PENGARUH CUSTOMER EXPERINCE DI ERA DIGITALISASI TERHADAP RETENSI PELANGGAN PADA
INDUSTRI RETAIL
Reza Suriansha
Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Unisadhuguna
Email: reza@ubs-usg.ac.id
Abstrak
Efektifitas
manajemen Customer Experince atau pengalaman pelanggan di
seluruh touchpoints, adalah kunci untuk membangun komitmen pelanggan, retensi,
dan kesuksesan finansial
berkelanjutan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan
melalui program digitalisasi retail. Sumber yang digunakan dalam penulisan data
ini adalah data sekunder dengan metode kualitatif. data sekunder berupa referensi
data dalam penulisan karya ilmiah sumbernya diperoleh dari jurnal, artikel dan
penulisan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa customer experience
dengan memanfaatkan digitalisasi dapat membantu meningkatkan
retensi pelanggan. Transformasi digital membuat semua stakeholder harus
menawarkan solusi yang kreatif dan memiliki nilai tambah agar produk mereka
bisa bersaing di pasar. Solusi yang ditawarkan pun harus memiliki biaya yang
murah dan mudah untuk didapatkan oleh pelanggan, serta mampu menjangkau semua
elemen pengguna di Indonesia yang tidak bisa dijangkau oleh layanan saat ini.
Ketiga hal ini merupakan manfaat digital yang bisa terwujud jika transformasi digital
berhasil dilakukan.
Kata
kunci: Customer
Experience, Digitalisasi, Retensi
Abstract
Effective Customer Experience management, or
customer experience across all touchpoints, is key to building customer
commitment, retention and sustainable financial success. This research is a
qualitative research conducted through a retail digitization program. The
source used in writing this data is secondary data with qualitative methods.
secondary data in the form of data references in writing scientific papers
obtained from journals, articles and previous writings. The results of the
study show that customer experience by utilizing digitization can help increase
customer retention. Digital transformation requires all stakeholders to offer
creative solutions and add value so that their products can compete in the
market. The solutions offered must also have a low cost and be easy for
customers to obtain, and be able to reach all elements of users in Indonesia
that cannot be reached by current services. These three things are digital
benefits that can be realized if digital transformation is successful.
Keywords: Customer Experience, Digitalization, Retention
Pendahuluan
Di dunia yang berlaku dan dinamis,
konsumen menikmati banyak pilihan dan peluang di pasar.
Para pemasar dan bisnis kini telah beralih ke pendekatan customer-centric dan dorongan
untuk menawarkan pengalaman pelanggan yang lengkap di pasar. Pengalaman
pelanggan manajemen seperti darah kehidupan organisasi yang
memungkinkan mereka untuk mengarahkan ke tujuan mereka tujuan.
Untuk mencapai keunggulan kompetitif di pasar mendalangi berarti pengalaman
pelanggan dianggap sangat penting (Chauhan & Sarabhai, 2018).
Di seluruh dunia dapat memanfaatkan
manfaat manajemen pengalaman pelanggan dengan menyematkan wawasan
pelanggan tentang perusahaan. Jadi dorongan untuk manajemen pengalaman
pelanggan adalah cukup jelas. Padahal para praktisi di industri
memiliki pengakuan akan pentingnya pengalaman pelanggan sebagai
konstruksi, namun literatur akademis tidak cukup menjelaskannya membangun.
Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami evolusi
konstruk pengalaman pelanggan dan dampaknya terhadap
pemasaran (Chauhan & Sarabhai, 2018).
Dari retrospeksi sejarah evolusi
ritel dan bisnis digital, mengidentifikasi tiga gelombang untuk menjelaskan
evolusi fenomena omnichannel. Pada gelombang pertama (pertengahan 1990-an)
pengecer meluncurkan saluran online pertama yang dicirikan oleh teknologi,
dikelola secara silo, dan tidak terintegrasi dengan saluran tradisional.
Pengecer mulai memfokuskan strategi mereka pada konsumen kebutuhan dan memahami bahwa
pelanggan harus berbelanja di saluran pilihan mereka. Akhirnya, gelombang
ketiga (sekitar 2015 hingga saat ini) melihat kebangkitan ritel omnichannel
sebagai respons terhadap perubahan perilaku belanja masyarakat.
Pada tahap ini,
integrasi antara yang berbeda saluran lebih tinggi dan setiap saluran
menjadi titik kontak komunikasi antara konsumen dan
merek. Pada tahun 2020, Pandemi Coronavirus (COVID-19) telah mendorong pengecer
besar untuk menggunakan strategi omnichannel, sementara platform e-niaga
seperti Shopify memungkinkan pengecer lokal yang lebih kecil untuk online untuk
pertama kalinya. Karya ini berfokus pada aspek kunci manajemen
omnichannel: omnichannel pengalaman pelanggan (Gerea, Gonzalez-Lopez, & Herskovic, 2021).
Maka dari itu, menjaga
retensi pelanggan merupakan cara yang tepat dalam suatu perusahaan untuk
mempertahankan pelangganya agar tetap kembali menggunakan produk tersebut dalam
waktu tertentu. Retensi pelanggan (customer retention) adalah suatu aktivitas
yang diarahkan untuk mampu menjaga interaksi yang terus berkelanjutan dengan
pelanggan melalui hubungan berkelanjutan, loyalitas pemasaran, database
pemasaran, permission marketing, dan kemajuan-kemajuan. Dalam upaya untuk
mempertahankan pelanggan perusahaan harus mampu mengenal pelanggan lebih dalam
agar perusahaan mengetahui kebutuhan dan keingginan pelanggan salah satu caranya
dengan mengelola database pelanggan (Fitriyani & Hendriyani, 2021).
Pengalaman konsumen (customer
experience) adalah sebuah strategi yang hadir pada zaman revolusi industri, di
mana sektor agrikultur tergeser oleh sektor manufaktur, seiring dengan
meningkatnya keadaan ekonomi masyarakat dan proses otomatisasi, sehingga
penghasilan masyarakat bertambah dan memiliki lebih banyak waktu luang sehingga
masyarakat lebih memilih untuk membeli pelayanan (services) di banding hanya
memperoleh kebutuhan yang di harapkan baik barang maupun jasa. Dalam hal ini
pengukuran kepuasan pada customer experience dengan menggunakan 5 (lima) dimensi
yaitu sense, feel, think, act dan relate. Pengalaman ini dapat dilihat dari
sisi bagaimana konsumen mengkonsumsi atau menggunakan produk itu, dalam situasi
apa konsumen mengkonsumsinya, bagaimana keterlibatan konsumen dalam proses
konsumsi atau penggunaan produk (Dewi, 2016).
Model customer experience adalah
suatu model dalam pemasaran yang mengikuti customer equity. Model ini
dikembangkan oleh Bern Schmitt dalam bukunya Customer Experience Management,
yang merupakan kelanjutan dari buku sebelumnya, yaitu Experiential Marketing. Experience
adalah peristiwa pribadi yang terjadi sebagai jawaban atas beberapa rangsangan.
Pengalaman atau experience melibatkan seluruh dalam setiap peristiwa kehidupan.
Dengan kata lain, sebagai pemasar harus menata lingkungan yang benar untuk
pelanggan dan apa sebenarnya yang diinginkan pelanggan. Pengalaman atau
experience pada umumnya bukan
dihasilkan atas diri sendiri tapi bersifat membujuk pada atau secara psikologi
pengalaman adalah sesuatu hal yang terjadi tanpa kesengajaan (Dewi, 2016).
Salah satu cara memertahankan
kelangsungan bisnis agar dapat bertahan lama adalah dengan melakukan praktik
pemasaran relasi karena tujuan dari pemasaran relasi adalah membangun hubungan
jangka panjang dengan pelanggan. Praktik pemasaran relasi dibagi menjadi 3
bagian yaitu kepercayaan, komitmen, dan penanganan konflik.. dengan cara
tersebut, maka perusahaan dapat mencapai retensi pelanggan yang diinginkan.
retensi pelanggan sebagai suatu sikap dari pelanggan yang membuat pelanggan
tetap loyal menggunakan produk/jasa dari suatu penyedia layanan. Retensi
pelanggan merupakan perilaku pelanggan untuk memertahankan suatu produk/jasa
yang dibuat oleh produsen karena harganya yang murah ataupun karena terkenalnya
suatu merek. Kemudian, retensi pelanggan merupakan pembelian ulang secara berkepanjangan
yang disebabkan oleh keterikatan batin antara produsen dan pelanggan (Hadinata & Aprillia, 2021).
Oleh karena itu, perusahaan dituntut
untuk menciptakan hambatan perpindahan (kecepatan, harga yang murah, jaringan
yang luas, dan lainnya) sebagai upaya mempertahankan pelanggan. Retensi
pelanggan merupakan salah satu kunci dalam menentukan besarnya tingkat profitabilitas
dari sebuah perusahaan. Dengan mengacu pada pernyataan tersebut ketika sebuah
merek mampu menciptakan retensi pelanggan terhadap merek tersebut, maka untuk
memperoleh profitabilitas yang tinggi dapat dicapai dengan lebih mudah. Dengan
kondisi tersebut sebuah perusahaan akan menjadi mudah dalam mempertahankan
kondisi finansial perusahaan yang bersangkatun (Ramadhani & Hidayat, 2018).
Retensi pelanggan adalah
penghubungan antara loyalitaspelanggan dan profitabilitas. Retensi
pelangganmerupakan bentuk loyalitas yang berhubungan denganperilaku setia yang
diukur berdasarkan perilaku beli konsumenyang ditunjukkan dengan tingginya
frekuensi konsumen membeli suatu produk.Sementara itu, loyalitas sendiri lebih
mengacu pada sikap setia yang diukur berdasarkan komponen-komponen sikap,
keyakinan, perasaan, dan kehendak untuk melakukan
pembelian. Peningkatan retensi yang terjadi akanmengakibatkan
adanya peningkatan pada profit, khususnya retensi yangdihasilkan karena
hubungan baik yang terjalin antara perusahaan denganpelanggan dan bukan karena
adanya keterpaksaan pelanggan karena tidak adanyaalternatif provider lain atau
besarnya switching cost (Novianti, Suryoko, & Nugraha, 2013).
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang dilakukan melalui program digitalisasi retail. Sumber
yang digunakan dalam penulisan data ini adalah data sekunder dengan metode
kualitatif. data sekunder berupa referensi data dalam penulisan karya ilmiah
sumbernya diperoleh dari jurnal, artikel dan penulisan sebelumnya.
Hasil dan Pembahasan
Banyaknya pusat belanja ritel moderen yang
berbentuk hypermarket, minimarket dan supermarket, menggambarkan tingginya usaha
ekspansi dari industri ritel moderen di Indonesia. Berdasarkan data
yang dihimpun oleh Data Analyst. Manager Frontier Consulting Group dalam
Majalah Marketing Indonesia (edisi Oktober 2012) dapat diketahui
bahwa dalam periode enam tahun terakhir, antara 2007–2012, jumlah gerai ritel moderen
di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada 2007, jumlah
usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada 2011 mencapai
18.152 gerai
tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia.
Pertumbuhan jumlah gerai
tersebut tentu saja
diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Menurut
Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia
antara 10%–15% per tahun. Penjualan
ritel pada 2006 masih sebesar Rp 49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun
pada 2011. Adapun pada 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%–15%,
atau mencapai Rp138 triliun. Dari
jumlah tersebut, jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hypermarket,
kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket. (Data Analyst Manager
Frontier Consulting Group dalam Majalah Marketing Indonesia).
Berdasarkan uraian data di atas, jelas terjadi
peningkatan pelaku bisnis dalam industri ritel khususnya pada hypermarket, minimarket
dan supermarket. Banyaknya pelaku bisnis dalam sebuah industri menimbulkan persaingan
diantara pelaku bisnis tersebut.
Hal tersebut membuat Indomaret yang
merupakan salah satu pelaku bisnis pada ritel moderen,
merasakan persaingan di dalam industri ritel modern saat ini. Persaingan tersebut
dapat terlihat jelas dengan keberadaan pesaingnya yaitu Alfamaret.
Keberadaan Alfamaret
yang
tidak jauh dari Indomaret, membuat
persaingan yang ketat (Rizanata, 2014).
Seluruh pelanggan Indomaret pernah berbelanja di Alfamaret dan melakukan perbandingan
terhadap fasilitas yang diberikan antara alfamaret dan Indomaret. Mereka pun
menyatakan Indomaret memiliki keunggulan selain Layanan Berbelanja, yaitu dalam
keramahan yang diberikan ketika berkunjung, kenyamanan yang timbul karena
Layout (bangunan dan lahan parkir) serta dalam kecenderungan kesesuaian harga
dalam promosi dan pelaksanaannya. Setelah pelanggan membandingkan layanan Gerai
Indomaret dan Alfamaret, mereka menilai bahwa Indomaret lebih memiliki layanan
diluar layanan berbelanja yang lebih baik, sewajarnya pelanggan tersebut akan
kembali secara terus menerus ke Gerai Indomaret.
Di era digitalisasi, dapat diketahui bahwa seorang
konsumen cenderung akan memilih di toko yang dipercaya.. Selain itu, seorang
konsumen juga lebih memilih loyal atau terus menggunakan produk yang telah
sering Ia gunakan untuk mengurangi resiko karena kurangnya kredibilitas pada
produk lain. transformasi digital yaitu proses luar biasa yang melibatkan
sumber daya yang tersedia untuk proses
tersebut, termasuk penggunaan teknologi digital yang ada saat itu untuk
meningkatkan hasil organisasi dan memungkinkan pengalaman baru. Pemanfaatan dan
perkembangan teknologi digital sudah menjadi tak terelakkan. Penerapan
transformasi digital bukan hanya sekedar berubah dari offline menjadi online
atau dari paper-based menjadi computer-based. Penerapan transformasi digital
juga memerlukan sinkronisasi pola pikir (mindset), strategi dan keberhasilan
implementasi. Ada manfaat yang besar dalam transformasi digital yaitu
memunculkan ide-ide baru dalam bidang digital dikarenakan kompetisi yang
meningkat, layanan yang lebih mudah dan murah, hingga inklusivitas atau
jangkauan layanan yang lebih luas.
Dari sisi keamanan, transformasi digital rentan terjadi
penipuan yang juga secara digital karena penyelewengan dan penyalahgunaan
informasi pribadi dengan menggunakan kecanggihan teknologi (Kotarba, 2018;
Ramailis, 2020). Di era digital saat ini banyak modus penipuan digital yang
berkembang, seperti mengatasnamakan survei untuk mendapatkan data pribadi,
menggunakan email penipuan sebagai hadiah kompetisi, pesan singkat melalui
kanal komunikasi yang menawarkan aplikasi penghasil uang, hingga penjualan
produk dengan harga diskon yang sangat tinggi di platform Marketplace dengan
iming-iming barang asli.
Transformasi digital juga bisa menciptakan kompetisi yang
tidak sehat. Perusahaan-perusahaan yang memiliki modal besar dan kemampuan
mengembangkan ide dengan lebih cepat dan menarik bisa saja memomonopoli
persaingan dalam pasar. Walaupun di era digital saat ini setiap orang atau
perusahaan bisa dengan sangat mudah untuk mendapatkan referensi tentang
tulisan, gambar, ide, konsep dan implementasi, tidak semua orang mampu bersaing untuk mengambil
pangsa pasar (Hazmin & Wijayanti,
2022).
Dalam menjalankan bisnis retail, customer experience
dengan memanfaatkan digitalisasi dapat
membantu meningkatkan retensi pelanggan. Transformasi digital membuat semua
stakeholder harus menawarkan solusi yang kreatif dan memiliki nilai tambah agar
produk mereka bisa bersaing di pasar. Solusi yang ditawarkan pun harus memiliki
biaya yang murah dan mudah untuk didapatkan oleh pelanggan, serta mampu
menjangkau semua elemen pengguna di Indonesia yang tidak bisa dijangkau oleh
layanan saat ini. Ketiga hal ini merupakan manfaat digital yang bisa terwujud jika
transformasi digital berhasil dilakukan (Hazmin & Wijayanti,
2022).
Retail (minimarket) ini, selain berpengaruh terhadap industri juga dapat berpengaruh kepada masyarakat. Seperti halnya
membantu perekonomian masyarakat dalam tatanan new normal ini. Melibatkan
masyarakat untuk mengelola retail dengan merekrut sebagai customer service, kasir, bagian keuangan dan
pembukuan. Hal ini dapat membantu
memberikan solusi sebagaimana yang kita ketahui bahwa beberapa pekerja dirumahkan dan di-PHK. Selain itu, kebutuhan
sehari-hari masyarakat menjadi lebih mudah terpenuhi karena eksistensi retail
yang berada dalam lingkungan masyarakat sehingga efisien dalam hal waktu (Prastiwi, 2020).
Agilitas pelanggan dan pesatnya perkembangan teknologi
membuat perusahaan harus melakukan
berbagai macam strategi salah satunya adalah meningkatkan retensi pelanggan
agar pelanggan tidak beralih ke kompetitor. Oleh karena itu, perusahaan harus
mengenal karakteristik pelanggannya secara spesifik. Maka dari itu, retensi pelanggan merupakan kunci profitabilitas. Oleh
karenaitu, mengembangkan dan mempertahankan retensi pelangganjangka
panjangmenjadi kunci bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (Novianti et al., 2013).
Dalam menjalankan industri retail, salah satu cara agar dapat merebut pangsa
pasar adalah dengan memperoleh pelanggan sebanyak-banyaknya. Perusahaan akan
berhasil memperoleh pelanggan dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat
memberikan kepuasan bagi pelanggan. Pelanggan yang puas dan setia merupakan
peluang untuk mendapatkan pelanggan baru melalui rekomendasi dari mulut ke
mulut. Mempertahankan semua pelanggan yang ada umumnya akan lebih menguntungkan
dibandingkan dengan pergantian pelanggan karena biaya untuk menarik pelanggan
baru bisa lebih besar dari biaya mempertahankan seorang pelanggan yang sudah
ada. Hubungan antara fokus pada pelanggan dan tingkat kepuasan juga disadari
oleh sebahagian besar perusahaan. Oleh sebab itu, banyak perusahaan saat ini
sangat concern dengan pencapaian kepuasan pelanggan.
Pengalaman konsumen (customer experience) adalah sebuah
strategi yang hadir pada zaman revolusi industri, di mana sektor agrikultur
tergeser oleh sektor manufaktur, seiring dengan meningkatnya keadaan ekonomi
masyarakat dan proses otomatisasi, sehingga penghasilan masyarakat bertambah
dan memiliki lebih banyak waktu luang sehingga masyarakat lebih memilih untuk
membeli pelayanan (services) di banding hanya memperoleh kebutuhan yang di
harapkan baik barang maupun jasa. Dalam hal ini pengukuran kepuasan pada
customer experience dengan menggunakan 5 (lima) dimensi yaitu sense, feel,
think, act dan relate. Pengalaman ini dapat dilihat dari sisi bagaimana
konsumen mengkonsumsi atau menggunakan produk itu, dalam situasi apa konsumen
mengkonsumsinya, bagaimana keterlibatan konsumen dalam proses konsumsi atau
penggunaan produk (Dewi, 2016).
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa setelah pelanggan
membandingkan layanan Gerai Indomaret dan Alfamaret, mereka menilai bahwa
Indomaret lebih memiliki layanan diluar layanan berbelanja yang lebih baik,
sewajarnya pelanggan tersebut akan kembali secara terus menerus ke Gerai
Indomaret.
Di era digitalisasi, dapat diketahui
bahwa seorang konsumen cenderung akan memilih di toko yang dipercaya.. Selain
itu, seorang konsumen juga lebih memilih loyal atau terus menggunakan produk
yang telah sering Ia gunakan untuk mengurangi resiko karena kurangnya
kredibilitas pada produk lain. transformasi digital yaitu proses luar biasa
yang melibatkan sumber daya yang tersedia
untuk proses tersebut, termasuk penggunaan teknologi digital yang ada
saat itu untuk meningkatkan hasil organisasi dan memungkinkan pengalaman baru. Solusi
yang ditawarkan pun harus memiliki biaya yang murah dan mudah untuk didapatkan
oleh pelanggan, serta mampu menjangkau semua elemen pengguna di Indonesia yang
tidak bisa dijangkau oleh layanan saat ini.
Pengalaman konsumen (customer
experience) adalah sebuah strategi yang hadir pada zaman revolusi industri, di
mana sektor agrikultur tergeser oleh sektor manufaktur, seiring dengan
meningkatnya keadaan ekonomi masyarakat dan proses otomatisasi, sehingga
penghasilan masyarakat bertambah dan memiliki lebih banyak waktu luang sehingga
masyarakat lebih memilih untuk membeli pelayanan (services) di banding hanya
memperoleh kebutuhan yang di harapkan baik barang maupun jasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Chauhan, Prashant, & Sarabhai,
Samar. (2018). Customer Experience Management: Evolution and the Paradigm Shift
in Marketing. Business Perspectives ISSN- 0972-7612, Vol 17(January-June),
18–34.
Dewi, Ira Triyana. (2016). Pengaruh
Pengalaman Pelanggan (Customer Experience) Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada
Rumah Makan Kuliner Jawa Rantauprapat. 33(3), 93–103.
Fitriyani, Indah Pratiwi, &
Hendriyani, Chandra. (2021). Implementasi Customer Data Management Dalam
Meningkatkan Retensi Pelanggan IndiHome di PT Telkom. ICIT Journal, 7(2),
168–176. https://doi.org/10.33050/icit.v7i2.1645
Gerea, Carmen, Gonzalez-Lopez,
Fernanda, & Herskovic, Valeria. (2021). Omnichannel customer experience and
management: An integrative review and research agenda. Sustainability
(Switzerland), 13(5), 1–24. https://doi.org/10.3390/su13052824
Hadinata, Arvin, & Aprillia,
Ariesya. (2021). Pengaruh Praktik Pemasaran Relasi Terhadap Retensi Pelanggan:
Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Pelanggan Indihome
Pekanbaru). Rewriting Business Strategies in The New Normal: Changing Crises
to Opportunities, (November), 1–13.
Hazmin, Gulam, & Wijayanti,
Ajeng. (2022). Pendekatan Berbasis Phygital dalam Menjembatani Kesenjangan
dalam Transformasi Digital. International Journal of Community Service
Learning, 6(2), 159–166. https://doi.org/10.23887/ijcsl.v6i2.48470
Novianti, Suryoko, Sri, &
Nugraha, Susanta Hari. (2013). Pengaruh Kepuasan Pelanggan dan Hambatan
Berpindah Terhadap Retensi Pelanggan Kartu Prabayar Sim PATI di Wilayah
Semarang Novianti, Sri Suryoko, Hari Susanta Nugraha. 1–10.
Prastiwi, Iin Emy. (2020).
Digitalisasi Retail Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid Dalam Tatanan
New Normal. Prosiding Seminar Nasional & Call for Paper, (November),
531–542.
Ramadhani, Dwi Cahyu, & Hidayat,
Imam. (2018). Analisis Pengaruh Kepuasan Konsumen, Kepercayaan Pelanggan dan
Hambatan Perpindahan Terhadap Retensi Pelanggan. Ilmu Dan Riset Manajemen,
7(2461–0593), 6.
Rizanata, Muhamad Fahmi. (2014). Pengaruh
Kepercayaan Pelanggan Terhadap Word of Mouth, Niat Beli Dan Retensi Pelanggan
Gerai Indomaret Di Surabaya. Journal of Business and Banking, 4(1),
31–42.