PENGARUH BUDAYA
ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PENGADILAN
AGAMA SERANG KELAS 1B PROVINSI BANTEN
Lia
Marthalia1, Dede Sophiandi2, Amirudin
Kurdi3
Universitas Jayabaya
lia.marthalia20@gmail.com1,
sophiandigo@gmail.com2,
amirudin.kurdi@gmail.com3
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahaman pegawai terhadap budaya
organisasi sehingga mempengaruhi kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan
metode survey, untuk mendiskripsikan distribusi sampel berdasarkan variabel
tunggal dan untuk menjajaki adanya pengaruh antar variabel. Populasi penelitian
ini adalah pegawai Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten berjumlah 50 orang
pegawai. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 24 pegawai diambil dengan metode
total sampling. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian dalam bentuk
kuesioner yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan, masing-masing diberikan
alternative jawaban berdasarkan metode likert. Untuk menguji hipotesis
penelitian digunakan analisa statistik deskriptif dan analisis statistik
korelasi dan regrersi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Budaya organisasi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai (2) Kepemimpinan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai (3) Budaya organisasi
dan kepemimpinan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai.
Kata kunci: budaya organisasi; kepemimpinan; kinerja pegawai.
Abstract
The problem in this research is the lack of employee
understanding of organizational culture that affect employee performance. This
study aimed to determine the effect of organizational culture and leadership to
employee performance Serang Banten Islamic Court. This study used survey
method, to describe the distribution of the sample based on a single variable,
and to explore the influence between variables. The population of this study
were employees of Religious Court Serang Banten Province amounted to 50
employees. Samples are taken as many as 24 employees were taken with total
sampling method. Collecting data using the research instrument in the form of a
questionnaire as outlined in the questions, each given alternative answers
based on the Likert method. To test the hypothesis of the research used
descriptive statistical analysis and statistical analysis of the correlation
and regrersi. The results showed that (1)
Cultural organizations have influence significantly to the performance of
employees (2) leadership have influence significantly to the performance of
employees (3) Organizational culture and leadership together with significant
influence on employee performance.
Keywords: organizational culture; leadership; employee
performance.
Pendahuluan
Pesatnya perkembangan
zaman serta semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, yang terintegrasi
dengan beberapa persoalan masyarakat, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) dengan upaya-upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, karena itu pengawasan di dalam instansi pemerintah sangatlah diperlukan (Fonna,
2019). Hal tersebut
dikarenakan dengan mekanisme pengawasan yang merupakan salah satu
fungsi manajemen di dalam organisasi (Sutrisno,
Suaib, & Ichwan, 2017). Selain
itu, adanya sebuah mekanisme pengawasan akan menciptakan sebuah pelaksanaan suatu rencana atau
program yang baik dan berkesinambungan, dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi (Maulana,
2021).
Adanya peradilan merupakan salah satu syarat sebuah negara untuk menjadi negara hukum dan Indonesia yang konstitusinya menamakan dirinya sebagai negara hukum wajib memiliki hal ini, oleh sebab
itu peran lembaga peradilan yang diperlakukan di
Indonesia sangatlah penting, apakah lembaga tersebut menjalankan sistem peradilan dengan baik dan tidak memihak serta bagaimana bentuk-bentuk pengadilannya dalam menjalankan fungsi peradilan (Simbolon,
2019). Perkembangan lembaga peradilan di Indonesia sebenarnya
sudah ada sebelum Bangsa Belanda datang
ke Indonesia, kita telah memiliki berbagai macam lembaga peradilan
yang dipimpin oleh raja sekalipun
susunan dan jumlahnya masih terbatas bila dibandingkan dengan yang ada sekarang ini (Fawaid
& Rahman, 2022). Lembaga peradilan
dari zaman ke zaman akan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan dan perubahan masyarakat
itu sendiri (Saiful-Aziz,
2017).
Selain itu, adanya
tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance menjadi
sebuah dorongan konsekuensi logis perlunya berbagai upaya dan kerja keras dari Mahkamah Agung Republik Indonesia dan semua jajaran
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kinerja secara profesional Guna mengatasi kendala tersebut, Mahkamah Agung mengajukan konsep pembentukan unit Pengawasan dan Pembinaan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, atas mana
Menteri memberikan persetujuannya
dengan Surat Nomor 156 /
M.PAN / VI / 2002 tanggal 10 Juni
2002. Persetujuan tersebut
oleh Panitera / Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung RI ditindaklanjuti dengan pembentukan Unit Asisten Bidang Pengawasan dan Pembinaan Mahkamah Agung RI berdasarkan Surat Keputusan Panitera
/ Sekretaris Jenderal Mahkamah Agung RI Nomor : MA / PANSEK / 013 / SK . VI / Tahun 2002 tanggal 12 Juni 2002 Tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Panitera / Sekretaris
Jenderal Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : MA / PANSEK / 02 / SK / Tahun 1986 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kepaniteraan / Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung Republik Indonesia. Berdasarkan
Surat Keputusan tersebut, dibentuklah
struktur organisasi Asisten Bidang Pengawasan dan Pembinaan Mahkamah Agung RI yang memiliki visi
“Terwujudnya aparatur peradilan yang bersih dan berwibawa” dan misi (1) Mengoptimalkan
pengawasan melekat dan mengintensifkan pengawasan fungsional; (2) Meningkatkan
profesionalisme aparat Badan Pengawasan dan peradilan Tingkat Banding di
bidang pengawasan; (3) Terwujudnya fungsi Pengawasan yang efektif dan efisien dilingkungan
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya; (4) Terwujudnya aparatur yang
profesional, bersih, netral, bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan
masyarakat.
Namun untuk mencapai visi dari Badan
Pengawasan Mahkamah Agung Republik Indonesia harus didukung dengan Kinerja yang
optimal serta didukung oleh seluruh sumber daya manusia atau seluruh pegawai
pada Mahkamah Agung dengan menciptakan budaya organisasi yang baik dan didukung
dengan kepemimpinan di organisasi (Apriliana,
Hikmah, & Mashuri, n.d.).
Perkembangan peradilan agama di
Indonesia yaitu dimulai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama disahkan dan diundangkan tanggal 29 Desember Tahun 1989
oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto yang ditempatkan dalam lembaran Negara
RI nomor 49 tahun 1989 dan tambahan dalam lembaran negara nomor 3400 sehingga
memberikan landasan untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri, sederajat
dan memantapkan serta mensejajarkan kedudukan peradilan agama dengan lingkungan
peradilan lainnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 039/SEK/SK/IX/2008, Pengadilan Agama
Serang yang berada di wilayah Ibukota Provinsi Banten, mendapatkan kenaikan
status kelas yang tadinya masih berstatus kelas II (dua) sekarang berstatus
kelas I B. Kenaikan kelas ini merupakan hasil dari upaya peningkatan/kenaikan
kelas yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu.
Setiap unit organisasi umumnya memiliki
suatu budaya tersendiri, dimana budaya tersebut akan terbagi lagi menjadi budaya
departemen dari suatu unit usaha (Sagala & Sos, 2016). Budaya
tersebut dipengaruhi oleh masing – masing individu didalamnya. Apabila orang-
orang yang sangat disiplin dalam bekerja, maka budaya-budaya yang terbentuk
akan menjadi budaya kerja yang disiplin (Edowai, Abubakar, & Mane, 2020). Begitu juga yang
terjadi pada bagian kerja lainnya dalam suatu organisasi akan menjadi sebuah
pandangan akan nilai-nilai umum yang disepakati oleh orang-orang yang ada
didalamnya.
Budaya organisasi tercermin dari
perilaku kerja seperti halnya dengan pelaksanaan kedisiplinan dan sikap
pimpinan dalam menghargai hasil kerja pegawainya (Mutiarasari & Mulyaningrum, 2022). Budaya
organisasi menunjukan nilai-nilai kepercayaan dan prinsip-prinsip yang
mendasari suatu sistem manajemen perusahaan, sebagaimana halnya praktik-praktik
manajemen dan prilaku yang mempertegas dan memperkuat prinsip-prinsip dasar
tersebut. Adanya budaya organisasi yang baik akan berpengaruh terhadap budaya
kerja pegawai, sehingga akan mempermudah pencapaian efektivitas kerja yang
baik.
Demikian sebaliknya,
pegawai yang memiliki budaya kerja yang tidak baik sudah tentu akan sulit untuk
mencapai hasil-hasil yang baik dan memuaskan (Pandelaki, 2018). Budaya kerja
yang tidak baik dari pegawai tidak menguntungkan apabila pegawai tersebut
mengalami kesulitan dalam bekerja dan cenderung menyerah ketimbang mengatasi
kesulitan dalam tersebut (Kurniawan, 2019). Hal ini akan
berlainan jika pegawai mempunyai budaya kerja yang baik, sebab dengan budaya
kerja yang baik para pegawai akan berusaha keras untuk mengatasi kesulitan
tersebut (Saripuddin, 2015). Ada beberapa
faktor yang menimbulkan budaya kerja, diantaranya adalah tata cara atau aturan
main yang dimiliki organisasi, jaringan budaya yang baik dan adanya lingkunga
kerja yang kondusif yang didukung oleh
sarana prasarana yang lengkap untuk mendukung personil dalam bekerja (Sulaksono, 2015). Dengan demikian
diperlukan kesadaran dari pimpinan organisasi untuk menciptakan gairah
peningkatan budaya organisasi yang nantinya akan berpengaruh pada moral kerja
para pegawai, dengan tetap memperhatikan kebutuhan pegawai akan suasana atau
lingkungan kerja yang memuaskan.
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin
yang mengadaptasikan gaya kepemimpinanya sesuai dengan situasi tertentu seperti
tuntutan tugas, harapan-harapan dan kemampuan atasan dalam mempengaruhi bawahan
atas suatu tugas, fungsi dalam mencapai tujuan.
Esensi kepemimpinan
ini pada dasarnya adalah
untuk membantu orang lain agar menampilkan
segala potensi terbaiknya untuk kepentingan organisasi. Namun karakteristik pengikut atau bawahan berbeda
satu sama lain, dan karena itu dalam kepemimpinan mencakup berbagai gaya yang dapat diterapkan.
Peran penting dari seorang pemimpin
sangat diperlukan dalam meningkatkan kinerja para pegawai. Pada dasarnya setiap
organisasi tidak hanya mengharapkan pegawai yang mampu, cakap dan terampil,
tetapi yang terpenting adalah kinerja yang optimal. Kemampuan kecapakan dan
keterampilan pegawai tidak ada artinya bagi organisasi, jika mereka tidak mau
bekerja keras dengan mengunakan kemampuan serta keterampilan yang dimilikinya.
Kinerja pegawai sebagai sumber daya
manusia adalah suatu kekuatan atau kemampuan dari pegawai untuk menghasilkan
sesuatu yang bersifat materi maupun non materi, baik yang bisa dihitung atau
dinilai dengan uang ataupun tidak. Dengan adanya kinerja pegawai yang tinggi,
maka segalanya apa yang diprogramkan organisasi untuk mencapai tujuannya akan
segera tercapai. Akan tetapi, tidak semua pegawai itu mempunyai kinerja yang
tinggi, pasti ada berbagai macam tingkat prestasi yang dimiliki oleh para
pegawai. Oleh karena itu organisasi harus berusaha dengan melalui program-program
yang ditetapkan organisasi dalam kegiatannya meningkatkan kinerja pegawai dari
pegawainya guna menunjang kegiatan organisasi untuk lebih berkembang.
Berdasarkan Hasil observasi awal
dilokasi penelitian, Fenomena kinerja yang terjadi pada Pengadilan Agama
Serang belum optimal. Hal ini disebabkan pembagian kerja masing-masing pegawai
belum begitu jelas sehingga sering terjadinya penumpukan tugas yang diberikan,
sehingga para pegawai belum bisa memberikan kinerja yang baik. Hal ini
diketahui adanya fenomena indikasi:
-
Waktu yang dicapai untuk menyelesaikan
pekerjaan kurang optimal
-
Jumlah pekerjaan yang diselesaikan
kurang optimal
-
Hasil pekerjaan kurang maksimal
-
Pencapaian target belum terpenuhi
seluruhnya
Seorang pemimpin dalam menjalankan
wewenang kepemimpinannya akan sangat menentukan kinerja pelayanan pegawai yang
pada gilirannya sangat menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi. Pimpinan
yang dinamis, kreatif, dan inovatif akan terlihat pengaruhnya pada organisasi
yang dipimpinnya. Seperti terlihatnya aktivitas-aktivitas kerja yang akan
dilakukan sehari-hari.
Berdasarkan pada hasil
penelitian yang dilakukan
oleh beberapa peneliti di atas, penelitian ini akan melakukan pengujian kembali terhadap beberapa faktor yang diprediksi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Maka, penulis mengambil
judul “Pengaruh
Budaya
Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Pengadilan Agama Serang Kelas 1B
Provinsi Banten”.
Adapun variabel yang diduga cukup
dominan dan berpengaruh terhadap kinerja pegawai Pengadilan Agama Serang adalah
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan, sehingga masalah yang dapat diidentifikasi dan di
analisis sebagai dasar penelitian adalah sebagai berikut : 1. Membuktikan apakah
terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Pengadilan
Agama Serang Provinsi Banten. 2. Membuktikan apakah terdapat pengaruh
Kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Pengadilan Agama Serang Provinsi
Banten. 3. Membuktikan
apakah terdapat pengaruh budaya organisasi dan Kepemimpinan
secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai Pengadilan Agama Serang
Provinsi Banten.
Metode
Metode adalah teknik atau prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian (Patton 2001 dalam Saroso, 2012). Metode penelitian adalah
cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian
(Saroso, 2012). Metodologi penelitian dipahami sebagai suatu pengetahuan dalam
mempelajari bagaimana penelitian dilakukan secara ilmiah.
Lebih rinci sasaran yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk
mengkaji pengaruh antara :
(1) budaya organisasi dengan kinerja pegawai, (2) kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai; (3) budaya
organisasi, kepemimpinan secara bersama-sama dengan kinerja pegawai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif, (Sugiyono, 2016) menyatakan
bahwa Statistik Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskriptifkan atau menjelaskan suatu hal seperti apa
adanya. Penelitian ini dirancang untuk mengukur hubungan antar variabel dan menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Penelitian ini menggunakan metode koreasional untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terkait. Derajat hubungan variabel bebas dan variabel terkait diukur dengan koefisien korelasi.
Hasil dan Pembahasan
Analisi Data dan Pengujian Hipotesis
Hasil
pengolahan data penelitian dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS Versi
19.00. Data yang diolah terdiri
dari dua varibel bebas, yaitu Budaya
Organisasi (X1) dan Kepemimpinan
(X2) serta satu variabel terikat, yaitu Kinerja Pegawai (Y). Data untuk masing-masing variabel diperoleh dengan menggunakan angket Skala Likert. Maka berikut ini akan disajikan secara lengkap gambaran mengenai perolehan skor, frekuensi dan karakteristik untuk
masing-masing variabel, yang diawali
dengan gambaran budaya organisasi, Kepemimpinan dan Kinerja pegawai.
1.
Budaya
Organisasi (X1)
Data Budaya Organisasi yang diperoleh dari kuisioner oleh para pegawai, yang mana data tersebut telah diolah dengan
menggunakan menggunakan
SPSS Versi 19 diperoleh hasil seperti terlihat
pada tabel berikut
Tabel 1
Statistik Deskriptif Budaya Organisasi
Statistics |
||
Budaya
Organisasi (X1) |
||
N |
Valid |
24 |
Missing |
0 |
|
Mean |
53,92 |
|
Std. Error of
Mean |
1,805 |
|
Median |
52,50 |
|
Mode |
52 |
|
Std. Deviation |
8,841 |
|
Variance |
78,167 |
|
Range |
29 |
|
Minimum |
38 |
|
Maximum |
67 |
|
Sum |
1294 |
Data Skor empiris variabel budaya organisasi bergerak dari skor
terendah 38 dan tertinggi
67, sedangkan skor yang muncul adalah 29 dari 38 sampai 67. Dari analisis data memperlihatkan hasil sebagai berikut :
·
Skor
rata-rata (Mean) = 53,92
·
Simpangan Baku (SD) = 8,84
·
Median
(Me) = 52,52 dan
·
Modus
(Mo) = 52
Distribusi frekuensi skor budaya organisasi ini disajikan dalam
bentuk histogram sebagaimana
terlihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 1 : Histogram skor Budaya Organisasi
Seperti yang terlihat di gambar 2 dengan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 53,92.
Kepemimpinan
(X2)
Berdasarkan perolehan
data dari hasil pengedaran kuesioner penelitian, maka rentang skor untuk variabel Kepemimpinan adalah sebagaimana terlihat pada tabel 3
Tabel 2
Statistik Deskriptif Kepemimpinan
Statistics |
||
Kepemimpinan (X2) |
||
N |
Valid |
24 |
Missing |
0 |
|
Mean |
52,96 |
|
Std. Error of Mean |
1,733 |
|
Median |
53,50 |
|
Mode |
48 |
|
Std. Deviation |
8,488 |
|
Variance |
72,042 |
|
Range |
30 |
|
Minimum |
36 |
|
Maximum |
66 |
|
Sum |
1271 |
Data
skor empiris variabel kepemimpinan bergerak dari skor
terendah 36 dan tertinggi
66, sedangkan rentang skor yang muncul adalah sebesar 30 dari 36 sampai 66. Dari analisis data memperlihatkan hasil sebagai berikut :
·
Skor
rata-rata (Mean) = 52,96
·
Simpangan Baku (SD) = 1,733
·
Median
(Me) = 53,50 dan
·
Modus
(Mo) = 48
Distribusi frekuensi skor budaya organisasi ini disajikan dalam
bentuk histogram sebagaimana
terlihat pada gambar 2 berikut :
Gambar 2 : Histogram
skor Budaya Organisasi
Seperti yang terlihat di gambar 2 dengan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 52,96.
Kinerja Pegawai
Hasil pengujian statistic deskriptif dari data variabel Kinerja Pegawai yang ditunjukan dari hasil pengisian
kuisioner oleh para pegawai
ditunjukan pada table 3 berikut
ini :
Tabel 3
Statistik
Deskriptif Kinerja Pegawai
Statistics |
||
Kinerja Pegawai (Y) |
||
N |
Valid |
24 |
Missing |
0 |
|
Mean |
41,71 |
|
Std. Error of Mean |
1,041 |
|
Median |
41,00 |
|
Mode |
40a |
|
Std. Deviation |
4,974 |
|
Variance |
25,993 |
|
Range |
18 |
|
Minimum |
32 |
|
Maximum |
50 |
|
Sum |
1010 |
|
|
Data
skor empiris variabel kepemimpinan bergerak dari skor
terendah 32 dan tertinggi
50, sedangkan rentang skor yang muncul adalah sebesar 18 dari 32 sampai 50. Dari analisis data memperlihatkan hasil sebagai berikut :
·
Skor
rata-rata (Mean) = 41,71
·
Simpangan Baku (SD)
= 1,041
·
Median
(Me) = 41,00 dan
·
Modus
(Mo) = 40
Distribusi frekuensi skor budaya organisasi ini disajikan dalam
bentuk histogram sebagaimana
terlihat pada gambar 3 berikut :
Gambar
3 Histogram skor kinerja pegawai
Seperti yang terlihat di gambar 3 dengan rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 41.71. Keseluruhan gambaran deskriptif dari variabel X1, X2, dan Y sebagaimana
terlihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4
Descriptive Statistics X1,X2
dan Y |
|||||
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation |
X1 |
24 |
38 |
67 |
53.92 |
8.841 |
X2 |
24 |
36 |
66 |
52.96 |
8.488 |
Y |
24 |
32 |
50 |
41.71 |
4.974 |
Valid N (listwise) |
24 |
|
|
|
|
Sumber : Hasil Olahan
Data SPSS Versi 19.00
Interpretasi :
Dari tabel Descriptive
Statistics diketahui bahwa:
1)
Banyak
data untuk variabel Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2)
dan Kinerja pegawai (Y) adalah N = 24. Jadi dalam penelitian ini digunakan
sampel sebanyak 24 orang Pegawai Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten.
2)
Nilai
rata-rata (mean) untuk variabel
Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2) dan Kinerja pegawai
(Y) masing-masing adalah 53,92%; 52,96%; dan 41,71%. Karena sebelum dilakukan
pengolahan data, data sudah diubah kedalam bentuk prosentase, maka responden
menilai bahwa :
a)
Budaya
Organisasi (X1) Pengadilan
Agama Serang Provinsi Banten sudah cukup baik karena sudah mencapai nilai
53,92% dari nilai ideal.
b)
Kepemimpinan
(X2) yang ada pada Pengadilan
Agama Serang Provinsi Banten sudah cukup
baik mencapai nilai 52,96% dari nilai ideal.
c)
Kinerja
pegawai (Y) pada Pegawai Pengadilan
Agama Serang Provinsi Banten sudah cukup baik mencapai nilai 41,71% dari nilai
ideal.
Dari
ketiga variabel penelitian, ternyata responden memberikan penilaian tertinggi untuk Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2) dan terendah untuk Kinerja pegawai (Y).
3)
Penilaian
responden tentang budaya organisasi (X1) pada Pengadilan Agama
Serang Provinsi Banten cukup besar karena nilai standar deviasinya, yaitu
8,841. Penilaian responden tentang budaya organisasi terletak antara 38,00 %
sampai dengan 67,00 % dari nilai ideal. Penilaian responden tentang Kepemimpinan
(X2) pada Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten cukup merata
karena nilai standar deviasinya, yaitu 8,488. Penilaian responden tentang Kepemimpinan
terletak antara 36,00 % sampai dengan 66,00
% dari nilai ideal. Penilai responden tentang Kinerja pegawai (Y) pada
pada Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten cukup kecil karena nilai standar
deviasinya, yaitu 4,974. Penilaian responden tentang Kepemimpinan terletak
antara 32,00 % sampai dengan 50,00 %
dari nilai ideal.
4)
Nilai
Median untuk variabel Budaya Organisasi (X1), Kepemimpinan (X2)
dan Kinerja pegawai (Y) masing-masing adalah 52,50; 53,50; dan 41,00, ini
berarti bahwa :
a) 50 % dari responden menilai Budaya Organisasi (X1)
pada Pengadilan Agama Serang Provinsi
Banten paling sedikit sudah mencapai 52,50% dari nilai ideal.
b) 50 % dari responden menilai Kepemimpinan (X2)
pada Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten paling sedikit sudah mencapai
53,50% dari nilai ideal.
c) 50 % dari responden menilai Kinerja pegawai (Y) pada
Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten paling sedikit sudah mencapai 41,00%
dari nilai ideal.
Uji Normalitas
Hipotesis uji :
Ho : Data berdistribusi
normal
H1 : Data tidak berdistibusi normal
Kriteria uji :
Terima Ho jika nilai aysmp.Sig (2-tailed) ≥ α = 0,05 dan tolak Ho
jika nilai Asymp. Sig (2-tailed)
≤ α = 0,05.
Tabel 4.8
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
Correlations |
||||
|
Budaya Organisasi |
Kepemimpinan |
Kinerja Pegawai |
|
Budaya Organisasi |
Pearson
Correlation |
1 |
.667** |
.773** |
Sig.
(1-tailed) |
|
.000 |
.000 |
|
N |
24 |
24 |
24 |
|
Kepemimpinan |
Pearson
Correlation |
.667** |
1 |
.697** |
Sig.
(1-tailed) |
.000 |
|
.000 |
|
N |
24 |
24 |
24 |
|
Kinerja Pegawai |
Pearson
Correlation |
.773** |
.697** |
1 |
Sig.
(1-tailed) |
.000 |
.000 |
|
|
N |
24 |
24 |
24 |
Interprestasi :
Dari tabel One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test
bahwa :
1)
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk Budaya
Organisasi (X1) = 0,983. Karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,983. ≥ α = 0,05, maka Ho
diterima. Ini berarti data Budaya Organisasi (X1)
berdistribusi normal pada taraf signifikansi α = 0,05.
2)
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk Kepemimpinan(X2)
= 0,920. Karena nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) = 0,920. ≥ α = 0,05, maka Ho diterima. Ini
berarti data Kepemimpinan (X2) berdistribusi normal pada taraf
signifikansi α = 0,05.
3)
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) untuk Kinerja pegawai(Y)
= 0,779. Karena nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) = 0,779. ≥ α = 0,05, maka Ho diterima. Ini
berarti data Kinerja pegawai (Y) berdistribusi normal pada taraf signifikansi
α = 0,05.
Berdasarkan hasil perhitungan normalitas terlihat bahwa nilai signifikan untuk
masing-masing variabel masih
diatas 0.05. ini berarti data berdistribusi
normal. Secara normal P-P Plot terlihat
pada gambar berikut ini :
Gambar 4 P-P Plot Budaya Organisasi
Gambar 5 P-P Plot Kepemimpinan
Gambar 6 P-P Plot Kinerja Pegawai
Analisis Korelasi
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS Versi
19.00 terhadapa data variabel
Budaya Organisasi (X1),
Kepemimpinan (X2) dan Kinerja pegawai
(Y) dapat diketahui pengaruh antar variabel dapat
dilihat pada table 6 berikut
ini
Tabel 6
Correlations |
||||
|
Budaya Organisasi |
Kepemimpinan |
Kinerja Pegawai |
|
Budaya Organisasi |
Pearson Correlation |
1 |
.667** |
.773** |
Sig. (1-tailed) |
|
.000 |
.000 |
|
N |
24 |
24 |
24 |
|
Kepemimpinan |
Pearson Correlation |
.667** |
1 |
.697** |
Sig. (1-tailed) |
.000 |
|
.000 |
|
N |
24 |
24 |
24 |
|
Kinerja Pegawai |
Pearson Correlation |
.773** |
.697** |
1 |
Sig. (1-tailed) |
.000 |
.000 |
|
|
N |
24 |
24 |
24 |
Sumber : Hasil Olahan Data SPSS Versi 19.00
Bedasarkan tabel
6 diatas dapat diketahui sebagai berikut :
1)
Pengaruh antar
variabel Budaya Organisasi (X1) dengan Variabel Kinerja pegawai (Y)
adalah kuat (r = 0,773) pengaruh kedua variabel itu signifikan pada derajat
kepercayaan 99% artinya semakin baik budaya organisasi maka akan semakin baik
kinerja pegawai.
2)
Pengaruh antar
variabel Kepemimpinan (X2) dengan Variabel Kinerja pegawai (Y) adalah
cukup kuat (r = 0,697) pengaruh kedua variabel itu signifikan pada derajat
kepercayaan 99% artinya semakin baik Kepemimpinan maka akan semakin baik
kinerja pegawai.
Adapun untuk mengetahui pengaruh variabel Budaya
Oraganisasi (X1) dan variabel
Kepemimpinan (X2) dengan
Kinerja pegawai (Y) pada Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten dapat diketahui anggka koefisien korelasi pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 7
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.810a |
.656 |
.624 |
3.051 |
a.
Predictors:
(Constant), X2, X1 Sumber : Hasil Olahan Data SPSS Versi 19.0 |
Pengaruh antara variabel
Budaya Organisasi (X1)
dan Variabel Kepemimpinan (X2) dengan variabel Kinerja pegawai (Y) adalah sangat kuat (r=0,810).
Pembahasan
Pengaruh
budaya organiasai dan kepemimpinan baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri
terhadap kinerja pegawai Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten memperlihatkan hasil yang signifikan.
Hal
ini menunjukan bahwa dari kedua variabel
bebas yaitu Budaya Organisasi dan Kepemimpinan baik secara
sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama cukup berpengaruh
terhadap kinerja pegawai Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten. Dengan demikian pengaruh kedua variabel bebas tersebut terhadap kinerja pegawai bermanfaat dan jika pengaruh dua variabel tersebut dibahas lebih lanjut maka hasilnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Pengaruh
Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Pengadilan Agama Serang
Provinsi Banten. Budaya organisasi merupakan pola asumsi dasar yang dibagi oleh
sekelompok orang setelah sebelumnya mereka mempelajari dan menyakini kebenaran
pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang
berkaitan dengan adaptasi eksternal maupun internal, sehingga pola asumsi
tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru supaya untuk berprestasi.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa semua item
instrument untuk variabel budaya organsasi (X1) dan Kepemimpinan (X2)
adalah valid dan realibel. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pada Pengadilan
Agama Serang Provinsi Banten adalah sebesar (r = 0,773) cukup berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Schein
(1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi
untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk pegawai yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah
yang dihadapi.
Menurut Cushway dan Lodge (2000), budaya organisasi merupakan
suatu sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan
dan cara para pegawai berprilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang
dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan
berprilaku dari para anggota organisasi sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan kinerja pegawai Pengadilan
Agama Serang.
2.
Pengaruh
Kepemimpinan terhadap kinerja pegawai
Kepemimpinan merupakan kegiatan sentral dalam sebuah
organisasi dengan seorang pemimpin puncak sebagai figure sentral yang memiliki
wewenang dan tanggungjawab dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai
tujuannya. Hasil pengolahan data menunjukan pengaruh
variabel Kepemimpinan terhadap variabel Kinerja pegawai pada Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten adalah
cukup kuat (r = 0,697). Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel Kepemimpinan (X2)
terhadap variabel Kinerja Pegawai.
Menurut Black dalam Nawawi (2006:83) melalui kegiatan penelitian
menyimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif atau yang mampu mengefektifkan
organisasi dalam mencapai tujuannya dapat diwujudkan dengan kombinasi prilaku
atau Kepemimpinan yang berorientasi pada orang atau bawahan. Sedangkan menurut
Nawawi (2006:93) kepemimpinan yang berorientasi pada anggota organisasi akan
sangat efektif dimplimentasikan oleh seorang pimpinan apabila menghadapi
situasi anggota organisasi yang rajin, cerdas, menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya.
Kepemimpinan yang banyak mempengaruhi keberhasilan seorang
pemimpin akan mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu
organisasi tertentu dan seseorang tadi perlu mengembangkan staf serta membangun
iklim kinerja yang menghasilkan produktifitas yang tinggi, maka orang tersebut
perlu memikirkan gaya kepemimpinan, sehingga timbul suatu pemikiran mendasar
bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional atas dasar inilah
makan peningkatan kerja akan tercapai.
3.
Pengaruh
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan secara bersama-sama terhadap Kinerja Pegawai.
Faktor yang tak kalah penting untuk menunjang kinerja organisasi
adalah faktor kepemimpinan. Kepemimpinan dalam organisasi mempunyai peran yang
sangat menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan
melalui Kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahan
agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Untuk membawa bawahan sesuai dengan kemauan pemimpin, maka seorang
pemimpin harus mampu memotivasi pegawai. Motivasi ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain memberikan pujian, memberikan penghargaan,
memberikan insentif kepada pegawai yang mempunyai kinerja baik.
Koefisien determinasi (R square) yaitu sebesar 0,656. Ini berarti
65,60% yang mempengaruhi budaya organisasi (X1) dan Variabel Kepemimpinan
(X2) adalah Kinerja pegawai pada
Pengadilan Agama Serang Provinsi
Banten, sedangkan sisanya, 34,40% dipengaruhi faktor-faktor lain
diantaranya : SDM, Kompetensi, disiplin, motivasi, dan sebagainya namun tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas
maka model empirik penelitian ini sebagai berikut.
Keterbatasan
Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan metode dan prosedur yang telah digariskan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Meskipun demikian, berbagai keterbatasan agaknya menyertai penelitian ini. Karakteristik popolasi yang hanya dibatasi pada pegawai dilingkungan Pengadilan Agama Serang Provinsi Banten, mungkin tidak dapat
digeneralisasi pada pimpinan-pimpinan
lainnya. Demikian pula dalam pengisian instrument penelitian tidak dapat dikontral sepenuhnya. Hal ini merupakan keterbatasan dalam proses pengambilan data, oleh sebab itu dirasa perlu diadakan
penelitian lebih mendalam
untuk mengantisipasi keterbatasan
yang ada serta faktor lain yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai.
Kesimpulan
Penelitian ini berupaya mengkaji
pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama pada Pengadilan
Agama Serang Provinsi
Banten. Sejalan dengan hal tersebut, dirumuskna
masalah penelitian, dilanjutkan dengan membangun hipotesis penelitian, kemudian mengumpulkan data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, terakhir menarik kesimpulan. Dengan melaui proses tersebut, akhirnya dapat disimpulkan bahwa semua hipotesis yang diuji dapat diterima
secara empiris.
DFTARPUSTAKA
Apriliana, Shinta Devi,
Hikmah, Dzakiyah Adalatul, & Mashuri, Moch Ali. (n.d.). Implementasi
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Pengadaan Hakim. Prosiding Konferensi Nasional Administrasi Negara Sinagara
2020.
Edowai, Robert, Abubakar,
Herminawati, & Mane, Arifuddin. (2020). Pengaruh Kepemimpinan, Budaya
Organisasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Kesejahteraan
Sosial Kabupaten Deiyai Provinsi Papua. Indonesian Journal of Business and
Management, 2(2), 121–127.
Fawaid, Imam, & Rahman, Abd.
(2022). Sejarah Hukum Peradilan Di Indonesia. Al-Hukmi: Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah Dan Keluarga Islam, 3(1), 129–144.
Fonna, Nurdianita. (2019). Pengembangan
Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai Bidang. Guepedia.
Kurniawan, Ferdy. (2019). Pengaruh
budaya kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja
sebagai variabel intervening. Universitas Lampung.
Maulana, Resqy Ade. (2021). Pelaksanaan
Program Home Care Dottoro’ta Di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.
Mutiarasari, Hilmy, &
Mulyaningrum, S. E. (2022). Pengaruh Etos Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Bandung.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Pandelaki, Margotje Treisje. (2018).
Pengaruh teamwork dan budaya kerja terhadap kinerja karyawan yayasan titian
budi luhur di kabupaten parigi moutong. Katalogis, 6(5).
Sagala, H. Syaiful, & Sos, S.
(2016). Memahami organisasi pendidikan: Budaya dan reinventing, organisasi
pendidikan. Prenada Media.
Saiful-Aziz, A. (2017). Posisi
Lembaga Peradilan dalam Sistem Pengembangan Hukum Islam.
Saripuddin, Jasman. (2015). Pengaruh
Lingkungan Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada
PT. Sarana Agro Nusantara Medan. Kumpulan Jurnal Dosen UMSU, 3(2),
1–20.
Simbolon, Laurensius Arliman. (2019).
Lembaga-Lembaga Negara Independen (Di Dalam Undang Dasar Negaran Republik
Indonesia Tahun 1945). Deepublish.
Sugiyono. (2016). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (PT Alfabet). Bandung.
Sulaksono, Hari. (2015). Budaya
organisasi dan kinerja. Deepublish.
Sutrisno, Tri, Suaib, Hermanto, &
Ichwan, Saiful. (2017). Fungsi pengawasan manajemen administrasi dalam
meningkatkan efisiensi kerja karyawan pada PT Aditya Mandiri Sejahtera Kota
Sorong. Gradual, 6(2), 30–41.