REPRESENTASI NILAI KRITIK DAN REALITAS SOSIAL PADA LAGU KENAKALAN REMAJA DI ERA INFORMATIKA KARYA BAND EFEK RUMAH KACA

 

Resky Cleverin1, Danurifqi Pramulia2, Arki Wahyu Butiyanda3

Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Jakarta, Indonesia

reskycleverin30@gmail.com, danurifqi.pramulia@gmail.com, arkiwahyu1704@gmail.com

 

Abstrak

Lagu adalah suatu kesatuan dari musik yang tersusun dari berbagai macam nada. Setiap lagu kerap mengandung makna dibalik sebuah lirik yang diciptakan oleh pembuat lagu yang ingin coba sampaikan kepada pendengarnya. Band Efek Rumah Kaca melalui lagunya yang berjudul “Kenakalan Remaja di Era Informatika” mencoba untuk mengkritisi fenomena yang kerap terjadi dan menyampaikan aspirasi mereka akan realita sosial yang kerap terjadi di kehidupan bermasyarakat khususnya bagi kehidupan para remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tanda-tanda yang merepresentasikan nilai kritik dan realitas sosial pada lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif dengan menggunakan pendekatan semiotika Charles S. Peirce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya tanda-tanda yang mereprsentasikan nilai-nilai kritik juga nilai-nilai realitas sosial yang terdapat pada lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya band  Efek Rumah Kaca. Tanda-tanda itu terdapat pada setiap larik dalam lirik lagu dimana secara keseluruhan makna dari lagu tersebut bertujuan untuk mengkritisi fenomena yang marak terjadi di kalangan remaja dalam penyalahgunakan teknologi khususnya pornografi. Karya band Efek Rumah Kaca telah menjadi sebuah wadah yang digunakan untuk menyuarakan pendapat sehingga masyarakat luas menjadi lebih peka dengan realita sosial yang ada.

 

Kata kunci: nilai kritik; realitas sosial; lagu; kenakalan remaja; semiotika.

 

Abstract

The song is a unity of music composed of various tones. Each song often contains the meaning behind a lyric created by the songwriter that he wants to convey to his listeners. The Efek Rumah Kaca band through their song entitled “Teenagers in the Informatics Era” tries to criticize the phenomena that often occur and convey their aspirations for social realities that often occur in social life, especially for the lives of teenagers. The purpose of this study was to determine the signs that represent the value of criticism and social reality in the song of Juvenile Delinquency in the Informatics Era. The method used in this research is interpretive qualitative using the semiotic approach of Charles S. Peirce. The results of the study indicate that there are signs that represent critical values ​​as well as social reality values ​​contained in the song Delinquency of Youth in the Informatics Era by the band Efek Rumah Kaca. The signs are found in every line in the lyrics of the song where the overall meaning of the song aims to criticize the phenomenon that is rife among teenagers in the misuse of technology, especially pornography. The work of the band Efek Rumah Kaca has become a forum used to voice opinions so that the wider community becomes more sensitive to existing social realities.

 

Keywords: criticism value; social reality; song; juvenile delinquency; semiotics.

 

 

Pendahuluan  

Masyarakat cenderung mengikuti perkembangan teknologi yang ada di era globalisasi saat ini (Widiyono, 2019). Banyak informasi yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik dari media cetak, media elektronik ataupun dari media online (Sobur, 2009). Musik merupakan salah satu media elektronik yang sampai saat ini digemari oleh masyrakat. Fungsi dari musik bukan hanya sebagai hiburan saja, namun di dalam musik terdapat lirik lagu yang mengandung makna (Wiflihani, 2016).

Seni musik secara umum adalah sebuah cabang seni yang fokus menggunakan melodi, irama, tempo, harmoni, juga vocal yang berperan sebagai sarana dalam menuangkan perasaan penciptanya. Seni musik dapat bertambah dan berganti seiring berjalannya waktu (Yuqi, 2017). Lagu adalah suatu kesatuan dari musik yang tersusun dari berbagai macam nada. Setiap lagu kerap mengandung makna dibalik sebuah lirik yang diciptakan oleh pembuat lagu itu sendiri (Ayunindya, 2013). Umumnya, para pencipta lagu terinspirasi untuk menciptakan sebuah karya sebuah lirik lagu berdasarkan atas pengalaman yang dialaminya atau melihat kepada realitas sosial yang ada disekitarnya.

Fenomena seks bebas di kalangan remaja sudah tidak asing lagi.  Remaja pada masa ini dengan mudah mengesampingkan nilai-nilai, moral-moral dan etika. Fenomena ini selalu saja terjadi setiap tahunnya dan menggemparkan baik di dalam dunia nyata maupun dunia maya. Hal seperti ini perlu adanya pencegahan agar remaja lainnya tidak meniru perilaku yang tercela. Pada era informatika saaat ini banyak bermunculan macam-macam aplikasi Live Streaming yang dapat dengan mudah diakses oleh penggunanya, dan bahkan penggunanya kebanyakan adalah berusia remaja. Para remaja dengan bebas melakukan tindakan percabulan diluar status pernikahan, bahkan pada masa ini, remaja dibawah umur juga menyalahgunakan fungsi media sosial yang sesungguhnya.. Pencegahan terhadap fenomena seperti ini bisa dilakukan dalam bentuk dan wadah apa saja. Salah satunya seperti yang dilakukan band Efek Rumah Kaca, yaitu dengan membuat lagu yang mengkritisi realita sosial.

Band Efek Rumah Kaca melalui lagunya yang berjudul “Kenakalan Remaja di Era Informatika” mencoba untuk mengkritisi fenomena yang kerap terjadi dan menyampaikan aspirasi mereka akan realita sosial yang kerap terjadi di kehidupan bermasyarakat khususnya bagi kehidupan para remaja. Berkaca pada realita sosial yang ada, mereka mencoba mengungkapkan kekhawatiran mereka akan kehidupan remaja pada zaman ini yang seringkali melupakan nilai-nilai dan moral-moral yang tertanam dari lahir sebagai penerus generasi bangsa.

Kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru di samping  menilai gagasan lama untuk suatu perubahan sosial (Fiske, 2012). Kritik sosial sebagai salah satu bentuk  komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol  terhadap jalannya  sebuah  sistem  sosial  atau proses bermasyarakat (Oksinata, 2010). Terjalinnya hubungan antara satu individu dengan individu yang lain melahirkan berbagai bentuk kesatuan manusia. Ada keluarga, ada tetangga, ada masyarakat, dan seterusnya. Semua hal yang terwujud dari hubungan sosial itu disebut realitas sosial. Jadi, realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia.

Pada penelitian ini, peniliti ingin mengungkap makna dibalik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya group band Efek Rumah Kaca yang ingin mencoba menyampaikan pesan dan berkomunikasi degan pendengarnya melalui lagu yang mereka ciptakan sehingga pendengar dapat memahami dan mengambil kesimpulan dari makna dibalik lirik lagu tersebut.

 

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif dengan menggunakan pendekatan semiotika Charles S. Peirce. Menurut (Ghony & Almanshur, 2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami fenomena yang di alami oleh subjek penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan dan lain sebagainya Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah laguKenakalan Remaja di Era Informatika’’ karya band Efek Rumah Kaca. Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai representasi kritik dan realitas sosial dan isi pesan yang terkandung dalam lirik tersebut. Lirik lagu tersebut akan diteliti dengan menggunakan teori semiotika Charles S. Peirce, melalui tanda verbal (ikon, indeks dan simbol) yang menunjukan kritik dan realitas sosial. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu dengan mengambil lirik lagu menjadi per-bait atau perkata. Data sekunder diperoleh dari media perantara secara tidak langsung, dapat berbentuk catatan atau laporan data dokumentasi oleh lembaga yang dipublikasikan (Joko Subagyo, 2006).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Metode pendekatan ini menggunakan analisa tanda-tanda dari teks lagu. Fokus analisis semiotika juga berkaitan dengan adanya hubungan penalaran dengan jenis penandanya, yaitu Qualisigns, Signsigns, dan Legisigns (Ghazali, 2010). Penelitian ini menggunakan pengujian konfirmability untuk teknik pemeriksaan keterpercayaan. Hasil keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian akan diaudit oleh auditor yang independen atau pembimbing. Konformability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2016).

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis menggunakan pendekatan teori semiotika Charles S. Peirce melalui tanda verbal (ikon, indeks dan simbol) adalah sebagai berikut:

Larik Ke-

Ikon

Indeks

Simbol

1

Beredarnya video rekaman kegiatan seksual remaja di jejaring internet pada tahun 2007

Hasil penelitian KPA pada tahun 2008 menyatakan bahwa presentase kenakalan remaja di era informatika meningkat menjadi 63%

BKKBN dan KPA sepakat dengan adanya peningkatan kasus seks bebas yang beredar di jejaring sosial pada tahun 2008

2

Kebanyakan dari video rekaman kegiatan seks para remaja yang beredar adalah hasil rekaman yang berawal dari keisengan para remaja

Kurangnya filter dalam teknologi yang semakin canggih menyebabkan para remaja dapat dengan bebas mengakses jejaring sosial dan menyebarkan video rekaman kegiatan seks mereka ke dalam jejaring sosial

 

3

Dalam rekaman tersebut mempertontonkan kegiatan seksual para remaja, dimana hal itu menunjukkan mereka hanya mementingkan nafsu birahi mereka sendiri

Pengaruh dari kurangnya edukasi mengenai seks di Indonesia tentunya dapat mempengaruhi para anak remaja dalam melakukan kegiatan seks bebas

 

 

4

Dalam video rekaman yang menyimpang tersebut menggambarkan bahwa mereka tidak beretika

Pengaruh dari kurangnya nilai-nilai dan norma yang ditanamkan oleh keluarga sejak dini mengakibatkan para remaja kurang memiliki etika sehingga melakukan hal-hal yang tidak wajar

BKKBN dan KPA menyadari akan kurangnya etika dalam pergaulan remaja masa ini

 

5

 

 

Pengaruh dari kurangnya edukasi dan peran orang tua sebagai pendidik menyebabkan penerus generasi kita tidak bisa mengontrol nafsu dan bahkan dapat mempermalukan bangsa Indonesia

 

 

6

 

 

Pengaruh dari kurangnya edukasi mengenai etika serta peran orang tua sebagai pendidik menyebabkan anak remaja tidak bisa mengontrol nafsu dan menyebabkan para remaja generasi masa ini susah untuk maju

BKKBN dan KPA prihatin dengan generasi muda bangsa masa ini

 

7

Banyak ditemukan dalam video rekaman video kegiatan seksual yang marak pada tahun 2008 di jejaring sosial adalah mereka dengan berani merekam dan memamerkan badan mereka ke khalayak ramai

Dengan adanya teknologi yang semakin maju pada masa ini memberanikan para remaja untuk bertindak nekat sehingga dapat merekam dan memamerkan tubuh mereka

 

 

 

 

8

Beberapa rekaman video kegiatan seksual mereka yang tersebar pada awalnya hanya sebagai kenangan, namun tersebar ke jejaring sosial karena banyak faktor, salah satunya sebagai ancaman karena pasangan remaja tersebut putus hubungan

 

 

 

9

Perilaku para remaja sekarang menggambarkan bahwa kondisi ini menyebabkan bangsa kita menjadi tersesat arah

Perkembangan teknologi saat ini menjadi pertimbangan bagi banyak masyarakat, karena masyarakat belum bisa memaksimalkan fungsi teknologi yang seharusnya dapat berdampak positif bagi bangsa Indonesia khususnya para remaja generasi masa ini

 

 

10

Perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja sangat mencerminkan ketidakdewasaan mereka, para remaja seharusnya mampu berpikir secara kritis dan berpikir lebih panjang sebelum bertindak sehingga tidak menyebabkan kekacauan bagi bangsa Indonesia

 

 

 

 

Nilai Kritik pada Lirik Lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika

Hasil analisis terhadap tanda-tanda yang merepresentasikan nilai kritik yang terdapat pada setiap larik di lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika adalah sebagai berikut:

Larik 1 : Senang Mengabadikan Tubuh yang Tak Berhalang

Larik pertama ini menampakkan keresahan mereka terhadap kebanyakan remaja yang senang mengabadikan tubuh mereka di khalayak umum. Pada larik pertama ini menjelaskan bahwa para remaja mengabadikan tubuh mereka dengan tidak menggunakan sehelai pakaian, dengan kata lain sama seperti telanjang. Hal ini merupakan fenomena yang bukan menjadi hal yang tabu lagi bagi para remaja dan telah sering banyak ditemui tidak hanya di dunia nyata bahkan sudah tersebar luas di dunia maya.

Larik 2 : Padahal Hanya Iseng Belaka

Larik kedua ini menunjukkan bahwa sebenarnya tujuan dari para remaja untuk mengabadikan tubuhnya yang tak berhalang merupakan sebuah keisengan yang belaka. Kenakalan yang dilakukan oleh remaja pada saat ini sudah tidak mementingkan nilai moral dan juga etika, sehingga hal tersebut dilakukan tanpa berpikir lebih panjang dan matang. Berkaca dari fenomena ini, peneliti kerap kali menemukan remaja – remaja yang bertujuan untuk merekam sebagai keisengan atau hanya untuk lucu – lucuan mereka saja.

Larik 3 : “Ketika Birahi yang Juara”

   Larik ketiga ini menunjukkan bahwa dalam fenomena ini birahi yang menjadi juara, dengan kata lain, dalam kasus ini tidak ada yang dapat mengalahkan birahi. Birahi dinomorsatukan oleh para remaja bahkan birahi juga telah mengalahkan nilai dan norma yang berlaku pada kehidupan bermasyarakat.

Larik 4 : Etika Menguap Entah Kemana

Larik keempat ini menunjukkan fenomena kenakalan remaja di era informatika, khususnya pada penyebaran rekaman kegiatan seks bebas pada remaja memperlihatkan bahwa etika sudah tidak ada lagi di dalam pergaulan anak remaja pada masa ini. Kebanyakan remaja tidak memiliki etika di pribadi mereka sendiri, selain itu juga etika ketika besosialisasi dengan lingkungan umum.

Larik 5 : “Oh Nafsu Menderu-deru Bikin Malu”

   Larik kelima ini menunjukkan bahwa sudah tidak adanya rasa yang membatasi mereka untuk menunjukan birahi atau nafsu yang mereka miliki. Mereka cenderung merasa bangga untuk melakukan kegiatan seksual yang pada kenyataanya perilaku tersebut merupakan sesuatu hal yang sangat memalukan baik untuk pribadi maupun orang sekitar yang mengenalnya terutama keluarga.

Larik 6 : “Oh Nafsu Menderu-deru Susah Maju

   Larik keenam ini menunjukkan bahwa hal yang para remaja lakukan tersebut sangat tidak baik dan tidak pantas untuk dilakukan. Hal ini tentunya akan berdampak pada dirinya karena sulit untuk meninggalkan sesuatu yang telah menjadi kebiasaan di hidup mereka dan akan berpengaruh pada masa depannya yang akan sulit untuk maju dalam hal apapun (Desmita, 2006).

Larik 7 : “Rekam dan Memamerkan Badan dan yang Lainya

   Larik ketujuh ini menunjukkan keresahan akan terjadinya fenomena kenakalan remaja yang kerap kali merekam dengan sengaja bagian tubuh pribadi mereka bahkan sampai merasa bangga untuk memamerkan dan menyebarluaskannya di jejaring sosial media. Pada kenyataannya hal yang dipamerkan tersebut tidak bermanfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Larik 8 : Mungkin Hanya untuk Kenangan

   Larik kedelapan ini menunjukkan bahwa mungkin remaja saat itu hanya berniat untuk menyimpan sebagai kenangan, namun niat yang awalnya hanya untuk sebagai kenangan menjadi hal yang ingin dipamerkan seperti yang tertuang pada larik sebelumnya. Perilaku-perilaku tersebut menjadi sebuah tolak ukur ke-keren-an dalam pergaulan anak remaja zaman sekarang. Apabila remaja belum melakukan halhal tersebut, maka remaja tersebut belum dapat dikategorikan sebagai anak remaja yang keren.

Larik 9 : Apakah Kita Tersesat Arah

   Larik kesembilan ini menunjukkan bahwa remaja tersebut sudah tersesat arah dan keluar dari track pergaulan remaja di  masa-masa sebelumnya yang lebih mementingkan norma dan juga etika. Remaja mulai kehilangan jalan pikiran untuk melakukan hal yang lebih positif, sehingga mereka hanya mementingkan yang menjadi kesenangan mereka saja.

Larik 10 : Mengapa Kita Tak Bisa Dewasa

   Larik kesepuluh ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari anak remaja belum sadar dan mengerti pentingnya menomorsatukan etika dan norma dalam pergaulan. Perilaku yang mereka lakukan adalah hal yang tidak dewasa dimana mereka tidak memikirkan dahulu secara baik-baik sebelum bertindak. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor tertentu atau karena mereka sudah terlalu nyaman dengan hal yang mereka lakukan sehingga sulit untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Nilai Realitas Sosial pada Lirik Lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika

Hasil analisis terhadap tanda-tanda yang merepresentasikan nilai realitas sosial yang terdapat pada setiap larik di lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika adalah sebagai berikut:

Larik 1 : Senang Mengabadikan Tubuh yang Tak Berhalang

   Larik pertama ini menunjukkan bahwa bahwa band Efek Rumah Kaca mencoba untuk mengangkat fenomena yang terjadi pada realita sosial masa kini, yaitu kehidupan sosial para anak remaja yang sudah tidak asing lagi untuk mengabadikan dan menyebarluaskan tubuh mereka yang tidak terhalang busana ke dalam jejaring sosial, bahkan hingga kegiatan rekaman kegiatan seksual mereka yang tersebar luas.

Larik 2 : Padahal Hanya Iseng Belaka

   Larik kedua ini menunjukkan bahwa realita sosial yang terjadi saat ini adalah kebanyakan remaja melakukan tindakan tersebut hanya berniat untuk sebuah keisengen belaka, pada awalnya hanya iseng untuk sekedar seru – seruan, atau bahkan untuk menunjukan bahwa dengan berani melakukan tindakan tersebut mereka akan dilabel sebagai remaja yang ‘keren’.

Larik 3 :Ketika Birahi yang Juara”

   Larik ketiga ini menunjukkan bahwa realita sosial yang ada yaitu zaman sekarang kenakalan remaja selalu mengedepankan nafsu birahi mereka tanpa terlebih dahulu memikirkan efek yang akan terjadi dari perilaku itu.

Larik 4 : Etika Menguap Entah Kemana

   Larik keempat ini menunjukkan bahwa realita sosial yang ada saat ini para remaja menganggap etika sudah bukan menjadi sebuah kepentingan sehingga mereka selalu  bertindak tanpa harus memikirkan perilaku mereka pantas atau tidak untuk pergaulan remaja seusianya.

Larik 5 : Oh Nafsu Menderu - deru Bikin Malu

   Larik kelima ini menunjukkan bahwa relitas sosial yang ada saat ini sering ditemukannya perlakuanperlakuan para remaja yang tidak dibatasi sesuatu, hal itu itu karena mereka memiliki nafsu yang kuat dan yang mereka lakukan itu berujung membuat malu pribadinya dan juga membuat malu orang di sekitarnya atas apa yang telah mereka lakukan.

Larik 6 : Oh Nafsu Menderu - deru Susah Maju

   Larik keenam ini menunjukkan bahwa larik ini bersangkutan dengan larik di baris kelima yang mempunyai  nilai realita sosial yang terjadi saat ini, yaitu akibat dari kegiatan yang mereka lakukan dapat berdampak negatif kedepannya bagi mereka. Mereka cenderung akan menjadi lebih susah maju dalam hal apapun akibat dari dengan kebiasaan buruk tersebut. Hal ini karena mereka menyalahgunakan fungsi dari teknologi yang sebenarnya dapat berdampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia, namun disayangkan menjadi bertolak belakang dengan tujuan sebenarnya dari terciptanya teknologi.

Larik 7 : Rekam dan Memamerkan Badan dan yang Lainya

   Larik ketujuh ini menunjukkan bahwa nilai realita sosial yang terjadi saat ini yaitu remaja sering melakukan hal yang tidak beretika yaitu sengaja merekam bahkan memamerkan bagian intim di tubuhnya.

Larik 8 : Mungkin Hanya untuk Kenangan

               Larik kedelapan ini menunjukkan bahwa nilai realita sosial yang terjadi saat ini, dimana niat remaja merekam kegiatan seksual mereka dengan sengaja ini hanyalah untuk kenangan pribadi

Larik 9 : Apakah Kita Tersesat Arah

   Larik kesembilan ini menunjukkan bahwa apakah pergaulan remaja masa ini telah tersesat atau salah mengambil langkah dalam menyikapi suatu keadaan salah satunya untuk menyikapi kejadian yang marak terjadi saat ini yaitu menyalahgunakan dunia digital yang di jadikan sebagi sarana untuk memamerkan bagian intim mereka dan lain lain.

Larik 10 : Mengapa Kita Tak Bisa Dewasa

   Larik kesepuluh ini menunjukkan bahwa realita sosial yang terjadi saat ini remaja mendapati suatu keadaan dimana mereka tidak bisa merubah kebiasaan itu dan tidak bisa memperbaiki hal - hal buruk itu dan akhirnya menyebabkan kesulitan bagi mereka untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.

 

Setelah peneliti melakukan analisis dan klasifikasi pada lirik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya Band Efek Rumah Kaca yang berdurasi 4 menit 21 detik ini, peneliti menemukan tanda-tanda yang merepresentasikan nilai kritik dan realitas sosial di setiap lariknya. Nilai kritik dan realitas sosial yang terdapat pada makna lagu tersebut adalah sebagai ungkapan keprihatinan band Efek Rumah Kaca akan kenakalan remaja di era informatika yang semakin marak.

Peneliti menemukan tiga klasifikasi tanda mlik Charles S. Peirce dalam setiap lirik yang telah dianalisa peneliti secara perlarik. Tiga klasifikasi tanda itu adalah Ikon, Indeks, dan Simbol (Danesi, 2010). Ikon yang terdapat dalam lirik lagu ini mewakili berbagai kondisi yang serupa dengan fenomena kenakalan remaja di era informatika yang pada tahun pembuatan lagu itu sedang terjadi. Indeks yang terdapat dalam lagu ini adalah tanda yang telah dikaitkan dengan sesuatu yang merepresentasikan makna. Symbol adalah tanda-tanda yang dilihat berdasarkan kesepakatan Bersama (wahjuwibowo MSi, 2019). Menurut (Hidayat, 2014), ikon, indeks, dan symbol memiliki keterkaitan antar yang satu dengan yang lainnya.

Secara keseluruhan lagu ini sangat merepresentasikan bentuk kritik dan sesuai dengan realita yang terjadi 10 tahun belakangan ini, semenjak teknologi canggih masuk kedalam kehidupan bermasyarakat, banyak sekali kasus-kasus kenakalan remaja yang ditemukan. Teknologi tidak bisa disalahkan karena tujuan dan fungsi teknologi sebenarnya bisa bermanfaat dan membawa dampak positif bagi generasi bangsa kita pada masa ini. Maka dari itu, hal seperti penanaman etika secara matang perlu dimulai dari diri kita sendiri.

Pesan kritik dan realitas sosial yang disampaikan oleh band Efek Rumah Kaca sudah benar adanya, selebihnya adalah peran masyarakat sebagai alat kontrol sosial yang harus lebih prihatin dan perduli akan lingkungan sekitar dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkungan kita.

 

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya tanda-tanda yang mereprsentasikan nilai-nilai kritik juga nilai-nilai realitas sosial yang terdapat pada lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya band Efek Rumah Kaca. Tanda-tanda itu terdapat pada setiap larik dalam lirik lagu dimana secara keseluruhan makna dari lagu tersebut bertujuan untuk mengkritisi fenomena yang marak terjadi di kalangan remaja dalam penyalahgunakan teknologi khususnya pornografi.

Karya band Efek Rumah Kaca telah menjadi sebuah wadah yang digunakan untuk menyuarakan pendapat mereka kepada masyarakat dan mewakilkan suara suara yang memiliki pendapat yang sama, sehingga masyarakat luas menjadi lebih peka dengan realita sosial yang ada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DFTARPUSTAKA

 

Ayunindya. (2013). Lagu sebagai penyampaian pesan. Retrieved from https://www.kompasiana.com/furyayunindya/lagu-sebagai-media-penyampai-pesan_55208c66a33311da4646cfc0

 

Danesi, M. (2010). Pesan, tanda, dan makna: buku teks dasar mengenai semiotika dan teori. Yogyakarta: Jalasutra.

 

Desmita, Psikologi Perkembangan. (2006). Bandung. Remaja Rosdakarya.

 

Fiske, J. (2012). Pengantar ilmu komunikasi. In Rajawali Pers. Jakarta.

 

Ghazali, Fikri. (2010). Analisis semiotik film 3 doa 3 cinta.

 

Ghony, M. Djunaidi, & Almanshur, Fauzan. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 61, 177–181.

 

Hidayat, Rahmat. (2014). Analisis Semiotika Makna Motivasi Pada Lirik Lagu “Laskar Pelangi” Karya Nidji. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(1), 243–258.

 

Joko Subagyo, P. (2006). Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

 

Oksinata, Hantisa. (2010). Kritik sosial dalam kumpulan puisi aku ingin jadi peluru karya wiji thukul (kajian resepsi sastra).

 

Sobur, A. (2009). Analisis teks media (PT. Remaja). Bandung.

 

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya.

 

wahjuwibowo MSi, Indiwan Seto. (2019). Semiotika Komunikasi Edisi III: aplikasi praktis untuk penelitian dan skripsi komunikasi. Rumah Pintar Komunikasi.

 

Widiyono, S. (2019). Pengembangan nasionalisme generasi muda di Era Globalisasi. Populika, 7(1), 12–21.

 

Wiflihani, Wiflihani. (2016). Fungsi Seni Musik dalam Kehidupan Manusia. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 2(1), 101–107.

 

Yuqi. (2017). Pengertian seni musik dari sumber dan para ahli lengkap. Retrieved from https://www.eduspensa.id/pengertian-seni-musik/