |
1.19 |
|
8 |
Agustus |
2 |
2.38 |
|
Jumlah Total |
11 |
13.10 |
Sumber : Data yang diolah (2022)
Tingkat turnover yang tinggi di suatu
lapangan menunjukkan bahwa kondisi kerja atau metode pembinaan di lapangan perlu
ditingkatkan. Dapat dilakukan beberapa cara untuk mengurangi tingkat turnover,
yaitu dengan mengendalikan intensi berpindah. Intensi berpindah harus dikendalikan
dengan memperhatikan hal-hal seperti tekanan kerja, gaya kepemimpinan dan
bahkan kepuasan terhadap pekerjaan ataupun rekan kerja.
Mobley (dalam Pawesti
dan Wikansari, 2016), menggariskan secara detail faktor internal yang
mempengaruhi terjadinya turnover yaitu :
1. Budaya
Organisasi.
Kepuasan
terhadap kondisi-kondisi kerja dan kepuasan terhadap kerabat–kerabat kerja
merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan turnover.
2. Gaya
Kepemimpinan.
Kepuasan
terhadap pemimpin dan variabel- variabel lainnya seperti sentralisasi merupakan
faktor-faktor yang menentukan turnover.
3. Kompensasi.
Penggajian
dan kepuasan terhadap pembayaran merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan
turnover.
4. Kepuasan
Kerja.
Kepuasan
terhadap pekerjaan, secara menyeluruh dan kepuasan terhadap bobot pekerjaan merupakan
faktor-faktor yang dapat menentukan turnover.
5. Karir.
Kepuasan
terhadap promosi merupakan salah satu faktor (Pawesti & Wikansari, 2016).
Sedangkan menurut
Nyoman dan Andini (dalam Siwi, 2021) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi turnover
intention yaitu:
1.
Tekanan Kerja
Tekanan Kerja atau yang dapat disebut juga stres kerja. Stres
kerja timbul karena adanya tekanan
dari pimpinan, jam kerja lembur, adanya
tenggang waktu dalam bekerja, maupun lingkungan yang tidak nyaman.
2.
Kepuasan Gaji
Menurut teori keadilan orang-orang akan membandingkan apa yang telah dia berikan dengan
apa yang dia terima sebanding atau tidak.
3.
Komitmen organisasi
Tingginya komitmen yang ada dalam diri seorang
karyawan terhadap perusahaannya akan berdampak baik bagi perusahaan.
4.
Motivasi
Timbulnya motivasi untuk mencari atau mendapatkan
pekerjaan lain yang berbeda
dari pekerjaan saat ini dengan
mencari suasana baru(Siwi, 2021).
Mobley mengklaim bahwa ada tiga
indikator pengukuran turnover intention (dalam Halimah dkk.2016) meliputi:
1) Berpikir
untuk berhenti (Thinking About Quitting) dengan asumsi bahwa seseorang akan
bertahan dalam pekerjaan mereka saat ini atau meninggalkannya. Sebagian besar waktu,
ini didasarkan pada perasaan ketidakpuasan kerja karyawan, yang pada akhirnya membuat
mereka mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan mereka saat ini. tempat
kerja.
2) Mencari
pekerjaan lain (memiliki niat untuk mencari pekerjaan lain). Merangkum emosi
seseorang yang ingin bekerja untuk organisasi lain. Pada dasarnya, seorang
karyawan telah mulai mencari pekerjaan di luar perusahaan yang lebih baik jika
dia mulai sering mempertimbangkan untuk berhenti dari pekerjaannya.
3) Adanya
niat untuk berhenti yang menunjukkan adanya niat individu untuk keluar dari
perusahaan. Biasanya, niat untuk keluar muncul ketika seorang karyawan menemukan
pekerjaan yang lebih memuaskan daripada yang dia miliki sebelumnya, dan
akhirnya mengarah pada keputusan. tentang apakah akan tetap bekerja atau tidak(Halimah, Fathoni, & Maria M Minarsih, 2016).
Timbulnya gangguan akibat adanya
interaksi antara pekerja dengan lingkungan kerjanya sehingga memunculkan
kondisi mental yang besar merupakan definisi dari tekanan kerja. Tekanan yang
tinggi juga dapat menyebabkan stress dalam bekerja. Tingkat tekanan yang muncul
tidak serta-merta dapat diatasi seluruhnya oleh para pekerja, sehingga ketidakmampuan
mengatasi tekanan inilah yang dapat menjadi penyebab hengkangnya seorang
karyawan dari perusahaan.
Stres adalah suatu keadaan yang membekap
diri dan jiwa seseorang melewati batas-batas kemampuannya, sehingga apabila dibiarkan
terus menerus tanpa jawaban, hal ini akan mempengaruhi kesejahteraannya. Stres
tidak timbul begitu saja namun sebab-sebab stres timbul umumnya diikuti oleh
faktor peristiwa yang mempengaruhi kejiwaan seseorang, dan peristiwa itu terjadi
diluar dari kemampuannya sehingga kondisi tersebut telah menekan jiwanya (Fahmi, 2016). Waktu yang mendesak,
Gaji / upah yang tidak sesuai, Tuntutan fisik,
Kepempinan, Otoritas kerja yang tidak memadai, Konflik kerja dan Perbedaan
nilai antara karyawan dengan pimpinan yang frustasi dalam kerja yang menyebabkan
seseorang mengalami tekanan (Rivai, 2014).
Menurut jurnal penelitian
yang dilakukan oleh (Fitria 2015)
indikator tekanan kerja (stress) adalah
sebagai berikut :
1. Individual
stresor (tekanan individual)
Adalah
tekanan atau ketegangan yang dihadapi seseorang dan mempengaruhi emosi,
pikiran, serta kondisi keseluruhan dari orang tersebut. Stresor individu
meliputi persoalan keluarga, masalah ekonomi dan karakteristik kepribadian
bawaan.
2. Role stress (tekanan
peran)
Adalah
pola tindakan yang diharapkan dari seseorang dalam tindakan yang melibatkan
orang lain. Stres peran meliputi konflik peran, ketidakjelasan peran dan
kelebihan peran.
3. Organizational
stresors (tekanan organisasi)
Yaitu
stres organisasi terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan
fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi(Fitria, 2015).
Sikap atau metode yang digunakan seorang
manajer tingkat dalam mengatur, mengolah dan mempengaruhi bawahan untuk
bertindak sesuai dengan yang diperintahkan adalah gaya kepemimpinan. seseorang
yang mengemudikan organisasi dengan disertai tugas pokok dan fungsinya yaitu
memberikan pengawasan yang efisien, membangun organisasi dan membimbing para
bawahan serta membawa para bawahannya bersama dirinya mewujudkan cita-cita perusahaan
adalah kepemimpinan (Siswanto & Hamid, 2017). Gaya
kepemimpinan yang diterapkan setiap pemimpin tentunya berbeda-beda, salah satu
gaya kepemimpinan yang populer yaitu kepemimpinan demokratis.
Gaya pemimpin yang mengambil keputusan
dan kebijakan atas dasar pertimbangan saran dan pendapat dari bawahan,
pemberian tugas dan wewenang dipegang oleh si pemimpin yang terbuka tersebut
adalah Gaya kepemimpinan demokratis. Menurut (Thoha, 2013), gaya
kepemimpinan demokratis menekankan pada kekuatan pribadi dan keterlibatan
pengikut dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Tipe
pemimpin demokratis adalah tipe demokratis, bukan karena pemimpin dipilih oleh
rakyat. Jenis kepemimpinan di mana untuk mencapai kesepakatan, pemimpin
terlibat dalam forum musyawarah dan selalu terbuka untuk menerima dan
menghargai saran, pendapat, dan rekomendasi dari anggota staf dan bawahan (Thoha, 2013). Kepemimpinan
yang demokratis adalah kepemimpinan yang bertujuan, aktif, dan dinamis. Kegiatan
pengendalian dilakukan secara bertanggung jawab dan tertib. Setiap anggota dapat
berpartisipasi aktif karena adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
yang jelas sesuai dengan pembagian tugas.
Menurut (Sutikno, 2014), kepemimpinan
demokratis memiliki orientasi manusiawi dan mengarahkan pengikutnya secara
efektif (Sutikno, 2014). Semua
pekerjaan bawahan dikoordinasikan, dengan penekanan pada tanggung jawab dan Kerjasama (Kartono, 2013). Kepemimpinan
ini kesatuan, yang juga menjadi kekuatan organisasi, adalah kekuatannya.
Kepemimpinan yang demokratis sangat menghargai potensi setiap orang yang
menjadi bagiannya dan mau mendengarkan saran dan saran dari bawahan. Dan mau
mengakui keistimewaannya. keahlian dalam semua aspek, memungkinkan mereka untuk
memaksimalkan kapasitas setiap anggota pada waktu yang tepat dan dalam situasi yang
tepat. Dengan kata lain, sesuai (Kartono, 2013) bahwa
kepemimpinan kelompok pengembang adalah kepemimpinan demokratis.
Sebagaimana
ditunjukkan oleh (Kartono, 2013), indikator
berikut dapat digunakan untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan demokratis seseorang:
1.Kapasitas
Pengambilan Keputusan.
Mengambil
pendekatan metodis terhadap sifat alternatif yang disajikan dan mengambil
tindakan yang, menurut perhitungan, adalah tindakan yang paling tepat dikenal
sebagai pengambilan keputusan.
2.Kemampuan
Memotivasi.
Kesediaan
anggota organisasi untuk mengerahkan kemampuannya (berupa keahlian atau
keterampilan), tenaga, dan waktu untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya dan memenuhi kewajibannya dalam rangka mencapai
tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya dikenal sebagai
kemampuan memotivasi.
3. Keterampilan mengkomunikasi.
Kemampuan
untuk mengkomunikasikan pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh orang lain itu, baik secara lisan
maupun tulisan, disebut sebagai keterampilan komunikasi.
4. Kemampuan untuk
Mengendalikan Karyawan.
Seorang
pemimpin harus memiliki keinginan untuk membujuk orang lain untuk mengikuti
perintahnya dengan memanfaatkan jabatan atau otoritas pribadi secara efektif
untuk kepentingan jangka panjang perusahaan. mengancam. Tujuannya adalah untuk
menyelesaikan tugas dengan benar.
5.Tanggung
jawab.
Dapat
diartikan sebagai kewajiban untuk memikul, memikul tanggung jawab, menanggung
segala sesuatu, atau memberikan tanggung jawab dan menanggung akibatnya.
Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab untuk
6.Kemampuan
untuk Mempertahankan Kontrol Emosi.
Kapasitas
untuk mempertahankan kontrol emosi sangat penting untuk kesuksesan hidup kita.
Kebahagiaan akan datang dengan lebih mudah kepada kita jika kita dapat mengontrol
emosi kita dengan lebih baik (Kartono, 2013).
Demokratis diartikan sebagai tindakan
yang berprinsip pada keputusan bersama atas dasar mufakat dimana para bawahan akan
diikut sertakan dan diberi kesempatan untuk menyampaikan saran dalam pengambilan-pengambilan
keputusan. Dilibatkannya para bawahan dan terbukanya atasan akan dapat
menyebabkan rasa kepuasan antara karyawan dengan pimpinan.
Seorang akan merasa puas dalam bekerja apabila
keinginan dan harapannya dapat dipenuhi oleh perusahaan, sehingga menimbulkan
rasa cinta yang mendalam dari dirinya untuk perusahaan. Menurut (Robbins & Judge, 2015) secara spesifik
mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai perasaan positif seseorang atas
pekerjaannya yang diperoleh dari suatu evaluasi terhadap karakteriskik kepuasan
itu sendiri (Robbins & Judge, 2015).
Seorang karyawan yang melakukan
pekerjaannya dengan baik akan mendapatkan kepuasan dari tempat kerja tersebut
seperti upah gaji, penghargaan,dan lain sebagainya. Karena kepuasan kerja
karyawan akan berpengaruh terhadap produktivitas yang diharapkan oleh atasan,
maka itu atasan akan melakukan sesuatu untuk kepuasan kerja karyawannya (Wibowo, 2016). Seorang
karyawan memiliki suatu perasaan senang atau tidak senang terhadap situasi kerja dan rekan kerjanya. Upah
gaji yang cukup bagi karyawan, mendapatkan perlakuan yang adil, ketenangan
dalam bekerja, perasaan diakui, penghargaan hasil kerja, dan penyaluran
perasaan adalah indikator yang mempengaruhi kepuasan dalam bekerja (Nuraini, 2013)
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Sumber data berasal dari data kuisioner yang dibagikan kepada calon responden dan juga didukung dengan wawancara tidak sistematis. Kuisioner menggunakan skala likert dengan skala
nilai 1 yang berarti sangat tidak
setuju sampai skala 5 yang berarti sangat setuju. Populasi berjumlah 84 crew store
minimarket yang tersebar di 14 toko yang ada Area Pematang Siantar seperti
alfamart dan indomaret. Sampel yang dipilih adalah 43 orang crew store, semuanya dipilih menggunakan random sampling, dengan kriteria yang ditetapkan adalah seluruh responden merupakan crew
store yang yang ada di area tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengujian
hipotesis menggunakan IBM SPSS 20, secara singkat dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Uji signifikansi parameter
individual
HIPOTESIS |
t Hitung |
Sig. t |
Sig. Alpha |
Hipotesis 1 |
2.735 |
0.009 |
0.05 |
Hipotesis 2 |
-2.523 |
0.016 |
0.05 |
Hipotesis 3 |
-2.403 |
0.021 |
0.05 |
Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai thitung sebesar 2.735 dan signifikan
pada 0.009 yang
berarti Ha1 dapat diterima karena nilai koefisien positif (2.735) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.009 < 0.05 ). Hal itu berarti bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan dari tekanan kerja
terhadap turnover
intention pada crew store minimarket area Pematang Siantar.
Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai thitung sebesar -2.523 dan signifikan
pada 0.016 yang
berarti Ha2 dapat diterima karena nilai koefisien negatif
(-2.523) dan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.016 < 0.05 ). Hal itu berarti bahwa ada
pengaruh negatif dan signifikan dari kepemimpinan demokratis
terhadap turnover
intention pada crew store minimarket area Pematang Siantar.
Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai thitung sebesar -2.403 dan signifikan
pada 0.021 yang
berarti Ha3 dapat diterima karena nilai koefisien negatif (-2.403) dan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0.05 (0.021 <
0.05 ). Hal itu berarti bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan
dari kepuasan kerja terhadap turnover intention pada crew store minimarket area Pematang
Siantar.
Analisis Jalur ( Path Analysis )
Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung tekanan kerja dan kepemimpinan demokratis terhadap
turnover intention melalui
kepuasan kerja digunakan analisis jalur.
Gambar
2. Diagaram Jalur
Berdasarkan diagram jalur diatas akan diketahui besarnya pengaruh langsung,
pengaruh tidak langsung dan pengaruh total seperti yang tertera pada tabel 7
dibawah ini.
Tabel 7. Nilai Beta pengaruh langsung,
tidak langsung dan pengaruh total.
Variabel |
Kepuasan kerja (Z) |
Turnover Intention (Y) |
|
X1 |
-0.307 |
0.341 |
|
X2 |
0.337 |
-0.318 |
|
Z |
-0.319 |
||
Variabel |
Indirect
Effect |
Total
Effect |
|
X1 Z Y |
-0.307 x -0.319 = 0.098 |
0.098 + (0.341) = 0.439 |
|
X2 Z Y |
0.337 x -0.319 = -0.107 |
-0.107 + (-0.318) = -0.425 |
|
Sumber : data yang diolah (2023)
Berdasarkan pada data tabel 7 dapat dinyatakan bahwa pengaruh langsung Tekanan
Kerja terhadap turnover
intention (0,341) lebih besar dibandingkan dengan pengaruh tidak langsungnya (0,098). Jadi
bisa disimpulkan bahwa Kepuasan kerja tidak memediasi
pengaruh tekanan kerja terhadap turnover intention. Dengan demikian hipotesis ke 4 dinyatakan ditolak.
Berdasarkan
pada data tabel 7 dapat dinyatakan bahwa pengaruh langsung Kepemimpinan demokratis terhadap turnover
intention (-0.318) lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh tidak langsungnya (-0.107). Jadi bisa disimpulkan bahwa Kepuasan kerja memediasi pengaruh kepemimpinan
demokratis terhadap turnover intention. Dengan demikian hipotesis
ke 5 dinyatakan terbukti.
Kesimpulan
Simpulan dari
hasil penelitian dan pembahasan membuktikan bahawa, ada pengaruh positif dari tekanan kerja
terhadap turnover intention pada crew sore minimarket area Pematang Siantar. Artinya semakin tinggi tekanan
kerja seorang store crew maka turnover
intention akan meningkat.
Ada pengaruh negatif
dari kepemimpinan demokratis terhadap turnover intention pada crew
sore minimarket area Pematang
Siantar. Artinya semakin tinggi kepemimpinan demokratis maka turnover intention akan semakin menurun.
Ada pengaruh negatif dari kepuasan kerja terhadap
turnover intention pada crew sore minimarket area Pematang Siantar. Artinya semakin tinggi kepuasan
kerja maka turnover intention akan semakin
menurun.
Kepuasan kerja tidak memediasi
pengaruh tekanan kerja terhadap turnover intention crew store
minimarket di Siantar. Hal ini karena pengaruh langsung tekanan kerja terhadap turnover intention lebih besar di banding pengaruh tidak langsungnya melalui kepuasan kerja. Hal ini berarti bahwa tekanan kerja yang semakin
tinggi akan menurunkan tingkat kepuasan kerja yang pada akhirnya turnover
intention crew store minimarket area Pematang Siantar akan meningkat.
kepemimpinan demokratis berpengaruh negatif terhadap turnover intention
crew store minimarket area Pematang Siantar melalui kepuasan kerja. Hal
ini berarti kepemimpinan demokratis yang semakin tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja dan pada
akhirnya turnover intention crew store minimarket area Pematang
Siantar juga semakin menurun.
DFTARPUSTAKA
Fahmi, I. (2016). Manajemen Sumber
Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Fitria, Novy. (2015). Pengaruh Stres
Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja
sebagai variabel intervening pada PERAWAT RS. X DI SURABAYA. Jurnal
Manajemen, 11 No. 2, 256–272.
Halimah, Tika Nur, Fathoni, Azis,
& Maria M Minarsih. (2016). Lingkungan Kerja Terhadap Turnover Intention
Pramuniaga Di Gelael Supermarket ( Studi Kasus Pada Gelael Superindo Kota
Semarang ). Journal of Management, 2(2).
Kartono, Kartini. (2013). Pemimpin
dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu? (Edisi Pert). Jakarta:
Badan Penerbit Rajawali Press.
Mathis, R. L., & John, J. (2006).
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Nuraini, T. (2013). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Pekanbaru: Yayasan Aini Syam.
Pawesti, R., & Wikansari, R.
(2016). Pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi turnover karyawan di
Indonesia. Jurnal Ecopsy, 3(2).
Rivai, Veithzal. (2014). Manajemen
Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (Edisi ke 6). PT. Raja Grafindo
Persada.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015).
Perilaku Organisasi (Enam Belas; Ratna Saraswati & Febriella Sirait,
Eds.). Jakarta: Salemba Empat.
Sakti, Dwi Putra Buana, Simamora, Rusdiana
Br, Karim, Ahmad, Nurmayanti, Siti, Alhamidi, Edi Muhammad Abduh, Abidin,
Nadiah, Siregar, Budi Gautama, Darsana, I. Made, Mitrin, Abdullah, &
Salijah, Erni. (2023). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. CV. Intelektual
Manifes Media.
Siagian, S. P. (2002). Manajemen
sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Simamora, H. (1997). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE.
Siswanto, Rendyka Dio, & Hamid,
Djambur. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
pada karyawan divisi Human Resources Management Comp. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), 42(1), 189–198.
Siwi, Maharani Pamungkas. (2021). Pengaruh
Tekanan Pekerjaan Dan Ketidakcocokan Gaji Terhadap Turnover Intention Pada
Buruh Pabrik Di Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Sunarso. (2000). Pengetahuan Dasar
Konvensional Koleksi Museum. Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutikno. (2014). Pemimpin dan
Kepemimpin: Tips Praktis untuk Menjadi Pemimpin yang di idolakan. Lombok:
Holistica Lombok.
Thoha, M. (2013). Kepemimpinan
dalam manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja
(Edisi Keli). Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.