ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI RAWA LEBAK DENGAN SISTEM
SURJAN DI DESA
TEBING GERINTING UTARA KECAMATAN INDRALAYA SELATAN KABUPATEN OGAN
ILIR SUMATERA SELATAN
Eka Mulyana1, Serly Novita Sari2, Indri Januarti3
Jurusan sosial
ekonomi pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
eka_agri@gmail.com,
serly110989@fp.unsri.ac.id,
in_drykrenz@yahoo.co.id
Abstrak
Pertanian Indonesia merupakan Pertanian tropika dikarenakan sebagian besar daerahnya berada pada daerah tropis
yang langsung dipengaruhi
oleh garis khatulistiwa, yang memotong
Indonesia hampir menjadi dua bagian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menghitung pendapatan petani
padi lahan rawa lebak di Desa Tebing Gerinting Utara. Pengambilan data sampel
yang digunakan adalah sampel acak sederhana (Simple Random Sampling).
Pengumpulan data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara sistematis. Analisis
data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka kemudian
hasil data yang didapatkan dipaparkan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan
menggunakan rumus pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan
rata-rata petani padi rawa lebak dengan sistem surjan di Desa Tebing Gerinting
Utara sebesar Rp6.752.278 per Ha/Mt.
Kata kunci: padi rawa lebak; pendapatan; sistem surjan.
Abstract
Indonesian agriculture is
tropical agriculture because most of its area is in the tropics which is
directly influenced by the equator, which cuts Indonesia almost into two parts. The purpose
of this study was to calculate the income of rice farmers from lebak swamp land
in Tebing Gerinting Utara Village. Retrieval of sample data used is a simple
random sample (Simple Random Sampling). The data collection used consists of
primary data and secondary data. The data analysis used is descriptive
quantitative data analysis, namely the data obtained in the form of numbers and
then the results of the data obtained are presented in the form of a systematic
description using the income formula. The results showed that the average
income of lebak swamp rice farmers with the surjan system in Tebing Gerinting
Utara Village was IDR 6,752,278 per Ha/Mt
Keywords: income; lowland swamp rice; surjan
system.
Pendahuluan
Pertanian Indonesia merupakan Pertanian tropika dikarenakan sebagian besar daerahnya berada pada daerah tropis
yang langsung dipengaruhi
oleh garis khatulistiwa, yang memotong
Indonesia hampir menjadi
dua bagian (Hamzah
& Hidayat, 2018). Indonesia tetap menjadi negara yang memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan di indonesia adalah padi yang hasil produksinya masih dijadikan
sebagai bahan makanan pokok (Erviyana,
2014). Padi adalah tanaman pertanian
dan ialah tanaman utama dunia (Lumintang, 2013).
Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
petani berdasarkan pada tingkat pendapatan serta keuntungan yang telah didapat
dari sektor pertanian tersebut (Rahman
& Widiastuti, 2020). Sektor
pertanian adalah andalan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia
dikarenakan sebagian besar masyarakat indonesia bertempat tinggal di desa serta
bekerja dalam sektor pertanian (Putri
& Noor, 2018).
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena melalui kegiatan di sektor pertanian kebutuhan manusia dapat terpenuhi
terutama kebutuhan sandang, pangan dan papan (Syuhada,
2017). Selain
itu, sektor pertanian menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, serta memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yuristia,
2021).
Besarnya jumlah produksi beras menjadi
hal yang penting bagi pemerintah, karena jumlah permintaan beras terus
bertambah, selain itu adanya tekanan sistem produksi beras yang sangat kompleks
dikarenakan adanya penyusutan luas lahan maupun degradasi fungsi lahan akibat
peralihan fungsi lahan ke komoditas lain maupun ke non pertanian (ELDA
& Mulyana, 2023). Hal
ini menuntut pemerintah untuk meningkatkan produksi beras agar dapat
menciptakan ketahanan pangan.
Lahan rawa lebak dapat berpotensi dalam
pemanfaatan dari petani untuk dilakukannya usahatani padi baik dalam
menghasilkan beras yang mana mendapatkan keuntungan untuk petani. Dalam
agroekosistem lahan rawa ini, terbagi atas dua jenis lahan yakni lebak dan juga
pasang surut, yang mana luas dari lahan rawa lebak lebih besar apabila
dilakukan perbandingan dengan lahan pasang surut (BPSPSS, 2016).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
Sumatra Selatan (2021) bahwa Kabupaten Ogan Ilir memiliki luas lahan panen
18.134,68 hektar dimana menjadi penghasil padi tertinggi kelima di Provinsi
Sumatera Selatan dengan menghasilkan produksi padi sejumlah 78.145,79 ton.
Kabupaten Ogan Ilir terdiri dari
beberapa Kecamatan salah satunya Kecamatan Indralaya Selatan dimana terdapat
sebuah Desa yang mempunyai lahan rawa lebak dan dipergunakan oleh petaninya
untuk melakukan usahatani padi yakni Desa Tebing Gerinting Utara. Petani padi
di Desa Tebing Gerinting menerapkan sistem surjan.
Menurut (Nursyamsi & Muhammad Noor, 2014) sistem surjan
dilakukan dengan mengoptimalkan ruang dan waktu dimana komoditas yang ditanam
serta pola tanam yang digunakan beragam sehingga sistem usahatani yang
dilakukan dapat menghasilkan produksi yang beragam juga dimana tujuannya ialah
agar bisa menghasilkan pendapatan tambahan bagi petaninya sehingga keuntungan
keuntungan yang didapatkan oleh petani lebih besar.
Sistem surjan di Kabupaten Ogan Ilir
diterapkan hanya dibeberapa tempat saja salah satunya Desa Tebing Gerinting
Utara. Hal tersebutlah yang menjadi alasan untuk melakukan penelitian pada Desa
Tebing Gerinting tentang analisis
pendapatan petani padi rawa lebak dengan sistem surjan yang dilakukan di desa
Tebing Gerinting Utara.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Tebing Gerinting Utara Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi
Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan
bahwa Desa Tebing Gerinting Utara ini terdapat petani yang melakukan usahatani
padi rawa lebak dengan sistem surjan dimana sistem tanam yang digunakan
merupakan salah satu ciri khas dari usahatani padi tersebut. Pengambilan data
dilapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 sampai dengan November 2022.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode sampel acak sederhana (simple
random sampling). Peneliti mengambil 30 responden petani padi dari total populasi
67 petani padi yang berada di Desa Tebing Gerinting Utara Kecamatan Indralaya
Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Jumlah pengambilan sampel dianggap telah memenuhi
syarat dalam minimal ukuran sampel secara statistik dan juga telah cukup untuk
mewakili dari jumlah populasi (Sugiyono,
2014).
Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung kepada
petani. Dan untuk mendukung serta melengkapi data primer, peneliti juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait maupun studi
literatur yang meliputi berbagai pustaka yang terkait dari penelitian ini
antara lain seperti Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Buku dan
Jurnal atau hasil penelitian terdahulu (Sugiyono,
2017).
Data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara
sistematis. Analisis
data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka kemudian
hasil data yang didapatkan dipaparkan dalam bentuk uraian yang sistematis.
Rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan petani
padi lahan rawa lebak, maka rumus yang digunakan adalah:
Pd = Pn – Bp
= (Hy x Q) – (Bv
+ Bt)
Keterangan :
Pd = Pendapatan
Usahatani (Rp/Ha/Mt)
Pn = Penerimaan
(Rp/Ha/Mt)
Bp = Biaya total
(Rp/Ha/Mt)
Hy = Harga jual
(Rp)
Q = Jumlah
produksi (Kg/Mt)
Bv = Biaya
variabel (Rp/Ha/Mt)
Bt = Biaya tetap
(Rp/Ha/Mt)
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Umum Desa Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Desa Tebing Gerinting termasuk ke dalam sebuah desa yang terdapat pada wilayah
Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
Kecamatan Indralaya Selatan ialah bentuk pemekaran wilayah dari kecamatan
indralaya dan Tebing Gerinting Utara tergolong ke dalam pecahan dari Desa
Tebing Gerinting yang mana mengalami perubahan nama menjadi Tebing Gerinting
Selatan. Desa ini berbatasan Desa Lebung Karangan pada sebelah barat, Desa Ulak
Segelung pada sebelah timur, Desa Arisan Gading pada sebelah selatan, dan Desa
Lubuk Sakti serta Tanjung Agung pada sebelah utara. Luas wilayah Desa Tebing
Gerinting Utara sekitar 1,67 km2. Jarak desa ke Ibukota Kecamatan
Indralaya Selatan kurang lebih 1 km dan jarak desa ke Ibukota Kabupaten Ogan
Ilir sejauh 6 km.
Desa Tebing Gerinting utara
dialiri oleh Sungai Ogan. Desa Tebing Gerinting Utara terdiri dari wilayah
dataran rendah yang mencakup daerah dataran dan rawa-rawa. Jumlah penduduk di
Desa Tebing Gerinting Utara ialah 1.948 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan
sejumlah 987 dan jumlah penduduk laki-laki sejumlah 961 jiwa dimana semua
penduduk berstatus beragama islam.
Mata pencaharian utama penduduk
Desa Tebing Gerinting Utara ialah di sektor pertanian dan perkebunan dimana
sebagian besar penduduk memilih untuk menjadi petani. Hal ini dikarenakan di
Desa Tebing Gerinting Utara sebagian besar wilayah terdiri dari lahan rawa
lebak dan lahan perkebunan. Lahan sawah rawa lebak yang ada dimanfaatkan oleh
petani untuk menanam padi dan berbagai jenis sayuran. Sedangkan untuk lahan
perkebunan dimanfaatkan untuk menanam ubi, singkong, pisang, jambu air, sayuran
dan kelapa sawit.
Penerimaan Usahatani Padi Rawa
Lebak
Penerimaan usahatani padi rawa
lebak termasuk ke dalam hasil yang
didapat dari perkalian jumlah produksi panen yang dihasilkan dengan harga jual
hasil produksi padi rawa lebak yang dijual dalam bentuk gabah. Penerimaan dalam
penelitian ini adalah seluruh hasil produksi yang dihasilkan oleh petani selama
satu kali musim tanam dalam satu tahun karena di Desa Tebing Gerinting Utara
hanya melakukan kegiatan usahatani padi rawa lebak sebanyak satu kali. Hal ini
disebabkan oleh lahan usahatani yang berjenis rawa lebak dimana dalam satu tahun
lahan petani akan digenangi oleh air saat musim hujan tiba. Jumlah produksi
dengan harga jual dapat mempengaruhi pendapatan dimana semakin tinggi produksi
dan harga jual maka penerimaan yang diterima semakin tinggi begitupun
sebaliknya. Penerimaan yang didapat oleh petani padi rawa lebak dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Penerimaan Usahatani
Padi Rawa Lebak
No. |
Produksi
Gabah |
Rata-rata |
1. |
Produksi (Kg/Lg/Mt) |
1.757 |
2. |
Harga Jual (Rp/Kg) |
4.200 |
3. |
Penerimaan (Rp/Lg/Mt) |
7.379.400 |
4. |
Penerimaan (Rp/Ha/Mt) |
9.779.000 |
Sumber: Hasil Olahan Lampiran 7
Tabel 1. memperlihatkan bahwasanya rerata
produksi gabah yang dihasilkan sejumlah 1.757 Kg/Lg/Mt. Produksi gabah per luas
garapan tertinggi diperoleh petani sebesar 3.200 Kg/Lg/Mt dan terendah sebesar
750 Kg/Lg/Mt. Harga jual dalam bentuk gabah yang berlaku yakni Rp4.200 per Kg
dengan dijual ke tengkulak dimana tengkulak akan datang dan membeli gabah yang
dihasilkan serta dijual oleh petani langsung. Dari ke-30 petani contoh mampu
memproduksi hasil panen sebesar 52.700 Kg. Maka penjualan gabah dengan harga
Rp4.200 per Kg didapatkan rerata penerimaan sebesar Rp7.379.400 per Lg/Mt. Jika
diasumsikan dengan rerata luas lahan satu hektar didapatkan jumlah penerimaan
sebesar Rp9.779.000.
Biaya Produksi Usahatani Padi
Rawa Lebak
Biaya produksi termasuk ke dalam
biaya total yang dikeluarkan oleh petani dalam suatu proses aktivitas usahatani
untuk menghasilkan produk. Biaya produksi usahatani padi rawa lebak terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat
atau faktor produksi lainnya dimana dapat dimanfaatkan dalam menunjang
keberhasilan dari proses aktivitas usahatani padi rawa lebak yang dilakukan
oleh petani.
Biaya Tetap Usahatani Padi Rawa
Lebak
Biaya tetap termasuk ke dalam
biaya yang dikeluarkan tanpa bergantung pada sedikit banyaknya jumlah produksi
dimana digunakan untuk membeli alat yang dapat digunakan lebih dari satu kali
produksi. Dalam analisis biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun bukanlah hanya
dari harga beli barang melainkan dengan biaya penyusutan. Biaya penyusutan
merupakan biaya yang ditanggung oleh petani dimana diperoleh dari hasil harga
beli yang dibagi dengan umur ekonomis alat tersebut. Berikut adalah rincian
dari biaya penyusutan alat-alat yang digunakan dalam melakukan usahatani padi
rawa lebak dimana bisa diperhatikan dalam Tabel 2
Tabel 2 Biaya Tetap Usahatani
Padi Rawa Lebak
No. |
Biaya
Penyusutan |
Rata-rata (Rp/Lg/Mt) |
Rata-rata (Rp/Ha/Mt) |
1. |
Arit |
11.833 |
16.567 |
2. |
Cangkul |
18.900 |
27.233 |
3. |
Parang |
16.033 |
24.733 |
4. |
Sprayer |
77.667 |
114.444 |
5. |
Terpal |
23.100 |
31.378 |
|
Total |
147.533 |
214.355 |
Sumber: Hasil Olahan Lampiran 13
Didasarkan pada Tabel 1.2.
terdapat biaya penyusutan yang terdiri dari arit, cangkul, parang, sprayer, dan
terpal. Biaya setiap alat disesuaikan dengan kebutuhan petani dalam proses
aktivitas usahatani padi rawa lebak. Biaya penyusutan yang paling besar ialah
handsprayer yakni sebesar Rp77.667,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp114.444,00
per hektar per musim tanam, sedangkan biaya penyusutan yang paling kecil ialah
arit sebesar Rp11.833,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp16.567,00 per
hektar per musim tanam. Diperoleh jumlah seluruh biaya penyusutan sebesar
Rp147.533,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp214.355,00 per hektar per
musim tanam. Dari alat yang digunakan oleh petani bahwa handsprayer memiliki
umur ekonomis yang lebih lama dibandingkan dengan alat lainnya dimana dapat
digunakan hingga sepuluh tahun lamanya sedangkan arit, cangkul, parang, dan juga
terpal hanya mampu bertahan sekitar lima tahun saja.
Biaya Variabel Usahatani Padi
Rawa Lebak
Biaya variabel termasuk ke
dalam biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian bahan atau faktor
produksi yang dapat digunakan hanya untuk satu kali produksi saja. Besar kecilnya
biaya variabel yang dikeluarkan bergantung pada luas lahan yang dimiliki karena
semakin luas lahan yang dikelolah oleh petani maka semakin besar biaya variabel
yang dikeluarkan. Biaya variabel menjad biaya penunjang dari keberhasilan
kegiatan usahatani padi rawa lebak yang dilakukan oleh petani. Berikut adalah
rincian biaya variabel usahatani padi rawa lebak yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Biaya Variabel
Usahatani Padi Rawa Lebak
No. |
Biaya
Variabel |
Rata-rata (Rp/Lg/Mt) |
Rata-rata (Rp/Ha/Mt) |
|
1. |
Benih |
232.200 |
288.567 |
|
2. |
NPK |
13.333 |
16.000 |
|
3. |
UREA |
718.333 |
993.000 |
|
4. |
Regent |
25.500 |
35.111 |
|
5. |
Roundup |
59.500 |
82.000 |
|
6. |
DMA |
27.500 |
37.889 |
|
7. |
Karung |
53.350 |
70.000 |
|
8. |
Upah TK |
174.833 |
227.444 |
|
9. |
Sewa Lahan |
841.767 |
974.878 |
|
10. |
Sewa Alat |
81.667 |
86.111 |
|
|
Total |
2.227.983 |
2.811.000 |
Sumber: Hasil Olahan Lampiran 19
Berdasarkan Tabel 3 biaya
variabel yang digunakan oleh petani meliputi benih, pupuk, pestisida, karung,
upah tenaga kerja, sewa lahan, dan sewa alat. Biaya variabel yang paling tinggi
dikeluarkan oleh petani dalam usahatani padi rawa lebak ialah sewa lahan dengan
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp841.767,00 per luas garapan per musim tanam
atau Rp974.000,00 per hektar per musim tanam. Biaya variabel yang paling kecil
dikeluarkan oleh petani ialah biaya pupuk NPK dengan biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp13.333,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp16.000,00 per
hektar per musim tanam. Hal ini dikarenakan petani lebih banyak mempergunakan
pupuk UREA dibandingkan pupuk NPK. Dari biaya yang dikeluarkan oleh petani
diperoleh jumlah seluruh biaya variabel sebesar Rp2.227.983,00 per luas garapan
per musim tanam atau Rp2.811.000,00 per hektar per musim tanam.
Benih yang digunakan memiliki
harga yang sesuai dengan kemampuan petani dan kualitas yang baik. Benih yang
digunakan oleh petani Desa Tebing Gerinting Utara yakni jenis padi Inpari 42.
Pembelian akan benih tersebut telah didasarkan pada keinginan petani yang pasti
sudah telah dipikirkan dengan baik dilihat dari segi kualitas dan keunggulannya
karena setiap jenis tanaman padi yang ada memiliki keunggulan masing-masing.
Benih yang diinginkan oleh petani juga mudah untuk didapatkan karena
tersedianya toko penjualan bahan dan alat-alat pertanian. Begitupun halnya
dengan pupuk dan pestisida dimana pupuk termasuk ke dalam bahan yang mengandung
nutrisi yang diperlukan oleh tanaman untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan dari tanaman padi, sedangkan pestisida termasuk ke dalam bahan
yang berbentuk cair yang digunakan untuk membasmi serangan hama, penyakit, dan
gulma. Banyak petani yang mempergunakan pupuk untuk padi rawa lebak yang mereka
miliki agar hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan petani. Pupuk UREA
menjadi salah satu pupuk yang banyak digunakan oleh petani di Desa Tebing
Gerinting Utara sedangkan untuk pupuk NPK sangat jarang atau hanya beberapa
petani saja yang menggunakannya. Kemudian untuk pestisida, jenis yang digunakan
ialah herbisida dan insektisida. Petani padi di Desa Tebing Gerinting Utara
mempergunakan herbisida jenis roundup dan DMA sedangkan insektisida
mempergunakan jenis regent. Akan tetapi, ada beberapa petani yang tidak
mempergunakan pestisida dalam proses aktivitas usahatani yang dilakukannya.
Untuk harga dari masing-masing pestisida tergantung pada volume isi setiap
botolnya ada yang berisi 50 ml sampai 1 liter sesuai dengan kebutuhan petani.
Aktivitas usahatani yang
dilakukan selalu memerlukan bantuan orang lain pada saat proses budidaya
tanaman padi baik dari dalam anggota keluarga ataupun luar keluarga. Upah
tenaga kerja yang dikeluarkan berguna dalam kelancaran proses produksi itu
sendiri walaupun ada beberapa petani yang tidak membutuhkan tenaga kerja dari
luar karena petani merasa masih mampu untuk melakukan proses budidaya sendiri.
Hal ini juga dikarenakan luas lahan yang dimiliki petani tidak begitu luas dan
juga untuk mengurangi pengeluaran untuk upah tenaga kerja. Upah yang diterima
oleh tenaga kerja luar keluarga sesuai dengan kesepakatan dan pertimbangan yang
sudah dipikirkan oleh petani padi rawa lebak. Petani biasanya membutuhkan
tenaga kerja untuk proses penanaman dan panen. Untuk upah harian per orangnya
diberi sebesar Rp30.000,00 sampai Rp100.000,00. Jumlah tenaga kerja yang
diperlukan ditentukan sesuai dengan keinginan petani padi rawa lebak.
Total Biaya Produksi Usahatani
Padi Rawa Lebak
Total biaya produksi termasuk
ke dalam seluruh biaya yang dikeluarkan dalam melakukan aktivitas usahatani
yang meliputi biaya tetap yang didapatkan dari biaya penyusutan serta biaya
variabel yang digunakan untuk membeli bahan pertanian. Banyaknya biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani. Adapun total
biaya keseluruhan dari usahatani padi rawa lebak dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Total Biaya Produksi Usahatani Padi Rawa
Lebak
No. |
Biaya Produksi |
Biaya Rata-rata (Rp/Lg/Mt) |
Biaya Rata-rata (Rp/Ha/Mt) |
1. |
Biaya Tetap |
147.533 |
214.355 |
2. |
Biaya Variabel |
2.227.983 |
2.812.367 |
|
Total |
2.375.516 |
3.026.722 |
Sumber: Hasil Olahan Lampiran 20
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan
bahwasanya biaya variabel lebih banyak digunakan oleh petani dibandingkan biaya
tetap dikarenakan penggunaannya hanya bisa dalam sekali pakai beda halnya
dengan biaya tetap yang terdiri dari alat-alat pertanian yang dapat digunakan
berkali-kali dalam jangka waktu yang cukup lama. Jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan petani sebesar Rp2.375.516,00 per luas garapan per musim tanam atau
Rp3.026.723,00 per hektar per musim tanam. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh
petani lebih besar daripada biaya tetap.
Pendapatan Usahatani Padi Rawa
Lebak
Pendapatan petani padi
diperoleh dari penerimaan yang didapatkan petani dari hasil penjualan gabah
dikurang dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan alat
dan bahan pertanian. Pendapatan yang ada dipengaruhi oleh penerimaan yang didapatkan
dan biaya produksi yang dikeluarkan karena semakin besar penerimaan dan semakin
kecil biaya produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh oleh petani.
Adapun rincian pendapatan usahatani padi rawa lebak dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pendapatan Usahatani Padi Rawa
Lebak
No. |
Uraian |
Rata-rata (Rp/Lg/Mt) |
Rata-rata (Rp/Ha/Mt) |
1. |
Penerimaan |
7.379.400 |
9.779.000 |
2. |
Biaya Produksi |
2.375.516 |
3.026.723 |
|
Pendapatan |
5.003.884 |
6.752.278 |
Sumber: Hasil Olahan Lampiran 21
Didasarkan pada Tabel 1.5. memperlihatkan bahwasanya pendapatan rerata
petani di Desa Tebing Gerinting Utara sebesar Rp5.003.884,00 per luas garapan
per musim tanam atau Rp6.752.277,00 per hektar per musim tanam. Pendapatan
petani tergolong cukup rendah tapi tetap menguntungkan bagi petani karena hasil
penerimaan yang didapatkan lebih besar daripada biaya produksi yang dikeluarkan
dimana penerimaan didapatkan dari perkalian antar harga jual gabah dengan jumlah
produksi yang dihasilkan oleh petani, sedangkan untuk biaya produksi didapatkan
dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani
padi rawa lebak di Desa Tebing Gerinting Utara
Kesimpulan
Pendapatan
rata-rata petani padi rawa lebak dengan sistem surjan di Desa Tebing Gerinting
Utara sebesar Rp6.752.278 per Ha/Mt dan diharapkan
petani dapat menekan biaya produksi,terutama
pada biaya benih,biaya peptisida, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan alat. Jumlah produksi sebaiknya ditingkatkan melalui penggunaan Padi sawah secara efesien dan efektif.
DFTARPUSTAKA
Elda, Apria Lendi, & Mulyana,
Eka. (2023). Analisis Usahatani Padi Rawa Lebak Dengan Sistem Surjan Di Desa
Tebing Gerinting Utara Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir Sumatera
Selatan. Sriwijaya University.
Erviyana, Poppy. (2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman pangan jagung di Indonesia. JEJAK,
7(2).
Hamzah, Mochammad Faisal, &
Hidayat, Wahyu. (2018). Analisis pendapatan petani pisang di Desa Kandangtepus
Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(2),
283–293.
Lumintang, Fatmawati M. (2013).
Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
Nursyamsi, Dedi, & Muhammad Noor,
Haryono. (2014). Sistem Surjan Model Pertanian Lahan Rawa Adaftif Perubahan
Iklim. IAARD Press.
Putri, Citra Kurnia, & Noor,
Trisna Insan. (2018). Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Di Desa Sindangsari, Kecamatan
Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Agroinfo Galuh, 4(3), 927–935.
Rahman, Inayah, & Widiastuti,
Tika. (2020). Model Pengelolaan Wakaf Produktif Sektor Pertanian Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pimpinan Ranting Muhammadiyah
Penatarsewu Sidoarjo). Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 7(3),
486–498.
Sugiyono. (2017). MetodePenelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet. Sugiyono. (2017).
MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Sugiyono, S. (2014). Quantitative Research
Methods, Qualitative and R & D. Bandung: Alfabeta.
Syuhada, Siti. (2017). Upaya Pemantapan
Ketahanan Pangan Nasional melalui Revitalisasi di Sektor Pertanian dalam Rangka
Mengurangi Fenomena Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Industri. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 14(3), 118–128.
Yuristia, Rahmi. (2021). Analisis Pendapatan
Dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Sawah Di Kecamatan Sawang Kabupaten
Aceh Utara. Agrica Ekstensia, 15(1), 56–63.
Badan Pusat Statistik Provinsi
Sumatera Selatan, 2016.
Sumatera Selatan dalam angka 2016. Palembang:
BPSPSS.
Badan Pusat Statistik Provinsi
Sumatera Selatan, 2021. Sumatera
Selatan dalam angka 2021. Palembang:
BPSPSS.