ANALISIS KEUNTUNGAN INVESTASI BITCOIN DENGAN IHSG
Charis Masduki1, Amalia Nur Chasanah2,
Lenni Yovita3, Dian Prawitasari4
Universitas
Dian Nuswantoro Semarang
Email: 211201905798@mhs.dinus.ac.id1
, amalia.nurchasanah@dsn.dinus.ac.id2
, lenni.yovita@dsn.dinus.ac.id3
, sari.dianprawita@dsn.dinus.ac.id4
Abstrak
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan
return investasi antara
Bitcoin dengan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) menggunakan
periode waktu antara April 2013 sampai dengan Maret 2023 dengan rentang waktu 1 tahun, 5 tahun dan 10 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif menggunakan metode komparatif. Data yang digunakan adalah data historis Harga Bitcoin dan harga
IHSG. Analisis data menggunakan
uji Mann-Whitney. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa investasi Bitcoin dengan IHSG dalam jangka waktu 1 tahun dan 5 tahun Tidak terdapat perbedaan pengembalian investasi antara Bitcoin dengan IHSG, sedangkan jangka waktu 10 tahun terdapat perbedaan pengembalian atau return investasi antara Bitcoin dengan IHSG.
Kata
kunci: investasi, bitcoin, IHSG
Abstract
The
purpose of this study is to compare investment returns between Bitcoin and the
Composite Stock Price Index (IHSG) using the time period between April 2013 to
March 2023 with a time span of 1 year, 5 years and 10 years. This research is a quantitative research using a comparative method. The data
used is historical data on Bitcoin prices and IHSG prices. Data analysis used
the Mann-Whitney test. The results of this study indicate that investment in
Bitcoin with the IHSG for a period of 1 year and 5 years There is no difference
in return on investment between Bitcoin and the IHSG, while for a period of 10
years there is a difference in return on investment between Bitcoin and the
IHSG.
Keywords: investment,
bitcoin, IHSG
Pendahuluan
Investasi telah menjadi kegiatan
yang dilakukan manusia sejak zaman dulu. Pada masa itu investasi lebih
bersifat barter atau pertukaran barang dengan barang. Seiring berjalannya waktu, bentuk investasi semakin berkembang dan berubah. Pada zaman dulu
orang-orang berinvestasi dengan
cara membeli tanah, hewan ternak
dan alat-alat pertanian sebagai investasi. Kemudian berkembang dimana terjadi perdagangan komoditas dan investasi awal seperti saham, investor pada saat itu membeli
saham langsung dari perusahaan. Pada masa ini, investasi semakin berkembang dan beragam. Investor dapat memilih berbagai jenis investasi seperti saham, surat utang, property, instrument pasar uang dan sebagainya. Selain itu, terdapat pula inovasi baru seperti cryptocurrency dan
crowdfunding. Dalam investasi risk dan return memiliki hubungan yang teramat tangguh. Apbila memiliki risk tinggi, maka imbal
hasil atau keuntungan yang diterima juga
sangat tinggi, dan juga sebaliknya
jikaa risk rendah, maka imbal hasil
atau keuntungan yang diterima juga akan rendah. Menurut Fahmi,(dalam Lumbantobing &
Sadalia, (2021), return adalah salah satu alasan yang memberikan suatu dorongan kepada pemodal juga merupakan imbalan atas apa
yang dilakukan dengan keberanian pemodal akan tanggungan risk atas modal yang ditanamkannya. Menurut (Rizal & Ana, 2016), menyatakan
return menguatkan para pemodal
guna melakukan perbandingan pada suatu keuntungan yang didapat secara nyata atau
keuntungan yang telah dipersediakan oleh beberapa macam investasi pada tingkat pengembalian tertentu. Untuk itu, dalam
mengambil keputusan berinvestasi, investor melakukan analisis terlebih dahulu untuk memilih
investasi yang akan dipilih.
Bitcoin diciptakan oleh seseorang atau mungkin sekelompok
orang yang menamakan diri mereka dengan sebutan
Satoshi Nakamoto sampai saat
ini kita belum mengetahui siapa sebenarnya orang dibalik nama satoshi
nakamoto tersebut. Sejarah
Bitcoin dimulai pada 2008 dimana
satoshi nakamoto mempublikasikan sebuah paper yang
menjelaskan protocol elektronik
yang akan memungkinkan pertukaran mata uang digital tanpa menggunakan pihak ketiga atau
intermediary seperti bank misalnya.
Mata uang ini sangatlah unik karena tidak
memiliki suatu badan yang secara operasional mengatur peredaran sekaligus percetakannya (Mulyanto, 2015). pada tahun
2009 protokol ini diimplementasikan oleh Satoshi Nakamoto sebagai
Bitcoin yaitu sebuah system
pertukaran mata uang
digital secara peer-to-peer.
Lain dengan rupiah yang percetakannya
telah diatur oleh PERURI (Perusahaan Umum Uang Republik
Indonesia) danjuga distribusinya
diatur oleh pihak BI (Bank
Indonesia). Bitcoin memiliki nilai
tukar hingga ratusan juta rupiah per koin, dan secara fisik tidak berwujud.
Namun, karena bitcoin tidak berbentuk fisik, maka tidak
bisa disimpan seperti uang fisik. Pencetakan dan distribusi bitcoin
tidak diatur oleh suatu badan, dan tidak ada pihak yang secara otomatis membatasi transaksi bitcoin
individual.
Harga barang dan jasa terus naik akibat inflasi, yang berarti walaupun kita hanya
menyimpan uang kertas, lambat laun asset kita akan berkurang
karena kelemahan utama system keuangan ini. Desain Bitcoin memungkinkan individu untuk memiliki dan mentransfer kekayaan secara anonym dari satu dompet
elektronik ke dompet elektronik lainnya. Walaupun transaksi secara anonymus tetapi semua transaksi tercatat pada database publik
yang bisa dilihat semua orang. Bitcoin tidak seperti saham atau
perusahaan. Bitcoin tidak memiliki tempat kerja. Namun, platform perdagangan atau exchange bitcoin
adalah yang memiliki kantor atau perusahaan.
Hal ini dikarenakan Satoshi
Nakamoto mengembangkan Bitcoin dengan
system yang mencegah pihak manapun untuk menguasai
atau mengendalikan jaringan atau operasinya.
Namun, bergantung pada bagaimana pasar memandang poin tersebut, harga dapat berfluktuasi
secara signifikan dari waktu ke
waktu, baik meningkat tajam atau turun. Menurut
Nurcahya (2019), mengemukakan
Bitcoin dan saham mempunyai
resiko dan pengembalian
risk dan return yang lebih besar
apabila memperbandingkannya
dengan perangkat masa depan, seperti emas dan forex.
Di dalam cryptocurrency tidak hanya bitcoin tetapi juga ada yang namanya Altcoin
(Alternative coins), merupakan token atau coin kecuali Bitcoin. Perbedaan bitcoin dengan altcoin,
contohnya altcoin lebih maju karena altcoin baru ada setelah
bitcoin dan altcoin memiliki fitur
yang lebih baik daripada bitcoin. Missal ethereum
yang jaringannya bisa dipakai banyak token, litecoin memiliki kelebihan memungkinkan user melakukan transaksi lebih cepat, kemudian
ada polygon (MATIC) dimana
polygon ini dapat menanggulangi tingginya gas fee tanpa melepaskan keamnan pengguna. Untuk investasi dengan membeli cryptocurrency seperti bitcoin, ethereum atau litecoin ada
baiknya mempelajari karakteristik harga
cryptocurrency. Karena nilai cryptocurrency sangat tidak stabil dan berubah dari hari
ke hari, sebab dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran.
Investasi
di Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) adalah pilihan yang menarik bagi para investor yang mencari potensi pertumbuhan dan keuntungan jangka panjang. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG adalah tolak ukur utama
pergerakan pasar saham di
Indonesia, mencakup saham-saham
dari berbagai sector
industry yang terdiversifikasi dengan
baik. Menurut Kurniawan, (2019), awal
pertama kali memperkenalkan
pada 1 April 1983, sebagai indeks
saham yang bergerak di BEI,
penanda ini meliputi harga yang bergerak pada keseluruhan saham biasa maupun
saham preferen yang sudah tercantum dalam BEI. Pergerakan IHSG menjadi panduan penting dalam menganalisis
kinerja saham yang diperdagangkan di BEI (Paranita, Suhaji, & Setyawan, 2018). Pada saatd
pasar modal diIndonesia mengalami
liberalisasi di tahun 1989,
perkembangan secara pesat dialami pada pasar modal Indonesi. Beberapa tanda-tanda perkembangan bursa efek itu sendiri
bisa diperhatikan dari jumlah emiten
yang urutan sahamnya di
Indonesia, yang mencapai 560 emiten
pada akhir tahun 2012 menurut statistika pasar modal. Pergerakan IHSG disebabkan oleh beberapa macam aspek, baik eksternal
maupun internal. Aspek
internal yang berada didalam
negeri bisa di dapatkan melalui fluktuasi nilai tukar uang suatu negara dengan negara lainnya, inflasi, BI Rate, damjuga suku bunga
negara, perkembangan ekonomi,
kondisi social, politik dan
keamanan nasional dan lainnya. Melainkan aspek eksternal (luar negeri) bermula
dari lain negara, negara maju
seperti inggris, amerika, jepang, china, dan sebagainya, Tindakan
para penanam modal juga dapat
memberikan pengaruh pada performa kerja indicator saham gabungan. Berinvestasi di
masa globalisasi berarti melihat IHSG di berbagai negara sangatlah penting karena menjadi acuan guna
berinvestasi, pasar apakah sedang memiliki antusias tinggi atau seang merosot.
Seperti contoh waktu saat pandemi
covid, banyak negara terdampak
atau terkena penyakit pandemic seperti china, amerika yang merupakan negara maju maupun sebgai negara berkembang. Dampak dari pandemi membuat
investasi menurun dikarenakan banyaknya perusahaan atau pekerjaan yang terhambat dikarenakan terdampak pada pandemi covid.
Berdasarkan data dari www.investing.com dan www.finance.yahoo.com , Bitcoin mengalami harga yang sangat tinggi, yaitu sebesar
7.755,71 persen dari awal april 2013 hingga maret 2023 dibandingkan dengan IHSG yang meningkat 30,76 persen pada periode yang sama. Beberapa peneliti juga telah melakukan penelitian tentang bitcoin, saham dan emas. Menurut Mahessara & Kartawinata, (2018) melakukan
penelitian terhadap return,
risiko dan kinerja pada
bitcoin, emas dan saham, hasil penelitiannya menyatakan bahwa bitcoin, emas dan saham memiliki performa yang sama, namun hasil
analisisnya menyatakan bahwa bitcoin adalah instrument investasi terbaik berdasarkan perbandingan menggunakan model sharpe, treyner, dan jansen.
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, maka diperoleh pokok permasalahan: Bagaimana menentukan investasi yang terbaik antara Bitcoin atau IHSG dalam jangka waktu 1 tahun, 5 tahun dan 10 tahun.
Penelitian ini bertujuan guna
mencari tahu akan perbandingan investasi Bitcoin dengan IHSG. Melalui penelitian ini, peneliti berharap
pada pembaca bisa menentukan instrument investasi
yang paling cocok untuk berbagai periode investasi, seperti jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka panjang (10 tahun).
Investasi adalah
kegiatan menanamkan uang atau dana pada suatu asset dengan tujuan mendapatkan
suatu keuntungan di masa depan. Keterkaitan antara sumber dalam
jangka waktu yang panjang dapat menghasilkan
sebuah keuntungan yang cukup besar di masa depan (Adiyono, Suryaputri, & Kumala, 2021). Tujuan dari
investasi adalah untuk meningkatkan nilai dari modal yang diinvestasikan, investor membeli
asset dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada biaya investasi yang dikeluarkan. Kegiatan investasi yang digunakan dalam transaksi alternative ini membawa banyak
manfaat yang sangat relevan
dengan kebutuhan masyarakat saat ini (Huda, Lake, & Korbaffo, 2022)
Metode
Jenis dan Periode Penelitian
Periode pengambilan
data mengambil data 10 tahun
terakhir yaitu dari April 2013 sampai April
2023. Jenis data yang diambil
adalah data rata-rata harga
penutupan yang diperdagangkan
untuk instrumen investasi tersebut dalam waktu 1 minggu.
Pengumpulan dan Jenis Data
Sumber data penelitian ini akan menggunakan
data yang berasal dari
investing.com untuk harga
historical Bitcoin, dan finance.yahoo.com untuk harga IHSG.
Variabel Penelitian
Hanya satu variabel yang dipakai dalam penelitian
ini yaitu return on
investment. Pengembalian modal yang ditanamkan adalah nilai selisih antara
harga pengembalian (harga pembelian kembali) periode t dan harga pembelian (harga pembelian) periode sebelumnya (t-1). Untuk menghitung pengembalian modal yang diinvestasikan,
rumus digunakan yakni:
Pengembalian Investasi =
Keterangan:
Pt =
Harga jual kembali Bitcoin periode sekarang
=
Harga beli Bitcoin periode sebelumnya
Teknik Analisa Data
1. Uji Normalitas data
Uji
normalitas menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. Deteksi
normalitas data dilakukan dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov. Hasil
pengukuran normal dengan Kolmogrov-Smirnov.
2. Uji Beda
-
Independent
Sample t Test
Independent
sample t test adalah metode perbandingan atau pengujian untuk menentukan apakah
terdapat perbedaan signifikan antara rerata dua kelompok bebas yang memiliki
data skala interval atau rasio. Dalam hal ini, dua kelompok bebas mengacu pada
dua kelompok yang tidak berhubungan, yang berarti data berasal dari subjek yang
berbeda. Sebelum dilakukan uji t test (Independent sample t test) dilakukan uji
kesamaan varian dengan F test (Leven’s Test), artinya jika varian sama, maka
penggunaan Equel Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian
berbeda menggunakan Equel Variances Not Assumed (diasumsikan varian berbeda
pemrosesan data ini menggunakan SPSS (Statistical Package for the social science)
-
Mann-whitney
Uji Mann-Whitney digunakan sebagai alternatif uji-t parametrik ketika asumsi yang diperlukan oleh uji-t tidak terpenuhi. Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan antara dua populasi dengan menggunakan sampel acak dari populasi
yang sama. Uji ini berfungsi sebagai alternatif untuk menggunakan uji-t ketika persyaratan parameter tidak terpenuhi dan data dalam skala ordinal.
Hasil dan Pembahasan
Uji Normalitas
Table 1.1 uji normalitas 1 Tahun
Berdasarkan tabel diatas data klasifikasi return bitcoin pada kolom
Shapiro-Wilk tertulis sig 0,002, dan klasifikasi return ihsg diketahui signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa data untuk return investasi berdistribusi tidak normal
Table 1.2 uji normalitas 5 Tahun
Berdasarkan tabel diatas data klasifikasi return
bitcoin pada kolom Shapiro-Wilk tertulis
sig 0,000, dan klasifikasi return ihsg
diketahui signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa data untuk return investasi berdistribusi tidak normal
Table 1.3 uji normalitas 10 Tahun
Berdasarkan tabel diatas data klasifikasi return
bitcoin pada kolom Shapiro-Wilk tertulis
sig 0,000, dan klasifikasi return ihsg
diketahui signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa data untuk return investasi berdistribusi tidak normal
Analisis Statistik
Analisis statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
kedua sampel atau tidak. Yang diolah melalui program SPSS.
Tabel 1.4 Ranking 1 Tahun
Tabel 1.5 Uji Mann-Whitney 1 Tahun
Berdasarkan table 1.4 menunjukkan
Mean rank atau rata-rata peringkat
tiap kelompok atau klasifikasi, yaitu pada klasifikasi bitcoin rerata peringkatnya 50,16 lebih rendah dari
pada rerata klasifikasi ihsg, yaitu 54,84.
Berdasarkan tabel
1.5 menunjukkan nilai U sebesar 1230.5 dan nilai W sebesar 2608.5. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya
-.790 Nilai Sig P Value sebesar 0,43 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan untuk periode 1 tahun dari April 2022 – Maret 2023 Ho diterima.
Dengan demikian tidak ada perbedaan
yang signifikan antara
return investasi bitcoin dengan
investasi IHSG dalam periode 1 tahun April 2022 – Maret
2023. Karena tidak ada perbedaan yang signifikan untuk periode 1 tahun maka rumusan
masalah penelitianpun juga dapat terjawab yakni “dalam periode
atau jangka waktu 1 tahun untuk
pemilihan instrument investasi
antara Bitcoin dan IHSG, didapatkan
hasil bahwa Bitcoin dan
IHSG dalam periode 1 tahun nilai return investasi tidak jauh berbeda diantara
keduanya.”
Tabel 1.6 Ranking 5 Tahun
Tabel 1.7 Uji Mann-Whitney 5 Tahun
Berdasarkan table 1.6 menunjukkan
Mean rank atau rata-rata peringkat
tiap kelompok atau klasifikasi, yaitu pada klasifikasi bitcoin rerata peringkatnya 269.82 lebih tinggi dari
pada rerata klasifikasi ihsg, yaitu 252.14.
Berdasarkan table 1.7 diatas
menunjukkan nilai U sebesar 31627.5 dan nilai W sebesar 65557.5. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya
-1.340 Nilai Sig P Value sebesar 0,18 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan untuk periode 5 tahun dari April 2018 – Maret 2023 Ho diterima.
Dengan demikian tidak ada perbedaan
yang signifikan antara
return investasi bitcoin dengan
investasi IHSG dalam periode 5 tahun April 2018 –
Maret 2023. Karena tidak ada
perbedaan yang signifikan untuk periode 5 tahun maka rumusan
masalah penelitianpun juga dapat terjawab yakni “ dalam
periode atau jangka waktu 5 tahun untuk pemilihan
instrument investasi antara
Bitcoin dan IHSG, didapatkan hasil
bahwa Bitcoin dan IHSG dalam
periode 5 tahun nilai return investasi tidak jauh berbeda
diantara keduanya.”
Tabel 1.8 Ranking 10 Tahun
Tabel 1.9 Uji Mann-Whitney 10 Tahun
Berdasarkan table 1.8 menunjukkan
Mean rank atau rata-rata peringkat
tiap kelompok atau klasifikasi, yaitu pada klasifikasi bitcoin rerata peringkatnya 543.49 lebih tinggi dari
pada rerata klasifikasi ihsg, yaitu 495.33.
Berdasarkan table 1.9 diatas
menunjukkan nilai U sebesar 122180.5 dan nilai W sebesar 256083.5. apabila dikonversikan ke nilai Z maka besarnya
-2.588 Nilai Sig P Value sebesar 0,01 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan untuk periode 10 tahun dari April 2013 – Maret 2023 Ha diterima.
Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara return investasi bitcoin dengan investasi IHSG dalam periode 10 tahun April 2013 –
Maret 2023. Karena ada perbedaan
yang signifikan untuk periode 10 tahun maka rumusan masalah
penelitianpun juga dapat terjawab yakni “dalam periode atau
jangka waktu 10 tahun untuk pemilihan
instrument investasi antara
Bitcoin dan IHSG, didapatkan hasil
bahwa Bitcoin dan IHSG dalam
periode 10 tahun nilai return investasi ada perbedaan yang signifikan, dimana nilai rata-rata Bitcoin lebih
Tinggi dari pada IHSG.”
Harga saham di pasar modal
dan harga bitcoin sangat ditentukan
oleh pertemuan antara penawaran dan permintaan saham atau bitcoin di bursa.
Saham merupakan investasi jangka panjang yang memiliki kredibilitas dan reliabilitas yang lebih tinggi, sehingga memiliki kredibilitas dan reliabilitas yang lebih tinggi dalam pandangan
banyak investor (Kharisma, 2022; Moh. Afaf El Kurniawan, 2023). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembalian dalam
jangka pendek dan menengah, pengembalian saham dan bitcoin cenderung tidak
memiliki perbedaan yang signifikan, sementara pada jangka panjang terdapat
perbedaan pengembalian investasi saham dan bitcoin, dimana investasi bitcoin
lebih tinggi dibandingkan dengan investasi saham. Hal ini diduga disebabkan
oleh memiliki volatilitas harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham.
Dalam jangka panjang, bitcoin juga memiliki korelasi yang rendah dengan aset
tradisional seperti saham dan obligasi. Ini berarti pergerakan harga bitcoin
seringkali tidak berkorelasi langsung dengan pergerakan pasar saham, yang
memberikan potensi diversifikasi dalam portofolio sehingga lebih aman dalam
memperoleh pengembalian secara jangka panjang dibandingkan pada jangka pendek
atau menengah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Lumbantobing &
Sadalia, 2021) yang menemukan bahwa pengembalian bitcoin lebih besar
dibandingkan dengan saham di pasar modal.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis mengenai perbandingan return investasi
pada bitcoin dan IHSG, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pada investasi jangka pendek (1 tahun) periode April 2022 sampai Maret 2023 tidak terdapat perbedaaan pengembalian investasi antara bitcoin dan IHSG. Hal ini didasarkan pada nilai asymp sig 0,43. Oleh karena p
value > 0,05, maka Ho diterima
atau tidak terdapat perbedaan pengembalian nilai investasi antara Bitcoin dengan IHSG dalam jangka waktu 1 tahun.
2.
Pada investasi jangka menengah (5 tahun) periode April 2018 sampai Maret 2023 tidak terdapat perbedaaan pengembalian investasi antara bitcoin dan IHSG. Hal ini didasarkan pada nilai asymp sig 0,18. Oleh karena p
value > 0,05, maka Ho diterima
atau tidak terdapat perbedaan pengembalian nilai investasi antara Bitcoin dengan IHSG dalam jangka waktu 5 tahun.
Pada investasi jangka pendek (10 tahun) periode April 2013 sampai Maret 2023 tidak terdapat perbedaaan pengembalian investasi antara bitcoin dan IHSG. Hal ini didasarkan pada nilai asymp sig 0,01. Oleh karena p
value < 0,05, maka Ha diterima
atau terdapat perbedaan pengembalian nilai investasi antara Bitcoin dengan IHSG dalam jangka waktu
10 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyono, Meitta, Suryaputri, Rossje
V, & Kumala, Hendy. (2021). Analisis Alternatif Pilihan Investasi Pada Era.
Jurnal Akuntansi Trisakti, 0832(September), 227–248.
Huda, Nurul, Lake, Yeremias, &
Korbaffo, Yesus Armiro. (2022). Money Management Dalam Investasi
Cryptocurrency. Jurnal Manajemen Dan Bisnis Performa, 19(2),
50–57. https://doi.org/10.29313/performa.v19i2.9973
Kharisma, Atta. (2022). Pemula Wajib
Tahu, Ini Perbedaan Antara Aset Kripto & Pasar Saham.
Kurniawan, Moh. Afaf El. (2023). Perbedaan
Saham dan Crypto: Mana yang Lebih Menguntungkan untuk Investasi?
Kurniawan, Ihsan. (2019). Analisis
Keuntungan Investasi Emas Dengan Ihsg. In Jurnal Manajemen Bisnis dan
Kewirausahaan (Vol. 3). https://doi.org/10.24912/jmbk.v3i2.4955
Lumbantobing, Christopher, &
Sadalia, Isfenti. (2021). Analisis Perbandingan Kinerja Cryptocurrency Bitcoin,
Saham, dan Emas sebagai Alternatif Investasi. Studi Ilmu Manajemen Dan
Organisasi, 2(1), 33–45. https://doi.org/10.35912/simo.v2i1.393
Mahessara, Radinka Dynand, &
Kartawinata, Budi Rustandi. (2018). Comparative Analysis of Cryptocurrency in
Forms of Bitcoin, Stock, and Gold as Alternative Investment Portfolio in 2014 –
2017. Journal of Secretary and Business Administration, 2(2), 38.
https://doi.org/10.31104/jsab.v2i2.58
Mulyanto, Ferry. (2015). Pemanfaatan
Cryptocurrency sebagai Penerapan Mata Uang Rupiah ke dalam Bentuk Digital
Menggunakan Teknologi Bitcoin. Indonesian Journal on Networking and Security,
4(4), 16.
Nurcahya, Eka. (2019). Perbandingan
Tingkat Risiko dan Keuntungan dari Investasi Foreign Exchange dan Emas Pada PT.
Valbury Asia Futures Terhadap Investasi Saham dan Bitcoin. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Paranita, Ekayana Sangkasari, Suhaji,
& Setyawan, Daud Johar. (2018). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Studi Manajemen Organisasi, 14(2),
10.
Rizal, Noviansyah, & Ana, Selvia
Roos. (2016). Pengaruh Laba Akuntansi Dan Arus Kas Serta Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2012 – 2014). Jurnal Spread, 6(2), 65–76.