PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI
SPRAYER PADA PT. GOLDEN AGIN NUSA MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA
Anggi.A.A1 Ahmad2 Frans.Y.D3
Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara
Email: anggi.545160077@stu.untar.ac.id, ahmad@ft.untar.ac.id,
fransjusuf42@gmail.com
Abstrak
PT. Golden Agin Nusa merupakan industri yang berfokus pada bidang produksi peralatan agrikultur khususnya sprayer. Sprayer merupakan
alat yang sangat penting untuk menunjang kegiatan pertanian, dalam hal ini
PT. Golden Agin Nusa sebagai
produsen sprayer akan
sangat penting perannya. Mempunyai masalah terhadap pengendalian defect yang
cukup besar, salah satunya pada proses cetak sering mengalami cacat produksi. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui jenis cacat yang terdapat pada saat proses produksi berlangsung. Mengidentifkasi masalah serta memberikan saran dan masukan untuk perbaikan
agar meminimalisir kecacatan
produksi. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah Six Sigma dengan tahapan define, measure, analysis, improve, dan control
(DMAIC). Dari penelitian
yang dilakukan terdapat
data FMEA, DPMO dan Kapabilitas Proses dari produk sprayer stainless
steel adalah RPN 392 pada jenis
cacat Tangki Bocor,
15316.71859 DPMO, CP 0.663 dan CPK 0.656. Sedangkan produk sprayer plastik adalah RPN 252 pada jenis cacat proses Injection, 15808.29757 DPMO, CP 0.56 dan CPK 0.553.
Ini menandakan masih terdapat cacat produksi yang cukup besar sehingga diambillah studi ini. Semoga hasil
study ini dapat membantu dalam proses produksi, dan bisa dijadikan acuan dalam memberikan saran untuk meningkatkan kapasitas produksi kedepanya supaya lebih efisien.
Kata
kunci: Produksi
Sprayer, Cacat, Six Sigma, DMAIC.
Abstract
PT.
Golden Agin Nusa is an industry that focuses on the
production of agricultural equipment, especially sprayers. Sprayer is a very
important tool to support agricultural activities, in this case PT. Golden Agin Nusa as a sprayer manufacturer will play a very
important role. Having problems with controlling large enough defects, one of
which is that the printing process often experiences production defects. The
purpose of this research is to find out the types of defects that exist during
the production process. Identify problems and provide suggestions and feedback
for improvements to minimize production defects. The method used in this
research is Six Sigma with define, measure, analyze,
improve, and control (DMAIC) stages. From the research conducted, there are
FMEA, DPMO and Process Capability data from stainless steel sprayer products,
namely RPN 392 for the type of Leaking Tank defect, 15316.71859 DPMO, CP 0.663
and CPK 0.656. While the plastic sprayer product is RPN 252 for the type of
Injection process defect, 15808.29757 DPMO, CP 0.56 and CPK 0.553. This
indicates that there is still a production defect that is large enough so that
this study was taken. Hopefully the results of this study can assist in the
production process, and can be used as a reference in providing suggestions for
increasing future production capacity to make it more efficient.
Keywords: Sprayer Production, Defect, Six Sigma, DMAIC.
Pendahuluan
PT. Golden Agin Nusa adalah perusahaan
manufaktur yang telah berkonsentrasi dan berkontribusi pada kemajuan pertanian,
peternakan, kesehatan, dan konstruksi. Berawal dari seorang pengusaha yang
memiliki misi dan ambisi yang besar, Bapak Djohar Tobing mendirikan perusahaan
ini pada tanggal 11 April 1980 hingga saat ini.
Sprayer adalah alat atau mesin
yang berfungsi untuk memecah suatu cairan,
larutan atau suspensi menjadi butiran cairan
(droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat
diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama penyakit tumbuhan (Evidayanti,
2022).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terdapat dua jenis family product yaitu plastik dan stainless steel kedua
jenis produk ini memiliki alur
produksi yang berbeda terutama untuk bagian plastik (Ni’amah & Djoko Kuswanto, 2017). Dalam
proses produksi plastik hampir dipastikan bahwa defect yang terjadi dalam proses mendekati nol karena apabila
terjadi defect maka barang tersebut akan menjadi waste dan waste
tersebut dapat digunakan ulang atau recycle sampai 5 kali
untuk mengurangi cost dan mengurangi tingkat scrap. Berdasarkan data Perusahaan terdapat
bahwa total produksi
tahun 2022 sebanyak 26.820 dengan total defect sebanyak
1.253. Dari data defect tersebut masih
cukup besar dan mengharuskan perusahaan membina lagi dan memperbaiki permasalahan QC sekarang ini. Sehingga
diperlukan pengendalian kualitas yang lebih baik lagi maka
dari itu saya memilih melakukan
penelitian dengan menggunakan metode Six Sigma karena metode ini
merupakan metode yang baik untuk mengurangi
masalah defect (Nababan
& Purwanggono, 2023).
Berdasarkan latar belakang diatas,
dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi pada PT. Golden
Agin Nusa mencakup beberapa hal yang pada
proses produksi. Dengan QC yang telah
diterapkan pada perusahaan ternyata masih terdapat defect pada
proses produksi Sprayer. Defect yang ditemukan
dalam perusahaan ini terdapat 2 family product
yaitu Sprayer plastic dan Sprayer stainless
steel.
Hal tersebut mengharuskan perusahaan
untuk meningkatkan pengendalian defect untuk menuju tingkat kegagalan
paling kecil (Hutami,
Rieka, & Yunitasari, 2016). Sehingga
saran dan hasil dari penelitian ini diharapkan untuk mengurangi defect pada
proses produksi.
Berdasarkan identifikasi
masalah yang telah dilakukan pada PT. Golden Agin
Nusa dapat dirumuskan masalah agar dapat menganalisa yang menyebabkan terjadinya defect pada produk
yang dihasilkan (Supriatna,
2021). Kemudian dapat mengetahui jenis defect apa yang paling banyak. Serta dapat memberikan usulan perbaikan dan pengimplementasian dengan menggunakan metode Six Sigma untuk meningkatkan hasil produksi pada PT. Golden Agin Nusa
berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui jenis defect yang
terdapat pada saat proses produksi berlangsung, Mengidentifikasi
jenis faktor yang menyebabkan terjadinya defect
pada produk, Menganalisis
penyebab kenapa masih ada cacat yang muncul pada hasil produksi, Merumuskan
usulan perbaikan untuk mengurangi jenis defect
dengan menggunakan metode Six Sigma.
Peneilitian ini dapat dimanfaatkan Menambah
wawasan atau pengetahuan dalam metode Six Sigma saat diterapkan untuk
mengurangi jumlah defect, Sebagai opsi lain untuk solusi pengurangan produk defect
pada perusahaan, Dapat mengetahui struktur suatu
perusahaan secara langsung di lapangan, serta
dapat dijadikan acuan untuk masukan
sebagai pengendalian terhadap defect dan meningkatkan kapasitas produksi dan penekanan terhadap beaya produksi (JAMIL, 2021).
Six Sigma adalah sebuah
sistem yang komprehensif
dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis (Wahyani, Chobir, & Rahmanto, 2013). Six Sigma secara unik dikendalikan
oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola,
memperbaiki, dan menanamkan
kembali proses bisnis (Wahyani et al., 2013).
Didalam penerapan Six Sigma ada lima langkah yang disebut DMAIC
(Define, Measure, Analisys, Improve, Control) (Gaspersz, 2002).
Critical to Quality (CTQ)
adalah kunci karakteristik yang dapat diukur dari sebuah
produk atau proses yang harus mencapai performansi standard atau
batas/limit dari spesifikasinya
agar dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan (Sri, Yuliana, & Kelvin, 2022). Critical to
Quality merupakan atribut-atribut
yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan kepuasan pelanggan, yang merupakan elemen dari suatu
produk, proses atau praktek-praktek yang berdampak
pada kualitas. Critical to Quality dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses atau produk yang diperbaiki untuk menerjemahkan permintaan pelanggan (Kosasih, 2015).
Peta kendali (control chart), yaitu alat yang secara grafis digunakan
untuk memonitor dan mengevaluasi aktivitas atau proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika, sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas (Elmas,
2017). Peta kendali
menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu,
tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan terlihat pada peta kendali (Sumadiono,
2014).
Kegunaan diagram Pareto ialah
untuk menemukan atau mengetahui prioritas utama dari masalah yang dihadapi dan merupakan kunci dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi dan perbandiangan terhadap keseluruhan (Yemima,
Nohe, & Nasution, 2014).
Diagram Fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi,
dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan (S. I. Kumala, 2014).
Metode
Pengambilan data ini dilakukan dengan
cara observasi langsung ke lapangan dan juga
melakukan wawancara kepada beberapa staff dan tidak memungkinkan untuk pengambilan foto terkait dengan
peraturan perusahaan dan privasi produksi.
Metode Six Sigma adalah
sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan
sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan
oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, analisis statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola,
memperbaiki, dan menanamkan
kembali proses bisnis.
Hasil dan Pembahasan
Penerapan lean six sigma menggunakan
metode DMAIC dimulai dari tahap define, measure,
analyze, improve, dan control untuk menganalisa penyebab terjadinya defect dan waste untuk
melakukan perbaikan secara efektif dan tepat sasaran yang berakibat pada peningkatan efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
Tahap Define
Pada
tahap awal DMAIC adalah tahap define,
pada tahap ini mendefinisikan serta mengidentifikasikan permasalahan penting
yang ada. Pada tahap define metode
yang digunakan diagram SIPOC dan Critical
to Quality (CTQ).
Diagram SIPOC (Suppliers, Input,
Process, Output, Customer)
Diagram
SIPOC biasanya digunakan di seluruh peta jalan DMAIC untuk pemecahan masalah,
terutama selama fase Tentukan. Mereka adalah alat pemetaan yang kuat, yang
namanya sesuai dengan lima elemen berikut: Supplier,
Input, Process, Output, Customer. Diagram SIPOC PT. Golden Agin
Nusa dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Supplier |
Input |
Process |
Output |
Customer |
PT X |
Stainless
Steel |
1. Slitting 2. Potong Plat 3. Press
Bahan 4. Rolled
Badan Tangki 5.
Las Argon 6. Bubut Otomatis 7. Bubut Manual 8. Bor Tap Plat Strip 9. Injection 10. Rajut Tali 11. Perakitan Komponen 12. Sub-assembling 13.
Uji Mutu 14.
Poles Badan Tangki 15.
Rakit Pompa 16.
Uji Mutu Pompa 17. Pengemasan |
Sprayer
Stainless |
Petani Pemerintah |
Plat
Galvanis SGCC – Z60 |
||||
PT Y |
HDPE
(High Density Polyethelene) |
1. Potong Pipa 2. Press 3.
Tekuk 4. Bor-Tap 5.
Las Argon 6. Rajut Tali 7. Blowing 8. Injection 9. Crusher 10. Assembling 11.
Uji Mutu 12. Packaging |
Sprayer
Plastik |
Gambar 1 Diagram SIPOC
Critical to Quality (CTQ)
Critical to Quality (CTQ) adalah kunci karakteristik
yang dapat diukur dari sebuah produk
atau proses yang harus mencapai performansi standard atau batas/limit dari spesifikasinya agar dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan dari pelanggan. Berikut ini merupakan karakteristik
kualitas yang harus diperhatikan di PT. Golden Agin
Nusa.
Produk Stainless Steel:
Gambar 2 Critical to Quality Sprayer
Stainless Steel
Gambar 3 Critical to Quality
Sprayer Plastik
Tahap Measure
Pada tahap
kali ini akan dilakukan pengukuran kinerja yang sedang berlangsung dengan pengumpulan data yang terbaru.
Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan untuk tingkat defect sprayer dengan
peta kendali P dan Defect
per Million Opportunities (DPMO) untuk mengetahui nilai sigma perusahaan saat ini
Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan
grafik batang yang menunjukan cacat berdasarkan acuan data:
Gambar 4 Diagram Pareto
Stainless
Gambar 5 Diagram Pareto Plastik
Defect Per Million Opportunities (DPMO)
DPMO
adalah rasio antara tingkat kecacatan dan jumlah Ctq, kemudian dikalikan dengan
satu juta. Berikut ini merupakan perhitungan DPMO produk sprayer stainless steel selama tahun 2022.
Diketahui:
DPU = 0.045950156
DPU = 0.015316719
DPMO =
15316.71859
Jika dikonversikan
mengunakan kalkulator Six
Sigma maka nilai sigma PT.
Golden Agin Nusa untuk produksi sprayer stainless steel adalah
3.662σ sehingga masih diperlukan peningkatan kualitas produksi.
Berikut ini
merupakan perhitungan DPMO
produk sprayer plastik
selama tahun 2022 berdasarkan acuan data tabel 2.
DPU = 0.047424893
DPU = 0.015808298
DPMO = 15808.29757
Jika
dikonversikan mengunakan kalkulator Six Sigma maka nilai sigma PT. Golden Agin
Nusa untuk produksi sprayer plastik adalah 3.649σ
sehingga masih diperlukan peningkatan kualitas produksi.
Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses merupakan
kemampuan suatu proses dalam menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen atau dengan
spesifikasi yang diharapkan.
Analisis kemampuan proses ini juga merupakan langkah yang harus dilakukan saat melakukan proses peningkatan kualitas produksi. Berikut merupakan perhitungan untuk kapabilitas proses sprayer stainless steel dan sprayer
plastik.
Nilai a = 0.9765 (Stainless
steel) dan 0.9755 (Plastik)
Nilai Tabel Z = 0.4765 (Stainless steel) dan 0.4755 (Plastik)
Nilai Cp = 0.663 (Stainless steel) dan 0.656 (Plastik)
Nilai a = 0.953 (Stainless steel) dan 0.951 (Plastik)
Nilai Tabel Z = 0.453 (Stainless steel) dan 0.451 (Plastik)
Nilai Cpk = 0.56 (Stainless steel) dan 0.553 (Plastik)
Berdasarkan
perhitungan kapabilitas proses diatas didapatkan nilai Cp dan Cpk tersebut
masih jauh dari angka 1.
Peta Kendali
P
Peta kendali
P merupakan diagram yang digunakan
dengan data yag dikumpulkan dalam sub-kelompok dan dapat bervariasi, karna itu peta kendali
P proporsi yang tidak cocok. Untuk perhitungan
peta kendali P dapat dilihat pada Table 1 dan 2.
CL = 0.05 CL
= 0.05
UCL
= 0.111 UCL = 0.109
LCL =
-0.016 LCL = -0.017
Dari data pada Tabel 1 dan 2 maka dapat dibuat
peta kendali P seperti Gambar
Gambar 6 Peta Kendali
Stainless
Gambar 7 Peta Kendali
Plastik
Tahap Analyze
Pada tahap
kali ini akan dilakukan analisis pada data yang
telah dikumpulkan untuk mengetahui sebab dan akibat dari defect yang terjadi pada
proses produksi. Metode yang digunakan
antara lain adalah fishbone
untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab defect yang terjadi dan Failure
Mode Effect Analysis (FMEA) untuk mengidentifikasi dan menganalisis
faktor penyebab defect.
Failure Mode Effect Analysis (FMEA)
Pada tahap analisis penyebab defect kali ini akan menggunakan
metode FMEA. FMEA adalah sebuah metode evaluasi
kemungkinan terjadinya sebuah kegagalan dari sebuah sistem,
desain, proses atau servis untuk dibuat
langkah penanganannya. Pengisian tabel FMEA dilakukan dengan wawancara kepada pihak operasional direktur. Untuk Tabel FMEA produksi cat dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 1 FMEA Stainless Steel
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode FMEA, dapat dilihat hasil RPN terbesar adalah Tangki Bocor dengan hasil RPN 392. Dengan analisis menggunakan metode FMEA ini diharapkan agar proses pengendalian
kualitas terhadap perbedaan Tangki Bocor dapat lebih ditingkatkan
lagi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara
dengan pihak pekerja pabrik agar dapat mengetahui dimana titik letak
dan sebab akibat terjadinya suatu kecacatan dalam proses pengerjaan produk sprayer
stainless steel.
Tabel 2 FMEA Plastik
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode FMEA, dapat dilihat hasil RPN terbesar adalah Proses Injection
dengan hasil RPN 252. Dengan analisis menggunakan metode FMEA ini diharapkan agar proses pengendalian kualitas terhadap perbedaan Proses Injection
dapat lebih ditingkatkan lagi. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak pekerja
pabrik agar dapat mengetahui dimana titik letak dan sebab akibat terjadinya
suatu kecacatan dalam proses pengerjaan produk sprayer plastik.
Fishbone
Pada tahap ini dilakukannya Analisa untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab defect yang terjadi
pada produksi sprayer pada PT. Golden Agin Nusa. Analisa dilakukan dengan bantuan tulang ikan atau fishbone analys. Data dari fishbone didapatkan melalui wawancara terhadap direktur operasional. Untuk gambar fishbone dapat dilihat pada gambar 8 dan 9
Gambar 8 Fishbone Stainless Steel
Tahap Improve
Pada tahap
improve kita melakukan optimalisasi atau penyesuaian proses berdasarkan hasil analisis data. Untuk beberapa improve yang dapat dilakukan pada PT. Golden Agin Nusa.
Usulan Proses Pembentukan
Badan Tangki
Memperhatikan material yang digunakan
sudah sesuai spesifikasi kemudian pada poses peleburan dipastikan suhu stabil, kemudian
pada proses press untuk lebih
diperhatikan tegangan listrik.
Ketika pada proses tekuk harap dipastikan
penurunan tekanan tegangan listrik pada 220-volt kemudian untuk operator mesin melakukan cek secara kontinu
Tabel 3 Form Pengawasan
Produksi
Hari |
Jenis
Tangki |
Material |
Suhu
Peleburan |
Tegangan Listrik |
Senin |
Stainless Steel |
|
|
|
Plastik |
|
|
|
|
Selasa |
Stainless Steel |
|
|
|
Plastik |
|
|
|
|
Rabu |
Stainless Steel |
|
|
|
Plastik |
|
|
|
|
Kamis |
Stainless Steel |
|
|
|
Plastik |
|
|
|
|
Jumat |
Stainless Steel |
|
|
|
Plastik |
|
|
|
Manajemen Pekerja
Lebih memperhatikan
jam kerja apakah terdapat libur di hari tertentu atau
ada yang bertugas dalam hari libur
tersebut, jika ada yang bertugas maka perlu diperhatikan
pengeoperasinalan mesin apakah sudah melalu
maintenance berkala atau belum.
Memastikan ketersediaan
sparepart mesin dan pergantiannya sesuai masa berlaku sparepart tersebut.
Tabel 4 Jadwal Kerja
Karyawan
Waktu Operasi Pabrik: |
||
Dalam Satu Hari |
: |
9 (sembilan) jam |
1 (satu)
jam Istirahat |
||
Dalam Satu Minggu |
: |
54 (sembilan puluh enam) jam; 6 HK |
Jumlah Shift Kerja |
: |
1 (satu) Shift, (Istirahat
1 (satu) jam |
Senin s/d Jumat: |
||
07.00 – 16.00 WIB |
||
11.30 - 12.30 WIB Istirahat |
Ketersediaan Material
Kontak supplier secara
berkala untuk memastikan pengiriman bahan baku dan ketersediaan sudah sesuai spesifikasi atau belum kemudian
menyiapkan rencana kerja cadangan untuk memback-up masalah bahan baku
perlu diperhatikan juga tingkat kelelahan pekerja dan ketersediaan pelatihan khusus.
Tabel 5 Form Kapasitas
Produksi
Tahap Control
Tahap Control adalah
tahapan terakhir dalam DMAIC, pada tahap control
dilakukan pengendalian kualitas pada proses
yang telah disesuaikan untuk memastikan hasil yang ingin tercapai. Perusahaan sudah memiliki standar produksi seperti tabel bahan baku
dan tabel formula cat. maka
pada tahap control hanya akan dilakukan implementasi dan pengendalian
pada proses yang telah dioptimalisasi
untuk memastikan hal yang inggin dicapai. Diantaranya dalah usulan formulir
tabel standar formula, usulan checklist kualitas bahan baku, dan usulan tambahan alat ukur. Dalam tahap control akan dihitung nilai DPMO dan sigma dan
hasil wawancara dari staff pabrik dan direktur operasional. Nantinya akan terdapat
perbandingan peta kendali P DPMO dan nilai sigma sebelum dan sesudah implementasi.
Kesimpulan
Berdasarkan Analisa diatas
disimpulkan bahwa kecacatan tertinggi ada pada jenis Cetak tidak sempurna
pada produk sprayer stainless steel dan jenis Proses Injection pada produk
sprayer plastic. Dari penelitian yang dilakukan FMEA, DPMO dan Kapabilitas
Proses dari produk sprayer
stainless steel adalah RPN 392 pada jenis cacat Tangki
Bocor, 15316.71859 DPMO, CP 0.663 dan CPK 0.56. Sedangkan
produk sprayer plastik
adalah RPN 252 pada jenis cacat proses Injection, 15808.29757 DPMO, CP 0.656 dan
CPK 0.553.
DAFTAR
PUSTAKA
Elmas, Muhammad Syarif
Hidayatullah. (2017). Pengendalian kualitas dengan menggunakan metode
statistical quality control (SQC) untuk meminimumkan produk gagal pada toko
roti barokah bakery. Wiga: Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 7(1),
15–22.
Evidayanti, Maria Immakulata. (2022).
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum. L)
Varietas Bareto F1 dengan Pemberian Pupuk Kandang Ayam. Jurnal Locus
Penelitian Dan Pengabdian, 1(2), 90–99.
Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman
implementasi program six sigma terintegrasi dengan ISO 9001: 2000, MBNQA, dan
HACCP.
Hutami, F., Rieka, Rr, &
Yunitasari, Camelia. (2016). Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan
Metode Six Sigma pada Perusahaan Percetakan PT. Okantara. Kinerja Journal of
Business and Economics, 20(1), 81–97.
JAMIL, AHMAD MUSTOPA. (2021). Pendekatan
Lean Manufacturing Untuk Mengurangi Lead Time Pada Proses Produksi Figura 10r
(Studi Kasus Pada Ukm Sriti Production).
Kosasih, Wilson. (2015). Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Bucket Tipe ZX 200 GP dengan Metode Statistical
Process Control dan Failure Mode and Effect Analysis (Studi Kasus: PT. CDE). Jurnal
Ilmiah Teknik Industri, 3(2).
Nababan, Jesica Disriena, &
Purwanggono, Bambang. (2023). PENGENDALIAN KUALITAS PACKAGING MINUMAN
SARSAPARILLA CAP BADAK DENGAN METODE SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Pabrik Es Siantar).
Industrial Engineering Online Journal, 12(1).
Ni’amah, Syukriyatun, & Djoko
Kuswanto, S. T. (2017). Desain Orthosis Untuk Penderita Cerebral Palsy Spastik
Dengan Konsep Easy To Use, Lightweight, Dan Social Confident. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 3–6.
S. I. Kumala, S. L. Laricha and W.
Oktavianus. (2014). USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK POMPA AIR PS 128 BIT
MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus Pada PT. Tirta Intimizu
Nusantara).
Sri, Rahayu, Yuliana, Pram Eliyah,
& Kelvin, Kelvin. (2022). Penerapan Metode Six Sigma Untuk Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Sepatu pada Industri Sepatu di Sidoarjo. Jurnal
Teknik Industri, 25(01), 27–37.
Sumadiono, Sumadiono. (2014).
Pengendalian Kualitas Berdasarkan Peta Kendali P Di Krakatau steel (Persero). THE
ASIA PACIFIC JOURNAL OF MANAGEMENT STUDIES, 1(1).
Supriatna, Jatna. (2021). Pengelolaan
lingkungan berkelanjutan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wahyani, Widhy, Chobir, Abdul, &
Rahmanto, Denny Dwi. (2013). Penerapan metode six sigma dengan konsep DMAIC
sebagai alat pengendali kualitas. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS). Surabaya.
Yemima, Ola, Nohe, Darnah A., &
Nasution, Yuki Novia. (2014). Penerapan Peta Kendali Demerit dan Diagram Pareto
Pada Pengontrolan Kualitas Produksi (Studi Kasus: Produksi Botol Sosro di PT. X
Surabaya). Vol, 5, 197–202.