REPRESENTASI NILAI KRITIK DAN REALITAS SOSIAL PADA LAGU
KENAKALAN REMAJA DI ERA INFORMATIKA KARYA BAND EFEK RUMAH KACA
Resky Cleverin1, Danurifqi
Pramulia2, Arki Wahyu Butiyanda3
Program Pascasarjana Ilmu
Komunikasi, Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Jakarta, Indonesia
reskycleverin30@gmail.com, danurifqi.pramulia@gmail.com,
arkiwahyu1704@gmail.com
Abstrak
Lagu adalah suatu kesatuan dari musik yang
tersusun dari berbagai macam nada. Setiap lagu kerap mengandung makna dibalik
sebuah lirik yang diciptakan oleh pembuat lagu yang ingin coba sampaikan kepada
pendengarnya. Band Efek Rumah Kaca melalui lagunya yang berjudul “Kenakalan
Remaja di Era Informatika” mencoba untuk mengkritisi fenomena yang kerap
terjadi dan menyampaikan aspirasi mereka akan realita sosial yang kerap terjadi
di kehidupan bermasyarakat khususnya bagi kehidupan para remaja. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tanda-tanda yang merepresentasikan nilai kritik
dan realitas sosial pada lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif dengan
menggunakan pendekatan semiotika Charles S. Peirce. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya
tanda-tanda yang mereprsentasikan nilai-nilai kritik juga nilai-nilai realitas
sosial yang terdapat pada lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya
band Efek Rumah Kaca. Tanda-tanda itu
terdapat pada setiap larik dalam lirik lagu dimana secara keseluruhan makna dari lagu
tersebut bertujuan
untuk mengkritisi fenomena yang marak terjadi di kalangan remaja dalam penyalahgunakan
teknologi khususnya pornografi. Karya band Efek Rumah Kaca telah menjadi sebuah wadah yang
digunakan untuk menyuarakan pendapat sehingga masyarakat luas menjadi lebih
peka dengan realita sosial yang ada.
Kata kunci: nilai kritik; realitas
sosial; lagu; kenakalan remaja; semiotika.
Abstract
The song is a unity of music composed of various tones. Each song often
contains the meaning behind a lyric created by the songwriter that he wants to
convey to his listeners. The Efek Rumah Kaca band through their song entitled
“Teenagers in the Informatics Era” tries to criticize the phenomena that often
occur and convey their aspirations for social realities that often occur in
social life, especially for the lives of teenagers. The purpose of this study
was to determine the signs that represent the value of criticism and social
reality in the song of Juvenile Delinquency in the Informatics Era. The method
used in this research is interpretive qualitative using the semiotic approach
of Charles S. Peirce. The results of the study indicate that there are signs
that represent critical values as well as social reality values
contained in the song Delinquency of Youth in the Informatics Era
by the band Efek Rumah Kaca. The signs are found in every line in the lyrics of
the song where the overall meaning of the song aims to criticize the phenomenon
that is rife among teenagers in the misuse of technology, especially
pornography. The work of the band Efek Rumah Kaca has become a forum used to
voice opinions so that the wider community becomes more sensitive to existing
social realities.
Keywords: criticism value; social reality; song; juvenile
delinquency; semiotics.
Pendahuluan
Masyarakat cenderung mengikuti perkembangan teknologi
yang ada di era globalisasi saat ini (Widiyono,
2019). Banyak
informasi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik dari media cetak,
media elektronik ataupun dari media online (Sobur, 2009). Musik merupakan
salah satu media elektronik yang sampai saat ini digemari oleh masyrakat.
Fungsi dari musik bukan hanya sebagai hiburan saja, namun di dalam musik
terdapat lirik lagu yang mengandung makna (Wiflihani,
2016).
Seni musik secara umum adalah sebuah
cabang seni yang fokus menggunakan melodi, irama, tempo, harmoni, juga vocal
yang berperan sebagai sarana dalam menuangkan perasaan penciptanya. Seni musik
dapat bertambah dan berganti seiring berjalannya waktu (Yuqi,
2017). Lagu adalah
suatu kesatuan dari musik yang tersusun dari berbagai macam nada. Setiap lagu
kerap mengandung makna dibalik sebuah lirik yang diciptakan oleh pembuat lagu
itu sendiri (Ayunindya,
2013). Umumnya, para
pencipta lagu terinspirasi untuk menciptakan sebuah karya sebuah lirik lagu
berdasarkan atas pengalaman yang dialaminya atau melihat kepada realitas sosial
yang ada disekitarnya.
Fenomena seks bebas di kalangan remaja
sudah tidak asing lagi. Remaja pada masa
ini dengan mudah mengesampingkan nilai-nilai, moral-moral dan etika. Fenomena
ini selalu saja terjadi setiap tahunnya dan menggemparkan baik di dalam dunia
nyata maupun dunia maya. Hal seperti ini perlu adanya pencegahan agar remaja
lainnya tidak meniru perilaku yang tercela. Pada era informatika saaat ini
banyak bermunculan macam-macam aplikasi Live
Streaming yang dapat dengan mudah diakses oleh penggunanya, dan bahkan
penggunanya kebanyakan adalah berusia remaja. Para remaja dengan bebas
melakukan tindakan percabulan diluar status pernikahan, bahkan pada masa ini,
remaja dibawah umur juga menyalahgunakan fungsi media sosial yang sesungguhnya.. Pencegahan terhadap fenomena seperti
ini bisa dilakukan dalam bentuk dan wadah apa saja. Salah satunya seperti yang
dilakukan band Efek Rumah Kaca, yaitu
dengan membuat lagu yang mengkritisi realita sosial.
Band Efek
Rumah Kaca melalui lagunya yang berjudul “Kenakalan Remaja di Era Informatika” mencoba
untuk mengkritisi fenomena yang kerap terjadi dan menyampaikan aspirasi mereka
akan realita sosial yang kerap terjadi di kehidupan bermasyarakat khususnya
bagi kehidupan para remaja. Berkaca pada realita sosial yang ada, mereka
mencoba mengungkapkan kekhawatiran mereka akan kehidupan remaja pada zaman ini
yang seringkali melupakan nilai-nilai dan moral-moral yang tertanam dari lahir
sebagai penerus generasi bangsa.
Kritik sosial menjadi sarana komunikasi
gagasan baru di samping menilai gagasan
lama untuk suatu perubahan sosial (Fiske,
2012). Kritik sosial
sebagai salah satu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah
sistem sosial atau proses bermasyarakat (Oksinata,
2010). Terjalinnya
hubungan antara satu individu dengan individu yang lain melahirkan berbagai
bentuk kesatuan manusia. Ada keluarga, ada tetangga, ada masyarakat, dan
seterusnya. Semua hal yang terwujud dari hubungan sosial itu disebut realitas
sosial. Jadi, realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam
kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara
sesama manusia.
Pada penelitian ini, peniliti ingin
mengungkap makna dibalik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya group band Efek Rumah Kaca yang ingin mencoba menyampaikan pesan dan
berkomunikasi degan pendengarnya melalui lagu yang mereka ciptakan sehingga
pendengar dapat memahami dan mengambil kesimpulan dari makna dibalik lirik lagu
tersebut.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif dengan menggunakan pendekatan semiotika Charles S.
Peirce. Menurut (Ghony & Almanshur, 2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami fenomena
yang di alami oleh subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi
tindakan dan lain sebagainya Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah lagu “Kenakalan
Remaja di Era Informatika’’
karya band
Efek Rumah Kaca. Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai representasi kritik dan realitas sosial dan isi pesan yang terkandung dalam lirik tersebut. Lirik lagu tersebut
akan diteliti dengan menggunakan teori semiotika Charles S. Peirce,
melalui tanda verbal (ikon,
indeks dan simbol) yang menunjukan kritik dan realitas sosial. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh
langsung dari objek penelitian yaitu dengan mengambil
lirik lagu menjadi per-bait atau perkata. Data sekunder diperoleh dari media perantara secara tidak langsung, dapat berbentuk catatan atau laporan
data dokumentasi oleh lembaga
yang dipublikasikan (Joko Subagyo, 2006).
Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Metode pendekatan ini
menggunakan analisa tanda-tanda dari teks lagu. Fokus analisis semiotika juga
berkaitan dengan adanya hubungan penalaran dengan jenis penandanya, yaitu Qualisigns, Signsigns, dan Legisigns (Ghazali, 2010). Penelitian ini menggunakan pengujian
konfirmability untuk teknik pemeriksaan keterpercayaan. Hasil keseluruhan
aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian akan diaudit oleh auditor yang
independen atau pembimbing. Konformability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2016).
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis
menggunakan pendekatan teori semiotika Charles S. Peirce melalui tanda verbal (ikon,
indeks dan simbol) adalah sebagai berikut:
Larik Ke- |
Ikon |
Indeks |
Simbol |
||||
1 |
Beredarnya
video rekaman kegiatan seksual remaja di jejaring internet pada tahun 2007 |
Hasil
penelitian KPA pada tahun 2008 menyatakan bahwa presentase kenakalan remaja
di era informatika meningkat menjadi 63% |
BKKBN
dan KPA sepakat dengan adanya peningkatan kasus seks bebas yang beredar di
jejaring sosial pada tahun 2008 |
||||
2 |
Kebanyakan
dari video rekaman kegiatan seks para remaja yang beredar adalah hasil
rekaman yang berawal dari keisengan para remaja |
Kurangnya
filter dalam teknologi yang semakin canggih menyebabkan para remaja dapat
dengan bebas mengakses jejaring sosial dan menyebarkan video rekaman kegiatan
seks mereka ke dalam jejaring sosial |
|
||||
3 |
Dalam rekaman tersebut mempertontonkan kegiatan seksual para remaja, dimana hal itu menunjukkan mereka hanya mementingkan nafsu birahi mereka sendiri |
Pengaruh dari kurangnya edukasi mengenai seks di Indonesia tentunya dapat mempengaruhi para anak remaja dalam melakukan kegiatan seks bebas |
|
||||
4 |
Dalam
video rekaman yang menyimpang tersebut menggambarkan bahwa mereka tidak beretika |
Pengaruh
dari kurangnya nilai-nilai dan norma yang ditanamkan oleh keluarga sejak dini
mengakibatkan para remaja kurang memiliki etika sehingga melakukan hal-hal
yang tidak wajar |
BKKBN
dan KPA menyadari akan kurangnya etika dalam pergaulan remaja masa ini |
||||
5 |
|
Pengaruh dari kurangnya edukasi dan
peran orang tua sebagai pendidik menyebabkan penerus generasi kita tidak bisa
mengontrol nafsu dan bahkan dapat mempermalukan bangsa Indonesia |
|
|
|||
6 |
|
Pengaruh dari kurangnya edukasi
mengenai etika serta peran orang tua sebagai pendidik menyebabkan anak remaja
tidak bisa mengontrol nafsu dan menyebabkan para remaja generasi masa ini
susah untuk maju |
BKKBN dan KPA prihatin dengan
generasi muda bangsa masa ini |
|
|||
7 |
Banyak ditemukan dalam video rekaman video
kegiatan seksual yang marak pada tahun 2008 di jejaring sosial adalah mereka
dengan berani merekam dan memamerkan badan mereka ke khalayak ramai |
Dengan adanya teknologi yang
semakin maju pada masa ini memberanikan para remaja untuk bertindak nekat
sehingga dapat merekam dan memamerkan tubuh mereka |
|
|
|||
8 |
Beberapa rekaman video kegiatan
seksual mereka yang tersebar pada awalnya hanya sebagai kenangan, namun
tersebar ke jejaring sosial karena banyak faktor, salah satunya sebagai
ancaman karena pasangan remaja tersebut putus hubungan |
|
|
|
|||
9 |
Perilaku para remaja sekarang
menggambarkan bahwa kondisi ini menyebabkan bangsa kita menjadi tersesat arah |
Perkembangan teknologi saat ini
menjadi pertimbangan bagi banyak masyarakat, karena masyarakat belum bisa
memaksimalkan fungsi teknologi yang seharusnya dapat berdampak positif bagi
bangsa Indonesia khususnya para remaja generasi masa ini |
|
|
|||
10 |
Perilaku menyimpang yang dilakukan
para remaja sangat mencerminkan ketidakdewasaan mereka, para remaja
seharusnya mampu berpikir secara kritis dan berpikir lebih panjang sebelum
bertindak sehingga tidak menyebabkan kekacauan bagi bangsa Indonesia |
|
|
|
|||
Nilai Kritik pada Lirik Lagu
Kenakalan Remaja di Era Informatika
Hasil analisis
terhadap tanda-tanda yang merepresentasikan
nilai kritik yang terdapat pada setiap larik di lagu Kenakalan Remaja di Era
Informatika adalah sebagai berikut:
Larik 1 : “Senang Mengabadikan Tubuh yang Tak Berhalang”
Larik pertama ini menampakkan keresahan mereka terhadap kebanyakan remaja yang senang mengabadikan tubuh mereka di khalayak umum. Pada larik pertama ini menjelaskan bahwa para remaja mengabadikan tubuh
mereka dengan tidak menggunakan sehelai pakaian, dengan kata lain sama seperti
telanjang. Hal ini merupakan fenomena yang bukan
menjadi hal yang tabu lagi
bagi para remaja dan telah sering banyak ditemui tidak
hanya di dunia nyata bahkan sudah tersebar luas di dunia maya.
Larik 2 : “Padahal Hanya Iseng Belaka”
Larik kedua ini menunjukkan bahwa sebenarnya tujuan dari para remaja
untuk mengabadikan tubuhnya yang tak berhalang merupakan sebuah keisengan yang
belaka. Kenakalan yang dilakukan oleh remaja pada saat ini sudah tidak
mementingkan nilai moral dan juga etika, sehingga hal tersebut dilakukan tanpa
berpikir lebih panjang dan matang. Berkaca dari fenomena ini, peneliti kerap
kali menemukan remaja – remaja yang bertujuan untuk merekam sebagai keisengan
atau hanya untuk lucu – lucuan mereka saja.
Larik 3 : “Ketika Birahi yang
Juara”
Larik ketiga ini menunjukkan bahwa
dalam fenomena ini birahi yang menjadi juara, dengan kata lain, dalam kasus ini
tidak ada yang dapat mengalahkan birahi. Birahi dinomorsatukan oleh para remaja
bahkan birahi juga telah mengalahkan nilai dan norma yang berlaku pada
kehidupan bermasyarakat.
Larik 4 : “Etika Menguap Entah Kemana”
Larik keempat ini menunjukkan fenomena
kenakalan remaja di era informatika, khususnya pada penyebaran rekaman kegiatan seks bebas
pada remaja memperlihatkan bahwa etika sudah tidak ada lagi di dalam pergaulan anak remaja pada masa ini. Kebanyakan remaja tidak memiliki etika di pribadi mereka sendiri, selain itu juga etika ketika besosialisasi
dengan lingkungan umum.
Larik 5 : “Oh Nafsu Menderu-deru Bikin Malu”
Larik kelima ini menunjukkan bahwa sudah tidak adanya rasa yang membatasi mereka untuk menunjukan birahi atau nafsu
yang mereka miliki. Mereka cenderung merasa bangga untuk melakukan kegiatan seksual yang pada kenyataanya perilaku tersebut merupakan sesuatu hal yang sangat memalukan baik
untuk pribadi maupun orang sekitar yang mengenalnya terutama keluarga.
Larik 6 : “Oh Nafsu Menderu-deru Susah Maju”
Larik keenam ini menunjukkan bahwa hal yang para remaja lakukan tersebut sangat tidak baik dan tidak pantas untuk dilakukan. Hal ini tentunya akan berdampak pada dirinya karena sulit untuk meninggalkan sesuatu yang telah menjadi kebiasaan di hidup mereka dan akan berpengaruh pada masa depannya yang akan sulit untuk maju dalam hal apapun
(Desmita, 2006).
Larik 7 : “Rekam
dan Memamerkan Badan dan yang Lainya”
Larik ketujuh ini menunjukkan keresahan
akan terjadinya fenomena kenakalan remaja yang kerap kali merekam dengan sengaja bagian tubuh pribadi mereka
bahkan sampai merasa bangga untuk memamerkan dan menyebarluaskannya
di jejaring sosial media.
Pada kenyataannya hal yang dipamerkan tersebut tidak bermanfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Larik 8 : “Mungkin Hanya untuk Kenangan”
Larik kedelapan ini menunjukkan bahwa mungkin remaja saat itu hanya berniat untuk menyimpan sebagai kenangan, namun niat yang awalnya hanya untuk sebagai kenangan menjadi hal yang ingin dipamerkan seperti yang tertuang pada larik sebelumnya. Perilaku-perilaku tersebut menjadi sebuah tolak ukur
ke-keren-an dalam pergaulan
anak remaja zaman sekarang.
Apabila remaja belum melakukan hal – hal tersebut,
maka remaja tersebut belum dapat dikategorikan sebagai anak remaja yang ‘keren’.
Larik 9 : Apakah Kita Tersesat Arah
Larik kesembilan ini menunjukkan bahwa remaja tersebut sudah tersesat arah dan keluar dari track pergaulan
remaja di
masa-masa sebelumnya yang lebih mementingkan norma dan juga etika. Remaja mulai
kehilangan jalan pikiran untuk melakukan hal yang lebih positif, sehingga mereka hanya mementingkan yang menjadi kesenangan mereka saja.
Larik 10 : Mengapa Kita Tak Bisa Dewasa
Larik kesepuluh ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari anak remaja
belum sadar dan mengerti pentingnya menomorsatukan etika dan norma dalam pergaulan.
Perilaku yang mereka lakukan adalah hal yang tidak dewasa dimana mereka
tidak memikirkan dahulu secara baik-baik sebelum bertindak. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor tertentu atau karena
mereka sudah terlalu nyaman dengan hal
yang mereka lakukan sehingga sulit untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Nilai Realitas Sosial pada Lirik
Lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika
Hasil analisis
terhadap tanda-tanda yang merepresentasikan
nilai realitas sosial yang terdapat pada setiap larik di lagu Kenakalan Remaja
di Era Informatika adalah sebagai berikut:
Larik 1 : “Senang Mengabadikan Tubuh yang Tak Berhalang”
Larik pertama ini menunjukkan bahwa bahwa band Efek
Rumah Kaca mencoba untuk mengangkat fenomena yang terjadi pada realita sosial
masa kini, yaitu kehidupan sosial para anak remaja yang
sudah tidak asing lagi untuk mengabadikan dan menyebarluaskan tubuh mereka yang
tidak terhalang busana ke dalam jejaring
sosial, bahkan hingga kegiatan rekaman kegiatan seksual mereka
yang tersebar luas.
Larik 2 : “Padahal Hanya Iseng Belaka”
Larik kedua ini menunjukkan bahwa realita sosial yang terjadi saat ini adalah
kebanyakan remaja melakukan tindakan tersebut hanya berniat untuk sebuah
keisengen belaka, pada awalnya hanya iseng untuk sekedar seru – seruan, atau bahkan
untuk menunjukan bahwa dengan berani melakukan tindakan tersebut mereka akan dilabel sebagai remaja yang ‘keren’.
Larik 3 : “Ketika Birahi yang Juara”
Larik ketiga ini menunjukkan bahwa realita sosial yang ada yaitu zaman sekarang kenakalan remaja selalu mengedepankan nafsu birahi mereka tanpa
terlebih dahulu memikirkan efek yang akan terjadi dari
perilaku itu.
Larik 4 : Etika Menguap Entah
Kemana
Larik keempat ini menunjukkan bahwa realita sosial yang ada saat ini para remaja menganggap etika sudah bukan menjadi sebuah kepentingan sehingga mereka selalu bertindak tanpa harus memikirkan
perilaku mereka pantas atau tidak
untuk pergaulan remaja seusianya.
Larik 5 : Oh Nafsu Menderu - deru Bikin Malu
Larik kelima ini menunjukkan bahwa relitas sosial yang ada saat ini sering
ditemukannya perlakuan – perlakuan para remaja yang tidak dibatasi sesuatu, hal itu itu karena mereka
memiliki nafsu yang kuat dan yang mereka lakukan itu berujung membuat malu pribadinya
dan juga membuat malu orang
di sekitarnya atas apa yang telah mereka lakukan.
Larik 6 : Oh Nafsu Menderu - deru Susah Maju
Larik keenam ini menunjukkan bahwa larik ini
bersangkutan dengan larik di baris kelima yang mempunyai nilai realita sosial
yang terjadi saat ini, yaitu akibat dari
kegiatan yang mereka lakukan dapat berdampak
negatif kedepannya bagi mereka. Mereka cenderung akan menjadi lebih susah maju dalam hal
apapun akibat dari dengan kebiasaan
buruk tersebut. Hal ini karena mereka menyalahgunakan
fungsi dari teknologi yang sebenarnya dapat berdampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia, namun disayangkan menjadi bertolak belakang dengan tujuan sebenarnya
dari terciptanya teknologi.
Larik 7 : Rekam dan Memamerkan Badan dan yang Lainya
Larik ketujuh ini menunjukkan bahwa nilai realita sosial yang terjadi saat ini yaitu remaja sering melakukan
hal yang tidak beretika yaitu sengaja merekam bahkan memamerkan bagian intim di tubuhnya.
Larik 8 : Mungkin Hanya untuk Kenangan
Larik kedelapan ini menunjukkan bahwa nilai realita
sosial yang terjadi saat ini, dimana niat remaja merekam
kegiatan seksual mereka dengan sengaja
ini hanyalah untuk kenangan
pribadi
Larik 9 : Apakah Kita Tersesat Arah
Larik kesembilan ini menunjukkan bahwa apakah
pergaulan remaja
masa ini telah tersesat atau salah mengambil langkah dalam menyikapi
suatu keadaan salah satunya untuk menyikapi kejadian yang marak terjadi saat ini yaitu menyalahgunakan dunia digital yang di jadikan
sebagi sarana untuk memamerkan bagian intim mereka dan lain lain.
Larik 10 : Mengapa Kita Tak Bisa Dewasa
Larik kesepuluh ini menunjukkan bahwa realita sosial yang terjadi saat ini remaja mendapati suatu keadaan dimana mereka tidak bisa
merubah kebiasaan itu dan tidak bisa memperbaiki
hal - hal buruk itu dan akhirnya menyebabkan kesulitan bagi mereka untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Setelah peneliti
melakukan analisis dan klasifikasi pada lirik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya Band Efek
Rumah Kaca yang berdurasi 4
menit 21 detik ini, peneliti menemukan tanda-tanda yang merepresentasikan
nilai kritik dan realitas sosial di setiap lariknya. Nilai kritik dan realitas sosial yang terdapat pada makna lagu tersebut
adalah sebagai ungkapan keprihatinan band Efek
Rumah Kaca akan kenakalan remaja di era informatika yang semakin marak.
Peneliti menemukan tiga klasifikasi tanda mlik Charles S. Peirce dalam setiap lirik
yang telah dianalisa peneliti secara perlarik. Tiga klasifikasi tanda itu adalah Ikon, Indeks, dan Simbol (Danesi, 2010). Ikon yang terdapat dalam lirik lagu
ini mewakili berbagai kondisi yang serupa dengan fenomena kenakalan remaja di era informatika yang pada tahun pembuatan lagu itu sedang terjadi. Indeks yang terdapat dalam lagu ini adalah tanda yang telah dikaitkan dengan sesuatu yang merepresentasikan makna. Symbol adalah tanda-tanda yang dilihat berdasarkan kesepakatan Bersama (wahjuwibowo MSi,
2019). Menurut (Hidayat, 2014), ikon, indeks, dan symbol
memiliki keterkaitan antar yang satu dengan yang lainnya.
Secara keseluruhan lagu ini sangat merepresentasikan
bentuk kritik dan sesuai dengan realita
yang terjadi 10 tahun belakangan ini, semenjak teknologi canggih masuk kedalam kehidupan
bermasyarakat, banyak sekali kasus-kasus kenakalan remaja yang ditemukan. Teknologi tidak bisa disalahkan
karena tujuan dan fungsi teknologi sebenarnya bisa bermanfaat dan membawa dampak positif bagi generasi bangsa kita pada masa ini. Maka dari itu, hal seperti
penanaman etika secara matang perlu
dimulai dari diri kita sendiri.
Pesan kritik dan realitas sosial yang disampaikan oleh band
Efek Rumah Kaca sudah benar
adanya, selebihnya adalah peran masyarakat
sebagai alat kontrol sosial yang harus lebih prihatin dan perduli akan lingkungan sekitar dan fenomena-fenomena
yang terjadi dalam lingkungan kita.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah adanya tanda-tanda yang mereprsentasikan nilai-nilai
kritik juga nilai-nilai realitas sosial yang terdapat pada lagu Kenakalan Remaja
di Era Informatika karya band Efek
Rumah Kaca. Tanda-tanda itu terdapat pada setiap larik dalam lirik lagu dimana secara keseluruhan
makna dari lagu tersebut bertujuan untuk mengkritisi fenomena yang marak
terjadi di kalangan remaja dalam penyalahgunakan teknologi khususnya pornografi.
Karya band Efek Rumah Kaca
telah menjadi sebuah wadah yang digunakan untuk menyuarakan pendapat mereka
kepada masyarakat dan mewakilkan suara suara yang memiliki pendapat yang sama,
sehingga masyarakat luas menjadi lebih peka dengan realita sosial yang ada
DFTARPUSTAKA
Ayunindya. (2013). Lagu sebagai
penyampaian pesan. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/furyayunindya/lagu-sebagai-media-penyampai-pesan_55208c66a33311da4646cfc0
Danesi, M. (2010). Pesan, tanda,
dan makna: buku teks dasar mengenai semiotika dan teori. Yogyakarta:
Jalasutra.
Desmita, Psikologi Perkembangan.
(2006). Bandung. Remaja Rosdakarya.
Fiske, J. (2012). Pengantar ilmu komunikasi.
In Rajawali Pers. Jakarta.
Ghazali, Fikri. (2010). Analisis
semiotik film 3 doa 3 cinta.
Ghony, M. Djunaidi, & Almanshur,
Fauzan. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
61, 177–181.
Hidayat, Rahmat. (2014). Analisis
Semiotika Makna Motivasi Pada Lirik Lagu “Laskar Pelangi” Karya Nidji. Jurnal
Ilmu Komunikasi, 2(1), 243–258.
Joko Subagyo, P. (2006). Metode
Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Oksinata, Hantisa. (2010). Kritik
sosial dalam kumpulan puisi aku ingin jadi peluru karya wiji thukul (kajian resepsi
sastra).
Sobur, A. (2009). Analisis teks
media (PT. Remaja). Bandung.
Sugiyono. (2016). Metode
penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya.
wahjuwibowo MSi, Indiwan Seto.
(2019). Semiotika Komunikasi Edisi III: aplikasi praktis untuk penelitian
dan skripsi komunikasi. Rumah Pintar Komunikasi.
Widiyono, S. (2019). Pengembangan
nasionalisme generasi muda di Era Globalisasi. Populika, 7(1), 12–21.
Wiflihani, Wiflihani. (2016). Fungsi
Seni Musik dalam Kehidupan Manusia. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan
Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 2(1), 101–107.
Yuqi. (2017). Pengertian seni
musik dari sumber dan para ahli lengkap. Retrieved from https://www.eduspensa.id/pengertian-seni-musik/