EVALUASI IMPLEMENTASI PENGGUNAAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK SALES PADA PT. BANK ABC

 

Samuel Alvin Chandra1, Wahyu Sardjono2

BINUS Graduate Program, Bina Nusantara University,

Jakarta, Indonesia

samuel.chandra001@binus.ac.id, wahyu.s@binus.ac.i

 

Abstrak

Tujuan Penelitian adalah mencari faktor dan indikator apa yang menyebabkan adanya Gap antara Realita dengan ekspektasi perusahaan dalam penggunaan Knowledge manajemen System pada PT Bank ABC, lalu membangun mode penggunaan KMS di perusahaan PT Bank ABC saat ini dan menentukan strategi implementasi KMS di PT Bank ABC pada masa mendatang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dan metode Analisa data hasil kuesioner dengan metode Analisa faktor dan Analisa Regresi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukannya faktor baru beserta indikator penyusun faktor tersebut serta mode perancangan yang ideal. Simpulan yang diperoleh adalah faktor Analisa terkait perancangan Knowledge Management System bagi sales bank ABC antara Organizing Knowledge, Lack of Knowledge Quality, Controling the Knowledge dan Insufficient Knowledge Gathering.

 

Kata kunci: perancangan; analisa faktor; analisa regresi; knowledge management; dan knowledge management system.

 

Abstract

The research objective is to find out what factors and indicators cause a gap between reality and company expectations in using the Knowledge Management System at PT Bank ABC, then build a mode of using KMS at PT Bank ABC today and determine a KMS implementation strategy at PT Bank ABC in the past. future. The research method used was to use data collection methods by distributing questionnaires to respondents and the method of analyzing data from the questionnaires using factor analysis and regression analysis methods. The results obtained from this study are the discovery of new factors along with the indicators that make up these factors and the ideal design mode. The conclusions obtained are factor analysis related to the design of a Knowledge Management System for ABC bank sales between Organizing Knowledge, Lack of Knowledge Quality, Controling the Knowledge and Insufficient Knowledge Gathering.

 

Keywords: designing; factor analysis; regression analysis; knowledge management; and knowledge management system

 

 

Pendahuluan  

Pada industri 4.0 perusahaan dihadapkan pada kompetisi yang semakin tinggi. Perusahaan secara berkesinambungan perlu melakukan inovasi model bisnis dan melakukan transformasi digital untuk membangun keunggulan kompetitif. Inovasi yang dapat diterapkan yaitu dengan mengembangkan dan mengelola Knowledge yang ada dalam perusahaan. Pengetahuan (Knowledge) merupakan satu dari sekian aspek terpenting dalam sebuah perusahaan dalam merumuskan suatu strategi dan visi misi perusahaan. Pengetahuan nantinya akan menjadi salah aset yang penting dalam meningkatkan persaingan bagi perusahaan di masa sekarang ini (McFadyen & Jacob, 2004). Competitive Advantage mampu secara signifikan memprediksikan variasi dalam kinerja organisasi (Jamshed & Majeed, 2019). Kinerja organisasi adalah salah satu masalah terpenting bagi organisasi mana pun, baik organisasi yang mencari laba maupun nirlaba. Oleh karena itu, penting bagi manajer untuk mengetahui di mana faktor-faktor yang mendorong kinerja perusahaan mengambil tindakan. (Aziz, Muhammad, & Abu-Jarad, 2012) (Foroughi, Nikbin, Hyun, & Iranmanesh, 2016) (Matin, Alvani, Jandaghi, & Pashazadeh, 2010). Pengertian selanjutnya mengenai kinerja organisasi adalah kapabilitas suatu perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuannya melalui penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif (Daft, 2007).

Saat ini Knowledge dianggap sebagai salah satu sumber daya yang paling penting di sebuah perusahaan (Dawson, McWilliam, & Tan, 2008) (Hsieh & Wei, 2017). Penggunaan Knowledge  yang baik tidak hanya  menciptakan competitive advantage, tetapi juga dapat meningkatkan  kinerja di organisasi (Zaied, 2012). Agar bisa memaksimalkan manfaat dari Knowledge yang ada, dan  untuk mengetahui Knowledge  apa saja yang harus tersedia, perusahaan perlu mengelola Knowledge nya melalui Knowledge Management . (Munir, 2010). Pada saar ini dunia persaingan sudah sangat agresif, Knowledge Management strategy dapat menjadi jalan utama bagi sebuah organisasi guna menggapai tujuan lalu bersaing dengan kompetitif (Zaied, 2012).

Istilah KM (Knowledge Management) diperkenalkan pada tahun 1986 pada Konferensi Manajemen Eropa (American Productivity and Quality Center). Sejak saat itu, konsep ini berkembang pesat dan menarik perhatian banyak pemangku kepentingan. Manajemen pengetahuan telah berkembang selama dekade terakhir  menjadi cara untuk meningkatkan produktivitas organisasi, bisnis, atau lembaga publik. Hal ini dapat dimaklumi karena persaingan tidak lagi bergantung pada sumber daya alam, tetapi bergeser ke memaksimalkan penggunaan sumber daya manusia. Untuk meningkatkan produktivitas organisasi, kami memanfaatkan sumber daya manusia melalui  kreativitas dan potensi inovasi. Sunci kesuksesan perusahaan dapat dilihat dengan memanfaatkan banyaknya data dengan baik sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat.

Knowledge Management sekarang dianggap sebagai sebuah aset yang krusial dalam mempertahankan competitive advantage dan memajukan kinerja perusahaan (Zaied, Hussein, & Hassan, 2012) Knowledge Management menyediakan informasi penting bagi organisasi, KM merupakan proses yang membantu kita dalam menentukan, mencari, mengatur, mendistribusikan, dan transfer pengetahuan penting dan keahlian yang diperlukan bagi organisasi (Zaied, 2012).

Knowledge Management dipandang menjadi cara untuk mengelola aset intelektual dan pengetahuan perusahaan yang dapat memperluas jangkauan bisnis dan menambah nilai  sehingga membuat perusahaan agar bertindak lebih cerdas dalam pengambilan keputusan (Wong, Leong, Hew, Tan, & Ooi, 2020). Dari penjelasan diatas maka dari itu, Knowledge Management dianggap sebagai Management Tool yang dapat digunakan untuk membantu mencapai goal bisnis dan memberikan competitive advantage dalam menghasilkan kinerja bisnis yang unggul.

Bank ABC merupakan salah satu anak perusahaan dari sebuah induk perusahaan yang bergerak pada industri perbankan. PT. ABC sudah memiliki lebih dari 400 kantor untuk melayani nasabah, secara resmi telah tercatat di Bursa Efek Indonesia semenjak 2010 dan diakui serta diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia. Saat ini Bank ABC telah memiliki karyawan Hampir 7000 karyawan dan memiliki 408 kantor, 11 Unit Pelayanan Kas and 3 Mobil Pelayanan Kas. Saat ini jumlah sales yang ada di cabang yang melakukan penjualan sekitar 2495 sales, angka yang cukup besar bagi sebuah bank swasta. Walaupun perusahaan tersebut merupakan termasuk perusahaan besar di Indonesia, akan tetapi Knowledge Management yang dimiliki masih kurang optimal. Terlebih lagi kurang maksimalnya pemanfaatan KMS di perusahaan ini.

Disebuah bank umumnya ada karyawan yang khusus bertugas untuk menjuall produk bank dinamakan karyawan Sales tak terkecuali di Bank ABC, karyawan sales ini bertugas di cabang dan mereka melakukan proses penawaran kepada nasabah mengenai produk di Bank ABC. Untuk membantu sales-sales ini pada tahun 2019 Bank ABC menerbitkan sebuah KMS dinamakan E-Smart sebagai pembantu karyawan cabang dalam transfer Knowledge dari perusahaan ke karyawan maupun karyawan ke karyawan. Aplikasi E-Smart ini dibuat oleh tim Service Quality.

Pada penelitian ini penulis  ingin menjelaskan peran Masing- masing yang terlibat dalam object penelitian sebagai berikut:

-          Sales : Tugas seorang sales disebuah bank adalah menjalankan kegiatan penjualan produk keuangan yaitu tabungan, deposito, kartu kredit, KPR (Kredit Kepemilikan Rumah), kredit kepemilikan kendaraan bermotor, pinjaman untuk modal usaha, dan lainnya. Disini sales menggunakan sistem KMS untuk berbagi pengetahuan baik dari perusahaan maupun sales lain

-          Tim Service Quality  : tugas dari tim ini adalah untuk meningkatkan kualitas dari layanan bank yang oleh Bank ABC dan sebagai product owner dari KMS E-Smart ini.

Gambar 1 Gambaran Arsitektur E-Smart

Terkait dengan gambaran aplikasi E-Smart ini berbentuk sebuah web-based appication. Untuk Struktur aplikasi E-Smart ini seperti aplikasi web pada umumnya disimpan dalam sebuah Database dan diakses melalui aplikasi Web Based baik melalui laptop, PC maupun Handphone. Untuk mengaksesnya membutuhkan sebuah VPN dan dapat dicari menggunakan browser yang sudah ditentukan. Saat ini penggunaan E-Smart ini sudah digunakan dan disosialisasikan kepada semua cabang.

Pada aplikasi E-Smart, user dimana disini adalah para sales dapat mengakses semua pengetahuan yang ada dimulai dari Ketentuan Perusahaan, Peraturan, pengetahuan mengenai cabang-cabang di Bank ABC, budaya perusahaan dan juga pengetahuan mengenai produk-produk di dalam bank. Fitur yang selanjutnya menjadi fokus utama dalam E-Smart ini adalah fitur mengupload pengetahuan, dimana setiap sales dapat mengupload pengetahuan mereka mengenai cara penjualan dan metode penjualan dimana notabenenya akan berbeda di setiap kota atau wilayah, dan pengetahuan ini ah yang dapat dimanfaatkan bagi karyawan sales yang baru bergabung agar dapat memahami semua ketentuan perusahaan dan mendapatkan ilmu dari sales yang sudah berpengalaman sesuai dengan kebutuhan setiap sales baru tersebut. Untuk pengetahuan yang bersifat daripada sales butuh approval dari tim Service Quality dan Disini mereka yang akan menfilter pengetahuan tersebut dan menempatkannya di kategori yang sesuai. Dengan adanya semua fitur ini KMS E-Smart seharusnya dapat membantu karyawan sales dalam melakukan penjualan produk lebih efektif dan efisien.

Saat ini E–Smart sudah digunakan di PT Bank ABC tetapi memang penggunaannya belum maksimal. Berdasarkan grafik di pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa angka realisasi jumlah pengguna tidak memenuhi harapan dari perusahaan selama 2021 ini. Dengan kurangnya keaktifan menggunakan KMS ini ha ini menyebabkan sistem KMS pada perusahaan Bank ABC menjadi tidak optimal.

Gambar 2 Grafik ekspektasi dan Realita penggunaan pada KMS di tahun 2021

 

Kurangnya minat para karyawan untuk melakukan kegiatan sharing pada aplikasi KMS ini menyebabkan sharing Knowledge di perusahaan ini tergolong rendah, para karyawan hanya menguasai pekerjaan-pekerjaan yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Padahal, apabila penerapan Knowledge Management di Bank ABC dapat berjalan dengan optimal, maka para karyawan bisa mendapatkan pengetahuan dan skill yang baru. Ataupun untuk para karyawan baru yang bekerja di perusahaan tersebut, mereka bisa dengan cepat beradaptasi terhadap pengetahuan-pengetahuan yang harus mereka kuasai.

Senada dengan pernyataan dari Inkinen yang menyebutkan bahwa Knowledge Management berpotensi efektif dalam meningkatkan kinerja inovasi perusahaan (Inkinen, 2016). Semakin berkurangnya minat para karyawan untuk menggunakan Knowledge Management System yang dimiliki oleh perusahaan dapat dibuktikan pada tahun 2021 angka pengguna KMS ini menurun drastis.

Kondisi sekarang ini menjadi masalah bagi perusahaan dikarenakan ekpektasi perusahaan akan E-Smart dalam satu tahun adalah sekitar 50% pengguna (sekitar 1200 karyawan)  dari total karyawan sales sejumlah 2495 karyawan tetapi realitanya masih tidak menyentuh angka itu.

Berikut ini adalah frekuensi penggunaan dibanding dengan harapan jumlah penggunaan oleh perusahaan dari awal dibuatnya E-Smart (Agustus 2019- April 2022). Untuk data di 2022 dihitung prorate per April 2022.

Gambar 3 Grafik Jumlah karyawan pengguna KMS dari 2019-2022

 

Grafik diatas bertolak belakang dengan misi awal perusahaan dalam penggunaan aplikasi KMS ini dimana perusahaan berharap bahwa sekitar 50 persen dari total karyawan sales menggunakan aplikasi ini setiap tahunnya. Harapan dari perusahaan untuk kunjungan KMS ini sekitar 1200 kunjungan dari karyawan sales tetapi realitasnya angka tertinggi adalah di 500an dengan rata-rata 300 kunjungan per tahun.

Hal ini juga didukung dengan banyak pengetahuan-pengetahuan yang penting hilang begitu saja dikarenakan frekuensi keluar-masuk nya karyawan yang begitu tinggi menyebabkan pengetahuan-pengetahuan yang bermanfaat tidak disebar luaskan kepada karyawan-karyawan lainnya dengan baik yang mengakibatkan karyawan-karyawan yang masih berkerja di perusahaan tersebut harus mempelajari atau bahkan berusaha mencari untuk bisa mendapatkan pengetahuan tersebut yang pastinya akan berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan perusahaan semakin besar dan kemungkinan proses keberhasilan penjualan produk semakin rendah. Berikut tingkat frekuensi keluar – masuknya pegawai atau yang bisa disebut juga dengan turnover dari tahun 2021 hingga sekarang di april 2022

Gambar 4 Grafik Turn Over Karyawan Sales Bank ABC di 2021

 

Gambar 5 Grafik Turn Over Karyawan Sales Bank ABC di 2022

Dengan adanya ha ini juga mempengaruhi pendapatan yang didapatkan PT Bank ABC selama beberapa tahun terakhir. Dalam dilihat dalam grafik 1.6 di bawah dapat dilihat bahwa pendapatan dari 2019 cenderung mengalami penurunan. Grafik pendapatan yang cenderung menurun ini mayoritas dipengaruhi oleh penjualan produk bank yang menurun, ha ini selaras dengan penurunan penjualan ini yang juga dapat dipengaruhi banyak ha tetapi salah satunya adalah dengan kurangnya sumber pengetahuan dan transfer pengetahuan yang ada bagi para sales yang menjual produk bank tersebut. Ha ini dapat terlihat dengan jelas pada grafik di bawah ini.

Gambar 6 Grafik pendapatan dan aba bersih Bank ABC

           

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah dari linechart di gambar 1.1 dan 1.2 masih terlihat jelas bahwa penggunaan aplikasi E-Smart ini tergolong rendah dibanding dengan jumlah karyawan yang ada saat ini sedangkan dari perusahaan sendiri diharapkan 50 persen dari karyawan Sales dapat ikut serta aktif dan menggunakan aplikasi E-Smart ini.  Adanya gap antara realitas dan harapan perusahaan dalam penggunaan E-Smart di PT Bank ABC membuat penulis ingin mengangkat topik berjudul “Evaluasi Implementasi Penggunaan Knowledge Management System untuk Sales Pada PT. Bank ABC”

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mencari faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya gap antara realita dengan ekspektasi perusahaan dalam penggunaan Knowledge Management System pada PT Bank ABC 2. Membangun model penggunaan KMS di perusahaan PT Bank ABC saat ini 3. Menentukan strategi implementasi KMS di PT Bank ABC pada masa mendatang

 

Metode

   Dalam merumuskan kebutuhan - kebutuhan dalam penelitian  Knowledge Management System di PT. Bank ABC dibutuhkan pengumpulan data atau informasi terkait proses - proses Knowledge Management yang ada dan yang dibutuhkan menggunakan Kuesioner, Penyebaran kuesioner pada penelitian ini akan diakukan secara Online dengan menggunakan Google form sebagai media pengisian kuesioner. Penyebaran secara Online dapat memudahkan penulis dalam melakukan analisis data yang akan diakukan bab 4, serta diharapkan para responden dapat dengan cepat melakukan pengisian kuesioner tersebut. Kuesioner yang akan disebar kepada karyawan Sales PT Bank ABC di cabang-cabang.

Penelitian ini menggunakan populasi semua karyawan sales cabang PT. Bank ABC yang terlibat langsung dalam proses penggunaan aplikasi KMS berjumlah 2495 karyawan. Sementara sampel penelitian ini adalah 345 orang karyawan sales PT. Bank ABC. Sampe ini didapatkan dengan menggunakan metode Sovin. Dengan syarat yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah Sales yang masih bekerja di PT Bank ABC dan menggunakan aplikasi KMS.

Data yang diperoleh akan diolah menggunakan Statistica Package for the Socia Sciences (SPSS). SPSS adalah suatu program komputer statistik yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat, menjadikan berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan. SPSS telah dikena sebagai salah satu aplikasi statistik yang paling banyak digunakan.

Penelitian ini mengarahkan semua responden untuk memberikan informasi yang dibutuhkan melalui pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam kuesioner berdasarkan pada objek yang diteliti dalam penelitian ini. Skala likert menjadi dasar untuk tingkat penilaian yaitu dengan 5 tingkat di mana nilai 1 menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan nilai 5 menyatakan sangat setuju. Kuesioner yang diberikan kepada responden hanya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang sudah diberikan, hanya saja untuk data demografi diisi langsung oleh responden. Untuk instrumen penelitian pada kuesioner akan secara langsung diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

 

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

Analisa Hasil Kuesioner dengan Analisa Faktor

Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti.

Validitas berhubungan dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau instrumen yang digunakan mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Tabel output KMO and Bartett's Test berguna untuk mengetahui kelayakan suatu variabel, apakah dapat di proses lebih lanjut menggunakan teknik analisis faktor ini atau tidak. Caranya dengan melihat nilai KMO MSA (Kaiser-Meyer-Okin Measure of Samping Adequacy). Jika nilai KMO MSA lebih besar dari 0,50 dan nilai bartett's Test of Sphericity (Sig.) lebih keci dari 0,05 maka teknik analisis faktor dapat di lanjutkan.

Tabe 1 Uji Validitas

KMO and Bartett's Test

Kaiser-Meyer-Okin Measure of Samping Adequacy.

.757

Bartett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

4673.310

df

351

Sig.

.000

Sumber: output olah data software SPSS Version 22

 

Berdasarkan output di atas diketahui nilai KMO MSA sebesar 0,723 > 0,50 dan nilai Bartett's Test of Sphericity (Sig.) 0,000 < 0,05, maka analisis faktor dalam penelitian ini dapat dilanjutkan karena sudah memenuhi persyaratan. Dari tabe uji validitas diatas dapat dilihat bahwa semua instrumen memiliki nilai rhitung yang lebih besar dari rtabe maka dapat dikatakan instrumen untuk kelas kontrol valid atau dapat digunakan lebih lanjut dalam penelitian.

 

Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas) adalah keajekan, atau menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di lapangan.

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu intrumen dikatakan reliabel atau handal jika jawaban atau nilai terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel

Rentang Nilai Apha Cronbach's:

apha < 0.50 reliabilitas rendah

0.50 < apha < 0.70 reliabilitas moderat

apha > 0.70 maka reliabilitas mencukupi (sufficient reiabiity)

apha > 0.80 maka reliabilitas kuat

apha > 0.90 maka reliabilitas sempurna

Semakin kecil nilai alpha menunjukkan semakin banyak item yang tidak reliabel. Standar yang digunakan adalah alpha > 0.70 (sufficient reliability).

Tabe 2 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reiabiity Statistics

Cronbach's Apha

N of Items

,762

9

, 705

18

 

 

 

 

 

Tabel reliability statistics menunjukkan hasil analisis dari uji reliabilitas dengan Cronbach's Alpha = 0,762 dan 0,705 dari 9 dan 18 instrumen variabel. Nilai reliabilitas 0,798 dan 0,705 adalah nilai reliabilitas mencukupi (sufficient reliability). Sehingga intrumen ini dikatakan konsisten atau reliable.

 

Analisa Faktor

KMO & Bartett’s Test

Tabe 3 Uji Validitas Keseuruhan (KM dan KMS)

KMO and Bartett's Test

Kaiser-Meyer-Okin Measure of Samping Adequacy.

.757

Bartett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

4673.310

df

351

Sig.

.000

 

Pengujian KMO-MSA (Kaiser-Meyer-Olkin and Measure of Sampling Adequacy) dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian layak untuk di analisa lebih lanjut dengan menunjukkan korelasi masing-masing variabel. Dalam melakukan analisis faktor, variabel yang dianalisis dikatakan layak untuk difaktorkan jika nilai KMO-MSA > 0,5 dan nilai signifikan (sig) atau peluang (p) < 0,05.

 

Tabe 4 Uji Validitas variabel Knowledge Management

Kaiser-Meyer-Okin Measure of Samping Adequacy.

,723

Bartett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

1219,435

Df

36

Sig.

,000

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti pada Tabe diatas, dalam variabel Knowledge Management diperoleh nilai KMO-MSA sebesar 0.723. Pada Tabe tersebut juga diketahui nilai Bartett’s Test sebesar 0,000. Ha ini menunjukkan bahwa data yang telah dikumpulkan ayak untuk difaktorkan.

 

Tabe 5 Uji Validitas variabel Knowledge Management System

Kaiser-Meyer-Okin Measure of Samping Adequacy.

,774

Bartett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square

3204,614

Df

153

Sig.

,000

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti pada Tabe diatas, dalam Variabel Knowledge Management System ini diperoleh nilai KMO-MSA sebesar 0.774. Pada Tabe tersebut juga diketahui nilai Bartett’s Test sebesar 0,000. Ha ini menunjukkan bahwa data yang telah dikumpulkan ayak untuk difaktorkan.

 

Anti Image Correlation

Variabel dapat dijadikan sebagai komponen bersama atau tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai anti image correation dengan ketentuan sebagai berikut:

a.       MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan dari variabel yang ain.

b.      MSA ≥ 0,5, variabel masih dapat diprediksi dan perlu dianalisa lebih lanjut

c.       MSA < 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak bisa dianalisa lebih lanjut.

 

Tabe 6 Anti Image Correation variabel Knowledge Management

Anti-image Correation

P1

,776a

-,317

-,313

-,005

,023

-,024

-,084

-,002

,010

 

P2

-,317

,725a

-,426

-,052

,035

-,009

-,100

-,036

,063

 

P3

-,313

-,426

,691a

,141

-,129

-,002

,087

-,035

-,075

 

PC1

-,005

-,052

,141

,656a

-,485

-,249

,115

,071

-,301

 

PC2

,023

,035

-,129

-,485

,649a

-,358

-,065

-,141

,213

 

PC3

-,024

-,009

-,002

-,249

-,358

,790a

-,085

,035

-,017

 

T1

-,084

-,100

,087

,115

-,065

-,085

,766a

-,422

-,349

 

T2

-,002

-,036

-,035

,071

-,141

,035

-,422

,754a

-,423

 

T3

,010

,063

-,075

-,301

,213

-,017

-,349

-,423

,711a

 

a. Measures of Samping Adequacy (MSA)

 

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

Setelah diakukan perhitungan anti image correation seperti yang ditampikan pada Tabe diatas diperoleh nilai MSA untuk seluruh variabel Knowledge Management > 0,5, sehingga seluruh indikator pada variabel C Knowledge Management dapat dikatakan ayak untuk dianaisa lebih lanjut.

 

Tabe 7 Anti Image Correation variabel Knowledge Management System

 

 

CK1

CK2

CK3

CA1

CA2

CA3

RK1

RK2

RK3

SK1

SK2

SK3

MK1

MK2

MK3

DK1

DK2

DK3

Anti-image Correation

CK1

,676a

-,676

-,168

-,051

-,037

,030

,024

-,068

,118

,046

-,032

-,004

-,048

,071

-,009

-,013

-,039

,026

CK2

-,676

,665a

-,362

,044

,040

-,020

-,015

,023

-,094

-,073

,086

,026

,041

-,025

-,021

,035

-,028

,006

CK3

-,168

-,362

,827a

,015

-,042

,030

-,049

,047

-,089

,029

-,050

-,099

-,025

-,008

,097

-,054

,059

,030

CA1

-,051

,044

,015

,850a

-,409

-,286

-,039

-,021

-,057

,112

,040

,052

,004

-,066

,083

-,005

-,053

,021

CA2

-,037

,040

-,042

-,409

,768a

-,510

-,043

-,006

,047

-,115

,027

-,072

,045

,068

-,028

,025

,128

-,030

CA3

,030

-,020

,030

-,286

-,510

,805a

,030

-,055

-,024

,042

,029

,049

,031

-,034

,005

-,011

-,080

-,002

RK1

,024

-,015

-,049

-,039

-,043

,030

,807a

-,423

-,349

,027

,046

,050

-,018

-,024

,033

-,043

,007

,027

RK2

-,068

,023

,047

-,021

-,006

-,055

-,423

,753a

-,432

-,098

,006

-,046

-,117

,019

,025

-,042

,059

,043

RK3

,118

-,094

-,089

-,057

,047

-,024

-,349

-,432

,770a

,066

,012

-,065

,136

-,012

-,041

,052

-,046

-,065

SK1

,046

-,073

,029

,112

-,115

,042

,027

-,098

,066

,830a

-,263

-,336

-,029

-,005

-,056

-,019

,025

,005

SK2

-,032

,086

-,050

,040

,027

,029

,046

,006

,012

-,263

,865a

-,337

,026

-,095

-,132

-,164

,045

-,008

SK3

-,004

,026

-,099

,052

-,072

,049

,050

-,046

-,065

-,336

-,337

,736a

-,100

-,021

,079

,180

-,420

,101

MK1

-,048

,041

-,025

,004

,045

,031

-,018

-,117

,136

-,029

,026

-,100

,742a

-,334

-,316

,124

,162

-,547

MK2

,071

-,025

-,008

-,066

,068

-,034

-,024

,019

-,012

-,005

-,095

-,021

-,334

,834a

-,320

-,042

-,047

,091

MK3

-,009

-,021

,097

,083

-,028

,005

,033

,025

-,041

-,056

-,132

,079

-,316

-,320

,819a

-,090

-,031

,154

DK1

-,013

,035

-,054

-,005

,025

-,011

-,043

-,042

,052

-,019

-,164

,180

,124

-,042

-,090

,791a

-,304

-,356

DK2

-,039

-,028

,059

-,053

,128

-,080

,007

,059

-,046

,025

,045

-,420

,162

-,047

-,031

-,304

,745a

-,438

DK3

,026

,006

,030

,021

-,030

-,002

,027

,043

-,065

,005

-,008

,101

-,547

,091

,154

-,356

-,438

,714a

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Setelah dilakukan perhitungan anti image correlation seperti yang ditampilkan pada Tabel diatas diperoleh nilai MSA untuk seluruh variable > 0,5, sehingga seluruh indikator pada variabel Knowledge Management System dapat dikatakan layak untuk dianalisa lebih lanjut.

 

Total Variance Explained

Untuk mengukur varian dari semua variabel terhadap variabel bagi faktor tersebut dinilai dari nilai eigen values. Rasio eigen value menggambarkan pentingnya faktor.

Tabe 8 Total Variance Expained

Component

Initia Eigenvaues

Extraction Sums of Squared oadings

Total

% of Variance

Cumuative %

Total

% of Variance

Cumuative %

1

4.869

18.032

18.032

4.869

18.032

18.032

2

3.411

12.634

30.666

3.411

12.634

30.666

3

2.923

10.825

41.491

2.923

10.825

41.491

4

2.348

8.698

50.189

2.348

8.698

50.189

5

1.831

6.782

56.971

 

 

 

6

1.515

5.611

62.582

 

 

 

7

1.467

5.433

68.015

 

 

 

8

1.324

4.903

72.918

 

 

 

9

1.108

4.105

77.024

 

 

 

10

.583

2.160

79.184

 

 

 

11

.564

2.091

81.274

 

 

 

12

.512

1.897

83.171

 

 

 

13

.487

1.805

84.976

 

 

 

14

.443

1.641

86.617

 

 

 

15

.414

1.535

88.152

 

 

 

16

.382

1.415

89.567

 

 

 

17

.370

1.371

90.938

 

 

 

18

.346

1.280

92.218

 

 

 

19

.300

1.109

93.327

 

 

 

20

.290

1.075

94.402

 

 

 

21

.274

1.014

95.416

 

 

 

22

.262

.970

96.386

 

 

 

23

.226

.838

97.224

 

 

 

24

.222

.822

98.047

 

 

 

25

.198

.733

98.779

 

 

 

26

.168

.624

99.403

 

 

 

27

.161

.597

100.000

 

 

 

Extraction Method: Principa Component Analysis.

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan eigen value lebih besar dari satu, terbentuk 9 faktor baru dari total keseluruhan komponen berkisar antara 1 sampai 27 yang mewakili jumlah variabel independen. Hasil kumulatif ekstraksi varian keseluruhan komponen adalah 77.024%, dapat dilihat pada tabel diatas. Besarnya varians yang mampu dijelaskan oleh faktor baru yang terbentuk adalah 77.024% sedangkan sisanya 22,976% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

 

Tabel 9 Scree Pot

Chart, line chart

Description automatically generated

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Dari gambar Scree Pot diatas, terdapat 9 titik Component yang memiliki titik nilai Eigenvaue > 1 maka dapat di artikan bahwa terdapat 9 faktor yang dapat terbentuk.

 

Component Matrix

 

Tabe 10 Component Matrix

 

Component

1

2

3

4

MK1

.685

 

 

 

SK2

.660

 

 

 

CA1

-.608

 

 

 

DK3

.607

 

 

 

MK3

.604

 

 

 

CA2

-.588

 

 

 

MK2

.584

 

 

 

DK2

.573

 

 

 

CA3

-.559

 

 

 

SK3

.551

 

 

 

SK1

.523

 

 

 

DK1

 

 

 

 

PC2

 

.632

 

 

PC1

 

.621

 

 

PC3

 

.620

 

 

CK1

 

.583

 

-.533

T2

 

.527

 

 

T1

 

 

 

 

T3

 

 

 

 

RK2

 

 

.614

 

RK1

 

 

.608

 

RK3

 

 

.605

 

P1

 

 

-.531

 

P2

 

 

 

 

P3

 

 

 

 

CK2

 

.505

 

-.577

CK3

 

 

 

 

Extraction Method: Principa Component Analysis.

a. 4 components extracted.

 

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Rotated Component matrix nilai loading faktor dari tiap-tiap variabel. Loading faktor merupakan besarnya korelasi antara faktor yang terbentuk dengan variabel tersebut. Penentuan Input variabel ke faktor tertentu mengikut pada besar korelasi antara variabel dengan faktor, yaitu kepada yang korelasinya besar.

 

Faktor dan Indikator yang dapat digunakan

Dari hasil proses analisa faktor terdapat reduksi data dimana terjadi proses penyaringan komponen yang layak untuk dijadikan indikator yang mempengaruhi83 analisis dan pernacangan prototype KMS. Hasil yang diperolah dalam penelitian ini setelah dilakukan proses analisa faktor dengan bantuan software IBM SPSS versi 26 ditemukan 5 faktor dan indikator baru yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan penulis yang jabarkan pada tesis ini. Berikut faktor dan indikator baru yang terbentuk dari hasil analisa faktor dari penelitian ini berdasarkan hasil dari component matrix aplikasi spss version 26:

 

Faktor Pertama dari hasil analisis yang diakukan adalah Organizing Knowledge.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 7 Organizing Knowledge

1)      Classifying (SK1)= Pengetahuan diklasifikasian menjadi cakupan yang lebih luas dan cakupan yang detil

2)      Knowledge Repository (SK2) = KMS harus mempertimbangkan model penyimpanan pengetahuan

3)      Knowledge Accessibility (SK3) = KMS dapat memberikan kemudahan user dalam mengakses pengetahuanKnowledge Update (MK1) = KM dapat memperbarui pengetahuan lama menjadi pengetahuan baru

4)      Knowledge Quality (MK2) = Pengetahuan yang akurat dan relevan mempengaruhi kualitas pengetahuan

5)      Frequency of Use of the Knowledge Base (MK3) = Banyaknya pengguna yang mengakses KMS menjadi salah satu indikator keberhasilan KMSShared Vision and Common Understanding (DK2) = Pemahaman visi dan misi organisasi berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi KMS

6)      Sharing Knowledge (DK3) = Berbagi pengetahuan membantu karyawan dalam bekerjaKnowledge Source (CA2) = Pengetahuan yang valid berasal dari sumber yang valid

7)      Suitability (CA1) = Pengetahuan diperoleh berdasarkan kecocokan dan kebutuhan organisasi

8)      Knowledge Transfer (CA3) = Knowledge Management Mendistribusikan pengetahuan kepada pengguna

 

 

Faktor Kedua dari hasil analisis yang diakukan adalah ack of Knowledge Quality.

 

 

 

 

 


Gambar 8 Lack of Knowledge Quality

 

1)      Integration (PC1) = Pengetahuan dan proses bisnis harus diintegrasikan dan dikelola sepanjang siklus hidupnya untuk sepenuhnya memberikan keuntungan gabungan.

2)      Workflows (PC2)= Beberapa tujuan dapat dicapai ketika melakukan latihan pemetaan pengetahuan

3)      Best Practice (PC3) = Karyawan sering tidak akan membagikan informasi karena mereka merasa itu akan menurunkan nilai pribadi mereka kepada perusahaan

4)      Networks (T2) = Pengetahuan yang diperoleh dari sumber pengetahuan disosialisasikan melalui jejaring sosial di dalam suatu organisasi.

5)      Acquisition (CK1) = Pengetahuan berasal dari dalam manusia dan lingkungan organisasi

6)      Tacit Knowledge and Explicit Knowledge (CK2) = Pengetahuan baru diperoleh dalam bentuk data dan pengalaman individu

 

Faktor Ketiga dari hasil analisis yang diakukan adalah Controling Knowledge

 

 

 

 


Gambar 9 Controling Knowledge

1)      Identification and Codification Knowledge (RK1) =  Kodifikasi pengetahuan membantu pencarian pengetahuan

2)      Indexing (RK2) = KMS perlu mengurutkan pengetahuan berdasarkan kebutuhan organisasi

3)      Optimizing (RK3) = Optimaisasi pengetahuan yang ada agar pengetahuan lebih mudah dipahami dan dimengertieadership (P1) = Pimpinan di Perusahaan mendorong terbentuknya Knowledge sharing

 

Rectangle: Rounded Corners: Insufficient Knowledge GatheringFaktor Keempat dari hasil analisis yang diakukan adalah Insufficient Knowledge Gathering

Text Box: Tacit Knowledgeand Expicit Knowledge (CK2)
Text Box: Acquisition (CK1)
 

 

 


Gambar 10 Insufficient Knowledge Gathering

 

1)      Acquisition (CK1) = Pengetahuan berasa dari dalam manusia dan lingkungan organisasi

2)      Tacit Knowledge and Expicit Knowledge (CK2) = Pengetahuan baru diperoleh dalam bentuk data dan pengalaman individu

 

Tabe 11 Component Transformation Matrix

 

Component

1

2

3

4

1

.834

-.510

-.195

-.078

2

.328

.197

.607

.696

3

.246

.617

-.682

.304

4

.368

.566

.357

-.645

Extraction Method: Principa Component Analysis. 

 Rotation Method: Varimax with Kaiser Normaization.

Sumber: Hasil olah data Software SPSS Version 20

 

Komponen 1 memiliki korelasi sebesar 0,834, ini artinya komponen 1 cukup kuat karena 0,590 > 0,5, sehingga komponen 2 dikatakan tepat untuk merangkum 27 indikator yang digunakan. Komponen 2 memiliki korelasi sebesar 0,695, ini artinya komponen 2 cukup kuat karena 0,590 > 0,5, sehingga komponen 2 dikatakan tepat untuk merangkum 27 indikator yang digunakan. Komponen 3, memiliki korelasi sebesar 0,617, ini artinya komponen 3 cukup kuat karena 0,619 > 0,5, sehingga komponen 3 dikatakan tepat untuk merangkum 27 indikator yang digunakan. Komponen 4, memiliki korelasi sebesar 0,566, ini artinya komponen 4 cukup kuat karena 0,619 > 0,5, sehingga komponen 4 dikatakan tepat untuk merangkum 27 indikator yang digunakan.

 

Model yang digunakan dalam melakukan Analisis KMS Mode

Analisis regresi linear berganda merupakan analisis untuk mengukur pengaruh lebih dari satu prediktor variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam hal ini peneliti menganalisis Evaluasi Implementasi Penggunaan Knowledge Management System untuk Sales Pada PT. Bank ABC.

Analisis statistik regresi merupakan salah satu jenis uji persyaratan analisis atau uji asumsi statistik manakala peneliti akan menggunakan jenis statistik parametik. Dalam hal ini menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dan Analisis Regresi Linier Berganda untuk mengukur apakah ketiga data atau variabel yang dihubungkan itu berbentuk garis lurus atau linearitas dapat juga diartikan ada hubungan yang linier antar variabel. Artinya, setiap perubahan yang terjadi pada satu variabel akan diikuti perubahan dengan besaran yang sejajar pada variabel lainnya. Maka untuk mengetahui hal itu perlu diuji tingkat kelinieran antar variabel.

Langkah berikutnya adalah melakukan factor scoring dari 5 faktor baru yang tercipta berdasarkan hasil pernyataan kuesioner mengenai tingkat pemahaman Knowledge Management System di PT Bank XYZ dengan menggunakan skala satu hingga sepuluh, penulis akan melakukan regresi kelima faktor baru tersebut dengan tingkat pemahaman. Penjelasan skala pemahaman dapat dilihat pada Tabel 4.14  sebagai berikut:

Tabe 12 Skala Tingkat Penggunaan Responden Terhadap KMS

 

No

Tingkat Pemahaman

Skala

1

Sempurna

10

2

Sangat Baik

9

3

Baik

8

4

Cukup Baik

7

5

Cukup

6

6

Sedang

5

7

Kurang

4

8

Sangat Kurang

3

9

Buruk

2

10

Sangat Buruk

1

Dengan menggunakan penilaian tingkat penggunaan responden KMS, Sebagai dependent variabel dan faktor score sebagai independent variabel maka analisa dilanjutkan dengan melakukan regresi faktor terhadap pemahaman responden seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12 Dari hasil analisa tersebut, maka ditemukan persamaan yang dapat digunakan sebagai formula yang menggambarkan penggunaan KMS pada PT Bank ABC.

Tabe 13 Uji Regresi Berganda

Mode

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

 

B

Std. Error

Beta

 

1

(Constant)

7.290

.103

 

70.483

.000

 

REGR faktor score   1 for analysis 1

.185

.104

.096

1.791

.074

 

REGR faktor score   2 for analysis 1

-.014

.104

-.007

-.133

.894

 

REGR faktor score   3 for analysis 1

.039

.104

.020

.377

.707

 

REGR faktor score   4 for analysis 1

-.130

.104

-.068

-1.256

.210

 

a. Dependent Variabel: Kinerja Operasiona Perusahaan

 

Sumber: output olah data software SPSS Version 22

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

= 7,290 + 0,185X1 – 0,014X2 + 0,039X3 – 0,130X4

Berdasarkan mode diatas, berikut adalah gambaran nilai faktor untuk tingkat penggunaan responden:

Diagram

Description automatically generated

Gambar 11 Nilai Faktor Untuk Tingkat Penggunaan Responden

 

α = 7,290. apabia Implementasi Knowledge Management System, Knowledge Management dan Knowledge Management System sebesar 0, maka Kinerja Operasiona Perusahaan sebesar 7,290. Hasil ini signifikan pada apha 5%.

β1 = 0,185. Artinya dengan asumsi Implementasi Knowledge Management System dan Knowledge Management System, bernilai tetap (tidak berubah), maka setiap peningkatan Organizing Knowledge sebesar 1 Satuan akan meningkatkan Penggunaan KMS sebesar 0,185. Hasil ini signifikan pada Apha 5% dari hasil uji t.

β2 = -0,014. Artinya dengan asumsi Implementasi Knowledge Management System dan Knowledge Management, bernilai tetap (tidak berubah), maka setiap peningkatan lack of Knowledge Quality sebesar 1 Satuan akan meningkatkan Penggunaan KMS Perusahaan sebesar -0,014. Hasil ini signifikan pada Apha 5% dari hasil uji t.

Β3 = 0,039. Artinya dengan asumsi Implementasi Knowledge Management System dan Knowledge Management System, bernilai tetap (tidak berubah), maka setiap peningkatan Controling Knowledge sebesar 1 Satuan akan meningkatkan Penggunaan KMS Perusahaan sebesar 0,039. Hasil ini signifikan pada Apha 5% dari hasil uji t.

Β4 = -0,130. Artinya dengan asumsi Implementasi Knowledge Management System dan Knowledge Management, bernilai tetap (tidak berubah), maka setiap peningkatan Insufficient Knowledge Gathering sebesar 1 Satuan akan meningkatkan Penggunaan KMS Perusahaan sebesar -0,130. Hasil ini signifikan pada Apha 5% dari hasil uji t.

 

Analisis dan perancangan KMS PT Bank ABC

Setelah melakukan regresi faktor terhadap tingkat pemahaman responden sehingga ditemukan nilai faktor dan terbentuk mode seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah mencari nilai minimum dan maksimum dari masing-masing faktor. Hasil pengolahan data untuk nilai minimum dan maksimum dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

Tabe 14 Descriptive Statistics

 

N

Minimum

Maximus

Mean

Std. Deviation

REGR faktor score   1 for analysis 1

345

-2.85535

1.39906

.0000000

1.00000000

REGR faktor score   2 for analysis 1

345

-2.64376

2.24878

.0000000

1.00000000

REGR faktor score   3 for analysis 1

345

-3.09662

2.33494

.0000000

1.00000000

REGR faktor score   4 for analysis 1

345

-3.26178

1.71293

.0000000

1.00000000

Vaid N (istwise)

345

 

 

 

 

 

Dimana nilai yang terdapat pada faktor X merupakan nilai yang terdapat pada faktor baru yang terbentuk. X1 merupakan faktor dari Organizing Knowledge, X2 merupakan faktor dari Quality of Knowledge, X3 merupakan faktor dari Controling Knowledge sedangkan X4 merupakan faktor dari Gathering Knowledge sehingga diperoleh batasan nilai minimum dan nilai maksimum sebagai berikut:

Y = 7,290 + 0,185X1 – 0,014X2 + 0,039X3 – 0,130

Dengan Penjelasan batasan nilai X:

-2.855 ≤ X1 ≤ 1.399

-2.643 ≤ X2 ≤ 2.248

-3.096 ≤ X3 ≤ 2.334

-3.261 ≤ X4 ≤ 1.712

 

Implikasi Manajerial KMS PT Bank ABC

Hasil penyebaran kuesioner ditemukan nilai terhadap analisis dalam Knowledge Management System saat ini dengan nilai sebesar 7,290 dimana nilai tersebut berada pada skala Cukup Baik. Dengan melihat regresi faktor yang diperoleh pada Gambar 11 Ditemukan nilai minimum dan nilai maksimum untuk masing-masing faktor. Berdasarkan nilai minimum dan nilai maksimum hasil regresi faktor ini, diperoleh hasil analisa yang dapat dilihat pada tabe di bawah ini:

Tabe 15 Tabe hasil Analisa Minimum dan Maksimum

Variabel

Kondisi

 

Y

 

β0

 

X1

 

X2

 

X3

 

X4

 Norma

7,290

7,290

0

0

0

0

Minimum

7.102

7,290

-2.855

-2.643

-3.096

-3.261

Maksimum

7.371

7,290

1.399

2.248

2.334

1.712

Ekstrem

6.386

7,290

-2.855

2.248

-3.096

1.712

Ideal

8.099

7,290

1.399

-2.643

2.334

-3.261

 

Rumus Tabe:

 

·         Minimum

Y = 7,290 + 0,185 (-2.855) – 0,014 (-2.643) + 0,039 (-3.096) – 0,130 (-3.261)

Y = 7,290 – 0.528 + 0.037 – 0.120 + 0.423

Y = 7.102

·         Maximus

Y = 7,290 + 0,185 (1.399) – 0,014 (2.248) + 0,039 (2.334) – 0,130 (1.712)

Y = 7,290 + 0.258 – 0.034 + 0.079 – 0,222

Y = 7.371

·         Ekstrim

Y = 7,290 + 0,185 (-2.855) – 0,014 (2.248) + 0,039 (-3.096) – 0,130 (1.712)

Y = 7,290 – 0.528 – 0,031 – 0,120 – 0,225

Y = 6.386

·         Ideal

Y = 7,290 + 0,185 (1.399) – 0,014 (-2.643) + 0,039 (2.334) – 0,130 (-3.261)

Y = 7,290 + 0,258 + 0.037 + 0,091 + 0.423

Y = 8.099

 

Pada Tabe 4.17 dapat dilihat hasil analisis terhadap penggunaan Knowledge Management System sebagai berikut:

1.    Kondisi norma, pada kondisi ini nilai analisa penggunaan responden terhadap Knowledge Management System adalah 7.290 dimana nilai tersebut berada pada kategori cukup baik. Pada kondisi ini tidak ada penambahan atau pengurangan nilai pada faktor baru yang ditemukan. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tiap responden sudah cukup paham akan kegunaan KMS tersebut sehingga implementasi di PT Bank ABC dapat digunakan sebagai sumber informasi dan pemecahan masalah bagi karyawan Sales di PT Bank ABC

2.    Kondisi minimum, pada kondisi ini nilai analisa penggunaan responden terhadap Knowledge Management System dengan tingkat terendah adalah 7.102 dimana nilai tersebut berada pada kategori cukup baik. Kondisi minimum  ini dilihat dari nilai terendah pada semua faktor baru yang ditemukan. Peru  diperhatikan karena rendahnya nilai analisa pemahaman ini yang semua pada kondisi norma dikategorikan cukup baik, namun pada kondisi minimum ini turun menjadi kurang. Ha ini tidak terepas karena adanya 2 faktor hasil analisis yang memiliki nilai minus, oleh sebab itu perlu ditingkatkan kualitas faktor  Quality of Knowledge atau Kualitas pengetahuan dan Knowledge Gathering atau Pengambilan Pengetahuan agar mendorong karyawan agar dapat memaksimalkan Knowledge Management di dalam perusahaan

3.    Kondisi maksimum, semua faktor baru yang ditemukan ditingkatkan dari kondisi norma dengan melihat nilai tertinggi dari masing-masing faktor baru. Pada kondisi ini nilai analisa penggunaan responden terhadap Knowledge Management System dengan tingkat tertinggi adalah 7.371. Pada  kondisi ini terdapat dua faktor dari empat faktor baru yang mampu menurunkan tingkat penggunaan responden terhadap KMS, namun dengan tinggi nya nilai untuk kedua faktor ainnya, penurunan tersebut dapat ditutupi sehingga dapat meningkatkan kualitas pemahaman yang ada. Jika dibandingkan dengan kondisi norma, kondisi maksimum ini adalah suatu peningkatan dikarenakan termasuk kedalam kategori cukup baik. Dan dapat dikatakan bahwa dengan implementasi KMS ini pengguna sudah  merasa bahwa penggunaan KMS ini bermanfaat.

4.    Kondisi ekstrim, pada kondisi ini nilai faktor yang bernilai positif diturunkan hingga nilai terendah dan faktor yang bernilai negatif dinaikkan hingga nilai tertinggi. Setelah diuji coba dengan menurunkan nilai faktor yang bernilai positif pada nilai terendah dan menaikkan nilai faktor yang bernilai negatif pada nilai tertinggi, maka nilai analisa penggunaan responden terhadap Knowledge Management System saat kondisi ekstrim adalah  6.386 dimana nilai tersebut masuk kedalam kategori sedang. Organisasi perlu memberikan pemahaman terkait kegunaan KMS dan memberikan pelatihan guna meningkatkan kualitas pemahaman pengguna KMS.

5.    Kondisi ideal, semua faktor baru yang ditemukan bernilai positif tingkatkan hingga nilai maksimum, dan untuk faktor yang bernilai negatif diturunkan hingga nilai minimum. Setelah diakukan uji coba kondisi ideal pada analisa   penggunaan Knowledge Management System diperoleh nilai 8.099 yang menunjukkan kondisi yang jauh lebih baik dari kondisi norma dan kondisi maksimum. Nilai 8.099 ini masuk kedalam kategori baik cenderung sempurna sehingga dapat disimpulkan bahwa pengguna sudah memahami akan kegunaan KMS sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan dan membantu mempercepat proses yang ada pada sisi operasional perbankan khususnya terkait sales bank dalam proses menjual produk-produk bank tersebut.  

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang evaluasi Implementasi Penggunaan Knowledge Management System untuk Sales Pada PT. Bank ABC dengan menggunakan analisa faktor dan regresi yang melibatkan sebanyak 345 responden, peneliti membuktikan bahwa: Ditemukan Empat faktor baru yang mempengaruhi penggunaan Knowledge Management System pada PT Bank XYZ yaitu Organizing Knowledge, Lack of Knowledge Quality, Controling the Knowledge dan Insufficient Knowledge Gathering.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DFTARPUSTAKA

 

Aziz, Rozilah Abdul, Muhammad, Mokhtar, & Abu-Jarad, Ismael. (2012). Management communication styles: conceptualization and scale development. 2012 International Conference on Innovation Management and Technology Research. http://dx.doi.org/10.1109%2FICIMTR.2012.6236355

 

Daft, Richard L. (2007). Organization theory and design.

 

Dawson, Shane P., McWilliam, Erica, & Tan, Jen Pei Ling. (2008). Teaching smarter: How mining ICT data can inform and improve learning and teaching practice.

 

Foroughi, Behzad, Nikbin, Davoud, Hyun, Sunghyup Sean, & Iranmanesh, Mohamad. (2016). Impact of core product quality on sport fans’ emotions and behavioral intentions. International Journal of Sports Marketing and Sponsorship. https://doi.org/10.1108/IJSMS-04-2016-010

 

Hsieh, Pei Ling, & Wei, Shang Ling. (2017). Relationship formation within online brand communities: Bridging the virtual and the real. Asia Pacific Management Review, 22(1), 2–9. https://doi.org/10.1016/j.apmrv.2016.10.008

 

Inkinen, Henri. (2016). Review of empirical research on knowledge management practices and firm performance. Journal of Knowledge Management. https://doi.org/10.1108/JKM-09-2015-0336

 

Jamshed, Samia, & Majeed, Nauman. (2019). Relationship between team culture and team performance through lens of knowledge sharing and team emotional intelligence. Journal of Knowledge Management, 23(1), 90–109. https://doi.org/10.1108/JKM-04-2018-0265

 

Matin, Hassan Zarei, Alvani, Seyed Mahdi, Jandaghi, Gholam Reza, & Pashazadeh, Yusuf. (2010). Designing and clarifying knowledge sharing model in administrative agencies to improve the performance. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, 22(1).

 

McFadyen, Rachel, & Jacob, Helen Spafford. (2004). Insects for the biocontrol of weeds: predicting parasitism levels in the new country. XI International Symposium on Biological Control of Weeds, 135. CSIRO Entomology Canberra, Australia.

 

Wong, Lai Wan, Leong, Lai Ying, Hew, Jun Jie, Tan, Garry Wei Han, & Ooi, Keng Boon. (2020). Time to seize the digital evolution: Adoption of blockchain in operations and supply chain management among Malaysian SMEs. International Journal of Information Management, 52, 101997. https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.08.005

 

Zaied, Abdel Nasser H. (2012). An integrated knowledge management capabilities framework for assessing organizational performance. International Journal of Information Technology and Computer Science, 4(2), 1–10.

 

Zaied, Abdel Nasser H., Hussein, Gawaher Soliman, & Hassan, Mohamed M. (2012). The role of knowledge management in enhancing organizational performance. International Journal of Information Engineering and Electronic Business, 4(5), 27.