PENGARUH KEARIFAN LOKAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI RAWA LEBAK DI DESA SUNGAI PINANG III KECAMATAN SUNGAI PINANG KABUPATEN OGAN ILIR

 

Eka Mulyana1, Sriati2, M.Yamin3, Yunita4

Universitas Sriwijaya, Indonesia

eka.agri@gmail.com, sriati@unsri.ac.id, yaminsepunsri@yahoo.com, fathursyifa.nita@yahoo.co.id

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir Kabupaten dan menganalisis pengaruh kearifan lokal terhadap pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III Kabupaten Ogan Ilir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dan metode survei (survey method). Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan sesuatu berdasarkan keadaan yang sebenarnya, misalnya seperti kondisi, keadaan, situasi, peristiwa atau kegiatan. Selanjutnya adalah metode survey yang digunakan untuk memperoleh informasi harga jual, jumlah produksi, biaya produksi, upah tenaga kerja, dan sumber pendapatan lainnya dari petani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada responden kemudian melakukan wawancara mendalam dengan mereka. Waktu pengambilan data dilakukan mulai Februari 2021 sampai dengan Maret 2021.

 

Kata kunci: pengaruh, kearifan lokal, padi rawa, pendapatan petani

 

Abstract

The purpose of this study was to (1) determine local wisdom in Sungai Pinang III Village, Sungai Pinang District, Ogan Ilir Regency, (2) analyze the income of lebak swamp rice farming in Sungai Pinang III Village, Sungai Pinang District, Ogan Ilir Regency, (3) analyze the influence of local wisdom on the income of lebak swamp rice farming in Sungai Pinang III Village, Ogan Ilir Regency. The method used in this research is descriptive exploratory method and survey method (survey method). The method used to describe or explain something based on the actual situation, for example, such as conditions, circumstances, situations, events or activities. Next is the survey method used to obtain information on selling prices, production quantities, production costs, labor wages, and other sources of income from lebak swamp rice farmers in Sungai Pinang III Village. This method is done by providing a list of questions (questionnaires) to the respondents and then conducting in-depth interviews with them. The time of data collection is carried out from February 2021 to March 2021.

 

Keywords: influence, local wisdom, swamp rice, farm income

 

Pendahuluan  

Lahan rawa bebak merupakan salah satu ekosistem pertanian yang menjadi penyumbang produksi padi di Indonesia, khususnya Sumatera Selatan (Ratmini & Atekan, 2020). Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak sentra produksi pertanian yang tersebar di beberapa wilayah (Soehendi & Syahri, 2013). Sumatera Selatan memiliki potensi sebagai sumber pangan alternatif yang perlu diperhitungkan dan dilestarikan agar dapat berkembang menjadi varietas lokal yang baik. Di antara berbagai agroekosistem lahan basah (irigasi, tadah hujan, dan rawa), agroekosistem rawa terbesar di Sumatera Selatan adalah 559.860 hektar (72,3%), dibandingkan dengan 117.757 hektar (15,2%) di lahan sawah irigasi, dan lahan sawah tadah hujan dengan luasnya 96.885 hektar (12,5%). Ekosistem rawa meliputi 285.941 hektar rawa lebak dan 273.919 hektar rawa pasang surut, dan varietas padi lokal tertentu masih ditanam di beberapa daerah (ARDI, Yulius, & Mulyana, 2021).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 dapat diketahui bahwa Kabupaten Ogan Ilir memiliki luas lahan rawa lebak sebesar 45.074 ha untuk satu kali dalam setahun dan luas lahan rawa lebak sebesar 1.615 untuk dua kali dalam setahun. Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki potensi lahan rawa lebak terluas yaitu 61.940 ha dengan rata-rata produksi padi 2-4 ton/ha. Lahan yang sudah dikembangkan seluas 33.986 ha dan lahan yang belum dikembangkan seluas 27.954 ha (Nasional & Nasional, 2015). Luas lahan rawa lebak yang belum dimanfaatkan merupakan potensi yang bisa dikembangan menjadi areal lahan pangan untuk menyokong produksi pangan nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Ilir tahun 2015 dapat diketahui bahwa Kecamatan Sungai Pinang merupakan salah satu daerah yang memiliki luas areal lahan panen padi yang cukup luas dengan 2.929. ha dan memiliki jumlah produksi padi yang cukup besar dibandingkan dengan kecamatan lain dengan 13.324-ton padi. Salah satu desa di Kecamatan Sungai Pinang yang memiliki luas lahan rawa lebak yang juga di manfaatkan untuk berusahatani padi rawa lebak yaitu adalah Desa Sungai Pinang III. Desa Sungai Pinang III memiliki lahan sawah rawa lebak yang cukup luas dengan sebagian besar masyarakat nya berprofesi sebagai petani.

Kegiatan usahatani masyarakat Desa Sungai Pinang III dalam pengelolaan lahan rawa lebak masih memanfaatkan lahan sawah sebagai sumber mata pencaharian utama dalam memenuhi kebutuhan dan pendapatan petani. Lahan rawa lebak Desa Sungai Pinang III masih menggunakan sistem tadah hujan dengan kendala yang masih dihadapi yaitu masalah pada irigasinya yang belum bisa dijalankan dengan sempurna karena pompanisasinya yang belum terpasang dan masih memanfaatkan alam dengan tidak menentunya cuaca untuk mendukung pengelolaan rawa lebak. Selain melakukan kegiatan usahatani, suatu desa diharapkan memiliki potensi lain yang kemudian dapat meningkatkan pendapatan bagi petani.

Tingkat pendapatan petani biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu output, harga jual dan biaya produksi (Arrasyid, 2021). Beras merupakan komoditas yang memiliki prospek luas untuk meningkatkan pendapatan petani. Hal ini dapat memberikan dorongan kepada petani untuk pengembangan lebih lanjut dan meningkatkan produksi, dengan harapan mereka dapat memperoleh kinerja penjualan yang tinggi pada saat panen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun pada kenyataannya, pada saat panen tiba, output tinggi, tetapi harga turun. Jika hasil produksi yang diharapkan jauh dari perkiraan, yaitu pembeli sangat rendah, output terkecil, biaya produksi. aktivitas produksi, dan dimulainya produksi, harganya bahkan lebih tinggi. Mulai dari pengadaan, pengolahan, pestisida dan biaya pupuk dan lain-lain yang tidak terduga (Roidah, 2015).

Kearifan lokal    merupakan pengetahuan dasar tentang keseimbangan kehidupan antara manusia dan lingkungan, merupakan jenis pengetahuan unik yang telah terakumulasi di masa lalu dan dipraktikkan oleh masyarakat secara turun- temurun (Mungmachon, 2012). Kearifan lokal adalah keunikan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, yang telah dikembangkan cukup lama secara turun- temurun, dan bersumber dari keterkaitan antara masyarakat dengan lingkungan (Emelia & Diah, 2018). Pemahaman masyarakat tentang manfaat lingkungan atau sumber daya alam merupakan hasil dari kearifan lokal. Oleh karena itu, penjelasan inilah yang meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana menjaga lingkungan.

Pngelolaan lahan rawa lebak yang berlandaskan kearifan lokal biasanya meliputi tentang pemahaman terhadap gejala-gejala alam atau ciri-ciri alamiah, seperti adanya kemunculan bintang yang dimana binatang tersebut dapat menandakan akan datangnya musim hujan/kemarau, sehingga para petani dapat mengantisipasi dengan melakukan kegiatan usahataninya serta kebiasaan dalam budidaya pertanian secara tepat waktu (Rafieq, 2004). Kearifan lokal sendiri juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi para petani untuk mewujudkan sistem pangan lokal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Soraya, Junaidi, & Mulyana, 2020).

Dalam berusahatani, sebagian besar masyarakat masih melakukan tradisi atau cara-cara tradisional dalam menjalankan usahatani nya. Kearifan lokal masyarakat desa setempat karena merupakan warisan dari pemikiran nenek moyang mereka terhadap lingkungan pertanian dan merupakan pengetahuan khas masyarakat dalam menjaga lingkungan alam (Suparmini, Setyawati, & Sumunar, 2013). Masyarakat desa juga masih menggunakan alat-alat yang masih tradisional sebagai upaya menjaga kelestarian budaya setempat agar tidak hilang seiring dengan bertambahnya teknologi yang semakin canggih (EKA PUTRI & Sjarkowi, 2021).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Soraya et al., 2020) diperoleh hasil bahwa penerapan kearifan lokal di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan yang dilakukan oleh petani padi rawa lebak dalam tiga kegiatan yaitu ternak kerbau, pengelolaan ikan dan budidaya padi terdiri dari pengolahan tanah, pembenihan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Ar-Riza & Fauziati, 2012), diperoleh hasil bahwa masyarakat petani di wilayah rawa lebak Kalimantan Selatan dalam melaksanakan budidaya padi, masyarakat petani telah memiliki kearifan lokal (local wisdom) yang telah dijalankan berpuluh-puluh tahun. Kearifan tersebut diantaranya memilih lahan subur, memulai kegiatan bertanam, sistem persemaian, persiapan lahan untuk sawah rintak, dan populasi tanam.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Hasa, 2018), diperoleh hasil bahwa pendapatan usahatani padi sawah rata-rata di Desa Leppangeng Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap dalam satu kali musim panen rata-rata sebesar Rp 9.593.297 per hektar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Graha, n.d.), diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, pengalaman berusahatani, dummy kearifan lokal, dummy perubahan iklim berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas padi sawah tahun 2009 dan 2012, sedangkan secara parsial pupuk, pestisida, tenaga kerja luar keluarga, pengalaman berusahatani berpengaruh nyata positif terhadap produktivitas padi sawah dan benih, tenaga kerja dalam keluarga, dummy kearifan lokal dan perubahan iklim tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah.

Berdasarkan latarbelakang diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir Kabupaten dan menganalisis pengaruh kearifan lokal terhadap pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III Kabupaten Ogan Ilir. Manfaat dalam penelitian ini adalah melestarikan kearifan lokal, dengan mengetahui kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III, penelitian ini dapat membantu melestarikan kearifan lokal yang ada di daerah tersebut. Hal ini penting untuk mempertahankan budaya lokal yang unik dan beragam. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dengan menganalisis pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi ekonomi petani di daerah tersebut. Dengan demikian, pemerintah atau pihak-pihak terkait dapat memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

 

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dan juga metode survey. Metode penelitian deskriptif eksploratif adalah penelitian dengan pemecahan masalah yang digali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan (Ghozali, 2011). Selanjutnya yaitu metode survey yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai luas lahan, harga jual, hasil produksi, biaya produksi, serta kearifan lokal dalam pengelolaan lahan rawa lebak yang dilakukan petani di Desa Sungai Pinang III. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan berupa kuisioner kepada responden dan selanjutnya melakukan wawancara secara mendalam kepada mereka.

Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) dengan cara mengambil anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data kuantitatif dan kualitatif yang bersumber dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani padi dengan menggunakan kuisioner yaitu berupa daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disusun secara sistematik dan melakukan wawancara langsung yaitu memperoleh informasi dari hasil komunikasi dengan narasumber yang berikan secara verbal. Data sekunder didapatkan melalui data dari kepala desa, informasi penyuluh pertanian, ketua kelompok tani, Badan Pusat Statistika, serta hasil penelitian terdahulu dan buku-buku pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

 

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan uraian mengenai identitas responden dalam penelitian. Karakteristik responden yang diuraikan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur responden, status penduduk, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan, luas lahan yang diusahakan, dan pengalaman bertani padi di rawa lebak.

 

Tabel 1 Karakteristik Responden

 

Identifikasi Kearifan Lokal

Desa Sungai Pinang III merupakan salah satu desa dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian utama sebagai petani padi rawa lebak. Masyarakat memanfaatkan lahan rawa lebak yang tersedia di desa berdasarkan dengan kearifan lokal yang sudah dilakukan sejak dulu dan turun temurun. Beberapa kearifan lokalnya yaitu dalam pengelolaan lahan, petani masih menggunakan alat-alat tradisional seperti cangkul, parang atau arit untuk membersihkan lahan sawah mereka dengan sistem gotong royong, petani juga masih menggunakan padi hasil panen sebelumnya untuk dijadikan benih untuk menanam selanjutnya. Selain itu, untuk penanaman petani masih menggunakan alat tradisional seperti penyojoh dengan sistem pindah tanam. Beberapa petani juga masih menggunakan pupuk kandang yang berasal dari hewan ternak alih-alih membeli pupuk kimia di pasar. Untuk pemeliharaan tanaman dan lahan petani masih menggunakan orang- orangan sawah untuk mengusir hama pengganggu. Serta pada proses pemanenan banyak petani yang masih menggunakan alat tradisional seperti arit dikarekan lahan yang dipanen tidak terlalu besar jadi masih bisa menggunakan tenaga manusia dengan bantuan alat dan hasil panen yang didapat dijual langsung ke tengkulak yang datang langsung ke rumah petani.

Pengelolaan Tanaman Padi di Lahan Rawa Lebak

Desa Sungai Pinang III menjadi salah satu desa yang memiliki lahan rawa lebak yang luas yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya padi. Budidaya padi yang dilakukan oleh petani dilakukan satu kali dalam satu tahun yaitu pada musim kemarau atau pada saat air surut, biasanya petani mulai bertanam pada bulan april atau mei dengan masa tanam selama tiga sampai empat bulan. Dalam pembudidayaan tanaman padi, beberapa petani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III melakukannya sesuai dengan pengetahuan lokal yang mereka miliki secara turun- temurun atau sudah menjadi kebiasaan berdasarkan pengalaman di lapangan selama bertahun-tahun. Kearifan lokal dalam pengelolaan tanaman padi rawa lebak ini dilihat dari 7 tahap, yaitu sebagai berikut

Pengolahan Lahan

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses penyiapan dan pengolahan lahan yaitu sistem gotong royong dan menggunakan alat tradional yang sederhana. Alat yang digunakan petani seperti cangkul, parang maupun arit. Sistem gotong royong yang masih diterapkan oleh petani karena merupakan tradisi turun menurun dari dahulu untuk memudahkan dan meringankan pekerjaan dan mempersingkat waktu dalam penyiapan dan pengolahan lahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 100 persen petani di Desa Sungai Pinang III masih menerapkan sistem gotong royong untuk menyiapkan dan mengolah lahan mereka, yang dilakukan sendiri maupun menggunakan sistem upah. Sistem upah ini dilakukan oleh beberapa petani yang tidak mau bersusah payah melakukannya sendiri atau dengan sistem gotong royong, dengan cara mengupah orang lain untuk melakukan menyiapkan dan mengolah lahannya. Cara mengupah orang ini, menjadi salah satu cara yang dilakukan walaupun harus mengeluarkan biaya yang biasanya sebesar Rp50.000 per hari untuk satu orang.

Pengadaan Benih

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses pengadaan benih dan penyemaian yaitu menyiapkan benih nya sendiri dari hasil panen sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 100 persen petani di Desa Sungai Pinang III menggunakan padi hasil panen sebelumnya untuk dijadikan benih. Proses pembenihan ini biasanya dilakukan dengan dua tahapan yang sering disebut merencam. Jenis padi yang digunakan oleh petani setempat adalah jenis padi indramayu dan padi serang. Benih hasil panen tersebut direndam ke dalam wadah selama kurang lebih dua hari dua malam untuk menentukan benih mana yang memiliki kualitas yang baik untuk ditanam. Setelah didapat benih yang bagus, benih tersebut dipecah menjadi dua kemudian disemai.

Penanaman

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses penanaman yaitu dengan sistem tanam pindah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 100 persen petani di Desa Sungai Pinang III melakukan penanaman dengan cara tanam pindah dengan proses penyemaian. Dimana penyemaian yang dilakukan ini sebanyak dua kali sebelum bibit yang telah disemai dipindahkan ke lahan tanam. Para petani masih menerapkan sistem tanam pindah ini dikarenakan kondisi dari rawa lebak yang biasanya tergenang air. Untuk alat yang digunakan untuk melubangi lahan tanam petani menggunakan alat yang dinamakan penyojoh atau mandau luncuk dengan jarak tanam 30-40 cm. Penggunaan alat ini masih diterapkan banyak petani karena merupakan tradisi atau kebiasaan turun temurun dan alat yang digunakan juga akan awet untuk digunakan selama beberapa tahun.

Pemupukan

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses pemupukan yaitu menggunakan pupuk kandang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 77 persen petani di Desa Sungai Pinang III masih ada yang menggunakan pupuk kandang untuk tanaman nya dan ada yang tidak menggunakan pupuk sama sekali, beberapa petani yang tidak melakukan pemupukan di lahan nya tersebut membiarkan nya tumbuh secara alami dikarenakan tidak memiliki biaya untuk membeli pupuk, sedangkan 23 persen lagi sudah menggunakan pupuk UREA mau pun NPK untuk tanamannya. Petani yang menggunakan pupuk kandang biasanya memanfaatkan pupuk tersebut dari hewan ternak, sedangkan petani yang menggunakan pupuk UREA atau NPK biasanya membeli langsung ke pasar dengan kisaran harga 7.500 sampai Rp8.000 perkilo nya.

Pemeliharaan

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses pemeliharaan tanaman yaitu dengan menggunakan orang-orangan sawah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 83 persen petani di Desa Sungai Pinang III masih menggunakan orang- orangan sawah untuk menjaga dan mengusir hama pengganggu, sedangkan 17 persen petani sudah ada yang menggunakan pestisida ataupun racun semprot untuk mengusir dan membunuh hama. Petani masih menggunakan pengetahuan lokalnya dalam memelihara tanaman dengan menggunakan orang-orangan sawah atau plastik yang mengelilingi petakan sawah yang juga merupakan kebiasaan turun temurun dan dianggap lebih menghemat biaya. Beberapa petani biasanya juga melakukan pengendalian gulma dengan cara membersihkan atau mencabut gulma atau rumput liar yang menganggu tanaman tersebut menggunakan tangan atau masih secara manual seperti arit atau parang.

 

Panen

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses pemanenan yaitu memanen menggunakan alat tradisional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sebanyak 100 persen petani di Desa Sungai Pinang III masih melakukan pemanenan secara manual menggunakan alat seperti arit atau tuai silet dan dilakukan dengan sistem gotong royong seperti proses penyiapan dan pengolahan lahan sebelumnya. Sistem gotong royong ini tetap masih dilakukan oleh masyarakat karena mempercepat dan mempermudah dalam proses pemanenan. Selain itu, penggunaan alat tradisional ini masih dilakukan oleh para petani dikarenakan luas lahan yang tidak terlalu besar dan banyak petani yang tidak mempunyai biaya apabila mengupah atau menyewa mesin seperti combine harvester.

 

Pasca Panen

Kearifan lokal di Desa Sungai Pinang III dalam proses pasca panen yaitu menjual hasil panen secara langsung ke tengkulak dalam bentuk gabah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, sekitar 71 persen petani menerapkan sistem ini karena kebiasaan yang telah dilakukan turun temurun, sedangkan 29 persen petani menggunakan hasil panennya untuk konsumsi sendiri. Petani setempat menjual padi hasil panennya dalam bentuk kaleng. Untuk satu kaleng isi nya sekitar 10-11 kg gabah. Harga tiap kaleng yang dijual mulai dari Rp45.000 sampai dengan Rp55.000. Para tengkulak atau pembeli biasanya datang langsung ke rumah petani untuk membeli gabah tersebut. Cara ini masih dilakukan karena dianggap dapat menjalin silaturahmi yang baik antara penjual dan pembeli serta masing-masing akan mendapatkan keuntungan yang sama dan para petani juga tidak perlu pergi ke pasar untuk menjual hasil panen tersebut. Namun, apabila hasil panen yang didapat sedikit, maka petani hanya akan menyimpan hasil panen nya untuk dikonsumsi pribadi dibandingkan unuk dijual, hasil panennya juga ada yang disimpan untuk dijadikan benih untuk penanaman selanjutnya.

Hasil Matriks ISEPSA

Penjelasan kearifan lokal di atas, berdasarkan hasil Matriks ISEPSA (Interaksi Sosial Ekologi Pemanfaatan Sumber Daya Alami) dapat diketahui bahwa:

1)   Penyiapan dan pengolahan lahan (S9) merupakan kearifan lokal tulen sehingga kearifan lokal ini bisa disebarluaskan kepada para petani agar tetap dilakukan.

2)   Pengadaan benih dan penyemaian (S6) merupakan kearifan lokal, namun apabila ditambah dengan adanya teknologi untuk menambah fungsi ekosistemnya, maka S6 ini bisa dikembangkan menjadi S9.

3)   Penanaman (S5) bukan merupakan kearifan lokal, S5 ini bisa berpotensi menjadi kearifan lokal apabila ditambahkan cara supaya menambah kemakmuran masyarakat dan fungsi ekosistemnya.

4)   Pemupukan (S9) merupakan kearifan lokal tulen sehingga kearifan lokal ini bisa disebarluaskan kepada para petani agar tetap dilakukan.

5)   Pemeliharaan tanaman (S9) merupakan kearifan lokal tulen sehingga kearifan lokal ini bisa disebarluaskan kepada para petani agar tetap dilakukan.

6)   Panen (S4) bukan merupakan kearifan lokal karena masih jauh untuk bisa menambah kemakmuran masyarakat dan fungsi ekosistemnya.

7)   Pasca panen (S4) bukan merupakan kearifan lokal karena masih jauh untuk bisa menambah kemakmuran masyarakat dan fungsi ekosistemnya.

Tabel dari Matriks ISEPSA dapat dilihat pada Lampiran 2.

 

Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Sebelum menghitung pendapatan usahatani padi rawa lebak, yang harus dihitung terlebih dahulu yaitu total biaya dan total penerimaan usahatani. Untuk rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

 

Tabel 2 Total Biaya Tetap Usahatani Padi

 

Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa total biaya tetap yang dikeluarkan dalam berusahatani padi rawa lebak yaitu Rp33.921.500.

Selanjutnya yang perlu diketahui yaitu total biaya variabel. Untuk rincian total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

 

Tabel 3 Total Biaya Variabel Usahatani Padi

 

Tabel 3 dapat diketahui bahwa total biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatani padi rawa lebak yaitu Rp709.500. Dari total biaya tetap dan biaya variabel di atas dapat diketahui total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi rawa lebak. Untuk rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

 

Tabel 4 Total Biaya Usahatani Padi

Tabel 4 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III per tahunnya yaitu Rp 34.631.000.

Selanjutnya yaitu menghitung total penerimaan usahatani yang dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

 

Tabel 5 Total       Penerimaan Usaha-tani Padi

 

Tabel 5 dapat dilihat bahwa total penerimaan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III yaitu Rp78.875.000 per tahun.

Setelah diperoleh total penerimaan usahatani, selanjutnya yaitu menghitung pendapatan usahatani padi rawa lebak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

 

Tabel 6 Total Pendapatan Usahatani Padi

 

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa total pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III yaitu Rp44.244.000 per tahun.

 

Pengaruh Kearifan Lokal Terhadap Pendapatan Usahatani Padi

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kearifan lokal terhadap pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III secara parsial maupun simultan adalah dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy dengan bantuan aplikasi SPSS. Dengan pendapatan sebagai variabel terikat, luas lahan, harga jual, biaya produksi, hasil produksi, serta kearifan lokal sebagai variabel bebas. Pada penelitian kali ini, kearifan lokal dijadikan sebagai variabel dummy dengan kategori nilai 1 apabila petani melakukan kearifan lokal dalam pengelolaan usahatani padi rawa lebak dan kategori nilai 0 jika petani tidak melakukan kearifan lokal dalam pengelolaan usahatani padi rawa lebak.

Untuk mengetahui apakah variabel di atas benar berpengaruh atau tidak terhadap pendapatan usahatani padi lahan rawa lebak, maka dilakukan beberapa pengujian statistika menggunakan bantuan SPSS dengan hasil sebagai berikut.

 

Hasil Pengolahan Data

Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan asumsi klasik yang secara statistik harus dipenuhi. Teknik pengolahan dalam penelitian ini, yaitu:

Uji Normalitas

Uji normalitas dengan grafik histogram mengikuti arah garis histogramnya dan uji normalitas dengan probability plot menyebar di sekitar garis diagonal mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi.

 


Uji Multikolinearitas

Data penelitian yang diuji menggunakan bantuan aplikasi SPSS menunjukkan nilai yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

 

Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Output SPSS, 2021

 

   Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa masing-masing variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7 memiliki nilai VIF ≤ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,10 sehingga dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisas dengan grafik scatterplot titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi layak untuk memprediksi pengaruh variabel berdasarkan masukan variabel independennya.

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan variabel independen (luas lahan, harga jual, hasil produksi, biaya produksi, dan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak).

Berdasarkan hasil uji analisis regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi SPSS maka didapatkan hasil seperti pada tabel 8 dibawah ini.

 

Tabel 8 Hasil Analisis Regresi

Sumber: Output SPSS, 2021

 

Berdasarkan tabel 8 diatas, koefisien regresi di atas, maka diperoleh persamaan sebagai berikut.

Y = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + α5X5 + α6X6 + α7X7 + dX1 + dX2 + µ

Sehingga persamaan regresinya menjadi:

Y = -2827897,558 + 139276,695 + 33,042

+ 9428,634 + 0,217 - 37652,946 -

268920,100 + 2134963,958 + dX1 -

2790244,612 + dX1 -2558977,458 + dX1 -4962861,516 + dX2 - 2827897,558 + µ

Keterangan:

Y                = Pendapatan Usahatani X1           = Luas Lahan

X2              = Harga Jual

X3              = Hasil Produksi X4                      = Biaya Produksi

X5, X6, X7 = Kearifan Lokal   usahatani padi rawa lebak

dX1             = Melakukan Kearifan Lokal (1)

dX2             = Tidak Melakukan Kearifan Lokal (0)

 

Interpretasi Hasil Regresi

Nilai Koefisien

Nilai koefisien sebesar -2827897,558, angka tersebut menunjukkan bahwa jika variabel independen (luas lahan, harga jual, hasil produksi, biaya produksi, dan kearifan lokal dalam pengelolaan lahan, nilainya 0 atau konstan maka pendapatan usahatani padi di Desa Sungai Pinang III menurun sebesar Rp2.827.897,558.

 

Luas Lahan

Variabel independen X1 memiliki koefisien sebesar 139276,695, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh luas lahan berpengaruh positif. Artinya apabila luas lahan bertambah 1 Ha maka akan menyebabkan penambahan pendapatan petani sebesar Rp139.276,695 dengan asumsi harga jual (X2), hasil produksi (X3), biaya produksi (X4), dan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak (X5, X6, X7) dianggap konstan.

 

Harga Jual

Variabel independen X2 memiliki koefisien sebesar 33,042, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh luas lahan berpengaruh positif. Artinya apabila harga jual bertambah 1 Rp maka akan menyebabkan penambahan pendapatan petani sebesar Rp33,042 dengan asumsi luas lahan (X1), hasil produksi (X3), biaya produksi (X4), dan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak (X5, X6, X7) dianggap konstan.

 

Hasil Produksi

Variabel independen X3 memiliki koefisien sebesar 9428,634, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh hasil produksi berpengaruh positif. Artinya apabila hasil produksi bertambah 1 Kg maka akan menyebabkan penambahan pendapatan petani sebesar Rp9.428,634 dengan asumsi luas lahan (X1), harga jual (X2), biaya produksi (X4), dan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak (X5,X6,X7) dianggap konstan.

 

Biaya Produksi

Variabel independen X4 memiliki koefisien sebesar 0,217, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh biaya produksi berpengaruh positif. Artinya apabila biaya produksi bertambah 1 Rp maka akan menyebabkan penurunan pendapatan petani sebesar Rp0,217 dengan asumsi luas lahan (X1), harga jual (X2), hasil produksi (X3), dan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak (X5, X6, X7) dianggap konstan.

 

Kearifan Lokal Usahatani Padi (Pemupukan)

Variabel independen X5 memiliki koefisien sebesar -37652,946, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kearifan lokal usahatani padi rawa lebak berpengaruh negatif. Artinya apabila petani yang melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak lebih tinggi maka akan menyebabkan penurunan pendapatan petani sebesar Rp37.652,946, dengan asumsi luas lahan (X1), harga jual (X2), hasil produksi (X3), dan biaya produksi (X4) dianggap konstan.

   Kearifan Lokal Usahatani Padi (Pemeliharaan Tanaman) Variabel independen X6 memiliki koefisien sebesar -268920,100, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kearifan lokal usahatani padi rawa lebak berpengaruh negatif. Artinya apabila petani yang melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak lebih tinggi maka akan menyebabkan penurunan pendapatan petani sebesar Rp268.920,100, dengan asumsi luas lahan (X1), harga jual (X2), hasil produksi (X3), dan biaya produksi (X4) dianggap konstan Kearifan Lokal Usahatani Padi (Pasca Panen)

Variabel independen X7 memiliki koefisien sebesar 2134963,958, angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kearifan lokal usahatani padi rawa lebak berpengaruh positif. Artinya apabila petani yang melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak lebih tinggi maka akan menyebabkan penambahan pendapatan petani sebesar Rp2.134.963,958, dengan asumsi luas lahan (X1), harga jual (X2), hasil produksi (X3), dan biaya produksi (X4) dianggap konstan.

 

Uji Hipotesis

Uji t

Data penelitian yang diuji menggunakan bantuan aplikasi SPSS menunjukkan nilai yang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

 

Tabel 9 Hasil Uji t

Sumber: Output SPSS, 2021

 

Berdasarkan tabel regresi berganda di atas maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Luas Lahan

Variabel luas lahan (X1) memiliki nilai koefisien sebesar 139276,695 dan nilai signifikan sebesar 0,499, nilai ini menunjukkan bahwa sig > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel luas lahan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani.

 

Harga Jual

Variabel harga jual (X2) memiliki nilai koefisien sebesar 33,042 dan nilai signifikan sebesar 0,175, nilai ini menunjukkan bahwa sig > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel harga jual berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani.

 

Hasil Produksi

Variabel hasil produksi (X3) memiliki nilai koefisien sebesar 9428,634 dan nilai signifikan sebesar 0,161, nilai ini menunjukkan bahwa sig > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel hasil produksi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani.

 

Biaya Produksi

Variabel biaya produksi (X4) memiliki nilai koefisien sebesar ,217 dan nilai signifikan sebesar 0,757 nilai ini menunjukkan bahwa sig > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel biaya produksi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani.

 

Kearifan Lokal Usahatani Padi (Pemupukan)

Variabel kearifan lokal usahatani padi rawa lebak yaitu pemupukan (X5) memiliki nilai koefisien sebesar -37652,946 dan nilai signifikan sebesar 0,896, nilai ini menunjukkan bahwa sig > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel harga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani. Dari persamaan ini dapat diprediksi bahwa petani yang melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak memiliki angka sebesar dX1 = -2827897,558 - (-37652,946 x 1)    = -2790244,612.

Dibandingkan petani yang tidak melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak dX2 = -2827897,558 – (-37652,946 x 0) = - 2827897,558.

 

Kearifan Lokal Usahatani Padi (Pemeliharaan Tanaman)

Variabel kearifan lokal usahatani padi rawa lebak yaitu pemeliharaan tanaman (X6) memiliki nilai koefisien sebesar -268920,100 dan nilai signifikan sebesar 0,400, nilai ini menunjukkan bahwa sig > 0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel harga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani. Dari persamaan ini dapat diprediksi bahwa petani yang melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak memiliki angka sebesar dX1 = -2827897,558 -   (-268920,100 x 1) = -2558977,458.

Dibandingkan petani yang tidak melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak dX2 = -2827897,558 (-268920,100 x 0) = - 2827897,558.

Kearifan Lokal Usahatani Padi (Pasca Panen)

Variabel kearifan lokal usahatani padi rawa lebak yaitu pasca panen (X7) memiliki nilai koefisien sebesar 2134963,958 dan nilai signifikan sebesar 0,000, nilai ini menunjukkan bahwa sig < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan petani. Dari persamaan ini dapat diprediksi bahwa petani yang melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak memiliki angka sebesar dX1 = -2827897,558 - (2134963,958 x 1) = -4962861,516. Dibandingkan petani yang tidak melakukan kearifan lokal usahatani padi rawa lebak dX2 = - 2827897,558 – (2134963,958   x   0)   =   2827897,558.

Uji F

Data penelitian yang diuji menggunakan bantuan aplikasi SPSS menunjukkan nilai yang dapat dilihat pada Tabel 4.10. berikut.

Tabel 10 Hasil Uji F

          Model                 

F            

Sig     

  Regression               

29,119         

,000  

Sumber: Output SPSS, 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikan 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) yang didapatkan adalah sebesar 0,952, nilai ini berarti sebesar 95,2% variabel terikat yaitu pendapatan usahatani dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas pada model, sementara 4,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain dari luar.

 

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Dari 35 responden dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa kearifan lokal yang dilakukan petani di Desa Sungai Pinang III mulai dari kearifan lokal dalam penyiapan/pengolahan lahan yaitu petani masih menggunakan alat tradisional seperti cangkul, parang atau arit. Kearifan lokal dalam pengadaan benih/pembenihan yaitu petani masih menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya. Kearifan lokal dalam pemupukan yaitu Menggunakan pupuk kandang dan. Dan kearifan lokal dalam pemeliharaan tanaman yaitu petani masih Menggunakan orang-orangan sawah dan untuk pembersihan gulma-gulma menggunakan parang atau arit 2. Total pendapatan usahatani padi rawa lebak di Desa Sungai Pinang III yaitu Rp 4.244.000 per tahun.

 

 

 

 

DFTARPUSTAKA

 

Ar-Riza, Isdijanto, & Fauziati, Nurul. (2012). Kearifan lokal sumber inovasi dalam mewarnai teknologi budidaya padi di lahan rawa lebak.

 

Ardi, Irfan, Yulius, Yulius, & Mulyana, Eka. (2021). Pengaruh Kearifan Lokal Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Rawa Lebak Di Desa Sepang Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Sriwijaya University.

 

Arrasyid, Achmad Royhanah. (2021). Pengaruh Biaya Produksi dan Harga Jual Terhadap Pendapatan Petani. Paper Knowledge. Toward A Media History Of Documents, 86–103.

 

Eka Putri, A. D. E., & Sjarkowi, Fachrurrozie. (2021). Peran Kearifan Lokal Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Rawa Lebak Di Desa Sungai Pinang III Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir. Sriwijaya University.

 

Emelia, T. Winona, & Diah, Halimah Tussa. (2018). Kearifan Lokal Dalam Syair Bordah Masyarakat Melayu Panai Labuhan Batu. Kumpulan Penelitian Dan Pengabdian Dosen, 1(1).

 

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM. Spss.

 

Graha, Athanasius Aditya Wisnu. (n.d.). Potret Kearifan Lokal, Perubahan Iklim Dan Penggaruhnya Terhadapproduktivitas Padi Sawah Di Salatiga Portrait Of Local Wisdom, Climate Change And It’s Effect Toward Paddy’s Productivity In Salatiga.

 

Hasa, Sabir. (2018). Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Desa Leppangan Kecamatan Pitu Riase Kabupaten Sidrap. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Makassar.

 

Mungmachon, Miss Roikhwanphut. (2012). Knowledge and local wisdom: Community treasure. International Journal of Humanities and Social Science, 2(13), 174–181.

 

Nasional, Kementrian Perencanaan Pembangunan, & Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan. (2015). Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015. Jakarta: Bappenas.

 

Rafieq, Achmad. (2004). Sosial budaya dan teknologi kearifan lokal masyarakat dalam pengembangan pertanian lahan lebak di Kalimantan Selatan. Balai Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Banjarbaru.

 

Ratmini, Niluh Putu Sri, & Atekan, Atekan. (2020). Strategi Peningkatan Produktivitas Padi Rawa Melaui Optimalisasi Pengelolaan Lahan di Sumatera Selatan. Seminar Nasional Lahan Suboptimal, (1), 797–809.

 

Roidah, Ida Syamsu. (2015). Analisis pendapatan usahatani padi musim hujan dan musim kemarau (studi kasus di Desa Sepatan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung). Jurnal Agribis, 11(13), 45–55.

 

Soehendi, Rudy, & Syahri, Syahri. (2013). Potensi Pengembangan Jagung di Sumatera Selatan. Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands, 2(1).

 

Soraya, Madina, Junaidi, Yulian, & Mulyana, Eka. (2020). Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berbasis Kearifan Lokal Dalam Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan Di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sriwijaya University.

 

Suparmini, Suparmini, Setyawati, Sriadi, & Sumunar, Dyah Respati Suryo. (2013). Pelestarian lingkungan masyarakat Baduy berbasis kearifan lokal. Jurnal Penelitian Humaniora, 18(1).