ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI SENSOR COUNTER DAN RFID DENGAN PENETAPAN DISCOUNT RATE BERBASIS CAPM

 

Muhammad Ardhya Bisma

Universitas Logistik dan Bisnis Internasional

bisma@ulbi.ac.id

 

 

Abstrak

PT XYZ Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang berfokus pada produk-produk part otomotif. PT XYZ memiliki permasalahan terkait ketidaksesuaian jumlah hasil produksi yang berpotensi menyebabkan kerugian. Penelitian ini menelaah aspek keuangan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sistem dan prosedur eksisting guna memberikan gambaran atas kebutuhan dari sistem yang baru. Selanjutnya, hasil dari identifikasi tersebut akan dinilai melalui analisis kelayakan keuangan dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, dan payback period. Adapun discount rate ditetapkan berdasarkan pendekatan capital asset pricing model dan investasi diasumsikan sepenuhnya menggunakan ekuitas. Analisis sensitivitas juga dilakukan guna menilai elastisitas variabel dalam perhitungan model kelayakan ini, dan didapatkan bahwa investasi ini memiliki risiko yang tinggi

 

Kata kunci: analisis kelayakan, analisis sensitivitas, CAPM

 

Abstract

PT XYZ Indonesia is a manufacturing company that focuses on automotive parts products. PT XYZ faces an issue of product quantity discrepancy that might leads to the company’s loss. This study examines the financial aspects to identify and evaluate the existing system and procedures in order to provide an overview of the requirements for a new system. Furthermore, the results of this identification will be assessed through financial feasibility analysis using criteria such as NPV, IRR, and payback period. The discount rate is determined based on the capital asset pricing model approach and is assumed that the investation is to be made entirely equity-based. Sensitivity analysis is also conducted to assess the elasticity of variables in this feasibility model calculation, and it is found that this investment carries a high level of risk.

 

Keywords: feasibility study, sensitivity analysis, CAPM

 

Pendahuluan  

PT XYZ Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang berfokus pada produk-produk auto parts (Jamaludin, 2022). Dalam proses produksinya sering terjadi selisih jumlah produk yang dihasilkan atau tersimpan dalam persediaan (Pitoy, Padaunan, & Herang, 2022). Selisih produk tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti adanya produk reject ataupun kesalahan pencatatan pada hasil produksi maupun pada kegiatan stock opname, atau pun hal lain seperti tindak pencurian (Winardi & Saifudin, 2021). Hal ini tidak hanya dialami oleh perusahan di negara berkambang, tetapi juga pada perusahaan negara maju seperti Amerika Serikat, sebagaimana dilaporkan oleh ( National Retail Federation, 2022):

 

Gambar 1 Penyebab Susut Inventory

 

Tentunya hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan profit perusahaan atau bahkan kerugian. Adapun yang terjadi pada PT XYZ disajikan dalam tabel berikut:

 

Tabel 1 Kekurangan Unit Pada Produksi PT XYZ

 

No

Bulan

Hasil Produksi

Unit Masuk Proses Berikutnya

Kekurangan Unit

1

Januari

856,895

851,749

              5,146

2

Februari

1,192,942

1,168,688

            24,254

3

Maret

1,349,659

1,299,311

            50,348

4

April

1,465,157

1,451,636

            13,521

5

Mei

1,469,527

1,451,614

            17,913

Total

6,334,180

6,222,998

          111,182

Persentase Total Kekurangan Unit Terhadap Produksi

1.76%

Rata-rata Kekurangan Unit setiap bulan

22,236

 

Estimasi standar nilai harga pokok produksi setiap unit tersebut adalah Rp. 1,170, dengan demikian, ketika mempertimbangkan rataan kekurangan unit, maka perusahaan dapat diasumsikan mengalami kerugian sebesar Rp. 1,170 x 22,236 unit x 12 bulan = Rp. 312,193,440 setiap tahunnya.  Untuk mengatasi permasalahan tersebut, manajemen PT XYZ berencana untuk melakukan pengadaan sensor pada bagian cutting guna meminimalisir potensi kesalahan proses administratif pada penghitungan hasil produksi.

Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini berfokus pada analisis kelayakan khususnya aspek keuangan dengan pendekatan cost and benefit analysis. Sebagaimana yang telah dilakukan berbagai peneliti sebelumnya seperti (Ilyas, 2020), (Afaz & Gusman, 2021), dan (Syamsumarno, 2021), penelitian ini akan mempertimbangkan kriteria kelayakan yakni NPV, IRR dan payback period. Adapun yang menjadi pembeda adalah penggunaan capital asset pricing model untuk menentukan nilai discount rate.

 

Metode

Gambar 2 Metodologi Penelitian

 

1)      Penelaahan aspek operasional,

Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi kondisi dan proses bisnis perusahaan sebelum dan sesudah penerapan sistem baru. Berdasarkan data data dan hasil dari focus group discussion yang sudah dilakukan dengan manajemen PT XYZ didapatkan bahwa:

a)      Penerapan sensor dan RFID ini akan membutuhkan 1 karyawan tambahan.

b)      Diperlukan sosialisasi dan pelatihan dalam penerapan sistem ini

c)      Diperlukan biaya perawatan hardware dan pembaruan software

d)      Masa depresiasi aset investasi ditetapkan sebesar 4 tahun

 

2)      Identifikasi Cost

Berdasarkan penelaahan operasional yang sudah dilakukan berikut ini adalah identifikasi biaya yang didapatkan:

 

Tabel 2 Komponen Biaya Investasi dan Operasional Rutin

No

Komponen

Biaya

Unit

Total

Penjelasan

1

RFID Tags

20,000

100

2,000,000

Investasi

2

RFID Handheld reader

11,500,000

45

517,500,000

Investasi

3

RFID Antenna

1,500,000

8

12,000,000

Investasi

4

RFID Fixed reader

7,500,000

1

7,500,000

Investasi

5

Desktop reader

900,000

2

1,800,000

Investasi

6

Laptop

7,000,000

1

7,000,000

Investasi

7

Software (termasuk initial setup & initial training)

125,239,147

1

100,000,000

Investasi

8

Sensor Proximity

147,000

9

1,323,000

Investasi

9

Digital counter

652,000

9

5,868,000

Investasi

10

Connector Cable

63,000

9

567,000

Investasi

11

Gaji Operator

1 orang

4,782,935

13

62,178,155

Operasional; Gaji Tahunan + THR, asumsi kenaikan per tahun menggunakan CAGR dari kenaikan gaji UMR Kabupaten Bekasi pada tahun 2016 – 2021 sebesar 7.5%

12

Hardware & Software Maintenance

10,152,323

10,152,323

Operasional; Biaya per tahun

13

Depresiasi

163,889,500

163,889,500

Depresiasi straight line dari nilai total investasi; umur aset 4 tahun

 

Total nilai investasi yang dibutuhkan pada periode awal adalah sebesar Rp. 742,975,302.

 

3)      Identifikasi Benefit

Dalam skenario yang ditetapkan, setidaknya terdapat 2 (dua) komponen benefit, yaitu:

a)      Penurunan jumlah produk yang tidak sesuai

Sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, estimasi standar nilai harga pokok produksi setiap unit adalah Rp. 1,170, dengan demikian, ketika mempertimbangkan rataan kekurangan unit, maka perusahaan dapat diasumsikan mengalami kerugian sebesar Rp. 1,170 x 22,236 unit x 12 bulan = Rp. 312,193,440 setiap tahunnya.

 

Berdasarkan focus group discussion yang dilakukan dengan manajemen PT XYZ, instalasi sistem sensor dan RFID dapat mengurangi jumlah rata – rata kekurangan produk hingga 95%. Dengan kata lain, nilai benefit yang didapatkan adalah senilai Rp. 312,193,440 x 95% = Rp. 296,583,768 setiap tahunnya.

 

b)      Pengurangan pajak (tax shield)

Pengurangan pajak bisa diperoleh karena adanya depresiasi sebagai faktor pengurang pajak dari nilai investasi. Mengacu pada Pasal 17 Ayat 1 Bagian b UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, diasumsikan bahwa pajak yang dikenakan pada PT XYZ adalah 25%, oleh karena itu, benefit dari nilai pengurangan pajak dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai depresiasi terhadap tingkat pajaknya

Rp. 163,889,500 x 25% = Rp.  42,549,822

4)      Penentuan discount rate

Discount rate ditentukan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan variabel sebagai berikut (Harrington, Nunes, Aboulamer, & Grabowski, 2021):

a)      Risk free rate (Rf): risk free rate yang digunakan adalah nilai yield obligasi pemerintah Indonesia sesuai dengan jangka waktu perhitungan analisis kelayakannya yakni 4 tahun dengan nilai 5.9636%

b)      Nilai β diperoleh dari nilai Unlevered Beta untuk pasar di negara berkembang untuk industri auto-parts dengan nilai 1.36 (Damodaran, 2016)

c)      Market Return (Rm) didasarkan pada nilai yearly return IHSG dari periode Januari 2005 hingga Januari 2023. Data diambil melalui (Sinaga, Wu, & Chen, 2022) sebagaimana tercantum pada tabel berikut:

 

Tabel 3 Return IHSG Januari 2005 – Januari 2023

Periode

Date

Adj. Close Price

Holding Periode Rate

Holding Period Rate + 1

0

1/1/2005

1045.435059

1

1/1/2006

1232.321045

18%

118%

2

1/1/2007

1757.258057

43%

143%

3

1/1/2008

2627.250977

50%

150%

4

1/1/2009

1332.666992

-49%

51%

5

1/1/2010

2610.795898

96%

196%

6

1/1/2011

3409.166992

31%

131%

7

1/1/2012

3941.693115

16%

116%

8

1/1/2013

4453.703125

13%

113%

9

1/1/2014

4418.756836

-1%

99%

10

1/1/2015

5289.403809

20%

120%

11

1/1/2016

4615.163086

-13%

87%

12

1/1/2017

5294.103027

15%

115%

13

1/1/2018

6605.630859

25%

125%

14

1/1/2019

6532.969238

-1%

99%

15

1/1/2020

5940.047852

-9%

91%

16

1/1/2021

5862.352051

-1%

99%

17

1/1/2022

6631.150879

13%

113%

18

1/1/2023

6850.983887

3%

103%

 

 

Perhitungan Market return dilakukan dengan menghitung rataan geometrik pada kolom Holding Period Rate + 1, kemudian dikurangi lagi dengan angka 1. Atau bisa juga dihitung dengan menggunakan fungsi RATE(nper,,-pv,fv) pada microsoft excel; dimana nilai nper adalah jumlah periode pada tabel yakni 18, kemudian nilai -pv adalah nilai Adjusted Close Price pada periode ke-0 yakni -1045.435059, dan nilai fv adalah nilai Adjusted Close Price pada periode ke-18, yaitu 6850.983887. Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan nilai market returnnya adalah 11%.

Setelah ketiga variabel diperoleh maka nilai discount rate didapatkan sebagai berikut:

Rf + [β x(Rm-Rf)] = 5.96% + [1.36 x (11% - 5.96%)] = 12.83%

 

Penggunaan discount rate berbasis CAPM ini pada dasarnya sama dengan nilai cost of equity, yang mana diasumsikan bahwa seluruh pendanaan investasi berasal dari ekuitas tanpa adanya pinjaman.

 

Hasil dan Pembahasan

Perhitungan parameter kelayakan berupa NPV, IRR dan Payback Period diperoleh melalui perhitungan net cost/benefit sebagai berikut:

 

Tabel 4 Perhitungan Net Cost/Benefit

Periode 0

Periode 1

Periode 2

Periode 3

Periode 4

 

2023

2024

2025

2026

2027

Cost

Investasi

680,797,147

Gaji Operator

62,178,155

66,841,517

71,854,630

77,243,728

83,037,007

Hardware & Software Maintenance

10,152,323

10,152,323

10,152,323

10,152,323

Total Cost [1]

742,975,302

76,993,840

82,006,953

87,396,051

93,189,330

Benefit

Penurunan jumlah produk yang tidak sesuai 95%

296,583,768

296,583,768

296,583,768

296,583,768

Pengurangan pajak (tax shield)

42,549,822

42,549,822

42,549,822

42,549,822

Total Benefit [2]

339,133,589.69

339,133,589.69

339,133,589.69

339,133,589.69

Net Benefit/Cost [2] - [1]

(742,975,302)

262,139,750

257,126,636

251,737,539

245,944,259

Cummulative Net Benefit/Cost

(742,975,302)

(480,835,552)

(223,708,916)

28,028,623

273,972,883

 

Discount Rate

12.83%

NPV

18,341,332.62

IRR

14.02%

Payback Period

2 tahun 11 bulan

 

Dari hasil perhitungan parameter kelayakan, maka rencana untuk pengadaan serta instalasi sensor counter dan RFID dapat dikatakan layak. Akan tetapi hasil ini hanya berlaku jika variabel – variabel biaya serta benefit tidak berubah. Terkait dengan hal tersebut, maka dilakukan analisis sensitivitas terhadap nilai NPV dengan berbagai variabel terkait sehingga didapatkan nilai elastisitas dari setiap variabel sebagai berikut:

 

Tabel 5 Elastisitas Variabel Terhadap NPV Investasi

Variabel

Elastisitas

Perubahan Nilai Investasi

-0.39

Pengurangan Jumlah Produk yang tidak sesuai

12.61

Discount Rate

-2.19

Perubahan Tax Rate

1.52

Perubahan Nilai Hardware & Software Maintenance

-0.05

Kenaikan Gaji Operator per tahun

-0.50

 

Dari hasil analisis sensitivitas tersebut, variabel dengan nilai elastisitas tertinggi, yang dalam hal ini adalah variabel persentase pengurangan jumlah produk yang tidak sesuai.

 

Tabel 6 Ilustrasi Simulasi Perubahan Variabel Benefit

“Penurunan jumlah produk yang tidak sesuai 90%”

 

0

1

2

3

4

 

2023

2024

2025

2026

2027

Cost

Investasi

680,797,147

Gaji Operator

62,178,155

66,841,517

71,854,630

77,243,728

83,037,007

Hardware & Software Maintenance

10,152,323

10,152,323

10,152,323

10,152,323

Total Cost [1]

742,975,302

76,993,840

82,006,953

87,396,051

93,189,330

Benefit

Penurunan jumlah produk yang tidak sesuai 90%

280,974,096

280,974,096

280,974,096

280,974,096

Pengurangan pajak (tax shield)

42,549,822

42,549,822

42,549,822

42,549,822

Total Benefit [2]

323,523,917.69

323,523,917.69

323,523,917.69

323,523,917.69

Net Benefit/Cost [2] - [1]

(742,975,302)

246,530,078

241,516,964

236,127,867

230,334,587

Cummulative Net Benefit/Cost

(742,975,302)

(496,445,224)

(254,928,260)

(18,800,393)

211,534,195

 

Discount Rate

12.83%

NPV

(28,253,669.90)

IRR

10.97%

Payback Period

3 tahun 1 bulan

 

Melalui simulasi lebih lanjut didapatkan bahwa ketika nilai pengurangan produk tidak sesuai hanya mencapai 90% (selisih 5% dari skenario awal), maka investasi ini sudah dinyatakan tidak layak. Dengan nilai elastisitas dan rentang toleransi seperti yang ditunjukkan, dapat dikatakan bahwa investasi ini memiliki risiko yang tinggi (Bisma & Pramudita, 2021).

 

Kesimpulan

Secara umum investasi sensor counter dan RFID dapat dinyatakan layak hanya jika seluruh asumsi tidak berubah. Analisis sensitivitas lebih lanjut menunjukkan bahwa dengan nilai elastisitas dan rentang toleransi saat ini, dapat dikatakan bahwa investasi ini memiliki risiko yang tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Afaz, Triyanchy, & Gusman, Mulya. (2021). Analisis Kelayakan Investasi Menggunakan Metode Discounted Cash Flow pada Tambang Aspal PT. Wijaya Karya Bitumen di Desa Nambo Kecematan Lasalimu, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Bina Tambang, 6(2), 84–95.

 

Bisma, M. Ardhya, & Pramudita, Aditia Sovia. (2021). Business model formulation of social-commerce based influencer on instagram platform. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 17(2), 249–264.

 

Damodaran, Aswath. (2016). Damodaran on valuation: security analysis for investment and corporate finance. John Wiley & Sons.

 

Federation, National Retail. (2022). Retail Security Survey.

 

Harrington, James P., Nunes, Carla, Aboulamer, Anas, & Grabowski, Roger J. (2021). Valuation Handbook—International Guide to Cost of Capital: 2021 Summary Edition. CFA Institute Research Foundation Books, October. http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3958962

 

Ilyas, Amin. (2020). Evaluasi Kelayakan Investasi Proyek Pembangunan Perumahan Green Terrace Ditinjau Pada Aspek Keuangan. Journal of Economics and Business UBS, 9(1), 9–17.

 

Jamaludin, Maun. (2022). PERENCANAAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PT. XYZ BANDUNG JAWA BARAT. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi, 13(2), 70–83.

 

Pitoy, Frendy Fernando, Padaunan, Ellen, & Herang, Cristoforus Stary. (2022). Dukungan Keluarga Dan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sagerat Kota Bitung. Klabat Journal of Nursing, 4(1), 1–7.

 

Sinaga, Josua, Wu, Ting, & Chen, Yu wang. (2022). Impact of government interventions on the stock market during COVID-19: a case study in Indonesia. SN Business & Economics, 2(9), 136.

 

Syamsumarno, Gladys Citrasari. (2021). Analisa Kelayakan Investasi Penggantian Mesin Bag Making Di PT X. Journal Printing and Packaging Technology, 2(1).

 

Winardi, Nastiti Kusuma, & Saifudin, Saifudin. (2021). Kajian Pengendalian Internal Persediaan Barang Logistik dan Upaya Pencegahan Fraud pada Bagian Logistik: Studi pada Instalasi Murai RSUP dr. Karyadi Semarang. Solusi, 19(2).