ANALISIS PENGARUH PROMOSI
FINANCIAL TECHNOLOGY (E-MONEY) DAN KETERSEDIAAN DANA MELALUI GAYA HIDUP
TERHADAP IMPULSIVE BUYING
Nila Rahayu1, Abdurrahman2, Yeldy Dwi Genadi3, Nur
Fazillah Milawati4
Universitas
Mataram1,2,3, Institut Agama
Islam Nurul Hakim4
nilarahayu_feb@unram.ac.id,
abdurrahmanfeb@unram.ac.id,
yeldygenadi86@unram.ac.id,
nurfazillah2020.iain@gmail.com
Abstrak
Di era globalisasi,
aktivitas berbelanja tidak hanya untuk membeli barang yang dibutuhkan atau untuk memenuhi kebutuhan, tetapi berbelanja telah menjadi gaya
hidup, kesenangan & aktivitas psikologis. Tidak hanya promosi
e-money, gaya hidup, ketersediaan dana (money availability), juga menjadi dasar konsumen
untuk melakukan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh promosi financial technology (e-money) dan ketersediaan dana melalui gaya hidup terhadap pembelian impulsif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Mitra Pinasthika Mulia Surabaya pada
divisi suku cadang dan jumlah sampel penelitian
ini adalah 92 orang dengan metode purposive sampling. Penelitian
ini menggunakan PLS sebagai analisis.
Hasil penelitian menunjukkan
promosi uang elektronik berpengaruh negatif terhadap pembelian impulsif, promosi uang elektronik berpengaruh positif terhadap gaya hidup, ketersediaan
dana tidak berpengaruh
terhadap pembelian impulsif,
ketersediaan dana berpengaruh
positif terhadap gaya hidup dan gaya hidup. memiliki efek positif pada pembelian impulsif
Kata
kunci: promosi uang elektronik; ketersediaan dana; gaya hidup; pembelian impulsif
Abstract
In the era of globalization, shopping activities are not only for buying
goods needed or for fulfilling needs, but shopping has become a lifestyle,
pleasure & psychological activity. Not only the promotion of e-money,
lifestyle, availability of funds (money availability), it also becomes the
basis for consumers to make purchases. This study aims to analyze the effect of
financial technology promotion (e-money) and the availability of funds through lifestyles
on impulsive buying. The population used in this study are employees of PT. Mitra Pinasthika
Mulia Surabaya in the spareparts
division and the number of samples of this study were 92 people with a
purposive sampling method. This research used PLS as analysis. The results showed that e-money promotion had a negative influence on impulsive
buying, e-money promotion had a positive
effect on lifestyle, the availability of
funds had no effect on impulsive buying, the availability of funds had a positive effect on lifestyle
and lifestyle had a positive effect on impulsive buying
Keywords: promosi e-money; availability of funds; lifestyle; impulsive
buying.
Pendahuluan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang
tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan
berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan (Ngafifi,
2014). Dapat
kita lihat dan rasakan bahwa perkembangan teknologi sangatlah pesat, teknologi
menjadi hal yang dibutuhkan dan penting dalam kehidupan manusia sehari – hari (Radiansyah,
2018). Contoh
yang sangat menonjol adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
(internet). Secara keseluruhan, jumlah pengguna internet di seluruh dunia
diproyeksikan bakal mencapai 3 miliar orang pada 2015 dan pada 2018
diperkirakan sebanyak 3.6 miliar manusia di bumi bakal mengakses internet
setidaknya sekali tiap satu bulan (Kompas.com). Menurut lembaga riset pasar e-marketer, populasi netter Tanah Air mencapai 83.7 juta orang
pada 2014.
Salah
satu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (internet) yang sangat
dimaksimalkan potensinya bisa kita lihat dari segi bisnis yang nampak dalam
keadaan saat ini yakni jual beli online
serta financial technology (Jamaludin et al.,
2020).
Financial
Technology (FinTech) menurut
definisi yang dikemukan oleh National Digital Research Centre (NDRC), adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang jasa
finansial, di mana istilah tersebut berasal dari kata “financial” dan “technology”
(FinTech) dan merujuk pada inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern (Marginingsih,
2019).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan
jumlah pengguna dana yang memanfaatkan jasa perusahaan teknologi finansial (financial technology atau fintech) terus bertambah. E-Money (electronic money atau uang
elektektronik) adalah alat pembayaran yang memiliki nilai uang pengganti uang
tunai yang tersimpan secara elektronik dalam suatu server atau chip dan
dapat diisi ulang serta digunakan untuk beragam jenis transaksi pembayaran yang
bekerjasama dengan penerbit yaitu pihak perbankan dan lembaga selain bank atas
perijinan dari Bank Indonesia.
Menurut (Nurmasarie & Iriani, 2013) kebanyakan
konsumen di Indonesia saat ini berorientasi rekreasi yang mementingkan aspek
kesenangan, kenikmatan, dan hiburan saat berbelanja. Perilaku pembelian
impulsif maupun motivasi yang bersifat emosional memiliki keterkaitan satu sama
lain.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh (Juliastuti,
Hasanah, & Faizah, 2016), yang
menyatakan bahwa pembelian impulsif adalah kesenangan yang didorong oleh
pencapaian tujuan yang bersifat hedonis. Dari penjelasan di atas maka dapat
dikatakan bahwa salah satu aspek kehidupan manusia yang diduga dapat mendorong
terjadinya kecenderungan dalam impulsive buying adalah gaya hidup hedonis.
Tidak hanya meninjau dari promosi dan gaya hidup, ketersediaan dana (money availability) juga menjadi dasar
konsumen untuk melakukan transaksi pembelian. Konsumen yang memiliki cukup uang
akan cenderung melakukan pembelian secara impulsif apabila harga produk sesuai
dengan jumlah uang yang dimiliki.
Menurut (Fahd & Sugiarto, 2015), promosi adalah
kegiatan-kegiatan pemasaran selain penjualan pribadi,periklanan, dan
publisitas, yang mendorong pembelian konsumen dan efektivitas penyalur. Menurut
(Purwana, Rahmi, & Aditya, 2017).
menyatakan lebih lanjut bahwa digital
marketing adalah kegiatan promosi dan pencarian pasar melalui media digital
secara online dengan memanfaatkan berbagai sarana misalnya jejaring sosial.
(Rivani
& Rio, 2023) menjelaskan
bahwa uang elektronik adalah alat pembayaran elektronik yang diperoleh dengan
menyertorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit, baik secara
langsung maupun melalui agen-agen penerbit atau dengan pendebetan rekening di
bank, dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai uang dalam media uang
elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang digunakan untuk melakukan
transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada
media elektronik tersebut.
Ketersediaan
uang di definisikan jumlah anggaran atau uang yang dimiliki konsumen ketika
berbelanja (Beatty & Ferrell, 1998). Uang memainkan bagian yang penting terhadap kehidupan
sehari –hari semua orang di dunia dan mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang.
Availability
of money menjadi peranan penting sebagai faktor pendorong
peningkatan keinginan membeli pada konsumen.
Metode
Jenis dan Disain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu menggambarkan atau menguraikan hubungan antara variabel promosi penjualan yang dilakukan oleh penyelenggara fintech, ketersediaan
uang, sikap impulsive buying dan gaya
hidup.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah
karyawan divisi sparepart PT Mitra
Pinasthika Mulia yang berjumlah 141 karyawan dengan rincian 71 karyawan alih
daya, 32 karyawan mitra usaha atau
kontrak dan 38 karyawan tetap. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. (Cozby, Bates, Krageloh, Lacherez, & Van Rooy,
2012: 147-148) menyatakan bahwa purposive sampling adalah
penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan sampel dari orang-orang yang memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun kriteria sampel pada
penelitian ini adalah merupakan karyawan divisi sparepart PT Mitra Pinasthika Mulia yang memiliki dan menggunakan e- money yang berjumlah 92 karyawan.
Teknik
Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor (faktor analysis). Pengolahan dan perhitungan data menggunakan
program Partial Least Square (PLS).
Hasil dan Pembahasan
Validitas Indikator
Faktor Loading merupakan korelasi antara indikator dengan variabel, jika lebih besar dari 0.5 dan atau nilai p – values < 0.05 maka
signifikan artinya indikator tersebut valid dan merupakan indikator atau pengukur dari
variabelnya. Hasil analisis
pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa seluruh indikator pada variabel promosi e-money, ketersediaan
dana, gaya hidup dan impulsive
buying memiliki loading factor >0.5, maka indikator yang dipergunakan dalam penelitian adalah valid atau telah memenuhi
convergent validity.
Tabel 1 Tabel Outer weight (Model Pengukuran Variabel Formatif)
Sumber :
Data yang diolah
Validitas Variabel (Konstruk)
Pengujian terhadap model pengukuran
berikutnya adalah melihat nilai AVE (Average Variance Extracted) yaitu nilai yang menunjukkan besarnya varian indikator yang mampu dikandung oleh variabel latennya. Nilai AVE
lebih besar 0.5 juga menunjukkan
kecukupan validitas konvergen yang baik bagi variabel
laten. Hasil analisa tabel 1 secara keseluruhan menunjukkan bahwa semua variabel promosi e-Money, ketersediaan dana, gaya hidup dan impulse
buying memiliki
nilai akar kuadrat AVE lebih besar dibanding dengan nilai korelasinya dengan variabel lain, maka terpenuhi
validitas diskriminan.
Tabel 2 Average Variance Extracted
(AVE)
Sumber:
Data yang diolah
Reliabilitas
Reliabilitas konstruk yang diukur dengan nilai
composite reliability, konstruk reliabel
jika nilai composite
reliability di atas 0.70 maka
indikator disebut konsisten dalam mengukur variabel latennya.
Tabel 3
Composite Reliability
Sumber :
Data yang diolah (Lampiran)
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa konstruk (variabel) promosi e-money, ketersediaan dana, gaya hidup dan Impulse
Buying memiliki
nilai composite reliability lebih besar
dari 0.7 sehingga dapat disimpulkan reliabel.
Uji
Kausalitas (Inner Model)
Pada Partial Least Square (PLS) koefisien
parameter jalur diperoleh melalui bobot inner model dengan terlebih dahulu dicari nilai
t_statistic melalui prosedur bootstrap standart error
dengan hasil perhitungan software smart PLS sebagai berikut:
Gambar
1 Uji Kausalitas
(Inner Model)
Tabel
4 Hasil Uji Kausalitas
Sumber :
Data yang diolah
Berdasarkan tabel di atas maka dapat
dijelaskan sebagai berikut ini :
1.
Promosi e-money
terhadap impulsive buying memiliki
nilai koefisien path sebesar -0.137,
nilai p-values adalah 0.088 atau lebih kecil dari nilai α = 0.10 yang berarti bahwa promosi e-money berpengaruh negatif terhadap impulsive buying dan bertentangan
hipotesis 1 yang menyatakan promosi
e-money berpengaruh positif terhadap impulsive buying. Hal ini berarti bahwa
meskipun promosi e-money digencarkan
maka impulsive buying responden
dalam penelitian ini menurun dan sebaliknya.
2.
Pengaruh promosi e-money terhadap
gaya hidup memiliki koefisien path sebesar 0.197 dimana nilai p-values adalah 0.025 dan lebih kecil dari nilai α = 0.10 sehingga hipotesis 2 yang menyebutkan bahwa promosi e-money berpengaruh positif terhadap gaya hidup sesuai
atau diterima. Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi promosi e-money
yang dilakukan maka akan meningkatkan gaya hidup responden
dalam penelitian ini.
3.
Pengaruh ketersediaan dana terhadap impulsive buying memiliki koefisien path sebesar -0.036 dimana nilai p-values adalah 0.364 dan
lebih besar dari nilai α = 0.10 yang berarti bahwa
ketersediaan dana non
signifikan atau tidak berpengaruh terhadap impulsive
buying.
4. Pengaruh ketersediaan dana terhadap gaya hidup
memiliki nilai koefisien path sebesar 0.455 dan nilai
p-values= <0.001 yang berarti lebih kecil dari nilai
α = 0.10 sehingga hipotesis 4 yang menyatakan bahwa ketersediaan dana
berpengaruh positif terhadap gaya hidup
adalah sesuai atau di terima
Hal ini menandakan apabila
terjadi kenaikan ketersediaan dana maka akan terjadi kenaikan juga pada gaya
hidup responden responden dalam penelitian ini.
5.
Pengaruh gaya hidup terhadap impulsive buying, gaya hidup memiliki nilai koefisien
path sebesar 0.607 dimana nilai p-values = <0,001 atau
lebih kecil dari nilai α = 0,10 sehingga hipotesis ke 5 yang menyatakan gaya
hidup berpengaruh postif terhadap impulsive
buying sesuai atau diterima.
Hal ini menandakan apabila terjadi kenaikan pada gaya hidup maka akan
meningkatkan impulsive buying responden
dalam penelitian ini.
Pengaruh
Promosi E-Money Terhadap Impulsive Buying
Promosi
merupakan strategi pemasaran
yang seringkali diterapkan
oleh perusahaan supaya terjadi peningkatan penjualan, yang dimana hampir sebagian besar peningkatan penjualan yang diperoleh berasal dari konsumen
yang melakukan impulsive buying.
Dalam
penelitian ini hubungan yang negative antara promosi e-money
dan impulsive buying terjadi karena adanya
persepsi negative
responden terhadap promosi
yang diberikan oleh penyelenggara
e-money yakni promo yang diberikan memiliki syarat dan ketentuan tertentu yang harus di penuhi
seperti penetapan nilai beli minimum atau nilai maksimum untuk bisa menikmati
promo yang diselenggarakan.
Dikarenakan sebagian besar
responden dalam penelitian ini berusia 31 – 36 tahun dimana tergolong usia yang
sudah dewasa,
sehingga meskipun tanpa adanya promo apabila responden
merasa perlu membeli sesuatu maka responden akan tetap membelinya. Selian itu,
responden dalam penelitian ini berstatus pegawai outsourcing dimana pegawai yang bekerja sebagai outsourcing memiliki penghasilan yang
lebih tinggi karena sering bekerja lembur
sehingga meskipun tidak ada promosi e-money
maka sebagian besar responden akan tetap melakukan impulsive buying.
Hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan (Widiyati &
Ghozi, 2018) yang menunjukkan bahwa promosi
berpengaruh terhadap impulsive buying
dimana hampir sebagian besar peningkatan penjualan yang diperoleh berasal dari
konsumen yang melakukan impulse buying.
Namun hasil penelitian ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setyningrum, Arifin,
& Yulianto, 2016) dimana impulsive buying dipengaruhi
oleh motivasi seseorang melakukan berbelanja, kenikmatan berbelanja dan atribut produk.
Pengaruh
Promosi E-Money Terhadap Gaya Hidup
Gaya hidup ialah pola perilaku
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
kegiatan, minat dan opininya. Jadi dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa impulsive buying tidak
terlepas dari gaya hidup, dimana
gaya hidup seseorang dapat di ekspresikan melalui kegiatan seperti bagaimana seseorang berbelanja atau melakukan kegiatan sosialnya.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa promosi e-money berpengaruh
positif terhadap gaya hidup. Gaya hidup yang dimiliki responden dalam penelitian ini adalah gaya hidup yang menyukai hal – hal yang mudah, termasuk didalamnya kemudahan dalam bertransaksi. Dengan adanya e-money persepsi responden ialah suatu hal
yang mudah praktis, seperti yang dikatakan oleh (Handayani dkk 2019) dalam era modern dan digital ini masyarakat membutuhkan kenyamanan
dalam bertransaksi salah satunya kemudahan dan kecepatan dalam pembayaran. Sehingga dalam hal ini peyelenggara e-money dapat membuat promosi – promosi yang menunjang dan memiliki kemudahan dalam melakukannya. Hal ini juga selaras dengan
hasil penelitian yang dilakukan
(Nato, 2018) menunjukkan
bahwa gaya hidup berpengaruh terhadap kecenderungan impulsive buying, artinya semakin tinggi atau semakin hedonis gaya
hidup seseorang, maka hal tersebut akan semakin menimbulkan dan mendorong
kecenderungan impulsive buying.
Pengaruh promosi e-money secara langsung terhadap impulsive buying lebih besar daripada
promosi e-money melalui gaya hidup
hal ini dikarenakan responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia 31-36
tahun yang termasuk usia dewasa sehingga meskipun tanpa promo e-money jika mereka memerlukan suatu
produk maka mereka langsung melakukan pembelian (impulsive buying) , responden
dalam penelitian ini memiliki gaya hidup
yang menyukai hal – hal yang mudah, termasuk didalamnya kemudahan dalam bertransaksi. Responden memanfaatkan promosi e-money untuk menunjang gaya hidupnya dan dari gaya hidup tersebut baru
memunculkan tindakan impulsive buying. Dari segi usia sebagian besar responden berusia 31-36
tahun yang termasuk usia dewasa dengan karakteristik gaya hidup yang melakukan
mempertimbangkan ketika hendak melakukan pembelian (impulsive buying)
Pengaruh
Ketersediaan Dana Terhadap Impulsive Buying
Uang memainkan bagian yang penting terhadap kehidupan sehari-hari semua orang
di dunia dan mempengaruhi perilaku
dan sikap seseorang. Konsumen yang ingin membeli sesuatu tentunya membutuhkan uang untuk kemudian ditukar dengan barang yang diinginkan. Apabila konsumen sangat menginginkan barang tertentu, tetapi tidak memiliki
uang yang cukup maka timbul
perasaan kecewa. Demikian pula sebaliknya, apabila muncul keinginan dalam diri konsumen untuk membeli produk dan konsumen tersebut memiliki uang yang cukup atau bahkan lebih maka kemungkinan akan terjadi pembelian impulsif.
Terdapat
2 faktor utama pendorong munculnya impulsive buying
pada konsumen, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari diri konsumen
itu sendiri yang meliputi faktor
suasana hati pada saat itu
dan sifat hedonisme. Faktor eksternal di bagi lagi menjadi dua, yaitu dari karakteristik produk dan karakteristik pemasaran produk. Karakteristik produk meliputi faktor harga, ukuran, kemasan, dan kemudahan penggunaan, sedangkan dari segi karakteristik
pemasaran produk, meliputi display produk, iklan dan promosi.
Faktor-faktor tersebutlah yang dapat
menimbulkan konsumen secara sadar maupun
tidak melakukan pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil pengujian dapat dijelaskan bahwa gaya hidup
yang dimiliki responden dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar menjawab tidak setuju akan
menggunakan uang berapapun
yang dimiliki untuk membeli
barang yang diinginkan serta pada impulsive buying juga menunjukkan
bahwa sebagian besar responden bersikap tidak setuju dan netral atas pernyataan ketika melihat suatu tawaran atau
produk, saya memiliki perasaan yang kuat untuk membelinya. Responden dalam penelitian ini juga bukan merupakan
konsumen yang membeli barang tanpa memikirkan
akibatnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini bukan konsumen yang memiliki impulsive
buying yang tinggi, sehingga
hasil penelitian menunjukkan meskipun memiliki ketersediaan dana tidak mempengaruhi responden untuk melakukan impulsive
buying. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh (Hapsari 2018) yang menyatakan
bahwa ketersediaan dana tidak berpengaruh terhadap impulsive
buying. Hal ini dikarenakan konsumen
yang tidak memiliki dana
untuk melakukan pembelian dapat menggunakan kartu kredit Meskipun diketahui bahwa
sebagian besar karyawan adalah bekerja sebagai outsourcing dan mitra perusahaan yang pada umumnya memiliki
pendapatan yang besar dikarenakan jam lembur dan telah mencapai target yang
ditentukan, tidak berarti responden dalam penelitian ini secara langsung
melakukan impulsive buying, hal ini
dikarenakan ketersediaan dana yang responden miliki sebagian besar akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan utama karyawan, sehingga responden akan mempertimbangkan dahulu
sebelum melakukan impulsive buying,
mengingat sebagian besar responden dalam penelitian ini juga merupakan karyawan
yang sudah berusia dewasa, sehingga memiliki gaya hidup yang bukan hedonis yang
meskipun memiliki ketersediaan dana yang cukup bahkan lebih tidak akan
mempengaruhi terhadap impulsive buying.
Pengaruh
Ketersediaan Dana Terhadap Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan sesuatu yang tidak akan dapat
dipisahkan dalam kehidupan masyarat karena tanpa disadari
pergaulan, lingkungan, serta kebiasaan orang yang ada disekitar kita
akan sangat mempengaruhi gaya hidup kita.
Selain kepribadian seseorang dan lingkungan yang ada disekitarnya faktor yang sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang
adalah ketersediaan uang
yang dimiliki seseorang. Jika ketersediaan uang seseorang
banyak maka orang tersebut memiliki kemampuan untuk membeli barang yang mahal dibandingkan dengan mereka yang ketersediaan uangnya relatif rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa ketersediaan
dana berpengaruh signifikan
positif terhadap gaya hidup, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ketersediaan dana yang dimiliki maka akan meningkatkan
gaya hidup seseorang dalam hal ini responden pada penelitian ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Roberts & Roberts, 2012) menyatakan bahwa ketersediaan
uang mempunyai pengaruh yang positif terhadap shopping lifestyle maupun pembelian impulsif online pada produk fashion,
semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh konsumen maka akan semakin tinggi
pula kecenderungan terjadinya pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil pengujian
maka ketersediaan dana yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini
berpengaruh tidak langsung terhadap
impulsive buying melalui gaya hidup terlebih dahulu yang artinya bahwa dana
yang dimiliki dipergunakan gaya hidup terlebih dahulu barulah gaya hidup yang
mendorong terjadinya impulsive buying.
Pengaruh
Gaya Hidup Terhadap Impulsive Buying
Gаyа hidup menjelаskаn
bаgaimаnа seseorаng
menggunаkаn wаktu
dаn uаng. Gаyа hidup memiliki sifаt yаng tidаk permаnen аtаu berubаh dengаn cepаt. Impulsive buying biasanya terjadi ketika seorang konsumen merasakan motivasi yang kuat yang berubah menjadi keinginan untuk membeli barang langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup berpengaruh
signifikan positif terhadap
impulsive buying hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi gaya hidup
seseorang maka akan meningkatkan impulsive
buying. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Penelitiаn yаng dilаkukаn
oleh (Deviаnа dаn
Giаntаri 2016) bаhwа
gаyа hidup berbelаnjа secаrа
signifikаn berpаngaruh
positif terhаdаp
perilаku pembeliаn
impulsif sehinggа semаkin tinggi gаyа hidup mаkа аkаn
semаkin tinggi perilаku pembeliаn
impulsive.
Seseorang
akan merasa senang ketika dia
mendapatkan apa yang diinginkannya. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa rencana.
Secara umum, jika seseorang mendapat apa yang dia telah direncanakan
dan merasa bahagia, merupakan hal yang biasa Namun, jika
seseorang melakukan sesuatu yang belum pernah direncanakan sebelumnya dan dia merasa bahagia, itu tidak biasa atau
aneh. Pada kenyataannya, ada banyak hal
yang terjadi tidak direncanakan tetapi mereka memberikan kebahagiaan. Sesorang dapat merasa senang
dengan melakukan impulsive
buying. Dengan pola gaya hidup seseorang
peyelenggara e- money dapat
menarik seseorang tersebut untuk melakukan
impulsive buying.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini: 1. Promosi e-
money meningkat impulsive buying menurun, Promosi e- money menurun impulsive
buying meningkat. 2. Promosi
e-money memberikan peranan
terhadap gaya hidup. Jika promosi e-money meningkat maka gaya hidup juga
meningkat dan berlaku sebaliknya. 3. Ketersediaan dana tidak mendukung impulsive
buying. 4. Ketersediaan dana mendukung
gaya hidup. Jika ketersediaan dana meningkat maka gaya hidup juga
meningkat dan ketersediaan dana menurun maka gaya hidup juga menurun 5. Gaya
hidup berperan terhadap impulsive buying. Jika gaya hidup meningkat maka impulsive buying meningkat
dan Jika gaya hidup menurunkan maka impulsive buying menurun.
DFTARPUSTAKA
Beatty, Sharon E.,
& Ferrell, M. Elizabeth. (1998). Impulse buying: Modeling its precursors. Journal
of Retailing, 74(2), 169–191.
Cozby, Paul C., Bates, Scott,
Krageloh, Chris, Lacherez, Philippe, & Van Rooy, Dirk. (2012). Methods
in behavioral research.
Fahd, Faishal, & Sugiarto,
Yohanes. (2015). Analisis Pengaruh Promosi dan Atmosfer Gerai Terhadap Impulse
Buying Melalui Emosi Positif Sebagai Variabel Intervening. Diponegoro
Journal of Management, 373–380.
Jamaludin, Jamaludin, Purba, Ramen
A., Effendy, Faried, Muttaqin, Muttaqin, Raynonto, M. Yusril, Chamidah, Dina,
Rahman, M. Arif, Simarmata, Janner, Abdillah, Leon A., & Masrul, Masrul.
(2020). Tren Teknologi Masa Depan. Yayasan Kita Menulis.
Juliastuti, Annisa Dwi, Hasanah, Nur,
& Faizah, Faizah. (2016). Kepemilikan Kartu Pembayaran Elektronik Tidak
Memoderasi Gaya Hidup Hedonis Terhadap Perilaku Impulse Buying. MEDIAPSI,
2(2), 1–7.
Marginingsih, Ratnawaty. (2019). Analisis
SWOT technology financial (fintech) terhadap industri perbankan.
Nato, Desy Natalia Sari. (2018). Pengaruh
Gaya Hidup Terhadap Kencenderungan Impulsive Buying (Studi Kasus Pada Mahasiswa
di Lima Universitas Yogyakarta). Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ngafifi, Muhamad. (2014). Kemajuan
teknologi dan pola hidup manusia dalam perspektif sosial budaya. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 2(1).
Nurmasarie, Rachma, & Iriani, Sri
Setyo. (2013). Pengaruh Promosi Penjualan Dan Penjualan Perseorangan Terhadap
Keputusan Belanja Tidak Terencana. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(2),
528–540.
Purwana, Dedi, Rahmi, R., &
Aditya, Shandy. (2017). Pemanfaatan Digital Marketing Bagi Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah (UMKM) Di Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit. Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM). https://doi.org/10.21009/jpmm.001.1.01
Radiansyah, Dian. (2018). Pengaruh
Perkembangan Teknologi Terhadap Remaja Islam (Studi Kasus di Kampung Citeureup
Desa Sukapada). JAQFI: Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, 3(2), 76–103.
Rivani, Edmira, & Rio, Eddo.
(2023). PENGGUNAAN UANG ELEKTRONIK PADA MASA PANDEMI COVID-19: TELAAH PUSTAKA. Kajian,
26(1), 75–90.
Setyningrum, Febe Yustina, Arifin,
Zainul, & Yulianto, Edy. (2016). Pengaruh Hedonic Motives terhadap Shopping
Lifestyle dan Impulse Buying (Survei pada Konsumen Superindo Supermarket Yang
Melakukan Impulse Buying). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 37(1).
Widiyati, Sri, & Ghozi, Saiful.
(2018). Peningkatan Impulse Buying Mahasiswa di Semarang terhadap Produk
Fashion Lokal melalui Ethnocentrism, Brand Image dan Country of Origin (COO). Jurnal
Bisnis Dan Manajemen, 8(1), 49–56.