PENGARUH LINGKUNGAN KERJA NON FISIK DAN MOTIVASI INTRINSIK
TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DALAM MENINGKATKAN KINERJA
KARYAWAN DI RSIA MUTIARA BUNDA CILEGON
Shifana
Mardhatillah 1, Wawan Prahiawan 2, Roni Kambara3
1,2,3Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
Email: mardhatillahshifana@gmail.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan
untuk menginvestigasi pengaruh lingkungan kerja non fisik dan motivasi intrinsik terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) dalam meningkatkan kinerja karyawan di RSIA Mutiara
Bunda Cilegon. OCB merupakan
perilaku sukarela dan proaktif yang dilakukan oleh karyawan di luar tugas utama mereka,
yang secara langsung berkontribusi pada keberhasilan organisasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
cross-sectional. Data dikumpulkan melalui
kuesioner yang diberikan kepada 150 responden karyawan RSIA Mutiara Bunda Cilegon.
Instrumen penelitian terdiri dari skala
pengukuran untuk lingkungan kerja non fisik, motivasi intrinsik, OCB, dan kinerja karyawan. Hasil analisis data menggunakan teknik regresi linier berganda menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek seperti budaya organisasi, hubungan antar rekan kerja,
dan keadilan organisasi
yang ada di lingkungan kerja berpengaruh terhadap kecenderungan karyawan untuk melakukan OCB. Selain itu, motivasi intrinsik juga ditemukan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Karyawan yang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi cenderung lebih aktif dan proaktif dalam memberikan kontribusi ekstra kepada organisasi.
Selain itu, OCB juga terbukti
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Karyawan yang secara sukarela melakukan OCB cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Oleh karena itu, RSIA Mutiara Bunda Cilegon dapat meningkatkan
kinerja karyawan dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung OCB dan memperkuat motivasi intrinsik karyawan. Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis dan praktis dalam memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi
OCB dan kinerja karyawan di
RSIA Mutiara Bunda Cilegon. Hasil penelitian
ini dapat menjadi dasar bagi
manajemen untuk mengembangkan strategi pengelolaan
lingkungan kerja dan motivasi intrinsik yang efektif dalam meningkatkan
kinerja karyawan dan keberhasilan organisasi.
Kata
kunci: Lingkungan kerja non fisik, Motivasi intrinsik, Organizational
Citizenship Behavior (OCB)
Abstract
This
article aims to investigate the influence of non-physical work environment and
intrinsic motivation on Organizational Citizenship Behavior (OCB) in improving
employee performance at RSIA Mutiara Bunda Cilegon.
OCB is a voluntary and proactive behavior performed by employees outside of
their main duties, which directly contributes to the success of the
organization. This study uses a quantitative method with a cross-sectional
approach. Data was collected through a questionnaire given to 150 employee
respondents at RSIA Mutiara Bunda Cilegon. The research
instrument consists of a measurement scale for non-physical work environment,
intrinsic motivation, OCB, and employee performance. The results of data
analysis using multiple linear regression techniques show that the non-physical
work environment has a positive and significant influence on OCB. This shows
that aspects such as organizational culture, relations between colleagues, and
organizational justice in the work environment influence the tendency of
employees to do OCB. In addition, intrinsic motivation was also found to have a
positive and significant effect on OCB. Employees who have high intrinsic
motivation tend to be more active and proactive in making extra contributions
to the organization. In addition, OCB is also proven to have a positive and
significant influence on employee performance. Employees who voluntarily
perform OCB tend to have better performance. Therefore, RSIA Mutiara Bunda Cilegon can improve employee performance by creating a work
environment that supports OCB and strengthens employee intrinsic motivation.
This study provides theoretical and practical contributions in understanding
the factors that influence OCB and employee performance at RSIA Mutiara Bunda Cilegon. The results of this research can become the basis
for management to develop work environment management strategies and intrinsic
motivation that are effective in improving employee performance and
organizational success.
Keywords: Non-physical
work environment, Intrinsic Motivation, Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
Pendahuluan
Pengorganisasian rumah sakit tidak akan terlepas dari
sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam organisasi rumah sakit tersebut yang meliputi dokter, perawat, bidan, farmasi, gizi, serta komponen
lainnya yang berada di lingkungan Rumah Sakit (Winarto, 2019). Rumah Sakit adalah perusahaan padat karya dan padat modal dengan berbagai kelompok profesional untuk memberikan pelayanan prima pada masyarakat. Kualitas sumber daya manusia sangat penting untuk menghasilkan kinerja karyawan yang baik dalam bentuk pelayanan
prima (Sulaeman, 2009 dikutip
oleh Henifah, 2018).
Kinerja karyawan
sangat mempengaruhi tingkat
kesuksesan pada suatu perusahaan (Yuniarti &
Suprianto, 2020). Kinerja karyawan yang
bagus akan mengikuti hasil baik pada perkembangan bisnis perusahaan. Sebaliknya, kinerja karyawan buruk juga akan berdampak negatif pada kesuksesan perusahaan (Wijaya, 2021). Hasil dari kinerja karyawan ini bisa dinilai dari
aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja dan juga kerjasama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Setiap kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan perkembangan bisnis perusahaan adalah wujud performa
atau kinerja. Kinerja karyawan bisa dicapai
oleh kelompok atau individu dalam suatu perusahaan secara kualitatif atau kuantitatif. Hal tersebut disesuaikan dengan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab pada tiap karyawan dalam meraih tujuan perusahaan
secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan etika
ataupun moral yang berlaku (Hidayat, 2020).
Karyawan memiliki
peranan yang sangat penting
pada kesuksesan dan perkembangan
perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus bisa memantau kinerja
setiap karyawannya apakah mereka sudah mampu menjalankan tugas dan juga kewajibannya dengan baik sesuai harapan atau kah tidak.
Penilaian kinerja ini berperan penting dalam menentukan kerjasama dengan pihak karyawan. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan
atau program yang lebih baik atas
sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui
kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan (Hartati, 2020).
Banyak faktor
yang sangat penting untuk diperhatikan agar kinerja karyawan tidak menurun demi kelancaran bisnis. Seperti salah satunya pada lingkungan kerja non
fisik yang mana suatu keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja non fisik hanya dapat
dirasakan tetapi tidak dapat dilihat,
didengar, maupun diraba menggunakan pancaindera manusia. Faktor semacam ini memang tidak dapat ditangkap
secara langsung dengan pancaindera manusia, namun dapat dirasakan keberadaannya. Jadi, lingkungan
kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang hanya dapat dirasakan oleh perasaan. Lingkungan kerja non fisik juga menjadi tanggung jawab seorang pimpinan yang dapat menciptakan human relations
yang sebaik-baiknya. Dengan aspek
lingkungan kerja non fisik yang
seimbang ini, pekerjaan akan semakin tertunjang
dengan kondusifnya lingkungan kerja sehingga capaian pekerjaan jadi lebih optimal (Burhannudin, Zainul,
& Harlie, 2019).
Selain lingkungan
kerja non fisik, motivasi karyawan turut mempengaruhi hasil kinerja baik berasal dari dalam diri
karyawan sendiri (intrinsik)
maupun yang berasal dari luar (ekstrinsik).
Dalam hal ini, motivasi intrinsik mempunyai dampak lebih besar terhadap kinerja. Dengan kata lain motivasi
intrinsik ini bersumber dari ketertarikan kepada pekerjaan, keinginan untuk berkembang, senang, dan menikmati pekerjaan. Motivasi intrinsik merupakan suatu kekuatan yang ada dalam diri
seseorang yang dapat mengarahkan perilaku untuk melakukan suatu kegiatan sesuai tujuan yang ingin dicapai (Arief dan Afifa, 2020).
Kesuksesan dan keberlanjutan suatu organisasi juga akan sangat ditentukan oleh kesediaan karyawan untuk berperilaku tidak hanya mengerjakan tugas-tugas pokok mereka, tetapi
juga memiliki keinginan
untuk menjadi karyawan yang
baik (good citizen) dalam organisasi.
OCB (Organization Citizenship Behavior) sebagai kesediaan
karyawan untuk mengambil peran (role) yang melebihi peran utamanya dalam suatu organisasi,
sehingga disebut sebagai perilaku peran ekstra (extra-role). Keberhasilan
suatu organisasi apabila anggotanya tidak hanya mengerjakan
tugas utamanya saja, akan tetapi juga mau melakukan tugas ekstra, seperti kemauan untuk bekerjasama, saling membantu, memberi masukan, berperan aktif, memberi pelayanan ekstra, serta mau
memanfaatkan waktu kerjanya secara efektif. OCB juga merupakan aspek yang unik dari aktivitas individu dalam bekerja dan merupakan kebiasaan atau perilaku yang dilakukan secara sukarela, tidak merupakan bagian dari pekerjaan
formal, serta secara tidak langsung dikenali oleh sistem reward. Oleh
karena itu, OCB dikenal dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan performa suatu organisasi (Podsakoff, MacKenzie,
Paine, dan Bachrah, 2000 dalam
kutipan Lestari et al., 2018).
Berbagai faktor diatas
sebenarnya mampu dimanfaatkan oleh seluruh perusahaan agar bisa meningkatkan performa kerja karyawannya. Pihak manajemen perusahaan hanya harus menyesuaikannya
dengan kondisi karyawan pada saat ini agar
strategi yang sudah dibangun menjadi
lebih tepat sasaran. Namun, pada akhirnya produktivitas suatu perusahaan akan sangat bergantung pada kinerja karyawan. Semakin bahagia seorang karyawan bekerja, maka akan semakin
baik juga performanya dan akan
semakin lama juga karyawan
untuk bertahan di dalam perusahaan tersebut. Untuk perusahaan, hal tersebut akan memengaruhi
keuntungan atau laba yang akan didapatkan oleh perusahaan (Sengkey et al., 2017).
Rumah sakit sebagai suatu entitas bisnis
yang merupakan suatu unit organisasi dengan sumber daya input berupa material dan tenaga kerja
yang dipadukan dan diproses
untuk menghasilkan hasil produksi yakni jasa pelayanan medis paripurna. Salah satu unsur terpenting
yang dapat menunjang jalannya perusahaan adalah sumber daya
manusia (karyawan). Semua potensi yang dimiliki karyawan berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan (Ni Luh Karang Sri
Maryani, Widyani, & Saraswati, 2020).
RSIA Mutiara Bunda Cilegon selalu mengutamakan sumber daya manusia
yang unggul dan kompetitif dalam menjalankan aktivitas kinerja karyawannya. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat menjalankan kewenangan klinis yang diberikan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dan memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, maka RSIA Mutiara Bunda melakukan
kredensial rutin terhadap seluruh karyawannya. Kredensial adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengetahui dan melakukan verifikasi terhadap kualifikasi, pengalaman, profesionalisme, dan kompetensi dalam menunjang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Kredensial dilakukan oleh Komite Pelayanan Medik berkolaborasi dengan HRD
Management terhadap seluruh karyawan
dengan sistem penilaian setiap karyawan wajib memberikan penilaian secara fair terhadap karyawan lainnya secara random, baik sesama atasan, sesama bawahan, atau sesama atasan
dan bawahan. Kredensial dilakukan dengan wawancara tertulis berupa angket yang bersifat rahasia dalam penilaiannya, karna setiap karyawan
menilai karyawan yang lainnya. Dengan kredensial kita dapat mengetahui
juga suasana kerja sesama karyawan di Rumah Sakit. Hasil mutu
kredensial setiap karyawan juga dijadikan salah satu referensi kenaikan remunerasi, jenjang karir, dan perjanjian kerja selanjutnya di
Rumah Sakit.
Berdasarkan pada latar belakang dan fenomena bisnis di atas bahwa tingkat kepuasan
pasien di RSIA Mutiara Bunda Cilegon
menurun tiap tahunnya dan masih belum mencapai
target. Hal ini terjadi disebabkan
karena lingkungan kerja non
fisik yang kurang mendukung dan motivasi intrinsik yang belum tersadarkan oleh tiap karyawan dan
di tambah belum didukung juga oleh adanya OCB (Organization
Citizenship Behavior) pada karyawan dalam bekerja.
Selanjutnya dalam riset
gap adanya inkonsistensi penelitian antara motivasi intrinsik terhadap kinerja karyawan. Sehingga diperlukan variabel intervening, yaitu OCB (Organization
Citizenship Behavior) untuk menjembatani hubungan diantara motivasi intrinsik terhadap kinerja karyawan
Secara teoritis variabel intervening menghubungkan
dan mempengaruhi variabel
independent (X) pada variabel dependent (Y) menjadi pengaruh yang tidak bisa diukur
maupun diamati, ataupun tidak langsung.
Variabel ini
menjadi penyela, dimana letaknya diantara variabel X serta Y, dimana membuat
secara tidak langsung variabel X memberikan pengaruh pada perubahan Y.
Penelitian ini menerapkan OCB (Organization
Citizenship Behavior) selaku variabel
intervening karena OCB (Organization Citizenship
Behavior) bagi karyawan mempunyai
kecenderungan untuk meningkatkan
kinerja karyawan. Kinerja didukung oleh faktor eksternal maupun internal sedangkan OCB (Organization Citizenship Behavior) merupakan perilaku dari dalam diri
karyawan, yang berpengaruh kepada lingkungan internal perusahaan. Karyawan dengan penerapan OCB (Organization Citizenship Behavior), memiliki kecenderungan untuk dapat membantu orang lain dan berpikir positif tentang rekan kerja mereka serta dapat
mengantisipasi kebutuhan
orang lain. Tujuan dari penelitian
ini adalah Untuk menguji
dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan di RSIA Mutiara
Bunda Cilegon
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian dengan data kuantitatif yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan (Emzir, 2019). Penelitian kuantitatif adalah riset yang berdasarkan pada prinsip positivisme yang dipergunakan dalam mengkaji suatu populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan secara acak atau
random, pengumpulan data dengan
memakai instrumen penelitian (Sugiyono,
2014). variabel
yang di ukur dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja non fisik (X1)
dan motivasi intrinsik (X2)
sebagai variabel eksogen,
OCB (Organizational Citizenship Behavior)
(Z) dan kinerja karyawan
(Y) sebagai variabel endogen. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan RSIA Mutiara Bunda Cilegon
yang berjumlah 124 karyawan.
teknik sampling yang digunakan
adalah nonprobability sampling dengan teknik yang diambil yaitu sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel yang mana semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengujian Kualitas Data
Pengujian kualitas
data dilakukan agar diketahui
validitas dan reliabilitas,
dalam Partial Least Square (PLS) dilakukan
dengan pengujian outer
model agar data diketahui seberapa
baik sebuah teknik, instrumen atau proses mengukur suatu konsep. Uji validitas dalam penelitian dilakukan dengan melihat nilai dari
convergent validity dan discriminant validity. Berikut
merupakan hasil uji validitas menggunakan software SmartPLS 3.0:
|
|
Gambar 1. Outer Model Awal
Sumber: Output SmartPLS
3.0 Diolah, 2022
Menurut Ichwanudin
(2018; hal 9), untuk penelitian
tahap awal nilai loading
factor > 0,5 dianggap cukup memadai.
Berdasarkan Gambar 4.5. terdapat
satu indikator yang loading
factornya < 0,5, yaitu indikator tanggung jawab (MI1). Dengan demikian indikator toleransi terhadap resiko (MI1) dinyatakan tidak memenuhi kriteria validitas, sehingga indikator tersebut harus dihilangkan dalam model. Setelah indikator toleransi terhadap resiko (MI1) dihilangkan dari model, maka dilakukan run kembali dan menghasilkan output sebagaimana Gambar
4.6 berikut ini:
Gambar 2. Outer Model Kedua
Sumber: Output SmartPLS
3.0 Diolah, 2022
Setelah dilakukan run kembali, maka menghasilkan
output sesuai Gambar 2 diatas,
dapat dilihat bahwa pada pengukuran model yang kedua ini loading factor sudah memenuhi
kriteria pada convergent validity, yaitu semua indikator nilai loading factornya > 0,5.
Dengan demikian model tersebut
dianggap memenuhi syarat dan layak sehingga dapat dianalisis lebih lanjut.
Selanjutnya pengujian outer
model dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah seluruh indikator pada masing-masing variabel
penelitian sudah dinyatakan
valid dan reliabel untuk dapat
digunakan dalam proses pengujian hipotesis. Pada penelitian ini uji outer model, diperoleh
nilai outer loadings yang memenuhi
persyaratan contract reliability dan validity, yaitu > 0,7 (Ichwanudin, 2018;
hal 9). Adapun hasil nilai outer loadings diuraikan
sebagai berikut:
Gambar 3. Nilai Outer Loadings
Sumber: Output SmartPLS
3.0 Diolah, 2022
Berdasarkan Gambar 3 diatas,
dapat dilihat bahwa pada pengukuran model nilai outer loadings sudah memenuhi
persyaratan contract reliability dan validity, yaitu semua indikator nilai outer loadingsnya > 0,70.
Dengan demikian hasil tersebut menunjukkan bahwa 16 indikator yang digunakan telah dinyatakan valid dan reliabel.
Adapun untuk memastikan variabel penelitian telah memenuhi asumsi validitas dan reliabititas yang baik, maka dapat dilihat dari
nilai cronbach alpha, composite
reliability, dan Average Variance Extracted (AVE) sebagai berikut:
Gambar 4. Nilai Construct Reliability And
Validity
Sumber: Output SmartPLS 3.0 Diolah,
2022
Menurut Ichwanudin
(2018; hal 9), variabel dikatakan memenuhi kriteria convergent dan discriminant validity apabila memiliki nilai cronbach alpha dan composite
reliability > 0,7 dan Average Variance Extracted (AVE) > 0,5. Dari data
di atas diketahui bahwa ke-empat variabel penelitian telah memiliki nilai cronbach alpha dengan rentang nilai 0,876-0,951, composite reliability dengan rentang nilai 0,924-0,962, dan Average Variance Extracted (AVE) dengan rentang nilai 0,773-0,891. Hasil ini menunjukkan
bahwa ke-empat variabel penelitian dinyatakan telah memenuhi convergent dan discriminant validity yang baik.
Hasil Pengujian Kelayakan Model
Pengujian kelayakan
model pada PLS, yaitu dengan
melakukan pengujian inner
model yang bertujuan agar dapat
dilihat korelasi antara konstruks yang diukur merupakan uji t dari PLS tersebut. Dalam
penelitian ini uji inner model dilihat dari nilai R square. Inner model menggambarkan
hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori subtantif. Model
struktural dievaluasi dengan menggunakan R square yang dijelaskan pada variabel
dependen sebaiknya di atas 0,10 (lebih tinggi nilainya, semakin baik) sehingga
dapat dikatakan bahwa konstruk dependennya baik (Ichwanudin, 2018; hal 22). Berikut dibawah
ini hasil nilai R square:
|
|
Gambar 5.
Nilai R Square
Sumber: Output SmartPLS
3.0 Diolah, 2022
Berdasarkan data di atas,
diperoleh nilai R square kinerja karyawan sebesar 0,674 yang artinya lingkungan kerja non fisik, motivasi intrinsik, dan Organization
Citizenship Behavior (OCB) secara simultan
dapat mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 67,40% (0,674 x 100%) sedangkan
32,60% sisanya dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Diperoleh juga nilai R square Organization Citizenship Behavior (OCB) sebesar 0,766 yang artinya lingkungan kerja non fisik, motivasi intrinsik, dan kinerja karyawan secara simultan dapat mempengaruhi Organization
Citizenship Behavior (OCB) sebesar 76,60% (0,766 x
100%) sedangkan 23,40% sisanya
dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti. Dilihat dari nilai
R Square, maka inner model memenuhi
syarat dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Hasil Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis
pengaruh langsung penelitian ini dilakukan dengan melihat hasil dari T statistic dan P value.
Untuk nilai T statistic dan P value dalam SmartPLS dilakukan melalui proses bootstrapping
terhadap model yang telah dilakukan
uji outer model dengan hasil
uji valid dan reliabel dan uji inner model yang dapat diterima. Hasil hipotesis dinyatakan dapat diterima jika nilai T statistic > T table
(1.989) atau P value < 0,05. Nilai path
coefficients diketahui untuk melihat
besarnya pengaruh parsial dari masing-masing variabel (Ichwanudin, 2018). Berikut nilai path coefficients
yang dihasilkan:
|
|
Gambar 6. Nilai Path Coefficients
Sumber: Output SmartPLS
3.0 Diolah, 2022
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa terdapat
3 (tiga) original sample yang menunjukan
nilai positif dan 2 (dua) original
sample yang menunjukan nilai
negatif, kemudian untuk uji
signifikansi dari 5 (lima) hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) hipotesis yang diterima karena nilai T statistic >
1.989 dan P value < 0,05 yaitu:
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan
Lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, yang berarti hipotesis diterima sehingga semakin baik lingkungan kerja non fisik maka semakin baik kinerja karyawan. Motivasi intrinsik berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, yang berarti hipotesis ditolak sehingga semakin baik motivasi intrinsik maka tidak mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan. Lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Organization Citizenship
Behavior (OCB), yang berarti hipotesis diterima sehingga semakin baik lingkungan kerja non fisik maka semakin baik Organization Citizenship Behavior (OCB).
Motivasi intrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organization
Citizenship Behavior (OCB), yang berarti hipotesis
diterima sehingga semakin baik motivasi intrinsik maka semakin baik Organization Citizenship Behavior (OCB).
Organization Citizenship Behavior
(OCB) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
karyawan, yang berarti hipotesis
diterima sehingga semakin baik Organization Citizenship Behavior (OCB) maka semakin baik kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mohammad Yahya, & Afifa,
Umi. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan , Motivasi Intrinsik dan Motivasi
Ekstrinsik terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Tirta Sukses Perkasa
Jember. Valid Jurnal Ilmiah, 17(1), 31–39.
Burhannudin, Burhannudin, Zainul,
Mohammad, & Harlie, Muhammad. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan
Kerja, dan Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada Rumah
Sakit Islam Banjarmasin. Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, Dan
Entrepreneurship, 8(2), 191. https://doi.org/10.30588/jmp.v8i2.425
Hartati, Tati. (2020). Analysis of
Influence of Motivation , Competence , Compensation toward Performance of
Employee. Budapest International Research and Critics Institute-Journal
(BIRCI-Journal), 3(2), 1031–1038.
https://doi.org/https://doi.org/10.33258/birci.v3i2.933
Henifah. (2018). Pengaruh
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Non Fisik, Kompensasi Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Tegal. Jurnal Magisma,
6(1), 35–43.
Hidayat, Rahmat. (2020). The
Influence Of Compensation, Work Discipline, And Achievement Motivation On
Employee Performance. Dimensi Journal, 9(3), 525–535.
Lestari, Endah Rahayu, Kholifatul,
Nur, & Ghaby, Fithriyah. (2018). The Influence of Organizational
Citizenship Behavior (OCB) on Employee’s Job Satisfaction and Performance. Jurnal
Teknologi Dan Manajemen Agroindustri, 7(2), 116–123.
https://doi.org/10.21776/ub.industria.2018.007.02.6
Ni Luh Karang Sri Maryani, Widyani,
Anak Agung Dwi, & Saraswati, Ni Putu Ayu Sintya. (2020). Pengaruh Kompensasi
Finansial Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel
Intervening Pada Pt Arta Sedana Retailindo Cabang Hardys Malls Sanur. Values,
1(2), 53–67.
Sengkey, Windri S., Roring, Ferdy,
Dotulong, Lucky O. H., Manajemen, Jurusan, Sam, Universitas, Manado, Ratulangi,
& Kunci, Kata. (2017). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pt . Pln ( Persero ) Wilayah Suluttenggo Area Manado The
Effect Of Work Environment And Work Stress On Employee Performance. Jurnal
EMBA, 5(3), 4565–4574.
Sugiyono, Metode. (2014). Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R&D cet. Ke-19, Bandung:
Alfabeta.
Wijaya, Abi Surya. (2021). Sales Application
Program at Palinggihan Restaurant in Kuningan. Journal of Business Social
and Technology, 2(2), 59–68.
Winarto, Winarto. (2019). Analisis
Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Kramat Jati Menjadi Health Promoting Hospital
Tahun 2017. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(1).
Yuniarti, Dwi, & Suprianto,
Erlian. (2020). Pengaruh gaya kepemimpinan dan tingkat Pendidikan terhadap
kinerja karyawan pada direktoreat operasi/produksi PT. X. Jurnal Industri
Elektro Dan Penerbangan, 4(2).