Saprilido Jaya1, Ichtiar
Melia Cahyanti2, Artana Diva Syabila3,
Bunga Ayu Anggia4, Rima Octaviani Lubis5,
Yanuar Ramadhan6
Universitas Esa Unggul
Email: saprilido@student.esaunggul.ac.id,
ichtiarmeliacy@student.esaunggul.ac.id, artanadiva@student.esaunggul.ac.id, bungaayu2508@student.esaunggul.ac.id,
rimaoctavlubis@student.esaunggul.ac.id, yanuar.ramadhan@esaunggul.ac.id
Abstrak
Ruang lingkup
penelitian ini adalah studi tentang analisis
kondisi keuangan menggunakan Metode Altman Z-Score
pada perusahaan sub sektor
transportasi. Data yang digunakan
pada penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan tersebut yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia sub sektor transportasi
periode tahun 2020 hingga 2022. Penilaian kondisi keuangan ini menggunakan rumus modifikasi Z-Score, atau Model 3 dari Altman, lalu kemudian dilakukan pengklasifikasian 3 zonasi diskriminan, yaitu zona Financial distress, zona Grey, dan zona
Aman. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan 5 perusahaan yang mewakili sub sektor transportasi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Altman Z-Score pada 5 perusahaan
tersebut selama periode 2020-2022 penelitian menunjukkan bahwa 2 perusahaan mengalami Financial distress selama
3 tahun berturut-turut, 1 perusahaan berada pada zona Grey,
1 perusahaan berada pada
zona Aman di 2 tahun terakhir,
serta 1 perusahaan berada pada zona Aman selama periode 2020-2022.
Kata
kunci: Metode Altman Z-Score; Financial Distress; Kondisi Keuangan
Abstract (12pt Bold)
The scope
of this research is the study of the analysis of financial conditions using the
Altman Z-Score Method in the transportation sub-sector company. The data used
in this study are in the form of the company's financial statements obtained
from the Indonesia Stock Exchange in the transportation sub-sector for the
period 2020 to 2022. The assessment of this financial condition uses the modified
Z-Score formula, or Model 3 from Altman, and then classifies 3 discriminant
zones, namely the Financial distress zone, the Gray
zone, and the Safe zone. The purpose of this study was to assess the condition
and financial performance of 5 companies representing the transportation
sub-sector. Based on the calculation results of the Altman Z-Score analysis for
the 5 companies during the 2020-2022 period, the research shows that 2
companies experienced financial distress for 3 consecutive years, 1 company was
in the Gray zone, 1 company was in the Safe zone in
the last 2 years, and 1 company is in the Safe zone during 2020-2022.
Keywords: Altman
Z-Score, Financial Distress, Financial Condition
Pendahuluan
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari
satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi
masuk dalam sub sektor vital yang mendukung aktivitas dan mobilitas masyarakat dalam berbagai hal. Menurut
Salim,
(2016), transportasi
dapat didefinisikan sebagai
kegiatan untuk memindahkan suatu muatan atau
manusia, dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi
terbagi menjadi moda transportasi darat yaitu bus, truk, atau kereta
api, moda transportasi udara yaitu pesawat terbang, dan moda transportasi laut yaitu kapal
yang dapat memuat muatan atau penumpang.
Menurut Andriansyah
(2015) mengartikan
transportasi merupakan usaha memindahkan, menggerakan mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari
suatu objek dari suatu tempat
ke tempat lain, di mana tempat ini dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dalam operasionalnya,
perusahaan transportasi menyediakan fasilitas, jasa logistik maupun
jasa angkutan, dan infrastruktur pendukung untuk mendukung aktivitas mobilitas masyarakat dan aktivitas perekonomian.
Sehubungan dengan mewabahnya Pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020 hingga akhir 2022 membuat kondisi keuangan beberapa perusahaan menjadi tidak stabil. Penilaian
kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan
keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan menurut Kasmir (2019) dalam Polapa
(2021) adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu. Tujuan dari adanya
Laporan keuangan menurut Harjito dan Martono (2011) dalam Maruta,
(2018) antara
lain; (1) Sebagai bahan pengambilan
keputusan kredit dan investasi, (2) Sebagai dasar dalam membuat taksiran
aliran kas, dan (3) Sebagai informasi
tentang sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dan asal dari pihak siapa sumber itu didapat beserta perubahan-perubahannya.
Sementara, menurut Standar Akuntansi Keuangan pada 1 Oktober 1995, Laporan Keuangan adalah informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Pada penelitian kali ini, penulis akan membahas
terkait laporan keuangan perusahaan yang bergerak di sub sektor transportasi. Perusahaan tersebut
diantaranya adalah PT. Blue
Bird Tbk, PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk, dan PT. Express Transindo
Utama Tbk yang mewakili moda transportasi darat, PT. Garuda Indonesia Tbk mewakili moda transportasi
udara, lalu PT. Samudera Indonesia Tbk yang mewakili moda transportasi
laut dengan analisis menggunakan metode Altman Z-Score serta menentukan zona diskriminan laporan keuangan perusahaan tersebut pada tiap tahunnya.
Menurut Rahayu
(2020) kinerja atau kondisi keuangan
adalah sebuah prestasi yang dicapai perusahaan kemudian dinyatakan dengan nilai mata uang dan disusun dalam sebuah
laporan keuangan perusahaan. Hal ini memiliki arti
prestasi, pencapaian ataupun kemampuan perusahaan dalam menciptakan value bagi perusahaan
dengan cara yang efektif dan efisien. Kondisi keuangan ini juga yang menjadi tolak ukur
kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban keuangannya secara tepat waktu,
kewajiban keuangan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat dianalisis melalui laporan keuangan, baik laporan keuangan yang dikeluarkan setiap kuartalnya maupun setiap tahunnya.
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan data
dan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi keuangan suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter
Hidayat
(2018).
Irham Fahmi (2015) dalam
Hermawan & Fajrina (2017) menyatakan bahwa Financial Distress adalah
tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan yang terjadi sebelum mengalami kebangkrutan atau likuidasi. Kondisi ini pada umumnya ditandai antara lain dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Menurut Hermawan
& Fajrina (2017) Financial distress merupakan
proses yang mana perusahaan mengalami
kesulitan keuangan, sehingga perusahaan tidak mampu dalam
memenuhi kewajibannya. Kondisi inilah yang menjadi fokus pada penelitian dengan mengukur data kinerja perusahaan dari laporan keuangan tahunannya menggunakan Metode Altman Z-Score.
Metode Altman Z-Score
Metode
Altman dikemukakan pertama
kali pada tahun 1968 oleh Edward I, seorang professor bisnis dari New York University, AS, dimana
metode ini dapat mengukur potensi kebangkrutan suatu perusahaan dengan melihat laporan keuangan perusahaan tersebut (Heine, 2000). Menurut Mastuti et al. (2012), metode ini digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan juga
untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut yang memiliki tingkat keakuratan hingga 95%. Metode Z-Score ini memiliki 3 pengembangan agar penerapannya tidak terpaku pada perusahaan manufaktur semata, 3 model tersebut, yaitu:
Altman Z-Score Model 1 (Model Asli)
Digunakan
untuk perusahaan manufaktur
yang telah terdaftar di
bursa efek atau go public, dengan formula Z-Score, sebagai berikut:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,999 X5
Dengan
zona diskiriman, sebagai berikut:
Z < 1,8 = Zona Financial distress
1,8 < Z < 2,99 = Zona Grey
Z > 2,99 = Zona Aman
Model 2
Digunakan
untuk perusahaan manufaktur
yang belum telah terdaftar di bursa efek atau belum go public, dengan formula Z-Score, sebagai berikut:
Z = 0,717 X1 + 0,847 X2
+ 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5
Dengan
zona diskiriman, sebagai berikut:
Z < 1,23 = Zona Financial distress
1,23 < Z < 2,99 = Zona Grey
Z > 2,99 = Zona Aman
Model 3 (Model Modifikasi)
Model ini adalah model modifikasi Altman
yang telah disesuaikan dengan perkembangan dari berbagai jenis
perusahaan. Menurut Sembiring et al. (2022) model Altman
Z-Score modifikasi ini dinilai
paling fleksibel karena dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis perusahaan serta cocok untuk digunakan di Indonesia. Pada model ini, Altman menghilangkan rasio kelima yaitu, rasio
penjualan terhadap total aset,
karena setiap perusahaan memiliki ukuran aset yang berbeda-beda. Formula Altman Z-Score modifikasi
ini adalah, sebagai berikut:
Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 +
6,72 X3 + 1,05 X4
Keterangan:
X1 = Aktiva lancar
– hutang lancar (Net
Working Capital) / Total Aset
X2 = Laba ditahan
(Retained Earning) / Total Aset
X3 = EBIT / Total Aset
X4 = Nilai buku ekuitas
(Book Value Of Equity) / Total Hutang
Dengan
zona diskriminan, sebagai berikut:
Z < 1,22 = Zona Financial distress
1,22 < Z < 2,9 = Zona Grey
Z > 2,99 = Zona Aman
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data yang berasal dari laporan-laporan
keuangan perusahaan pada
sub sektor transportasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut, lalu dilakukan analisis tingkat kesehatan keuangan dengan menggunakan Metode Altman
Z-Score, yaitu skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi
& Mastuti, 2003 dalam Rahmawati
& Agustina, 2010).
Populasi penelitian ini adalah
5 perusahaan dari total 74 perusahaan sub sektor transportasi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah menerbitkan laporan keuangannya pada periode tahun 2020 hingga 2022. Adapun pada pengambilan
sampel, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana yang termasuk dalam teknik probability
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama bagi seluruh unsur sampel
yang ada, lalu dipilih menjadi anggota pada sampel.
Tabel 1. Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel
No. |
Kode |
Nama Perusahaan |
1 |
BIRD |
PT. Bluebird Tbk |
2 |
GIAA |
PT. Garuda Indonesia Tbk |
3 |
SMDR |
PT. Samudera Indonesia Tbk |
4 |
LRNA |
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk |
5 |
TAXI |
PT. Express Transindo Utama Tbk |
Sumber: Bluebird Group (2022), Garuda Indonesia (2022), PT. Samudera Indonesia (2022), PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk (2022), Express Group (2022)
Teknik
pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan Teknik
dokumentasi, yaitu dengan memperoleh informasi laporan-laporan keuangan tahunan perusahaan yang menjadi sampel melalui website resmi masing-masing perusahaan tersebut. Dan menggunakan Teknik Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data pustaka, mempelajari dan melakukan pencatatan dari sumber-sumber tertentu dan mengolahnya menjadi bahan penelitian.
Penelitian ini dianalisis
dengan menghitung rasio dari data laporan keuangan pada 5 perusahaan transportasi dengan menggunakan Model 3 (Model
modifikasi) Altman Z-Score yang terdiri
dari Aktiva lancar, Hutang lancar, Total Aset, Laba ditahan, EBIT dan Nilai buku ekuitas. Langkah analisis data yang dilakukan peneliti adalah; (1) Mengumpulkan laporan keuangan 5 perusahaan transportasi, (2) Menghitung rasio yang memprediksi kesehatan keuangan perusahaan, (3) Menghitung nilai z dari seluruh
rasio yang diperoleh, (4) Memformulasikan zonasi financial distress dari
hasil nilai z, dan (5) Menganalisis nilai z dari 3 periode yang diteliti, yakni tahun 2020-2022.
Hasil dan Pembahasan
Setelah peneliti mengumpulkan seluruh Laporan keuangan 5 perusahaan sub sektor transportasi, peneliti menganalisis variabel Aktiva lancar, Hutang lancar, Total Aset, Laba ditahan,
EBIT dan Nilai buku ekuitas
pada masing-masing perusahaan, lalu
hasil yang didapatkan sesuai dengan formula Altman
Z-Score adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis Z-Score Periode Tahun 2020
No. |
Nama Perusahaan |
NWC/ TA |
RE/ TA |
EBIT/ TA |
TE/ TH |
Z-Score Tahun 2020 |
6,56 |
3,26 |
6,72 |
1,05 |
|||
1 |
PT. Bluebird Tbk |
0.0830 |
0.3275 |
(0.0401) |
25.949 |
4.07 |
2 |
PT. Garuda Indonesia Tbk |
(0.3483) |
(0.3019) |
(0.2403) |
(0.1526) |
(5.04) |
3 |
PT. Samudera Indonesia Tbk |
0.0985 |
0.2191 |
0.0006 |
0.7274 |
2.13 |
4 |
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk |
(0.0180) |
(0.1591) |
(0.1433) |
41.670 |
2.78 |
5 |
PT. Express Transindo
Utama Tbk |
(0.0841) |
-59.911 |
(0.3000) |
(0.6814) |
(22.81) |
Sumber: Diolah
Tabel 3. Hasil Analisis Z-Score Periode Tahun 2021
No. |
Nama Perusahaan |
NWC/ TA |
RE/ TA |
EBIT/ TA |
TE/ TH |
Z-Score Tahun 2021 |
6.56 |
3.26 |
6.72 |
1.05 |
|||
1 |
PT. Bluebird Tbk |
0.1215 |
0.3466 |
0.0039 |
35.487 |
5.68 |
2 |
PT. Garuda Indonesia Tbk |
(0.7599) |
-10.306 |
(0.6302) |
(0.4593) |
(13.06) |
3 |
PT. Samudera Indonesia Tbk |
0.1602 |
0.2612 |
0.1717 |
0.8534 |
3.95 |
4 |
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk |
(0.0722) |
(0.1106) |
(0.0972) |
40.596 |
2.78 |
5 |
PT. Express Transindo
Utama Tbk |
0.8569 |
-139.393 |
-19.791 |
50.806 |
(47.79) |
Sumber: Diolah
Tabel 4. Hasil Analisis Z-Score Periode Tahun 2022
No. |
Nama Perusahaan |
NWC/TA |
RE/TA |
EBIT/TA |
TE/TH |
Z-Score Tahun 2022 |
6.56 |
3.26 |
6.72 |
1.05 |
|||
1 |
PT. Bluebird Tbk |
0.0684 |
0.3605 |
0.0703 |
34.689 |
5.74 |
2 |
PT. Garuda Indonesia Tbk |
(0.1411) |
(0.5890) |
0.6311 |
(0.1976) |
1.19 |
3 |
PT. Samudera Indonesia Tbk |
(0.2200) |
0.3530 |
0.2882 |
12.753 |
2.98 |
4 |
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk |
(0.0267) |
(0.0948) |
(0.0803) |
31.615 |
2.30 |
5 |
PT. Express Transindo
Utama Tbk |
0.8042 |
-175.627 |
(0.2055) |
52.662 |
(47.83) |
Sumber: Diolah
Tabel 5. Hasil Z-Score Pada 5 Perusahaan Transportasi Periode Tahun
2020-2022
No. |
Nama Perusahaan |
Tahun |
||
2020 |
2021 |
2022 |
||
1 |
PT. Bluebird Tbk |
4.07 |
5.68 |
5.74 |
2 |
PT. Garuda Indonesia Tbk |
(5.04) |
(13.06) |
1.19 |
3 |
PT. Samudera Indonesia Tbk |
2.13 |
3.95 |
2.98 |
4 |
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk |
2.78 |
2.78 |
2.30 |
5 |
PT. Express Transindo
Utama Tbk |
(22.81) |
(47.79) |
(47.83) |
Sumber: Diolah
Tabel 6. Zona Diskriminan
Berdasarkan Hasil Z-Score Pada 5 Perusahaan Transportasi Periode Tahun
2020-2022
No. |
Nama Perusahaan |
Tahun |
||
2020 |
2021 |
2022 |
||
1 |
PT. Bluebird Tbk |
Zona aman |
Zona aman |
Zona aman |
2 |
PT. Garuda Indonesia Tbk |
Financial distress |
Financial distress |
Financial distress |
3 |
PT. Samudera Indonesia Tbk |
Grey area |
Zona aman |
Zona aman |
4 |
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk |
Grey area |
Grey area |
Grey area |
5 |
PT. Express Transindo
Utama Tbk |
Financial distress |
Financial distress |
Financial distress |
Pada tahun 2020 adalah pertama kalinya WHO menetapkan penyebaran Covid-19 dalam status Global Pandemic, status ini sangat berdampak pada kondisi keuangan di banyak perusahaan di Indonesia. Berdasarkan
hasil analisa dengan metode Z-Score pada penelitian ini, para peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat 4 perusahaan tidak mampu bertahan di dalam Zona Aman, bahkan salah satunya merupakan perusahaan BUMN terbesar di
Indonesia yaitu PT. Garuda Indonesia Tbk yang turut mengalami dampaknya. Sementara, hanya terdapat 1 perusahaan dengan jenis moda
transportasi darat, yakni PT. Bluebird Tbk, yang mampu bertahan pada zona diskriminan Zona Aman di tahun
2020.
Tahun berikutnya 2021, dari keempat perusahaan
yang sebelumnya tidak berada pada Zona Aman, terdapat 1
perusahaan yang berhasil masuk dalam Zona Aman, yakni PT. Samudera Indonesia Tbk, perusahaan dengan moda transportasi
laut. Kemudian 2 perusahaan lainnya pada zona Financial distress, dan 1 perusahaan
transportasi darat lainnya berada pada zona Grey Area, yakni
PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk. Dan PT. Bluebird Tbk di tahun 2021 ini masih bertahan pada Zona Aman. Kemudian, pada hasil analisa Z-Score di tahun terakhir penelitian yakni 2022, analisa Financial distress ke-5 perusahaan
masih sama dengan kondisi tahun sebelumnya, yakni, PT. Bluebird Tbk di posisi Zona Aman bersama dengan PT. Samudera Indonesia Tbk, dan PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk
dapat bertahan di Zona Grey
Area sejak tahun 2021. Lalu
dapat diperhatikan dari data diatas bahwa PT. Garuda Indonesia Tbk
dan PT. Express Transindo Utama Tbk
tidak dapat keluar dari Zona Financial
distress selama 3 tahun
berturut-turut.
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai Analisis Kondisi Keuangan dengan menggunakan Metode Altman Z-Score, pada beberapa
perusahaan sub sektor transportasi periode tahun 2020-2022, dapat dihasilkan kesimpulan pada kelima perusahaan tersebut yakni sebagai berikut; (1) Dari laporan keuangan pada tahun 2020 sampai dengan 2022, hasil Z-Score menunjukkan bahwa PT. Bluebird Tbk memiliki kondisi keuangan yang sehat dan masuk di Zona Aman. (2) PT. Samudera
Indonesia Tbk masuk dalam Zona Grey Area
pada tahun 2020. Operasi Grup telah dan mungkin terus dipengaruhi
oleh penyebaran virus Covid-19 terhadap ekonomi global dan Indonesia menjadi
negara yang juga berdampak pada pertumbuhan
ekonomi, penurunan pasar
modal, peningkatan risiko kredit, depresiasi nilai tukar mata
uang asing, dan gangguan operasi bisnis. Namun pada tahun 2021 dan 2022,
PT. Samudera Indonesia Tbk memiliki pengelolaan keuangan yang semakin baik sehingga masuk dalam Zona Aman. (3) PT. Eka Sari Lorena Transport Tbk masuk dalam
Zona Grey Area pada periode 2020, 2021, dan 2022. Sampai
tanggal diterbitkannya laporan keuangan pada periode tersebut, terjadinya pandemi Covid-19 sangat
berdampak pada menurunnya kegiatan di sektor ekonomi khususnya transportasi. Hal ini dipengaruhi
oleh penghentian sementara kegiatan operasional karena angkutan umum tidak diperbolehkan
untuk beroperasi. (4) Laporan
keuangan PT. Express Transindo
Utama Tbk pada periode
2020, 2021, dan 2022 berada pada penurunan
kinerja perusahaan secara berkala. Hal ini berarti perusahaan mengalami krisis keuangan dan sangat mengkhawatirkan apabila tidak ditangani secara serius oleh manajemen. (5)
PT. Garuda Indonesia Tbk masuk
dalam kategori Financial
Distress pada tahun 2020, 2021, dan 2022. Kondisi keuangan sangat tidak sehat dan klimaks terjadi pada tahun 2021, dimana total hutang sangat tinggi dan kerugian juga sangat besar dibandingkan dengan 2 periode sebelum dan sesudahnya.
Hal ini juga disebabkan oleh adanya
pembatasan mobilitas secara masif baik global maupun domestik. Grup mengalami kerugian yang sangat besar dan mempunyai liabilitas jangka pendek melebihi
aset lancarnya. Kemampuan keuangan PT. Garuda
Indonesia Tbk menjadi
sangat terbatas dari sisi pendanaan kegiatan penyewaan, perawatan, perbaikan pesawat yang ada, serta biaya operasional
lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriansyah. (2015). Manajemen
Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Bluebird Group. (2022). Recover
Stronger Through Innovation & Human Connection.
Express Group. (2022). Intensifying
Value Creation Strategies.
Garuda Indonesia. (2022). Growing
with Resilience, Ready to Fly Higher.
Heine, Max. (2000). Predicting
Financial Distress Of Companies: Revisiting The Z-Score And Zeta® Models. Journal
of Banking & Finance, (September 1968), 1–302.
https://doi.org/10.4324/9781315064277
Hermawan, Atang, & Fajrina, Ayu
Nur. (2017). Financial Distress dan Harga Saham.
Hidayat, Wastam Wahyu. (2018). Dasar-dasar
analisa laporan keuangan. Uwais Inspirasi Indonesia.
Maruta, Heru. (2018). Analisis
Laporan Keuangan Model Du Pont Sebagai Analisis yang Integratif. Jurnal
Akuntansi Syariah, 2(2), 203–227.
Mastuti, Firda, Saifi, Muhammad,
& Azizah, Devi Farah. (2012). Altman Z-Score Sebagai Salah Satu Metode
Dalam Menganalisis Estimasi Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), 6(1), 1–10.
Polapa, Adelina livia. (2021).
Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT Rembang Bangun
Persada. Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di
RSUD Kota Semarang, 3, 10–16.
PT. Samudera Indonesia. (2022). Can
Sail In Any Wind.
PT Eka Sari Lorena Transport Tbk.
(2022). Laporan Tahunan 2022. Sinergi Membangun Transportasi Negeri.
Rahayu. (2020). Kinerja Keuangan
Perusahaan. In Penerbit Program Pascasarjana Universitas Prof. Moestopo
(Beragama) Jakarta.
Rahmawati, & Agustina, Yeni.
(2010). Kebangkrutan Perusahaan Menggunakan Model Altman Dan Zavgren Pada
Perusahaan Food And Beverages. The Winners,Vol. 11 No 1, 11(1),
12–25.
Salim, Abbas. (2016). Manajemen
Transportasi. Jakarta : Rajawali Pers 2016.
Sembiring, Serapita, Nainggolan,
Handoko, & Nurlinda. (2022). Penerapan Altman Z – Score Modifikasi Dalam
Memprediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan. 598–606.