KONSEKUENSI ENVIROMENTAL IDENTITY : STUDI TENTANG NIAT
MENGUNJUNGI DESTINASI EKOWISATA
Alvin1 Nadia
Fachrudiana2 Ayu Ekasari3
Universitas Trisakti
Email: alvinsugandi18@gmail.com, fachrudiana04@gmail.com, ayu.ekasari@trisakti.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis peran environmental
identity dalam menjelaskan
sikap dan perilaku mengunjungi destinasi ekowisata dengan menguji pengaruh langsungnya terhadap sikap dan minat terhadap ekowisata, pengaruh langsung dan mediasinya terhadap niat dan tujuan mengunjungi ekowisata, serta kesediaan untuk membayar lebih mahal. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan 193 responden yang telah mengunjungi destinasi ekowisata dalam 1 tahun terakhir. Data dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa environmental identity yang berpengaruh langsung terhadap sikap pada destinasi ekowisata, minat yang lebih besar terhadap ekowisata, dan kemauan membayar lebih mahal
untuk berkunjung ke destinasi
ekowisata. Sedangkan sikap terhadap ekowisata tidak mempengaruhi kesediaan wisatawan lebih mahal serta environmental identity tidak
mempengaruhi niat berkunjung, dan kesediaan membayar lebih mahal. Studi ini memberikan
bukti bahwa environmental
identity berperan besar
dalam menjelaskan perilaku wisatawan terhadap produk dan jasa ekowisata. Temuan ini relevan bagi pengelola
destinasi ekowisata serta Kementerian Pariwisata untuk merancang strategi
pemasaran yang lebih baik
Kata kunci: Identitas lingkungan, Sikap
ekowisata, Minat ekowisata, Niat berkunjung ke
ekowisata, Kesediaan membayar premium
Abstract
This study aims to analyse the role of environmental
identity in explaining ecotourism attitudes and behaviour by examining its
direct effect on ecotourism attitudes and interest, its direct and mediated
effects on ecotourism intentions and goals, and the willingness to pay a
premium. The sampling technique used was purposive sampling and 193 respondents
that have visited ecotourism destination within a year filled the
questionnaire. The data was analysed
using structural equation modelling (SEM) method. The results show that a stronger
environmental identity leads directly to ecotourism attitudes, greater interest
in ecotourism, and a higher willingness to pay a premium. While the results of
attitudes toward ecotourism do not affect willingness to pay a premium,
environmental identity does not affect intention to visit, and environmental
identity does not affect willingness to pay a premium. This study provides
evidence that environmental identity plays a major role in explaining tourist
behaviour towards ecotourism products and services. The findings are relevant
for ecotourism destination managers as well as Ministry of Tourism to design
better marketing strategies.
Keywords: Environmental identity, Ecotourism attitude,
Interest in ecotourism, Intention to visit ecotourism, Willingness to pay a
premium
Pendahuluan
Industri pariwisata telah meningkat selama beberapa dekade terakhir, Sektor pariwisata memiliki potensi yang sangat tinggi sebagai pendorong perekonomian dan dapat berkontribusi terhadap lapangan
kerja serta pertumbuhan ekonomi. Tempat wisata di zaman modern sekarang ini tempat pariwisata
bukan hanya tempat untuk melepas penat jauh dari
hiruk pikuk perkotaan dan bersenang-senang
saja, tetapi dapat menimbulkan kesadaran lingkungan dari berbagai pihak. Sekarang ini pariwisata menjadi tempat yang baru sebagai pariwisata berkelanjutan untuk melindungi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Sektor pariwisata dunia pada tahun 2021 menyumbang sebesar 289 juta orang yang bekerja diseluruh dunia, mewakili satu dari
sepuluh pekerjaan di dunia serta mengalami pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sebesar 5,8% (WTTC, 2022). Pada tahun 2021, industri
pariwisata ini menyumbang sebesar 21,7% dari PDB dunia dan diperkirakan akan mempertahankan pertumbuhannya dengan memiliki rata-rata sebesar 5,8% pertahun selama sampai tahun
2023 sekarang ini (WTTC, 2022).
Pemerintah terus mengembangkan destinasi pariwisata dengan membuat kebijakan yang membuat Indonesia dikenal oleh mancan negara. Pada tahun 2022 kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tercatat 142.007 kunjungan dan
pada tahun 2023 jumlahnya meningkat 470,37% sebesar 809,959
kunjungan (Kemenparekraf, 2023)
Saat ini kemenparekraf sedang menggalakan program destinasi ekowisata di Indonesia untuk meningkatkan
ekonomi serta pendapatan daerah di destinasi ekowisata. Ekowisata Ekowisata bahwasannya merupakan tempat rekreasi yang difokuskan untuk pariwisata berkelanjutan dimana didalamnya terdapat upaya pelestarian lingkungan alam, budaya serta
meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal (Boedirachminarni & Suliswanto, 2017).
Wisatawan Indonesia rata-rata mengunjungi destinasi
ekowisata hanya 2-6 kali dalam setahun (www.unwto.org, 2022). Sementara itu, pada
tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan mengunjungan destinasi ekowisata
masih tergolong rendah hanya 5.45% dibanding destinasi wisata lain, seperti
kelautan (15.31%), keagamaan (9.13%), kuliner (13.73%) dan pariwisata
perkotaan/pedesaan (36.42%).
Tabel 1.
Presentase Sebaran Penduduk Indonesia Berdasarkan Tujuan Wisata
No |
Tujuan
Wisata |
Presentase % |
1 |
Marine Tourism |
15,31 |
2 |
Ecotourism |
5,45 |
3 |
Adventure Tour |
2,30 |
4 |
Religious Tourism |
9,13 |
5 |
Cultural Tourism |
1,78 |
6 |
Culinary Tourism |
13,73 |
7 |
City/Rural Tourism |
36,42 |
8 |
MICE Tourism |
0,54 |
9 |
Sport/Health Tourism |
3,48 |
10 |
Integrated Tourism |
11,85 |
Sumber : https://www.bps.go.id/publication,
Statistik Wisatawan Domestik 2019
Agar kunjungan wisatawan ke destinasi ekowisata meningkat, maka Kemenparekraf didukung pengelola destinasi ekowisata perlu merancang kampanye pemasaran yang dapat mendorong wisatawan tertarik dan berkunjung ke destinasi
ekowisata.
Penelitian
ini bertujuan untuk memperkaya
literatur tentang ekowisata di Indonesia sebagai sebuah
destinasi ekowisata yang relatif masih baru
dan menganalisa faktor-faktor
yang mendorong wisatawan bersedia berkunjung ke destinasi ekowisata. Penelitian ini diharapkan mampu untuk membantu Kemenparekraf dan pengelola destinasi ekowisata untuk merancang strategi pemasaran yang
tepat untuk mempromosikan pengembangan ekowisata di
Indonesia.
Penelitian ini akan mengeksplorasi variable environmental identity dan pengaruhnya dalam membentuk attitude dan interest terhadap ekowisata yang selanjutnya mendorong wisatawan bersedia mengunjunginya dan membayar lebih mahal. Hasil penelitian
sebelumnya oleh Teeroovengadum
(2019) membuktikan bahwa semakin seseorang mengidentifikasikan diri sebagai
pemerhati lingkungan, maka ia semakin mempunyai sikap positif dan minat
terhadap destinasi ekowisata yang pada akhirnya meningkatkan niatnya berlibur
ke destinasi ekowisata dan bersedia membayar lebih mahal.
Environmental identity didefinisikan
sebagai bagian dari cara seseorang dalam membentuk konsep dirinya dengan rasa keterhubungan dengan beberapa bagian dari alam,
berdasarkan sejarah, keterikatan emosional yang mempengaruhi cara pandang terhadap lingkungan (Marczak
& Sorokowski, 2018). Environmental
identity diartikan dengan sejauh mana individu menganggap diri
mereka sendiri sebagai orang yang ramah lingkungan (Werff et al., 2013).
Seseorang dengan environmental identity yang kuat cenderung menganggap
diri mereka sebagai tipe orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai entitas
yang ramah lingkungan (Yue, Wang, Liang, Tong, & Sun, 2021).
Environmental identity yang
sudah terbentuk dalam diri akan menimbulkan sikap yang menonjolkan kepedulian dan
bertanggung jawab pada lingkungan sekitar (Teeroovengadum, 2019).
Faktor-faktor yang dapat meminimalisir perubahan iklim yang ekstrim, kerentanan
masyarakat dalam menanggulangi lingkungan yang buruk adalah dengan menunjukan
kesehatan mental yang baik, kesejahteraan dalam membudidayakan lingkungan
sekitar, identitas lingkungan, serta hubungan dengan alam yang kuat (Austin et al., 2020). Cara
tersebut merujuk pada perhatian dan perilaku terhadap lingkungan, yang dapat
dikaitkan dengan keadaan konteks dan kelangkaan sumber daya serta layanan.
Ecotourism attitude yang umum mempunyai keadaan yang khusus
seperti bagaimana perilaku individu dan perilaku individu lain dalam
berkontribusi terhadap faktor lingkungan (Teeroovengadum,
2019). Dalam konteks
ekowisata ecotourism attitude didefinisikan sebagai kecenderungan
psikologis terhadap lingkungan
yang mengarah pada evaluasi
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan (Vicente
et al., 2013). Orang yang memiliki
kesadaran terhadap lingkungan
juga menunjukkan kepercayaan
dan minat yang lebih besar
terhadap lingkungan. Sejalan
dengan hal tersebut ecotourism attitude atau
sikap lingkungan sebagai kecenderungan psikologis pribadi terhadap situs-situs ekologi
yang terdapat pada destinasi
ekowisata (Khanh
& Phong, 2020).
Cheng
et al (2014) menegaskan
bahwa wisatawan menjadi lebih sadar lingkungan setelah mengunjungi
situs ekowisata dan terus menunjukkan efek manfaat kesehatan kognitif dan nilai ekologis antara alam dan manusia. Oleh karena itu, sikap ekowisata mudah dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan sikap adalah kecenderungan
asli. Hambatan terhadap ekowisata yang sering diindikasikan dalam kehidupan penduduk, dapat menjadi alasan
utama penduduk putus asa terhadap ecotourism
attitude (Adeleke,
2015). Ketika individu
semakin sadar akan perlindungan lingkungan, mereka akan mempromosikan sikap positif mereka
terhadap masalah lingkungan
yang terjadi pada destinasi
ekowisata (Wanga,
Hayombe, Odunga, & Odede, 2013).
Terkait dengan konsep ecotourism
attitude adalah konsep ecotourism
interest, yang berkaitan dengan
sejauh mana wisatawan menghargai dan merasa terikat oleh tempat yang dekat dengan lingkungan
dan ikut berpartisipasi dalam
kegiatan ramah lingkungan (Lu, Gursoy, & Del Chiappa, 2016). Ecotourism
interest timbul pada saat
melihat objek ekowisata yang sebagai daya tarik mampu untuk menarik minat individu,
karena sebagai penggerak adanya karakteristik yang unik pada destinasi ekowisata (Revida
et al., 2021). Ecotourism interest terhadap
destinasi ekowisata cenderung meningkatkan keinginan mereka untuk berinvestasi pada produk dan layanan yang terkait dengan ekowisata (Suryanto,
Haseeb, & Hartani, 2018). Lu et
al (2016) berpendapat
bahwa ecotourism interest meningkat
ketika sikap dan perilaku individu dalam berkunjung pada destinasi ekowisata terjalin dengan baik.
Metode
Rancangan dalam penelitian ini disusun menggunakan
pengujian hipotesis atau hypothesis testing. Hypothesis testing
merupakan hipotesis penelitian yang mengenai berbagai macam karakteristik
penelitian tertentu (Sekaran & Bougie, 2016). Penelitian ini menggunakan pengambilan
data dengan cara cross sectional dimana data diambil pada kurun waktu
dan periode yang telah ditentukan. Unit analisis yang digunakan, yakni individual. Environmental identity di ukur
melalui 11 pernyataan (Nunkoo
& Gursoy, 2012). Pengukuran
variabel ini dilakukan
untuk menilai seberapa baik
wisatawan mengenal lingkungan alam. Environmental
attitude di ukur melalui
5 pernyataan (Teeroovengadum,
2019). Variabel ini dilakukan
untuk melihat sikap wisatawan dalam mengunjungi destinasi ekowisata. Environmental interest di ukur melalui 8 pernyataan. Environmental interest diukur untuk melihat seberapa besar wisatawan ingin mengunjungi destinasi ekowisata. Intention to visit ecotourism sites di ukur menggunakan 4 pernyataan. Untuk melihat seberapa besar wisatawan berkeinginan untuk mengunjungi destinasi ekowisata dan Willingness to pay a premium di ukur menggunakan 5 pernyataan.
Survey kuesioner yang dilakukan dengan bobot kuesioner menggunakan skala likert 1-5 dan meliputi 33 indikator serta 5 variabel yaitu environmental
identity, environmental attitude, environmental interest, intention
to visit ecotourism sites, willingness to pay a premium.
Pengumpulan Sampel
Metode penarikan
sampel dalam penelitian ini menggunakan non-probability
sampling dengan teknik purposive
sampling. Kriteria responden
dalam penelitian ini adalah mereka yang pernah mengunjungi salah satu atau lebih dari lima destinasi ekowisata yaitu Taman Nasional
Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Desa Wisata Penglipuran Bali, Taman Wisata Kawah Ijen dalam
kurun waktu satu tahun terakhir.
Tabel 1. Karakteristik
Sampel
Karakteristik |
n
(193) |
% |
|
Jenis Kelamin : |
|||
Pria |
85 |
44,3 |
|
Wanita |
107 |
55,7 |
|
Usia : |
|||
17 – 22 Tahun |
20 |
10,4 |
|
23 – 28 Tahun |
115 |
59,6 |
|
29 – 34 Tahun |
47 |
24,4 |
|
35 – 40 Tahun |
9 |
4,7 |
|
>40 Tahun |
2 |
1 |
|
Pekerjaan
: |
|||
Wirausaha |
14 |
7,3 |
|
Pegawai
Negeri Sipil |
32 |
16,7 |
|
Karyawan Swasta |
120 |
62,5 |
|
Pelajar/Mahasiswa |
25 |
13 |
|
Lainnya |
1 |
0,5 |
|
Pendapatan/Uang
Saku : |
|||
Rp. 1.000.000 - Rp.
4.000.000 |
37 |
19,3 |
|
Rp.
4.000.000 - Rp. 6. 000.000 |
105 |
54,7 |
|
Rp.
6.000.000 - Rp. 10.000.000 |
38 |
19,8 |
|
Rp.
10.000.000 - Rp. 15.000.000 |
11 |
5,7 |
|
>
Rp. 15.000.000 |
1 |
0,5 |
|
Frekuensi
Kunjungan Wisata/Tahun |
|||
Dibawah 2 kali |
72 |
37,5 |
|
2 -
4 Kali |
95 |
49,5 |
|
4 -
6 Kali |
22 |
11,5 |
|
Diatas 6 Kali |
3 |
1,6 |
|
Sumber: Analisis Penulis
(2023)
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 193 reponden, diperoleh data mayoritas wanita (55,7%), usia antara 23 – 28 tahun (59,6%), pekerjaan karyawan swasta (62,5), pendapatan antara Rp. 4.000.000 - Rp. 6. 000.000 (54,7%), dan frekuensi kunjungan 2 – 4 kali
(49,5%). Jumlah ini disesuaikan
dengan minimal sampel yang ditentukan yaitu minimal 10 kali lipat dari jumlah
pernyataan yang diberikan
(Hair et al., 2018).
Analisis Data
Data dalam penelitian
ini menggunakan Structural Equation Modeling
(SEM) dengan analisis Partial
Least Square (PLS) dibantu menggunakan
software SmartPLS 3.0. Hasil uji average variance extracted
(AVE) dapat dikatakan valid
jika nilai outer loadingnya lebih dari
0,5. Jika nilai Composite Reliability (CR) dapat dikatakan reliabel jika nilai
outer loadingnya
lebih dari 0,7.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 2. Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE)
Variabel |
Average Variance
Extracted (AVE) |
Nilai Akar
Kuadrat AVE |
Environmental Identity |
0.549 |
0.301 |
Ecotourism Attitude |
0.574 |
0.329 |
Ecotourism Interest |
0.637 |
0.405 |
Intention to visit ecotourism sites |
0.671 |
0.450 |
Willingness
to pay a premium |
0.768 |
0.589 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengujian
nilai AVE diketahui variabel environmental identity memiliki
nilai AVE sebesar 0,549
> 0,05. Varibel ecotourism attitude memiliki nilai AVE 0,574 >
0,05. Variabel ecotourism interest memiliki nilai sebesar 0,637 > 0,05. Varibel Intention
to visit ecotourism site memiliki nilai sebesar 0,671 > 0,05 dan variabel Willingness to
pay a premium memimiliki nilai
0,768 > 0,05. Maka semua variable laten menghasilkan
nilai AVE lebih dari 0,5. Sehingga dapat dikatakan variabel tersebut valid jika dilihat melalui nilai AVE.
Tabel 3. Hasil Uji Composite Reliability (CR)
Variabel |
Composite Reliability |
Environmental Identity |
0.879 |
Ecotourism Attitude |
0.871 |
Ecotourism Interest |
0.840 |
Intention to Visit Ecotourism Sites |
0.891 |
Willingness to pay a
premium |
0.943 |
Sumber: Hasil Pengolahan
Data
Berdasarkan hasil pengujian nilai CR diketahui variabel environmental
identity memiliki nilai
CR sebesar 0,879
> 0,7. Varibel ecotourism attitude memiliki nilai CR 0,871
> 0,7. Variabel ecotourism interest memiliki nilai sebesar 0,840 > 0,7. Varibel
Intention to visit ecotourism site memiliki nilai sebesar 0,891 > 0,7 dan variabel
Willingness to pay a premium memimiliki nilai 0,945 > 0,7. Maka semua variable laten memiliki nilai CR lebih dari 0,7. Artinya
reliabilitas diantara semua variabel laten tersebut tinggi.
Uji Hipotesis
Terdapat 13 hipotesis
yang telah diuraikan, dimana terdapat 9 (sembilan) hipotesis direct
dan 4 (empat) indirect, didapatkan
hasil 8 (tujuh) hipotesis direct didukung,
sedangkan 1 (satu) tidak didukung. Pada hipotesis indirect mendapatkan
hasil 2 (dua) didukung dan
2 (dua) tidak didukung.
Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis |
Original
Sample |
Standard
Deviation |
T
Statistics |
p-Values
|
Keputusan |
Pengaruh
environmental identity terhadap intention to visit ecotourism sites |
0.145 |
0.101 |
1.432 |
0.038 |
H1a Didukung |
Pengaruh environmental identity terhadap willingness to pay a premium |
0.152 |
0.106 |
1.439 |
0.038 |
H1b Didukung |
0.125 |
0.090 |
1.390 |
0.042 |
H2 Didukung |
|
Pengaruh
environmental identity terhadap ecotourism attitude |
0.681 |
0.075 |
9.100 |
0.000 |
H3a Didukung |
Pengaruh environmental identity terhadap ecotourism interest |
0.447 |
0.100 |
4.486 |
0.000 |
H3b Didukung |
Pengaruh ecotourism attitude terhadap
intention to visit ecotourism sites |
0.105 |
0.094 |
1.124 |
0.066 |
H4a Didukung |
Pengaruh ecotourism attitude terhadap
willingness to pay a premium |
-0.146 |
0.102 |
1.430 |
0.077 |
H4b Tidak Didukung |
Pengaruh ecotourism interest terhadap
intention to visit ecotourism sites |
0.304 |
0.074 |
4.084 |
0.000 |
H4c
Didukung |
Pengaruh ecotourism interest terhadap
willingness to pay a premium |
0.339 |
0.095 |
3.555 |
0.000 |
H4d Didukung |
Pengaruh environmental identity terhadap intention to visit ecotourism sites melalui ecotourism attitude |
0.072 |
0.066 |
1.092 |
0.138 |
H5a Tidak Didukung |
Pengaruh environmental identity terhadap intention to visit ecotourism sites melalui ecotourism interest |
0.136 |
0.045 |
3.003 |
0.001 |
H5b Didukung |
Pengaruh environmental identity terhadap willingness to pay a premium melalui ecotourism attitude |
-0.099 |
0.072 |
1.389 |
0.083 |
H5c Tidak Didukung |
Pengaruh environmental identity terhadap willingness to pay a premium melalui ecotourism interest |
0.151 |
0.056 |
2.694 |
0.004 |
H5d Didukung |
Sumber: Hasil Pengolahan
Data
Hipotesis mengenai pengaruh environmental identity terhadap intention
to visit ecotourism sites (H1a) didukung dengan memiliki nilai P-value sebesar 0.038 <
0,05 dan pengaruh environmental identity
terhadap willingness to pay a premium (H1b) didukung
dengan nilai P-value sebesar
0.038 < 0,05.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya (Teeroovengadum,
2019), artinya semakin wisatawan mengidentifikasikan diri sebagai pecinta linkungan maka wisatawan bersedia berkunjung ke destinasi ekowisata dan bersedia untuk membayar lebih
pada saat kunjungannya. Hipotesis pengaruh ecoutoursim attitude terhadap ecotourism
interest (H2) didukung dengan
memiliki nilai P-value sebesar
0.042 < 0,05 artinya semakin
semakin positif sikap wisatawan terhadap lingkungannya maka semakin tinggi minat mereka untuk berkunjung ke ekowisata penelitian ini sesuai dengan hasil peneliti
(Teeroovengadum,
2019).
Hipotesis pengaruh environmental
identity terhadap ecotourism attitude (H3a) didukung
dengan memiliki nilai P-value sebesar 0,000
< 0,05 dan pengaruh environmental identity terhadap ecotourism interest (H3b)
didukung dengan memiliki nilai P-value sebesar
0,000 < 0,05 artinya semakin wisatawan memposisikan diri sebagai pecinta linkungan maka semakin tinggi pula sikap dan minat mereka saat berkunjung
ke destinasi ekowisata.
Hipotesis pengaruh ecotourism
attitude terhadap intention to visit ecotourism sites (H4a) didukung dengan nilai P-value sebesar 0.066 < 0,10 dan pengaruh
ecotourism attitude terhadap willingness to pay a premium (H4b) didukung berdasarkan nilai P-value 0.039 < 0,05, namun
jika dilihat berdasarkan orginal sampel (H4b) didapat nilai -0.146 artinya jika persepsi Ecotourism
attitude naik maka persepsi WIL (willingness
to pay more) turun,
sebaliknya jika persepsi ecotourism
attitude turun maka dapat
menaikkan persepsi willingness
to pay more. Hasil
ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukkan dimana ecotourism
attitude berpengaruh positif terhadap Willingness
to pay more, maka (H4b) tidak didukung, hasil tersebut tidak sesuai penelitian sebelumnya (Teeroovengadum,
2019). Hal ini sesuai
dengan penelitian (Hultman,
Kazeminia, & Ghasemi, 2015). Hipotesis
pengaruh ecotourism interest terhadap intention
to visit ecotourism sites (H4c) didukung dengan nilai P-value sebesar 0,000 < 0,5 dan pengaruh ecotourism
interest terhadap willingness to pay a premium (H4d) didukung dengan nilai P-value sebesar 0,000
< 0,5. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya (Teeroovengadum,
2019) dan (Lu et
al., 2016). artinya semakin tinggi minat mereka kepada
lingkungan dan destinasi ekowisata maka semakin tinggi minat mereka untuk berkunjung ke destinasi ekowisata dan bersedia untuk membayar lebih saat menikmati kunjungannya.
Hipotesis pengaruh environmental
identity terhadap intention to visit ecotourism sites melalui ecotourism attitude (H5a) tidak didukung karena memiliki nilai P-values sebesar 0.138 >
0.05 dan pengaruh environmental identity
terhadap willingness to pay a premium melalui ecotourism
attitude (H5c) tidak didukung
artinya adalah identitas lingkungan yang dimiliki oleh seseorang tidak bisa berdasarkan
sikap ekowisata yang tinggi namun identitas
lingkungan mampu untuk berpengaruh terhadap intensitas kunjungan terhadap ekowisata dengan memiliki identitas lingkungan yang baik.
Hal ini berbanding terbalik
dengan hipotesis sebelumnya dimana environmental
identity berpengaruh positif
terhadap intention to visit ecotourism sites. Pengaruh environmental
identity terhadap intention to visit ecotourism sites melalui ecotourism interest didukung
dengan nilai p-values sebesar 0.001 >
0.05 dan pengaruh environmental identity
terhadap willingness to pay a premium melalui ecotourism
interest (H5d) didukung sesuai
dengan peneliti (Teeroovengadum, 2019) dan
(Lu et al., 2016).
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa environmental identity
dapat berpengaruh terhadap attitude dan interest terhadap
destinasi ekowisata serta niat mengunjungi dan kesediaan membayar lebih mahal
untuk berkunjung ke destinasi ekowisata. Selain itu, interest memediasi
pengaruh environmental identity terhadap keinginan mengunjungi destinasi
ekowisata dan membayar lebih. Hal ini menunjukkan peran environmental
identity dalam mendorong wisatawan untuk tertarik terhadap destinasi
ekowisata dan berniat mengunjunginya. Berdasarkan hasil penelitian, baik
Kemenparekraf maupun pengelola destinasi wisata lokal dapat menggunakan media
sosial untuk mengampanyekan destinasi wisata. Melalui media sosial, dapat
dibuat content yang menggambarkan seseorang yang peduli pada lingkungan dan
gemar melakukan aktivitas yang menjaga kelestarian lingkungan serta skenario
saat ia berkunjung ke destinasi ekowisata. Selain itu, dapat pula digunakan influencer
yang mempunyai reputasi sebagai pecinta lingkungan seperti Puteri Indonesia
Bidang Lingkungan untuk mempromosikan destinasi ekowisata.
DAFTAR PUSTAKA
Adeleke, Bola Olusola. (2015).
Assessment of residents’ attitude towards ecotourism in KwaZulu-Natal protected
areas. International Journal of Culture, Tourism, and Hospitality Research,
9(3), 316–328. https://doi.org/10.1108/IJCTHR-12-2014-0102
Austin, Emma K., Rich, Jane L., Kiem,
Anthony S., Handley, Tonelle, Perkins, David, & Kelly, Brian J. (2020).
Concerns about climate change among rural residents in Australia. Journal of
Rural Studies, 75(June 2018), 98–109.
https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2020.01.010
Boedirachminarni, Arfida, &
Suliswanto, Muhammad Sri Wahyudi. (2017). Analisis Kepuasan Pengunjung
Ekowisata Kabupaten Malang. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15(1),
101. https://doi.org/10.22219/jep.v15i1.4649
Cheng, Mingming, Jin, Xin, &
Wong, Ip Kin Anthony. (2014). Ecotourism site in relation to tourist attitude
and further behavioural changes. Current Issues in Tourism, 17(4),
303–311. https://doi.org/10.1080/13683500.2013.800030
Hultman, Magnus, Kazeminia, Azadeh,
& Ghasemi, Vahid. (2015). Intention to visit and willingness to pay premium
for ecotourism: THE impact of attitude, materialism, and motivation. Journal
of Business Research, 68(9), 1854–1861.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2015.01.013
Lu, Allan Cheng Chieh, Gursoy, Dogan,
& Del Chiappa, Giacomo. (2016). The Influence of Materialism on Ecotourism
Attitudes and Behaviors. Journal of Travel Research, 55(2), 176–189.
https://doi.org/10.1177/0047287514541005
Marczak, Michalina, & Sorokowski,
Piotr. (2018). Emotional connectedness to nature is meaningfully related to
modernization. Evidence from the Meru of Kenya. Frontiers in Psychology,
9(SEP), 1–7. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.01789
Nunkoo, Robin, & Gursoy, Dogan.
(2012). Residents’ support for tourism. An Identity Perspective. Annals of Tourism
Research, 39(1), 243–268.
https://doi.org/10.1016/j.annals.2011.05.006
Revida, Erika, Purba, Sukarman, Permadi,
Lalu Adi, Putri, Dini M. B., Tanjung, Rahman, Djumaty, Brian L., Suwandi, Andreas,
Nasrullah, Simarmata, Janner, Handiman, Unang Toto, Nuria, Halida, Simanjuntak,
Mariana, Purba, Bonaraja, & Sudarmanto, Eko. (2021). Inovasi Desa Wisata
Potensi, Strategi dan Dampak Kunjungan Wisata. In Yayasan Kita Menulis.
Sekarang, Uma. Bougie, Roger. (2016).
Research Methods for Business. 1–23.
Simpson, Julia. (2022). Economic
Impact 2022. Wttc, 1–36.
Sucipto, Adi, Ntb, U., Ratulangi,
Sam, Sulut, U., Riau, U., Yani, Ahmad, Jateng, U., Ii, Badaruddin, Sultan, M.,
Nad, U., Yani, Ahmad, Jateng, U., Ii, Badaruddin, Ntb, U., Ratulangi, Sam,
Sulut, U., Yani, Ahmad, Jateng, U., & Sultan, M. (2019). TABEL . 1 Perkembangan
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia Pintu Masuk Utama Tabel . 2 Jumlah
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk Dan Kebangsaan Bulan
Agustus Tahun 2019 ( Angka Revisi ) ( Lanjutan ) Malaysia Filipina Singapura
Th. Kemenparekraf, 2018(Irts 2008), 2018–2020.
Suryanto, Tulus, Haseeb, Muhammad,
& Hartani, Nira Hariyatie. (2018). The correlates of developing green
supply chain management practices: Firms level analysis in Malaysia. International
Journal of Supply Chain Management, 7(5), 316–324.
Teeroovengadum, Viraiyan. (2019).
Environmental identity and ecotourism behaviours: examination of the direct and
indirect effects. Tourism Review, 74(2), 257–269.
https://doi.org/10.1108/TR-11-2017-0190
Thi Khanh, Chi Nguyen, & Phong,
Le Thai. (2020). Impact of environmental belief and nature-based destination
image on ecotourism attitude. Journal of Hospitality and Tourism Insights,
3(4), 489–505. https://doi.org/10.1108/JHTI-03-2020-0027
Van der Werff, Ellen, Steg, Linda,
& Keizer, Kees. (2013). The value of environmental self-identity: The relationship
between biospheric values, environmental self-identity and environmental preferences,
intentions and behaviour. Journal of Environmental Psychology, 34,
55–63. https://doi.org/10.1016/j.jenvp.2012.12.006
Vicente-Molina, María Azucena, Fernández-Sáinz,
Ana, & Izagirre-Olaizola, Julen. (2013). Environmental knowledge and other
variables affecting pro-environmental behaviour: Comparison of university
students from emerging and advanced countries. Journal of Cleaner Production,
61, 130–138. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2013.05.015
Wanga, Joshua O., Hayombe, Patrick
O., Odunga, Pius O., & Odede, Fredrick Z. A. (2013). The Nexus between
environmental knowledge and ecotourism attitude among the local youths in
Co-educational Secondary Schools in Bondo Sub-County , Siaya County , Kenya. International
Journal of Business and Social Research, 3(7), 103–116.
Yue, Dan, Wang, Shuai, Liang, Xiao,
Tong, Zepeng, & Sun, Yan. (2021). Comparative analysis of environmental
identity and animal attitude between male and female. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 647(1), 0–4. https://doi.org/10.1088/1755-1315/647/1/012162