KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DOSEN DI DUNIA PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0

 

Medya Apriliansyah

Fakultas Komunikasi & Desain Kreatif, Universitas Budi Luhur

Email: medya.apriliansyah@budiluhur.ac.id

 

 

Abstrak

Era revolusi industri 4.0 merupakan perubahan zaman yang tidak dapat dihindari, segala perkembangan dapat terlihat dari adanya percepatan teknologi dalam berbagai hal. Salah satu perkembangan ini dapat dilihat dari perkembangan dunia pendidikan, dimana revolusi industri 4.0 ini mengubah konsep dan cara pandang pendidikan. Untuk itu diperlukan pengembangan kurikulum sebagai langkah penyesuaian terhadap perkembangan zaman ini. Agar dapat mengikuti perkembangan saat ini dosen sebagai pemimpin di dalam kelas dimana dosen harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang cocok dalam memimpin mahasiswa-mahasiswanya. Kepemimpinan yang baik dapat menjadi modal utama dalam melakukan suatu perubahan di era revolusi industri 4.0 ini. Salah satu model kepemimpinan yang dapat diterapkan adalah model transformasional yang menekankan pada peran dosen sebagai pemimpin dalam melakukan perubahan mendasar dalam kelas yang dipimpinnya sehingga kinerja dalam kelas menjadi lebih efektif dan efisien. Kepemimpinan transformasional adalah proses transformasi dan transformasi individu. Melibatkan nilai, etika, standar dan tujuan jangka panjang.

 

Kata kunci: Kepemimpinan, Transformasional, Dosen

 

Abstract

The era of the industrial revolution 4.0 is an era of change that cannot be avoided, all developments can be seen from the acceleration of technology in various ways. One of these developments can be seen from the development of the world of education, where the industrial revolution 4.0 has changed the concept and perspective of education. For this reason, it is necessary to develop a curriculum as an adjustment step to the current developments. In order to be able to keep up with current developments the lecturer as a leader in the class where the lecturer must be able to apply a suitable leadership style in leading his students. Good leadership can be the main capital in making a change in this industrial revolution 4.0 era. One leadership model that can be applied is the transformational model which emphasizes the role of the lecturer as a leader in making fundamental changes in the class he leads so that class performance becomes more effective and efficient. Transformational leadership is a process of individual transformation and transformation. Involves values, ethics, standards and long term goals.

 

Keywords: Leadership, Transformational, Lecturer

 

 

 

Pendahuluan  

Pada hakekatnya perkembangan dan perubahan zaman selalu terjadi. Saat ini kita telah memasuki era Revolusi Industri 4.0, yang ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat factor (Lee, Lapira, Bagheri, & Kao, 2013): 1) peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analitik bisnis, kapabilitas dan kecerdasan; 3) Munculnya bentuk-bentuk baru interaksi manusia-komputer; 4) Peningkatan transmisi instruksi digital ke dunia fisik, seperti robotika dan pencetakan 3D. (Adha, 2020) menambahkan bahwa prinsip dasar Industri 4.0 adalah integrasi mesin, alur kerja, dan sistem yang dikendalikan secara independen satu sama lain melalui penerapan jaringan cerdas dalam rantai dan proses produksi.

Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan percepatan teknologi dalam berbagai hal, banyak bermunculan inovasi-inovai baru dalam hal teknologi dan bahkan mengubah cara pandang serta konsep dalam bidang kehidupan, salah satunya yaitu dunia pendidikan. Revolusi industri 4.0 mengubah konsep dan cara pandang pendidikan. Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan dari revolusi industri 4.0 karena secara tidak langsung perkembangan revolusi industri 4.0 juga turut merubah tatanan pendidikan di dunia (Zubaidah, 2019). Perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan sistem pembelajaran, pengajaran, kurikulum, perkembangan peserta didik, cara belajar, sarana dan prasarana belajar, serta hal lainnya yang dapat berubah dari masa ke masa (Afif, 2019). Oleh karena itu, sistem pendidikan sangatlah penting bagi suatu negara karena dengan sistem pendidikan yang baik maka dapat mencetak generasi-generasi emas yang dapat menciptakan Sumber Daya Manusia yang unggul untuk dapat menghadapi perkembangan zaman. Pada kapasitas yang luas, pendidikan memegang peran vital dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan serta perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang SIDIKNAS pasal 3 seperti berikut ini:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan pendidikan nasional tersebut dapat tercapai apabila tatanan mikro pendidikan telah mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas dan professional sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan perubahan masyarakat. Dengan kata lain lulusan pendidikan harus mampu berpikir global (think globally), mampu bertindak local (act locally), dan dilandasi dengan akhlak mulia. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia pembanguna tersebut, pendidikan harus mampu menyentuh dasar untuk memberikan watak pada visi misi pendidika, yaitu etika moral dan spiritual yang luhur (Mulyasa, 2020).

Perguruan tinggi sebagai salah satu instrumen pendidikan nasional diharapkan dapat menjadi pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian sebagai suatu masyarakat ilmiah yang dapat meningkatkan mutu kehidupan bermasyarakt, berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), penyelenggara pendidikan tinggi nasional yang berlaku di Indonesia dilakukan oleh pemerintah melalui Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), Perguruan Tinggi Agama (PTA), maupun swasta melalui Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Dalam hal peningkatan kualitas pendidikan tinggi, tentunya tidak boleh lepas dari peningkatan kualitas sumber daya utamanya yaitu dosen. Menurut UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Dalam hal ini dosen merupakan sumber daya manusia yang professional di dunia pendidikan yang memiliki peran untuk mencerdaskan bangsa melalui proses belajar mengajar (Widiansyah, 2018). Dosen merupakan salah satu sumber ilmu yang diperuntukkan untuk kemajuan generasi penerus bangsa dalam pencapaian tujuannya untuk membangun generasi yang cerdas, berakhlak mulia, serta bertanggungjawab dalam membangun masa depan Indonesia. Oleh karena itu dosen dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi, dosen memegang peranan dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan terutama di perguruan tinggi (Trianto & Tutik, 2006).

Dosen sebagai tenaga edukatif pada perguruan tinggi yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh penyelenggara perguruan tinggi dengan tugas utama mengajar di perguruan tinggi sesuai dengan bidang keahliannya dengan tugas pokok, wewenang dan tanggungjawab di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Widiansyah, 2018). Tiga tugas pokok dosen ini disebut dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi (UU-RI No. 2 Tahun 1989 pasal 27 ayat 3).

Selain itu dosen merupakan orang yang menjadi pemimpin di dalam kelasnya. Dosen harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang cocok dalam memimpin mahasiswa-mahasiswanya. Kepemimpinan yang baik dapat menjadi modal utama dalam melakukan suatu perubahan di era revolusi industri 4.0 ini (Mukhlasin, 2019). Dalam teori kepemimpinan, ada banyak model kepemimpinan yang dapat diterapkan, seperti model kepemimpinan karismatik, model kepemimpinan transformasional, atau model kepemimpinan situasional. di antara berbagai model kepemimpinan tersebut, model transformasional menekankan pada peran pemimpin dalam melakukan perubahan mendasar dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga kinerja birokrasi dalam organisasi menjadi lebih efektif dan efisien. Kepemimpinan transformasional adalah proses transformasi dan transformasi individu. Melibatkan nilai, etika, standar dan tujuan jangka panjang. (Bass, Avolio, Jung, & Berson, 2003) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bawahan dalam beberapa cara. Dengan diterapkannya kepemimpinan transformasional, bawahan merasa dipercaya, dihargai, setia, dan dihormati pada pemimpinnya.

Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seseorang manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja melampaui status quo atau mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru (O’leary, 2001). Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang mengambil kepemilikan situasi dengan mengomunikasikan visi yang jelas tentang tujuan tim, semangat untuk pekerjaan mereka, dan kemampuan untuk membuat anggota tim merasa bersemangat dan berenergi (Kendra, 2013). Lebih lanjut, menurut Avolio et al dalam (Stone, Russell, & Patterson, 2004), kepemimpinan transformasional dicirikan oleh pengaruh idealisasi (atau pengaruh karismatik), motivasi yang menginspirasi, stimulasi intelektual, dan pertimbangan individual. Karakteristik kepemimpinan transformasional tersebut dapat membawa perubahan yang lebih baik, dan tentunya sejalan dengan perkembangan pendidikan di era Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu, kami akan membahas tentang kepemimpinan transformasional dalam pendidikan di era Revolusi Industri 4.0.

 

Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu menggunakan studi kepustakaan (library research). Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan. Studi kepustakaan menurut (Nazir, 1988) merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.

Studi kepustakaan dalam penulisan ini berusaha untuk mengungkapkan informasi yang berupa data deksriptif yang mendukung dalam kaitannya dengan kepemimpinan transformasional dosen dalam dunia pendidikan yang berlandaskan revolusi industri 4.0. Data-data yang didapat melalui studi literatur yang ada baik dari buku, penelitian terdahulu seperti jurnal, prosiding dan juga artikel.

 

Hasil dan Pembahasan

Analisis Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Dosen Dalam Dunia Pendidikan yang Berlandaskan Revolusi Industri 4.0

Dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan teknologi saat ini yang sudah masuk di revolusi industri 4.0 yang dapat merubah tatanan pendidikan, mulai dari sistem pembelajarannya, sarana dan prasarananya, kompetensi peserta didik dan masih banyak yang lainnya yang mengalami perubahan. Oleh karena itu, dibutuhkan sisik dosen yang menjadi pemimpin dari peserta didiknya yang mampu atau cepat beradaptasi terhadap cepatnya perubahan yang terjadi. Selain itu dosen sebagai pemimpin yang dibutuhkan di era ini adalah pemimpin yang visioner. Visioner mempunyai arti berwawasan kedepan. Sehingga sosok dosen sebagai pemimpin yang memiliki kemampuan dan wawasan untuk berpikir ke depan. Pemimpin yang visioner tentunya harus memiliki sikap optimis dan memiliki daya juang yang tinggi. Pemimpin transformasional sangat dibutuhkan di era revolusi industri 4.0 ini.

     Adapun hasil analisis data mengenai karakteristik kepemimpinan transformasional dosen di dunia pendidikan yang berlandaskan revolusi industri 4.0 adalah sebagai berikut:

a.    Idealized Influence (pengaruh ideal)

Dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0, pemimpin yang memiliki kharisma dapat menggunakan ataupun memanfaatkannya untuk perubahan yang lebih baik. Pemimpin yang memiliki kharisma akan disegani oleh orang-orang dan dari hal tersebut juga dapat mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin karena dijadikan sebagai role model oleh bawahannya. Disisi lain menjadi pemimpin dalam dunia pendidikan di era revolusi 4.0 juga harus pandai memanfaatkan peluang. Pemimpin harus pandai dalam mempengaruhi bawahannya melalui komunikasi langsung dengan menekankan pentingnya nilai- nilai dan hal-hal lainnya yang dibutuhkan serta kaitannya dengan zaman.

     Selain itu pemimpin diharuskan mengerti akan segala kondisi yang terjadi. Sebelum menciptakan suatu inovasi di dalam suatu tatanan pendidikan, pemimpin juga harus mengerti kondisi bawah terlebih dahulu, melihat kebutuhan dari bawah, seperti dengan stakeholder lainnya di tatanan pendidikan dalam menyusun visi, misi, tujuan, rencana strategis pendidikan, dan program kerja yang dicanangkan untuk sistem pendidikan. Selain kebutuhan dari bawah disesuaikan juga dengan perkembangan zaman yang ada yaitu dapat memanfaatkan teknologi pada suatu tatanan pendidikan. Hal lain yang dapat dikatakan bahwa, pemimpin harus selalu mengutamakan mutu secara terencana, sistematis dan berkesinambungan, mengembangkan karakter pribadi yang terpuji, jujur, dapat dipercaya, dan memiliki integritas tinggi, serta mampu memecahkan masalah dengan pendekatan yang santun, lembut, dan arif. Selain itu, memiliki sifat kebapaan (paternalistic) yaitu tegas, arif dalam mengambil keputusan dan sifat keibuan (maternalistic) yaitu lembut, rela berkorban, pendamai, tempat mencurahkan perasaan hati agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang mana dapat menghadapi masalah yang ada dengan kepala dingin dan hati yang tentram.

b.    Inspirational Motivation (motivasi inspirasional)

Inspirational Motivation adalah perilaku pemimpin yang mampu mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara menarik dengan menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan upaya bawahan dan menginspirasi bawahan untuk mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting bagi organisasi. Pemimpin dituntut untuk mampu membantu meningkatkan gairah pengikut dan motivasi untuk memenuhi tujuan (Kendra, 2013). Selain itu, pemimpin harus memberi keleluasaan untuk berpartisipasi secara optimal dalam hal gagasan-gagasan, memberi visi mengenai keadaan untuk masa depan sesuai dengan perkembangan zaman yang dapat memberikan harapan yang jelas dan transparan.

Menjadi pemimpin dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 juga harus memiliki tujuan yang jelas (visi) dan dicapai melalui misi. Harus jelas program pendidikan apa yang akan dicapai, sistem pembelajaran yang akan digunakan serta harus membuat analisis SWOT dari misi-misi atau program-program yang akan dicapai. Setelah pemimpin mengonsep hal-hal tersebut, harus berkomunikasi juga kepada bawahannya mengenai program-program maupun hal-hal yang akan dicapai serta mengkaitkannya dengan perkembangan zaman.

c.    Intellectual Stimulation (stimulasi intelektual)

Intellectual Stimulation adalah perilaku pemimpin yang mampu meningkatkan kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka, meningkatkan rasionalitas, dan pemecahan masalah secara cermat. Dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0, selain pemimpin dapat menentukan arah tujuan organisasi tersebut, pemimpin juga harus memperhatikan kondisi bawahannya agar bawahannya tidak merasa terbebani dengan inovasi-inovasi yang dimunculkan, tetapi bagaimana pemimpin dapat memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memberikan inovasinya. Tujuannya agar pemimpin dengan bawahan dapat selaras mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin juga harus mendorong pengikutnya untuk mengeksplorasi cara-cara baru untuk melalukan sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar (Iqbal, 2021). Melalui stimulasi intelektual ini, pemimpin harus dapat merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Selain itu pemimpin juga harus menemukan caranya sendiri dalam menicptakan suatu inovasi atau cara-cara baru. Misalnya dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini, pemimpin dituntut dalam menggunakan sistem Artificial Intellligence (AI) dalam sistem pendidikan. Dapat juga dari metode pembelajaran maupun kurikulum pembelajaran yang harus dibenahi. Selain itu dapat menciptakan kebijakan-kebijakan pendidikan yang tidak memberatkan pihak lainnya melainkan adanya keselarasan maupun kebutuhan dari semuanya.

d.    Individualized Consideration (pertimbangan individual)

Individualized Consideration adalah perilaku pemimpin yang memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing bawahan secara individual sebagai seorang individu dengan kebutuhan, kemampuan, dan aspirasi yang berbeda, serta melatih dan memberikan saran. Individualized consideration dari kepemimpinan transformasional memperlakukan masing-masing bawahan sebagai individu serta mendampingi mereka, memonitor dan menumbuhkan peluang. Dalam rangka mendorong hubungan yang mendukung, pemimpin transformasional harus dapat menjaga jalur komunikasi tetap terbuka sehingga pengikutnya merasa bebas untuk berbagi ide dan agar pemimpin dapat secara langsung untuk mengetahui kontribusi unik setiap pengikutnya (Subagia & Hidayat, 2020). Pemimpin dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini harus memiliki sifat yang tanggap terhadap perkembangan zaman dan perubahan dalam tatanan Pendidikan (Bali & Hajriyah, 2020). Jikalau sistem pendidikan yang digunakan sudah tidak lagi efektif maka harus membuat atau menciptakan sistem tatanan pendidikan yang mengerti akan kebutuhan dari peserta didik dan lainnya. Selian itu dibutuhkan pemimpin yang tanggap dan peduli dengan kebutuhan para pengikutnya, berorientasi pada pengembangan profesionalisme baik dari tenaga pendidik maupun dari lainnya yang berhubungan dengan pendidikan.

 

Kepemimpinan Transfromasional yang Dijalankan Dosen di Dunia Pendidikan yang Berlandaskan Revolusi Industri 4.0

Dosen dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di kelas di era revolusi industri 4.0 harus memiliki formula 4C dalam menjalankan tugasnya, diantaranya adalah:

a.    Critical Thingking

Sebagai pemimpin tidak cukup pintar saja tetapi juga harus kritis terhadap segala hal, karena di era revolusi industri 4.0 menurut seseorang harus detail, jika pemimpin tidak bisa berpikir kritis maka pemimpin tersebut akan tergerus oleh zaman.

b.    Creativity

Mampu melahirkan inovasi-inovasi baru. Sebagai contoh negara Korea Selatan yang memiliki pendapat tinggi karena kreativitasnya yang muncul dari motivasi ingin mengalahkan Jepang.

c.    Communication

Pemimpin mampu berkomunikasi dengan baik dengan segala unsur, bisa di ibaratkan jika pemimpin membuat karya yang baik di era revolusi industri 4.0 ii, tetapi tidak di komunikasikan kepada publik, maka hasilnya juga percuma.

d.    Collaboration

Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin di era revolusi industri 4.0. Dengan berkolaborasi maka usaha atau pekerjaan akan semakin mudah dan berkembang, hal ini masih berkaitan dengan formula sebelumnya yaitu komunikasi.

 

Secara teknis, pemimpin dalam dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 harus menciptakan inovasi- inovasi atau menciptakan suatu perubahan yang lebih baik. Salah satunya adalah melalui pembelajaran terpadu atau secara blended learning. Blended learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing siswa dalam kelas. Blended learning memungkinkan terjadinya refleksi terhadap pembelajaran”. Pembelajaran Blended learning di era revolusi industri 4.0 merupakan salah model pengajaran yang dianjurkan dalam memenuhi kriteria abad 21. Sehingga para pemimpin atau pemegang kebijakan di tingkat pendidikan juga harus mampu mensupport meningkatkan model pembelajaran ini.

Blended learning merupakan salah solusi pembelajaran di era revolusi 4.0. Berikut beberapa istilah blended learning. Menurut para ahli Blended learning merupakan kombinasi antara pembelajaran berbasis online dengan pembelajaran melalui tatap muka di kelas. Blended learning adalah metode yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dikelas dengan pembelajaran online. Blended learning merupakan perpaduan antara pembelajara fisik dikelas dengan lingkungan virtual. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis blended learning merupakan gabungan dari literasi lama dan literasi baru (literasi manusia, literasi teknologi dan data).

Saat ini terdapat 6 model blended learning yaitu face to face driver, rotation model, flex, online lab, self blend, online driver. Manfaat blended learning yaitu agar lebih efektif daripada hanya belajar tatap muka atau hanya belajar secara online. Blended learning dapat meningkatkan hasil belajar, blended learning dapat menjadi carayang tepat untuk memperpanjang waktu belajar sehingga mahasiswa dapat mencapaistandar kesiapan di perguruan tinggi dan dunia kerja. Blended learning dapat memungkinkan mahasiswa memperoleh literasi digital dan keterampilan belajar online. Blended learning dapat dijadikan cara yangtepat untuk menutupi pembelajaran yang tidak dapat dihadiri secara tatap muka. Blended learning dapat membuat tugas menjadi lebih menarik dan fleksibel. Blended learning dapat memungkinkan untuk dilakukan pemantauan kemajuan mahasiswa secara lebih mudah.

Selain itu pemimpin juga harus menciptakan pembelajaran di Era disrupsi yaitu dengan Self-directed (proses pembelajaran terjadi karena kebutuhan yang dirasakan pembelajar), Multi-sources (menggunakan berbagai sumber, media, dan chanel pembelajaran), Life-long learning (pembelajaran sepanjang hayat), ICT base (pembelajaran menggunakan teknologi informasi), Motivasi, Attitude terhadap perubahan, Adaptive, Memiliki Growth mindset bukan fixed mindset. Pemimpin juga harus mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0 seperti disruptive technology. Kehadiran disruptive technology ini akan membuat perubahan besar dan secara bertahapak dan mematikan bisnis tradisional.

Di era revolusi industri 4.0 ini juga identik dengan penggunaan teknologi yang semakin tidak terbatas. Oleh karena itu, pemimpin harus pandai memanfaatkan hal ini dan menjadikan hal ini sebagai peluang dalam dunia Pendidikan (Sungkawaningrum & Mubarok, 2020). Dengan Internet of Thing yang mana kecepatan yang dikendalikan oleh internet, maka harus memanfaatkan hal itu yaitu dengan pendidikan berbasis online, mulai dari sistem pembelajarannya, sarana dan prasarananya dan penunjang lainnya. Selain itu juga terdapat big data yang mana sangat penting juga saat ini dan dapat digunakan juga untuk sistem pendidikan.

 

Kesimpulan

Saat ini dunia pendidikan sudah berubah dalam hal cara pandang dan tatanannya, hal ini dikarenakan adanya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0. Dengan adanya perkembangan jaman ini sistem pendidikan yang diinginkan adalah sistem pendidikan yang dapat membawa kearah peradaban manusia yang lebih baik. Untuk mencapai hal ini tentunya diperlukan sebuah kemampuan dari seorang dosen sebagai pemimpin di kelas karena sejatinya seorang pemimpin dapat mempengaruhi dan menginspirasi mahasiswanya untuk melakukan suatu kegiatan belajar mengajar guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Salah satu gaya kepemimpinan yang cocok dalam menjalankan kegiatan di dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan seperti ini merupakan kepemimpinan yang identik dengan penciptaan inovasi maupun perubahan-perubahan baru untuk mendapatkan tatanan baru yang lebih baik.

Kepemimpin transformasional dosen di dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 memiliki karakteristik yaitu 1) idealized influence (or charismatic influence) yang mana pemimpin yang mempunyai kharisma serta dituangkan dalam visinya, 2) inspirational motivation (motivasi inspirasional) yang mana dapat menginspirasi bawahan melalui motivasi- motivasi untuk mencapai tujuan, 3) intellectual stimulation (stimulasi intelektual) yang mana pemimpin harus mampu meningkatkan kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka, 4) individualized consideration (pertimbangan individual) yang mana memperlakukan masing-masing bawahan sebagai individu serta mendampingi mereka, memonitor dan menumbuhkan peluang. Selain itu pemimpin di era revolusi industri 4.0 harus memiliki formula 4C dalam menjalankan tugasnna yaitu critical thinking, creativifity, communication, dan collaboration.

Kepemimpinan transformasional dosen di dunia pendidikan di era era revolusi industri 4.0 ini juga harus menciptakan berbagai inovasi dan melakukan segala hal dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan sistem pendidikan di era revolusi industri 4.0. Mulai dari menciptakan Blended learning, Self-directed, multi-sources, life-long learning, ICT base, membuat kebijakan pendidikan yang baru apabila kebijakan yang lama memerlukan perbaikan, memperhatikan keberlangsungan dari revolusi industri 4.0 atau teknologinya, serta lebih memperhatikan lagi kondisi pendidikan di negara masing-masing agar dapat membuat rencana penerapannya yang baik kedepannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Adha, Lalu Adi. (2020). Digitalisasi Industri Dan Pengaruhnya Terhadap Ketenagakerjaan Dan Hubungan Kerja Di Indonesia. Jurnal Kompilasi Hukum, 5(2), 267–298.

 

Afif, Nur. (2019). Pengajaran dan pembelajaran di era digital. IQ (Ilmu Al-Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, 2(01), 117–129.

 

Bali, MMEI, & Hajriyah, Hilya Banati. (2020). Modernisasi Pendidikan Agama Islam di Era Revolusi Industri 4.0. MOMENTUM: Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 9(1), 42–62.

 

Bass, Bernard M., Avolio, Bruce J., Jung, Dong I., & Berson, Yair. (2003). Predicting unit performance by assessing transformational and transactional leadership. Journal of Applied Psychology, 88(2), 207.

 

Iqbal, Muhammad. (2021). Kepemimpinan Transformasional Dalam Upaya Pengembangan Sekolah/Madrasah. Pionir: Jurnal Pendidikan, 10(3).

 

Lee, Jay, Lapira, Edzel, Bagheri, Behrad, & Kao, Hung an. (2013). Recent advances and trends in predictive manufacturing systems in big data environment. Manufacturing Letters, 1(1), 38–41.

 

Mukhlasin, Ahmad. (2019). Kepemimpinan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Tawadhu, 3(1), 674–692.

 

Mulyasa, H. E. (2020). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan.

 

Nazir, Moh. (1988). MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

 

O’leary, Elizabeth. (2001). Kepemimpinan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi.

 

Stone, A. Gregory, Russell, Robert F., & Patterson, Kathleen. (2004). Transformational versus servant leadership: A difference in leader focus. Leadership & Organization Development Journal, 25(4), 349–361.

 

Subagia, Eko, & Hidayat, Dylmoon. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah, Dan Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan [The Influence Of Transformational Leadership, The Emotional Intelligence Of The Principal, And Employee Motivation On Employee Performance]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 17(1), 49–66.

 

Sungkawaningrum, Fatmawati, & Mubarok, Najib. (2020). Penggunaan Internet dalam Mengubah Peradaban Manusia. Jurnal Ilmiah Citra Ilmu: Kajian Kebudayaan Dan Keislaman, 16(32), 71–82.

 

Trianto, & Tutik, Titik Triwulan. (2006). Tinjauan yuridis hak serta kewajiban pendidik menurut UU Guru dan Dosen. Prestasi Pustaka Publisher.

 

Widiansyah, Apriyanti. (2018). Peranan sumber daya pendidikan sebagai faktor penentu dalam manajemen sistem pendidikan. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 18(2), 229–234.

 

Zubaidah, Siti. (2019). Pendidikan biologi dalam perkembangan revolusi industri. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dengan Tema “Biologi Di Era Revolusi Industri, 4, 1–22.