ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI RAWA LEBAK DENGAN SISTEM SURJAN DI DESA TEBING GERINTING UTARA KECAMATAN INDRALAYA SELATAN KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

 

Eka Mulyana1, Serly Novita Sari2, Indri Januarti3

Jurusan sosial ekonomi pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

eka_agri@gmail.com, serly110989@fp.unsri.ac.id, in_drykrenz@yahoo.co.id

 

Abstrak

Pertanian Indonesia merupakan Pertanian tropika dikarenakan sebagian besar daerahnya berada pada daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, yang memotong Indonesia hampir menjadi dua bagian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menghitung pendapatan petani padi lahan rawa lebak di Desa Tebing Gerinting Utara. Pengambilan data sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Pengumpulan data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara sistematis. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka kemudian hasil data yang didapatkan dipaparkan dalam bentuk uraian yang sistematis dengan menggunakan rumus pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan rata-rata petani padi rawa lebak dengan sistem surjan di Desa Tebing Gerinting Utara sebesar Rp6.752.278 per Ha/Mt.

 

Kata kunci: padi rawa lebak; pendapatan; sistem surjan.

 

Abstract

Indonesian agriculture is tropical agriculture because most of its area is in the tropics which is directly influenced by the equator, which cuts Indonesia almost into two parts. The purpose of this study was to calculate the income of rice farmers from lebak swamp land in Tebing Gerinting Utara Village. Retrieval of sample data used is a simple random sample (Simple Random Sampling). The data collection used consists of primary data and secondary data. The data analysis used is descriptive quantitative data analysis, namely the data obtained in the form of numbers and then the results of the data obtained are presented in the form of a systematic description using the income formula. The results showed that the average income of lebak swamp rice farmers with the surjan system in Tebing Gerinting Utara Village was IDR 6,752,278 per Ha/Mt

 

Keywords: income; lowland swamp rice; surjan system.

 

 

 

Pendahuluan  

Pertanian Indonesia merupakan Pertanian tropika dikarenakan sebagian besar daerahnya berada pada daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, yang memotong Indonesia hampir menjadi dua bagian (Hamzah & Hidayat, 2018). Indonesia tetap menjadi negara yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan di indonesia adalah padi yang hasil produksinya masih dijadikan sebagai bahan makanan pokok (Erviyana, 2014). Padi adalah tanaman pertanian dan ialah tanaman utama dunia (Lumintang, 2013).

Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani berdasarkan pada tingkat pendapatan serta keuntungan yang telah didapat dari sektor pertanian tersebut (Rahman & Widiastuti, 2020). Sektor pertanian adalah andalan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dikarenakan sebagian besar masyarakat indonesia bertempat tinggal di desa serta bekerja dalam sektor pertanian (Putri & Noor, 2018).

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena melalui kegiatan di sektor pertanian kebutuhan manusia dapat terpenuhi terutama kebutuhan sandang, pangan dan papan (Syuhada, 2017). Selain itu, sektor pertanian menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, penyedia lapangan pekerjaan, serta memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yuristia, 2021).

Besarnya jumlah produksi beras menjadi hal yang penting bagi pemerintah, karena jumlah permintaan beras terus bertambah, selain itu adanya tekanan sistem produksi beras yang sangat kompleks dikarenakan adanya penyusutan luas lahan maupun degradasi fungsi lahan akibat peralihan fungsi lahan ke komoditas lain maupun ke non pertanian (ELDA & Mulyana, 2023). Hal ini menuntut pemerintah untuk meningkatkan produksi beras agar dapat menciptakan ketahanan pangan.

Lahan rawa lebak dapat berpotensi dalam pemanfaatan dari petani untuk dilakukannya usahatani padi baik dalam menghasilkan beras yang mana mendapatkan keuntungan untuk petani. Dalam agroekosistem lahan rawa ini, terbagi atas dua jenis lahan yakni lebak dan juga pasang surut, yang mana luas dari lahan rawa lebak lebih besar apabila dilakukan perbandingan dengan lahan pasang surut (BPSPSS, 2016).

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatra Selatan (2021) bahwa Kabupaten Ogan Ilir memiliki luas lahan panen 18.134,68 hektar dimana menjadi penghasil padi tertinggi kelima di Provinsi Sumatera Selatan dengan menghasilkan produksi padi sejumlah 78.145,79 ton.

Kabupaten Ogan Ilir terdiri dari beberapa Kecamatan salah satunya Kecamatan Indralaya Selatan dimana terdapat sebuah Desa yang mempunyai lahan rawa lebak dan dipergunakan oleh petaninya untuk melakukan usahatani padi yakni Desa Tebing Gerinting Utara. Petani padi di Desa Tebing Gerinting menerapkan sistem surjan.

Menurut (Nursyamsi & Muhammad Noor, 2014) sistem surjan dilakukan dengan mengoptimalkan ruang dan waktu dimana komoditas yang ditanam serta pola tanam yang digunakan beragam sehingga sistem usahatani yang dilakukan dapat menghasilkan produksi yang beragam juga dimana tujuannya ialah agar bisa menghasilkan pendapatan tambahan bagi petaninya sehingga keuntungan keuntungan yang didapatkan oleh petani lebih besar.

Sistem surjan di Kabupaten Ogan Ilir diterapkan hanya dibeberapa tempat saja salah satunya Desa Tebing Gerinting Utara. Hal tersebutlah yang menjadi alasan untuk melakukan penelitian pada Desa Tebing Gerinting  tentang analisis pendapatan petani padi rawa lebak dengan sistem surjan yang dilakukan di desa Tebing Gerinting Utara.

 

Metode

   Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tebing Gerinting Utara Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Tebing Gerinting Utara ini terdapat petani yang melakukan usahatani padi rawa lebak dengan sistem surjan dimana sistem tanam yang digunakan merupakan salah satu ciri khas dari usahatani padi tersebut. Pengambilan data dilapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 sampai dengan November 2022.

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel acak sederhana (simple random sampling). Peneliti mengambil 30 responden petani padi dari total populasi 67 petani padi yang berada di Desa Tebing Gerinting Utara Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Jumlah pengambilan sampel dianggap telah memenuhi syarat dalam minimal ukuran sampel secara statistik dan juga telah cukup untuk mewakili dari jumlah populasi (Sugiyono, 2014).

Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung kepada petani. Dan untuk mendukung serta melengkapi data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait maupun studi literatur yang meliputi berbagai pustaka yang terkait dari penelitian ini antara lain seperti Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Buku dan Jurnal atau hasil penelitian terdahulu (Sugiyono, 2017).

Data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara sistematis. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka kemudian hasil data yang didapatkan dipaparkan dalam bentuk uraian yang sistematis.

Rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan petani padi lahan rawa lebak, maka rumus yang digunakan adalah:

Pd =  Pn – Bp

     = (Hy x Q) – (Bv + Bt)

Keterangan :

Pd  = Pendapatan Usahatani (Rp/Ha/Mt)

Pn  = Penerimaan (Rp/Ha/Mt)

Bp  = Biaya total (Rp/Ha/Mt)

Hy  = Harga jual (Rp)

Q    = Jumlah produksi (Kg/Mt)

Bv  = Biaya variabel (Rp/Ha/Mt)

Bt   = Biaya tetap (Rp/Ha/Mt)

 

Hasil dan Pembahasan

Kondisi Umum Desa Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tebing Gerinting termasuk ke dalam sebuah desa yang terdapat pada wilayah Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Indralaya Selatan ialah bentuk pemekaran wilayah dari kecamatan indralaya dan Tebing Gerinting Utara tergolong ke dalam pecahan dari Desa Tebing Gerinting yang mana mengalami perubahan nama menjadi Tebing Gerinting Selatan. Desa ini berbatasan Desa Lebung Karangan pada sebelah barat, Desa Ulak Segelung pada sebelah timur, Desa Arisan Gading pada sebelah selatan, dan Desa Lubuk Sakti serta Tanjung Agung pada sebelah utara. Luas wilayah Desa Tebing Gerinting Utara sekitar 1,67 km2. Jarak desa ke Ibukota Kecamatan Indralaya Selatan kurang lebih 1 km dan jarak desa ke Ibukota Kabupaten Ogan Ilir sejauh 6 km.

Desa Tebing Gerinting utara dialiri oleh Sungai Ogan. Desa Tebing Gerinting Utara terdiri dari wilayah dataran rendah yang mencakup daerah dataran dan rawa-rawa. Jumlah penduduk di Desa Tebing Gerinting Utara ialah 1.948 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan sejumlah 987 dan jumlah penduduk laki-laki sejumlah 961 jiwa dimana semua penduduk berstatus beragama islam.

Mata pencaharian utama penduduk Desa Tebing Gerinting Utara ialah di sektor pertanian dan perkebunan dimana sebagian besar penduduk memilih untuk menjadi petani. Hal ini dikarenakan di Desa Tebing Gerinting Utara sebagian besar wilayah terdiri dari lahan rawa lebak dan lahan perkebunan. Lahan sawah rawa lebak yang ada dimanfaatkan oleh petani untuk menanam padi dan berbagai jenis sayuran. Sedangkan untuk lahan perkebunan dimanfaatkan untuk menanam ubi, singkong, pisang, jambu air, sayuran dan kelapa sawit.

 

Penerimaan Usahatani Padi Rawa Lebak

Penerimaan usahatani padi rawa lebak termasuk ke dalam  hasil yang didapat dari perkalian jumlah produksi panen yang dihasilkan dengan harga jual hasil produksi padi rawa lebak yang dijual dalam bentuk gabah. Penerimaan dalam penelitian ini adalah seluruh hasil produksi yang dihasilkan oleh petani selama satu kali musim tanam dalam satu tahun karena di Desa Tebing Gerinting Utara hanya melakukan kegiatan usahatani padi rawa lebak sebanyak satu kali. Hal ini disebabkan oleh lahan usahatani yang berjenis rawa lebak dimana dalam satu tahun lahan petani akan digenangi oleh air saat musim hujan tiba. Jumlah produksi dengan harga jual dapat mempengaruhi pendapatan dimana semakin tinggi produksi dan harga jual maka penerimaan yang diterima semakin tinggi begitupun sebaliknya. Penerimaan yang didapat oleh petani padi rawa lebak dapat dilihat pada Tabel 1.

 

 

Tabel 1. Penerimaan Usahatani Padi Rawa Lebak

No.

Produksi Gabah

Rata-rata

1.

Produksi (Kg/Lg/Mt)

1.757

2.

Harga Jual (Rp/Kg)

4.200

3.

Penerimaan (Rp/Lg/Mt)

7.379.400

4.

Penerimaan (Rp/Ha/Mt)

9.779.000

Sumber: Hasil Olahan Lampiran 7

 

 Tabel 1. memperlihatkan bahwasanya rerata produksi gabah yang dihasilkan sejumlah 1.757 Kg/Lg/Mt. Produksi gabah per luas garapan tertinggi diperoleh petani sebesar 3.200 Kg/Lg/Mt dan terendah sebesar 750 Kg/Lg/Mt. Harga jual dalam bentuk gabah yang berlaku yakni Rp4.200 per Kg dengan dijual ke tengkulak dimana tengkulak akan datang dan membeli gabah yang dihasilkan serta dijual oleh petani langsung. Dari ke-30 petani contoh mampu memproduksi hasil panen sebesar 52.700 Kg. Maka penjualan gabah dengan harga Rp4.200 per Kg didapatkan rerata penerimaan sebesar Rp7.379.400 per Lg/Mt. Jika diasumsikan dengan rerata luas lahan satu hektar didapatkan jumlah penerimaan sebesar Rp9.779.000.

 

Biaya Produksi Usahatani Padi Rawa Lebak

Biaya produksi termasuk ke dalam biaya total yang dikeluarkan oleh petani dalam suatu proses aktivitas usahatani untuk menghasilkan produk. Biaya produksi usahatani padi rawa lebak terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat atau faktor produksi lainnya dimana dapat dimanfaatkan dalam menunjang keberhasilan dari proses aktivitas usahatani padi rawa lebak yang dilakukan oleh petani.

 

Biaya Tetap Usahatani Padi Rawa Lebak

Biaya tetap termasuk ke dalam biaya yang dikeluarkan tanpa bergantung pada sedikit banyaknya jumlah produksi dimana digunakan untuk membeli alat yang dapat digunakan lebih dari satu kali produksi. Dalam analisis biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun bukanlah hanya dari harga beli barang melainkan dengan biaya penyusutan. Biaya penyusutan merupakan biaya yang ditanggung oleh petani dimana diperoleh dari hasil harga beli yang dibagi dengan umur ekonomis alat tersebut. Berikut adalah rincian dari biaya penyusutan alat-alat yang digunakan dalam melakukan usahatani padi rawa lebak dimana bisa diperhatikan dalam Tabel 2

 

Tabel 2 Biaya Tetap Usahatani Padi Rawa Lebak

No.

Biaya Penyusutan

Rata-rata (Rp/Lg/Mt)

Rata-rata (Rp/Ha/Mt)

1.

Arit

11.833

16.567

2.

Cangkul

18.900

27.233

3.

Parang

16.033

24.733

4.

Sprayer

77.667

114.444

5.

Terpal

23.100

31.378

 

Total

147.533

214.355

Sumber: Hasil Olahan Lampiran 13

Didasarkan pada Tabel 1.2. terdapat biaya penyusutan yang terdiri dari arit, cangkul, parang, sprayer, dan terpal. Biaya setiap alat disesuaikan dengan kebutuhan petani dalam proses aktivitas usahatani padi rawa lebak. Biaya penyusutan yang paling besar ialah handsprayer yakni sebesar Rp77.667,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp114.444,00 per hektar per musim tanam, sedangkan biaya penyusutan yang paling kecil ialah arit sebesar Rp11.833,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp16.567,00 per hektar per musim tanam. Diperoleh jumlah seluruh biaya penyusutan sebesar Rp147.533,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp214.355,00 per hektar per musim tanam. Dari alat yang digunakan oleh petani bahwa handsprayer memiliki umur ekonomis yang lebih lama dibandingkan dengan alat lainnya dimana dapat digunakan hingga sepuluh tahun lamanya sedangkan arit, cangkul, parang, dan juga terpal hanya mampu bertahan sekitar lima tahun saja.

 

Biaya Variabel Usahatani Padi Rawa Lebak

Biaya variabel termasuk ke dalam biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian bahan atau faktor produksi yang dapat digunakan hanya untuk satu kali produksi saja. Besar kecilnya biaya variabel yang dikeluarkan bergantung pada luas lahan yang dimiliki karena semakin luas lahan yang dikelolah oleh petani maka semakin besar biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel menjad biaya penunjang dari keberhasilan kegiatan usahatani padi rawa lebak yang dilakukan oleh petani. Berikut adalah rincian biaya variabel usahatani padi rawa lebak yang dapat dilihat pada Tabel 3.

 

Tabel 3 Biaya Variabel Usahatani Padi Rawa Lebak

No.

Biaya Variabel

Rata-rata (Rp/Lg/Mt)

Rata-rata (Rp/Ha/Mt)

1.

Benih

232.200

288.567

2.

NPK

13.333

16.000

 

3.

UREA

718.333

993.000

4.

Regent

25.500

35.111

5.

Roundup

59.500

82.000

6.

DMA

27.500

37.889

7.

Karung

53.350

70.000

8.

Upah TK

174.833

227.444

9.

Sewa Lahan

841.767

974.878

10.

Sewa Alat

81.667

86.111

 

Total

2.227.983

2.811.000

Sumber: Hasil Olahan Lampiran 19

 

Berdasarkan Tabel 3 biaya variabel yang digunakan oleh petani meliputi benih, pupuk, pestisida, karung, upah tenaga kerja, sewa lahan, dan sewa alat. Biaya variabel yang paling tinggi dikeluarkan oleh petani dalam usahatani padi rawa lebak ialah sewa lahan dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp841.767,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp974.000,00 per hektar per musim tanam. Biaya variabel yang paling kecil dikeluarkan oleh petani ialah biaya pupuk NPK dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp13.333,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp16.000,00 per hektar per musim tanam. Hal ini dikarenakan petani lebih banyak mempergunakan pupuk UREA dibandingkan pupuk NPK. Dari biaya yang dikeluarkan oleh petani diperoleh jumlah seluruh biaya variabel sebesar Rp2.227.983,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp2.811.000,00 per hektar per musim tanam.

Benih yang digunakan memiliki harga yang sesuai dengan kemampuan petani dan kualitas yang baik. Benih yang digunakan oleh petani Desa Tebing Gerinting Utara yakni jenis padi Inpari 42. Pembelian akan benih tersebut telah didasarkan pada keinginan petani yang pasti sudah telah dipikirkan dengan baik dilihat dari segi kualitas dan keunggulannya karena setiap jenis tanaman padi yang ada memiliki keunggulan masing-masing. Benih yang diinginkan oleh petani juga mudah untuk didapatkan karena tersedianya toko penjualan bahan dan alat-alat pertanian. Begitupun halnya dengan pupuk dan pestisida dimana pupuk termasuk ke dalam bahan yang mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tanaman untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman padi, sedangkan pestisida termasuk ke dalam bahan yang berbentuk cair yang digunakan untuk membasmi serangan hama, penyakit, dan gulma. Banyak petani yang mempergunakan pupuk untuk padi rawa lebak yang mereka miliki agar hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan petani. Pupuk UREA menjadi salah satu pupuk yang banyak digunakan oleh petani di Desa Tebing Gerinting Utara sedangkan untuk pupuk NPK sangat jarang atau hanya beberapa petani saja yang menggunakannya. Kemudian untuk pestisida, jenis yang digunakan ialah herbisida dan insektisida. Petani padi di Desa Tebing Gerinting Utara mempergunakan herbisida jenis roundup dan DMA sedangkan insektisida mempergunakan jenis regent. Akan tetapi, ada beberapa petani yang tidak mempergunakan pestisida dalam proses aktivitas usahatani yang dilakukannya. Untuk harga dari masing-masing pestisida tergantung pada volume isi setiap botolnya ada yang berisi 50 ml sampai 1 liter sesuai dengan kebutuhan petani.

Aktivitas usahatani yang dilakukan selalu memerlukan bantuan orang lain pada saat proses budidaya tanaman padi baik dari dalam anggota keluarga ataupun luar keluarga. Upah tenaga kerja yang dikeluarkan berguna dalam kelancaran proses produksi itu sendiri walaupun ada beberapa petani yang tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar karena petani merasa masih mampu untuk melakukan proses budidaya sendiri. Hal ini juga dikarenakan luas lahan yang dimiliki petani tidak begitu luas dan juga untuk mengurangi pengeluaran untuk upah tenaga kerja. Upah yang diterima oleh tenaga kerja luar keluarga sesuai dengan kesepakatan dan pertimbangan yang sudah dipikirkan oleh petani padi rawa lebak. Petani biasanya membutuhkan tenaga kerja untuk proses penanaman dan panen. Untuk upah harian per orangnya diberi sebesar Rp30.000,00 sampai Rp100.000,00. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ditentukan sesuai dengan keinginan petani padi rawa lebak.

 

Total Biaya Produksi Usahatani Padi Rawa Lebak

Total biaya produksi termasuk ke dalam seluruh biaya yang dikeluarkan dalam melakukan aktivitas usahatani yang meliputi biaya tetap yang didapatkan dari biaya penyusutan serta biaya variabel yang digunakan untuk membeli bahan pertanian. Banyaknya biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani. Adapun total biaya keseluruhan dari usahatani padi rawa lebak dapat dilihat pada Tabel 4.

 

Tabel 4. Total Biaya Produksi Usahatani Padi Rawa Lebak

No.

Biaya Produksi

Biaya Rata-rata (Rp/Lg/Mt)

Biaya Rata-rata (Rp/Ha/Mt)

1.

Biaya Tetap

147.533

214.355

2.

Biaya Variabel

2.227.983

2.812.367

 

Total

2.375.516

3.026.722

Sumber: Hasil Olahan Lampiran 20

 

Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwasanya biaya variabel lebih banyak digunakan oleh petani dibandingkan biaya tetap dikarenakan penggunaannya hanya bisa dalam sekali pakai beda halnya dengan biaya tetap yang terdiri dari alat-alat pertanian yang dapat digunakan berkali-kali dalam jangka waktu yang cukup lama. Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar Rp2.375.516,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp3.026.723,00 per hektar per musim tanam. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani lebih besar daripada biaya tetap.

 

Pendapatan Usahatani Padi Rawa Lebak

Pendapatan petani padi diperoleh dari penerimaan yang didapatkan petani dari hasil penjualan gabah dikurang dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk mendapatkan alat dan bahan pertanian. Pendapatan yang ada dipengaruhi oleh penerimaan yang didapatkan dan biaya produksi yang dikeluarkan karena semakin besar penerimaan dan semakin kecil biaya produksi maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh oleh petani. Adapun rincian pendapatan usahatani padi rawa lebak dapat dilihat pada Tabel 5.

 

Tabel 5. Pendapatan Usahatani Padi Rawa Lebak

No.

Uraian

Rata-rata (Rp/Lg/Mt)

Rata-rata (Rp/Ha/Mt)

1.

Penerimaan

7.379.400

9.779.000

2.

Biaya Produksi

2.375.516

3.026.723

 

Pendapatan

5.003.884

6.752.278

Sumber: Hasil Olahan Lampiran 21

 

Didasarkan pada Tabel 1.5. memperlihatkan bahwasanya pendapatan rerata petani di Desa Tebing Gerinting Utara sebesar Rp5.003.884,00 per luas garapan per musim tanam atau Rp6.752.277,00 per hektar per musim tanam. Pendapatan petani tergolong cukup rendah tapi tetap menguntungkan bagi petani karena hasil penerimaan yang didapatkan lebih besar daripada biaya produksi yang dikeluarkan dimana penerimaan didapatkan dari perkalian antar harga jual gabah dengan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani, sedangkan untuk biaya produksi didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani padi rawa lebak di Desa Tebing Gerinting Utara

 

Kesimpulan

Pendapatan rata-rata petani padi rawa lebak dengan sistem surjan di Desa Tebing Gerinting Utara sebesar Rp6.752.278 per Ha/Mt dan diharapkan petani dapat menekan biaya produksi,terutama pada biaya benih,biaya peptisida, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan alat. Jumlah produksi sebaiknya ditingkatkan melalui penggunaan Padi sawah secara efesien dan efektif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DFTARPUSTAKA

 

Elda, Apria Lendi, & Mulyana, Eka. (2023). Analisis Usahatani Padi Rawa Lebak Dengan Sistem Surjan Di Desa Tebing Gerinting Utara Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Sriwijaya University.

 

Erviyana, Poppy. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tanaman pangan jagung di Indonesia. JEJAK, 7(2).

 

Hamzah, Mochammad Faisal, & Hidayat, Wahyu. (2018). Analisis pendapatan petani pisang di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(2), 283–293.

 

Lumintang, Fatmawati M. (2013). Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).

 

Nursyamsi, Dedi, & Muhammad Noor, Haryono. (2014). Sistem Surjan Model Pertanian Lahan Rawa Adaftif Perubahan Iklim. IAARD Press.

 

Putri, Citra Kurnia, & Noor, Trisna Insan. (2018). Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Di Desa Sindangsari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 4(3), 927–935.

 

Rahman, Inayah, & Widiastuti, Tika. (2020). Model Pengelolaan Wakaf Produktif Sektor Pertanian Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pimpinan Ranting Muhammadiyah Penatarsewu Sidoarjo). Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 7(3), 486–498.

 

Sugiyono. (2017). MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet. Sugiyono. (2017). MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

 

Sugiyono, S. (2014). Quantitative Research Methods, Qualitative and R & D. Bandung: Alfabeta.

 

Syuhada, Siti. (2017). Upaya Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional melalui Revitalisasi di Sektor Pertanian dalam Rangka Mengurangi Fenomena Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Industri. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 14(3), 118–128.

 

Yuristia, Rahmi. (2021). Analisis Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Sawah Di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara. Agrica Ekstensia, 15(1), 56–63.

 

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2016. Sumatera Selatan dalam angka 2016. Palembang: BPSPSS.

 

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2021. Sumatera Selatan dalam angka 2021. Palembang: BPSPSS.