ANALISIS PERBAIKAN MASALAH
DALAM PROSES INBOUND DI GUDANG PUSAT PT XYZ MENGGUNAKAN METODE HOUSE
OF RISK (HOR)
Aulia Mubtadiatus Sholihah1*,
Dani Leonidas Sumarna2*, Febriani
Sulistiyaningsih3
D4 Logistik
Bisnis, Universitas Logistik
dan Bisnis Internasional,
Bandung, Indonesia
Email: auliamubtadiatus01@gmail.com,
danileonidas@ulbi.ac.id, febriani@ulbi.ac.id
Abstrak
PT XYZ adalah
perusahaan ritel yang bergerak di bidang distribusi, penjualan, dan pelayanan produk teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Dalam penyaluran
produknya, PT XYZ memiliki aktivitas Supply Chain Management yang terjadi
pada gudang yang dimiliki
oleh perusahaan. Pada gudang
pusat terdapat permasalahaan dalam proses inbound
dimana ditemukan beberapa permasalahan yang sering terjadi yaitu overload, keterlambatan
pengiriman ke gudang pusat, pengiriman
yang melebihi jam cut off gudang,
dan system error. Hal ini dapat
ditangani dengan melakukan manajemen risiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko yang terjadi pada aktivitas proses bisnis khususnya pada proses
inbound dan menentukan strategi mitigasi
untuk mengurangi timbulnya risiko. Metode yang digunakan yaitu House Of Risk (HOR)
yang terdiri dari 2 tahap. Hasil dalam penelitian ini yaitu terdapat 20 kejadian risiko (risk event) dan
18 penyebab risiko (risk
agent). Lalu, dipilih 8 penyebab
risiko (risk agent) dengan nilai ARP yang berkontribusi 80% tertinggi dari diagram pareto hingga bisa menentukan
tindakan aksi mitigasi. Usulan aksi mitigasi dalam
penelitian ini hanya sebatas usulan
strategi, untuk pelaksanaannya diserahkan
kepada perusahaan. Dengan hasil penelitian
ini diharapkan dapat membantu PT XYZ dalam mengatasi permasalahan atau risiko yang terjadi terhadap aktivitas proses inbound
di gudang pusat.
Kata
kunci: Supply Chain Management, Inbound, House Of Risk (HOR)
Abstract
PT XYZ is
a retail company engaged in the distribution, sales, and servicing of
information and communication technology products in Indonesia. In its product
distribution, PT XYZ operates a Supply Chain Management activity that takes
place at the company's central warehouse. The central warehouse encounters
several recurring issues in its inbound process, including overload, delays in
shipments to the central warehouse, shipments arriving after the warehouse's
cut-off time, and system errors. These challenges can be addressed through risk
management. This study aims to analyze the risks that occur in the business
process activities, particularly in the inbound process, and determine mitigation
strategies to reduce the occurrence of risks. The method used is the House Of Risk (HOR), which consists of two stages. The results of
this study identified 20 risk events and 18 risk agents as contributing
factors. Eight risk agents were selected based on their highest 80% ARP value
from the pareto diagram, allowing the determination of mitigation action. The proposed
mitigation actions in this study are strategic proposals, and their implementation
is to be undertaken by the company. The findings of this research are expected
to assist PT XYZ in addressing the issues or risks that arise during the
inbound process at the central warehouse.
Keywords: Supply Chain
Management, Inbound, House Of Risk (HOR)
Pendahuluan
Industri ritel merupakan industri yang sangat penting dalam perekonomian
global (Latuni, Pangemanan, Sandag, Mundiahi, & Lontaan, 2022). Persaingan industri ritel sangat ketat karena banyaknya
pelaku usaha yang ingin mendapatkan keuntungan dari pasar yang besar (Susilo,
2022). Tantangan utama dalam persaingan
industri ritel adalah menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan dan memuaskan bagi pelanggan (Rauhun Hidayat & Rizqi, 2021).
PT XYZ (nama perusahaan yang disamarkan) merupakan perusahaan ritel yang bergerak di bidang distribusi, penjualan, dan pelayanan produk teknologi informasi dan komunikasi serta memiliki lebih dari 1.000 outlet di seluruh
Indonesia. Salah satu aspek
penting dalam bisnis PT XYZ adalah manajemen rantai pasok (Supply Chain Management). Sebagai
perusahaan ritel, PT XYZ memiliki sejumlah gudang yang digunakan untuk menyimpan dan mendistribusikan produk-produknya
ke berbagai toko dan konsumen di seluruh Indonesia.
Gudang yang dimiliki oleh PT XYZ yaitu
ada gudang alokasi dan gudang pusat. Kinerja di gudang pusat PT XYZ mengalami beberapa kendala terutama pada bagian proses inbound.
Beberapa masalah yang kerap terjadi pada proses tersebut adalah overload gudang, keterlambatan pengiriman ke gudang,
melebihi jam cut off gudang,
system error, IMEI tidak sesuai,
revisi PO, rework, dan lainnya.
Data kejadian proses inbound di gudang pusat dapat
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel
1 Jumlah
Kejadian dalam Proses Inbound
Bulan |
Jumlah aktivitas
inbound (kali) |
Jumlah kejadian
Miss (kali) |
Jumlah kejadian
HIT (kali) |
Persentase kejadian
Miss |
Januari |
1134 |
598 |
536 |
53% |
Februari |
1272 |
676 |
596 |
53% |
Maret |
1378 |
778 |
600 |
56% |
Total |
3784 |
2052 |
1732 |
54% |
Sumber: PT XYZ (Januari 2023-Maret 2023)
Berdasarkan tabel
diatas, dapat dilihat total persentase permasalahan atau kejadian miss sebesar 54%
yang artinya persentase melebihi 50% menjadikan permasalahan yang terjadi dalam proses inbound di gudang
pusat PT XYZ cukup serius dan berdampak bagi perusahaan. Banyak permasalahan yang terjadi dalam aktivitas proses inbound
yang menyebabkan kelancaran
proses inbound tidak berjalan
dengan lancar. Berikut penulis sajikan dalam tabel
2 permasalahan terbesar dalam proses inbound.
Tabel 2 Permasalahan
Terbesar dalam Proses
Inbound
Bulan |
Overload (kali) |
Keterlambatan pengiriman
(kali) |
Pengiriman melebihi
jam cut off gudang (kali) |
System error (kali) |
Januari |
142 |
135 |
117 |
89 |
Februari |
163 |
159 |
121 |
97 |
Maret |
168 |
165 |
138 |
100 |
Total |
473 |
459 |
376 |
286 |
Sumber: PT XYZ (Januari 2023-Maret 2023)
Berdasarkan tabel 2 dapat
dilihat permasalahan terbanyak terjadi pada overload
gudang dengan total permasalahan dalam 3 bulan yaitu sebanyak
473 kali. Permasalahan terbanyak
kedua sampai keempat yaitu keterlambatan
pengiriman, pengiriman melebihi jam cut off gudang,
dan yang terakhir yaitu system
error.
Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh (Affifah,
Adjie, & Farida, 2021) dengan tujuan penelitian untuk memitigasi risiko pada aktivitas rantai pasok produk
tepung tapioka PT. Budi
Starch & Sweetener Tbk Ponorogo
dan hasil penelitiannya
pada tahap HOR 1 memiliki kerangka strategi mitigasi untuk sumber risiko (risk agent)
dan pada tahap HOR 2 terdapat
8 strategi mitigasi yang diprioritaskan
untuk direalisasikan berdasarkan
prioritas.
Sedangkan, pada penelitian
menurut (TUBAGUS,
2021) dengan tujuan penelitian untuk melakukan analisa risiko dan mitigasi risiko serta hasil penelitian
pada tahap HOR 1 diperoleh
18 agen risiko yang perlu dilakukan mitigasi dan tahap HOR 2 didapatkan 12 strategi mitigasi
yang dapat dilakukan.
Penelitian yang dilakukan di PT XYZ ditemukan permasalahan atau risiko yang terjadi dalam aktivitas
proses inbound di gudang pusat.
Permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1.
Risiko apa saja
yang terjadi dalam proses inbound
di gudang pusat PT XYZ
2.
Strategi atau aksi mitigasi
terbaik apa saja untuk mengatasi masalah dalam proses inbound
di gudang pusat PT XYZ
Metode
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
House Of Risk (HOR). Metode HOR adalah sebuah pendekatan
dalam manajemen risiko yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko pada proyek atau kegiatan bisnis (Alfani, 2021). Model ini, dapat berkontribusi membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah terbesar, mengetahui risiko yang terjadi, serta memberikan strategi atau aksi mitigasi terbaik (Nadhira,
Oktiarso, & Harsoyo, 2019).
Penelitian ini dilakukan di PT
XYZ divisi Supply Chain Management (SCM) pada bulan
Januari-Maret 2023. Pengolahan data dan informasi yang diperoleh akan disusun menggunakan
metode HOR yang terdiri dari tahap 1 dan tahap 2. Sedangkan, untuk pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan manager
dan supervisor divisi Supply Chain Management (SCM) serta observasi ke gudang pusat
perusahaan.
Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi (Ulfah, Maarif, &
Sukardi, 2016):
1. Pemetaan Aktivitas
Proses Inbound di gudang pusat
melalui wawancara dengan manager dan supervisor serta observasi.
2. Identifikasi risiko
yang terjadi dalam proses inbound
berupa risk event dan risk agent serta menentukan seberapa sering terjadinya kemunculan risiko tersebut.
3. Melakukan korelasi
antara risk event dan risk agent serta menentukan prioritas risiko dengan memberikan peringkat dalam perhitungan Aggregate
Risk Potentials (ARP) HOR tahap 1.
Melakukan Analisa Usulan
Aksi Mitigasi dan memperoleh
hasil berupa tingkatan prioritas dari aksi mitigasi
yang didapatkan melalui perhitungan tingkat kesulitan dan total keefektifannya
dari HOR tahap 2.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan pada penelitian ini mempunyai output risiko apa saja yang terjadi
dalam aktivitas proses inbound
di gudang pusat serta prioritas strategi aksi mitigasi yang sesuai dalam menangangi
risiko yang terjadi. Tahapan dari metode
HOR 1 dan 2 dimulai dari identifikasi risk event dan risk agent sampai penentuan prioritas aksi mitigasi.
Pemetaan Aktivitas
Proses Inbound
Berikut adalah tabel aktivitas proses inbound
di gudang pusat PT XYZ
Tabel 3 Aktivitas
Proses Inbound
Aktivitas |
Sub Aktivitas |
Plan |
Pemesanan barang ke vendor |
Pengecekan barang
di vendor |
|
Perencanaan pengiriman
ke gudang pusat dari vendor |
|
Pengecekan barang
di gudang alokasi |
|
Perencanaan pengiriman
barang dari gudang alokasi menuju gudang pusat |
|
Source |
Pembelian
barang dari vendor |
Pembayaran barang ke vendor |
|
Pengiriman dan penerimaan barang |
|
Proses unloading
barang |
|
Pemeriksaan dokumen
DO dengan sistem di gudang |
|
Pemeriksaan kesesuaian
dokumen DO dengan barang fisik yang dibawa |
|
Return |
Pemeriksaan kecacatan
barang |
Membuat laporan
ke sistem |
|
Cetak berita
acara |
|
Pengembalian barang
ke vendor dan gudang
alokasi |
Sumber: Manager dan Supervisor
Divisi SCM PT XYZ
House Of Risk Tahap
1
Pada tahap
ini dilakukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi pada setiap aktivitas proses inbound
yang terdiri dari risk
event dan risk agent (HAMKA, n.d.).
Identifikasi Risk Event dan Risk Agent
Risk event merupakan kejadian risiko atau permasalahan
yang muncul dalam aktivitas proses inbound (ISKANDAR & TJAJA,
2021). Tabel 4 akan menunjukan hasil identifikasi dari risk event
yang terdiri dari 20 kejadian risiko. Selanjutnya, risk event akan
dinilai tingkat keparahannya atau yang disebut dengan severity (Nurwenda, 2022).
Risk agent merupakan agen
penyebab risiko yang memicu terjadinya risk event,
lalu dengan mengetahui risk agent dapat
menentukan strategi aksi mitigasi (Nugraha, Mustofa, & Tjaja, 2022). Pada tabel 5 akan menunjukan hasil dari identifikasi risk agent
yang dapat menimbulkan beberapa risk event.
Penelitian Severity
(tingkat keparahan risiko)
Tahap ini dilakukan penilaian tentang seberapa besar tingkat keparahan dari setiap risk event
yang sudah diidentifikasikan
sebelumnya oleh manager dan supervisor. Berikut tabel mengenai
penilaian tingkat severity:
Tabel
4 Penilaian Tingkat Severity
Risk Event |
Kode |
Severity |
Pemesanan barang
tidak sesuai quantity |
E1 |
5 |
Stock barang yang sesuai pesanan habis |
E2 |
3 |
Penjadwalan pengiriman
yang tidak sesuai |
E3 |
5 |
Barang tidak sesuai dengan data pemesanan |
E4 |
5 |
Perubahan yang mendadak atas penjadwalan pengiriman |
E5 |
6 |
Dokumen pemesanan
yang kurang lengkap |
E6 |
6 |
Terjadi salah perhitungan saat akan dibayar |
E7 |
3 |
System pembayaran
error |
E8 |
2 |
Terjadi keterlambatan |
E9 |
8 |
Terjadi overload di gudang |
E10 |
9 |
Barang datang melebihi jam cut off |
E11 |
7 |
Kerusakan Packaging |
E12 |
7 |
Pemborosan waktu
pada saat unloading barang |
E13 |
4 |
Kesalahan dalam
nomer IMEI |
E14 |
3 |
Dokumen tidak
sesuai dengan barang fisik |
E15 |
5 |
Terjadi kerusakan
pada barang dan packaging |
E16 |
7 |
Dus packaging berbeda dengan yang lain |
E17 |
4 |
System error |
E18 |
7 |
Rugi tenaga
dan waktu |
E19 |
8 |
Kerugian biaya
transport |
E20 |
6 |
Nilai severity yang didapatkan
pada tabel 4 diatas didapatkan dari hasil wawancara dan pengisian data oleh manager dan supervisor divisi
SCM. Skala dalam penentuan nilai severity yaitu diangka 1-10. Angka 1 artinya tidak ada efek
dan yang paling tertinggi yaitu
10 artinya berbahaya tanpa peringatan (PUTRI, 2021). Nilai-nilai tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai ARP yang sebelumnya harus di korelasikan terlebih dahulu dengan risk agent
dan memiliki output untuk tahapan
HOR 1.
Penilaian Occurrence (Peluang Terjadinya Risiko)
Tahap ini akan dilakukan penilaian tentang seberapa besar occurrence (peluang terjadinya risiko) dari setiap risk agent
yang sudah diidentifikasikan
sebelumnya oleh perusahaan.
Beikut tabel penilaian occurrence:
Tabel
5 Penilaian Tingkat Occurrrence
Risk Agent |
Kode |
Occurrrence |
Kesalahan karyawan
dalam melihat data pemesanan |
A1 |
6 |
Kurangnya stock barang di gudang |
A2 |
7 |
Kesalahan dalam
menentukan jadwal pengiriman |
A3 |
6 |
Permintaan jadwal
pengiriman yang tiba tiba |
A4 |
5 |
Kelalaian karyawan
|
A5 |
9 |
Operator salah membaca
dokumen |
A6 |
8 |
Operator kurang dalam mengeprint dokumen |
A7 |
4 |
Operator salah dalam menjumlahkan hasil perhitungan |
A8 |
3 |
Kesalahan sistem
pada alat pembayaran |
A9 |
2 |
Penundaan pengiriman
dari vendor atau gudang alokasi |
A10 |
8 |
Banyaknya barang
masuk di satu waktu |
A11 |
9 |
Keterlambatan pengiriman
oleh driver |
A12 |
9 |
Pengiriman yang tidak aman |
A13 |
7 |
Karyawan tidak
bekerja tepat waktu |
A14 |
6 |
Kesalahan dalam
scan barcode barang fisik |
A15 |
4 |
Kesalahan dari
vendor dalam pengemasan
barang |
A16 |
3 |
Software crash atau down |
A17 |
7 |
Barang return yang
harus dikembalikan ke vendor dan gudang alokasi |
A18 |
7 |
Tabel 5 menunjukan
nilai dari Occurrence dari risk agent yang akan digunakan dalam perhitungan ARP pada akhir HOR tahap 1. Skala dalam penentuan nilai Occurrence
yaitu dari 1-10. Angka 1 artinya frekuensi kejadian agen risiko
hampir tidak ada. Sedangkan 10 artinya frekuensi kejadian agen risiko
hampir selalu (PUTRI, 2021).
Penilaian Correlation
(Hubungan antara Risk
Event dan Risk Agent)
Tahap ini dilakukan penilaian tentang seberapa besar korelasi antara risk event
terhadap risk agent. Penilaian
korelasi memiliki kriteria 9 untuk korelasi tinggi, 3 untuk korelasi sedang, 1 untuk korelasi rendah, dan 0 untuk tidak ada korelasi (Natalia, Oktavia, Makatita, & Suprata, 2021). Korelasi antara risk
event dan risk agent dapat dilihat pada tabel 6.
Perhitungan nilai Aggregate Risk Potentials
(ARP)
Perhitungan ARP dihasilkan dari perkalian antara Occurrence, Severity, dan jumlah korelasi antara risk event dan risk agent. Perhitungan ini digunakan untuk menentukan risk
agent tertinggi dan prioritas
yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Perhitungan ARP dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel
6 Output House Of Risk
Tahap 1
Business Processes |
Risk Event |
Risk Agent |
Severity |
||||||||
A1 |
A2 |
A3 |
A4 |
A5 |
A6 |
A7 |
A8 |
A9 |
|||
Plan |
E1 |
3 |
3 |
|
|
3 |
1 |
|
3 |
|
5 |
E2 |
9 |
3 |
|||||||||
E3 |
9 |
9 |
3 |
5 |
|||||||
E4 |
9 |
1 |
9 |
9 |
1 |
5 |
|||||
E5 |
9 |
9 |
3 |
3 |
6 |
||||||
Source |
E6 |
3 |
9 |
9 |
6 |
||||||
E7 |
1 |
3 |
3 |
9 |
3 |
||||||
E8 |
9 |
2 |
|||||||||
E9 |
9 |
3 |
3 |
8 |
|||||||
E10 |
1 |
1 |
3 |
9 |
|||||||
E11 |
1 |
3 |
3 |
7 |
|||||||
E12 |
1 |
7 |
|||||||||
E13 |
3 |
4 |
|||||||||
E14 |
1 |
1 |
3 |
||||||||
E15 |
3 |
3 |
1 |
5 |
|||||||
Return |
E16 |
1 |
7 |
||||||||
E17 |
4 |
||||||||||
E18 |
7 |
||||||||||
E19 |
9 |
9 |
3 |
9 |
3 |
1 |
1 |
8 |
|||
E20 |
3 |
6 |
|||||||||
Occurrence |
6 |
7 |
6 |
5 |
9 |
8 |
4 |
3 |
2 |
|
|
ARP |
936 |
329 |
1554 |
885 |
3231 |
952 |
268 |
165 |
36 |
|
|
Peringkat ARP |
9 |
12 |
5 |
11 |
1 |
8 |
13 |
16 |
18 |
|
Business Processes |
Risk Event |
Risk Agent |
Severity |
||||||||
A10 |
A11 |
A12 |
A13 |
A14 |
A15 |
A16 |
A17 |
A18 |
|||
Plan |
E1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
E2 |
3 |
||||||||||
E3 |
3 |
3 |
3 |
1 |
5 |
||||||
E4 |
3 |
5 |
|||||||||
E5 |
3 |
3 |
1 |
1 |
3 |
6 |
|||||
Source |
E6 |
6 |
|||||||||
E7 |
3 |
||||||||||
E8 |
3 |
2 |
|||||||||
E9 |
9 |
9 |
9 |
3 |
9 |
8 |
|||||
E10 |
9 |
9 |
9 |
3 |
3 |
9 |
|||||
E11 |
9 |
1 |
3 |
3 |
3 |
7 |
|||||
E12 |
9 |
9 |
3 |
7 |
|||||||
E13 |
9 |
9 |
9 |
3 |
4 |
||||||
E14 |
3 |
1 |
3 |
||||||||
E15 |
1 |
5 |
|||||||||
Return |
E16 |
1 |
3 |
9 |
3 |
7 |
|||||
E17 |
9 |
4 |
|||||||||
E18 |
3 |
7 |
|||||||||
E19 |
9 |
3 |
9 |
1 |
9 |
1 |
3 |
1 |
1 |
8 |
|
E20 |
1 |
9 |
6 |
||||||||
Occurrence |
8 |
9 |
9 |
7 |
6 |
4 |
3 |
7 |
7 |
|
|
ARP |
2912 |
3033 |
2727 |
1337 |
1362 |
128 |
204 |
245 |
917 |
||
Peringkat ARP |
3 |
2 |
4 |
7 |
6 |
17 |
15 |
14 |
10 |
Dimana:
𝐴𝑅𝑃𝑗 =
Aggregate Risk Potential
𝑂𝑗 =
occurrrence
𝑆𝑖 =
severity
𝑅𝑖𝑗 =
Korelasi antara risk
event dan risk agent
Penentuan Risk Agent
Menggunakan Analisis
Diagram Pareto
Perhitungan
ARP dilakukan terhadap seluruh risk agent. Nilai-nilai
perhitungan ARP akan diurutkan berdasarkan perigkat tertinggi. Nilai ARP tersebut akan dipilih
dan dibuat dalam diagram
pareto untuk diprioritaskan implementasi
aksi mitigasi melalui perankingan yang berkontribusi 80% tertinggi dari diagram pareto.
Tabel 7 Perhitungan
Pareto Risk Agent
ARP |
ARP % |
Rangking |
Kategori |
|
A5 |
3231 |
15.23% |
1 |
Prioritas |
A11 |
3033 |
14.29% |
2 |
|
A10 |
2912 |
13.72% |
3 |
|
A12 |
2727 |
12.85% |
4 |
|
A3 |
1554 |
7.32% |
5 |
|
A14 |
1362 |
6.42% |
6 |
|
A13 |
1337 |
6.30% |
7 |
|
A6 |
952 |
4.49% |
8 |
|
A1 |
936 |
4.41% |
9 |
Non Prioritas |
A18 |
917 |
4.32% |
10 |
|
A4 |
885 |
4.17% |
11 |
|
A2 |
329 |
1.55% |
12 |
|
A7 |
268 |
1.26% |
13 |
|
A17 |
245 |
1.15% |
14 |
|
A16 |
204 |
0.96% |
15 |
|
A8 |
165 |
0.78% |
16 |
|
A15 |
128 |
0.60% |
17 |
|
A9 |
36 |
0.17% |
18 |
Gambar 1 Diagram Pareto
Risk Agent
Berdasarkan tabel 7 dan gambar 1 dapat dilihat urutan
risk agent dengan jumlah
ARP tertinggi hingga terkecil. Terdapat 8 risk
agent prioritas yang berkontribusi sebesar 80% dan
10 risk agent non prioritas. Risk agent
prioritas akan digunakan untuk melanjutan pada tahap HOR 2 dalam pemilihan aksi mitigasi yang prioritas atau strategis.
Usulan Mitigasi Risiko
pada House Of Risk (HOR) Tahap
2
Usulan mitigasi risiko pada penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara dengan manager dan supervisor. Usulan
mitigasi risiko yang telah didapatkan sebagai berikut.
PA1. : Meningkatkan komunikasi yang baik secara internal,
PA2. : Mengevaluasi vendor-vendor
yang bekerjasama,
PA3. : Mengevalusi karyawan setiap bulannya dengan memberi penilaian kinerja,
PA4. : Membuat jadwal tetap untuk pengiriman barang,
PA5. : Membuat jadwal lain atau cadangan untuk pengiriman barang,
PA6. : Menata tempat penyimpanan barang atau rak dengan
baik menggunakan WMS,
PA7. : Menjaga kerapian tempat penyimpanan barang,
PA8. : Membuat SOP baru untuk driver dan sanksi atas keterlambatan,
PA9. : Memberikan pelatihan dan brainstorming kepada
karyawan,
PA10. : Tim operasional mengecek dokumen secara bertingkat
Penentuan Skala Korelasi Perbaikan dan Penyebab
Tahap ini merupakan tahap
dengan menggunakan skala yang sama dengan tahap HOR 1, yaitu 0 untuk tidak
ada korelasi, 1 untuk korelasi rendah, 3 untuk korelasi sedang, dan 9 untuk korelasi tinggi. Hasil korelasi tersebut dikalikan dengan nilai ARP pada
masing-masing penyebab untuk
mendapatkan nilai total efektivitas dari masing-masing perbaikan (TEk). Eumus dalam mencari
TEk dapat dijabarkan sebagai berikut.
𝑇𝐸k = Total efektivitas
𝐴𝑅𝑃𝑗 = Prioritas risiko (risk priority index)
𝐸𝑗k = Nilai korelasi
antara suatu agen risiko dengan
penanganan risiko
Penilaian Degree of Difficulty
(Dk)
Degree of Difficulty (Dk) merupakan nilai kesulitan dalam pelaksanaan perbaikan pada
masing-masing usulan aksi mitigasi (Khoirul
Hidayat, 2022). Skala yang digunakan yaitu 1 artinya sangat mudah diimplementasikan,
2 artinya mudah diimplementasikan, 3 artinya cukup sulit diimplementasikan,
4 sulit diimplementasikan,
dan 5 sangat sulit diimplementasikan.
Skala tersebut digunakan untuk menilai seberapa sulit dilakukannya aksi mitigasi bagi perusahaan.
Hasil dari penilaian Degree
of Difficulty (Dk) yang diperoleh dari hasil wawancara
terhadap manager dan supervisor. Tingkat kesulitan setiap aksi mitigasi yang dilakukan dilihat dari kemampuan perusahaan dan biaya yang akan dikeluarkan. Nilai Degree
of Difficulty (Dk) digunakan untuk menghitung nilai ETD pada tahap selanjutnya.
Perhitungan Rasio Effectiveness to
Difficulty (ETDk) dan prioritas aksi mitigasi
Perhitungan ETDk ini berguna
untuk mengetahui aksi mitigasi mana yang prioritas. Rumus ETDk dapat
dijabarkan sebagai berikut.
ETDk =
Dimana:
TEk =
Total Efektivitas dari k
Dk = skala
atau nilai kesulitan dari k
Perhitungan dari ETk, Dk, dan ETDk dapat dirangkum pada tabel 8 berikut
Tabel 8 Output House Of Risk Tahap 2
|
PA1 |
PA2 |
PA3 |
PA4 |
PA5 |
PA6 |
PA7 |
PA8 |
PA9 |
PA10 |
ARP |
A5 |
9 |
|
9 |
3 |
1 |
9 |
3 |
|
9 |
3 |
3231 |
A11 |
3 |
9 |
9 |
9 |
3 |
9 |
9 |
9 |
3 |
|
3033 |
A10 |
9 |
9 |
9 |
9 |
9 |
|
|
3 |
|
|
2912 |
A12 |
3 |
|
3 |
9 |
3 |
|
|
9 |
|
|
2727 |
A3 |
3 |
1 |
1 |
9 |
3 |
|
|
|
|
3 |
1554 |
A14 |
9 |
|
9 |
3 |
|
|
|
|
9 |
|
1362 |
A13 |
1 |
3 |
3 |
3 |
1 |
|
|
3 |
3 |
|
1337 |
A6 |
3 |
|
3 |
3 |
|
|
|
|
3 |
9 |
952 |
TeK |
93680 |
59070 |
111444 |
112680 |
52718 |
56376 |
36990 |
64587 |
42189 |
22923 |
|
Dk |
4 |
4 |
3 |
2 |
4 |
3 |
4 |
4 |
3 |
2 |
|
ETDk |
23420 |
14767.5 |
37148 |
56340 |
13179.5 |
18792 |
9247.5 |
16146.75 |
14063 |
11461.5 |
|
Rank |
3 |
6 |
2 |
1 |
8 |
4 |
10 |
5 |
7 |
9 |
|
Dari tabel 8 dapat disimpulkan urutan aksi mitigasi
prioritas dari jumlah ETD terbesar yaitu.
1.
Membuat jadwal tetap untuk pengiriman barang. Perusahaan harus menetapkan jadwal yang sesuai dan efisien untuk dilakukan pengiriman ke gudang
pusat. Jika ada dari vendor atau gudang alokasi tidak menaati peraturan,
perusahaan harus bertindak tegas untuk memberikan peringatan atau sanksi demi kelancaran.
2.
Mengevalusi karyawan setiap bulannya dengan memberi penilaian kinerja. Aksi mitigasi ini dapat dibuat
dengan KPI atau suatu project dengan menilai setiap karyawan pada setiap DC dengan cara dari
hari kerja, quantity
barang yang dia kerjakan, jumlah barang DO, absensi, kedisiplinan dalam bekerja, dan tanggung jawab.
3. Meningkatkan komunikasi yang baik secara internal. Usulan ini
dilakukan agar karyawan dapat mengaspirasi suara mereka dan perusahaan juga menjadi pendengar yang baik bagi mereka.
4.
Menata tempat penyimpanan barang atau rak
dengan baik menggunakan WMS. Penataan
yang cocok dan efisien seperti menata sesuai jenis barangnya,
sesuai dengan jenis merk, ataupun sesuai dengan ukuran
barang dengan menggunakan sistem seperti WMS dapat membantu perusahaan dalam mengelola gudang dengan baik.
5.
Membuat
SOP baru untuk driver dan sanksi
atas keterlambatan. Driver yang melakukan keterlambatan harus mematuhi SOP terbaru dengan baik dan jika melanggar akan diberi sanksi
yang setara. Usulan ini sangat disarankan untuk keberlangsungan dalam pengiriman barang dengan tepat waktu
dan aman.
6.
Mengevaluasi vendor-vendor yang bekerjasama.
Evaluasi vendor harus
didasarkan atas dasar kemampuan vendor, yaitu kemampuan dalam memenuhi mutu dan kebutuhan perusahaan dengan baik
7.
Memberikan pelatihan dan brainstorming
kepada karyawan. Usulan ini membantu
karyawan dalam mengasah skill dan pengetahuan karyawan agar lebih luas serta meningkatkan
tingkat kesadaran diri akan pekerjaan
yang mereka lakukan.
8.
Membuat jadwal lain atau cadangan untuk pengiriman barang. Usulan ini sangat membantu
jika ada permasalahan dalam pengiriman barang ke gudang pusat.
9.
Tim operasional mengecek dokumen secara bertingkat. Usulan ini dapat dilakukan
dengan operator mengecek dokumen secara berkala dan double check agar menghindari
kesalahan dalam membaca dokumen
Menjaga kerapian tempat penyimpanan barang. Usulan ini dapat
dilakukan oleh perusahaan terutama karyawan gudang untuk menjaga kerapihan gudang agar mempermudah peletakan, penataan, dan pengambilan barang, serta dapat
juga untuk menghindari terjadinya
overload.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi
risk event (kejadian risiko)
pada aktivitas proses inbound di gudang pusat PT XYZ didapatkan 20 risk event yang terdiri
dari proses aktivitas plan,
source, dan return. Berdasarkan hasil identifikasi dari risk agent (agen penyebab risiko) didapatkan 18 risk agent yang kemudian
terpilih 8 prioritas risk
agent berdasarkan perhitungan
ARP dan sesuai dengan hasil 80% dari diagram pareto antara lain: Kelalaian karyawan, Banyaknya barang masuk disatu
waktu, Penundaan pengiriman dari vendor atau gudang alokasi,
Keterlambatan pengiriman
oleh driver, Kesalahan dalam
menentukan jadwal pengiriman, Karyawan tidak bekerja tepat
waktu, Pengiriman tidak aman, dan Operator salah membaca dokumen.
Setelah mengetahui
perhitungan dengan menggunakan metode HOR tahap 2, maka didapatkan
hasil 10 usulan aksi mitigasi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Urutan usulan aksi mitigasi
prioritas yang telah diketahui yaitu: Membuat jadwal tetap untuk pengiriman barang, Mengevalusi karyawan setiap bulannya dengan memberi penilaian kinerja, Meningkatkan komunikasi yang baik secara internal, Menata tempat penyimpanan barang atau rak dengan
baik menggunakan WMS, Membuat SOP baru untuk driver dan
sanksi atas keterlambatan, Mengevaluasi vendor-vendor
yang bekerjasama, Memberikan
pelatihan dan brainstorming kepada
karyawan, Membuat jadwal lain atau cadangan untuk pengiriman barang, Tim operasional mengecek dokumen secara bertingkat, dan Menjaga kerapian tempat penyimpanan barang.
DAFTAR PUSTAKA
Affifah, Lailatul, Adjie, Setyo,
& Farida, Umi. (2021). Analisis dan Perbaikan Manajemen Risiko Pada Rantai
Pasok Produk Tepung Tapioka PT. Budi Starch & Sweetener, Tbk Ponorogo
dengan Menggunakan Metode House Of Risk (HOR). ISOQUANT: Jurnal
Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 5(1), 92107.
Alfani, Musaddad. (2021). Perancangan
Strategi Mitigasi Risiko Pada Proses Bisnis Rantai Pasok CV. Tunas Karya
Menggunakan House Of Risk.
Hamka, Dimas Hadiansyah. (n.d.). Pengembangan
Metode Fire Safety Risk Evaluation Pada Industri Pembangkit Listrik Dengan
Integrasi Metode House Of Risk (Hor) Dan Iso 55001: 2014 (Asset
Management)(Studi Kasus: Pusat Listrik Tenaga Uap Luar Jawa).
Hidayat, Khoirul. (2022). Desain
Mitigasi Risiko Menggunakan House Of Risk Pada Proses Rantai Pasok Garam
Olahan (Case Study: PT. Garam Unit Camplong). Agroindustrial Technology
Journal, 6(2), 5657.
Hidayat, Rauhun, & Rizqi, Reza
Muhammad. (2021). Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Di Desa Wisata Rhee
Loka Kabupaten Sumbawa (Studi Kasus Desa Wisata Pantai Gelora). Jurnal
Manajemen Dan Bisnis, 4(3), 4254.
Iskandar, Gina Salsabila Aisha, &
Tjaja, Arief Irfan Syah. (2021). Usulan Strategi Mitigasi Risiko Distribusi
Produk Jadi Teh Walini Menggunakan Metode House Of Risk (Hor). FTI.
Latuni, Fandy Yones, Pangemanan,
Jourie, Sandag, Eltie, Mundiahi, Vicky, & Lontaan, Gerry. (2022). Pengaruh
Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awarness Bagi Konsumen Minimarket
Alfamidi (Studi Kasus Pada Alfamidi Kelurahan Mahawu). Global Science, 3(2),
14.
Nadhira, Andi Haifa Kania, Oktiarso,
Teguh, & Harsoyo, Titik Desy. (2019). Manajemen risiko rantai pasok produk
sayuran menggunakan metode supply chain operation reference dan model House
Of Risk. Kurawal-Jurnal Teknologi, Informasi Dan Industri, 2(2),
101117.
Natalia, Christine, Oktavia,
Chendrasari Wahyu, Makatita, Welhelmina Vince, & Suprata, Ferdian. (2021).
Integrasi Model House Of Risk dan Analytical Networking Process (ANP)
untuk Mitigasi Risiko Supply Chain. Jurnal Metris, 22(01), 5766.
Nugraha, Dendi, Mustofa, Fifi Herni,
& Tjaja, Arief Irfan Syah. (2022). Usulan Mitigasi pada Aktivitas Supply
Chain Menggunakan Model House Of Risk di Pt Daya Inovasi Mandiri. FTI.
Nurwenda, Respati Rafsanjani. (2022).
Analisis Potensi Risiko Kontaminasi Dalam Aktivitas Halal Supply Chain
Management Pada Umkm Produk Makanan Roti dengan Metode Supply Chain Operation
Reference (Scor) dan House Of Risk (Hor)(Studi Kasus: Dlila Pizza Kabupaten
Blora).
PUTRI, RIDHA N. U. R. ADINDA. (2021).
Usulan Strategi Mitigasi Risiko Proses Bisnis Produk Rail Fastening dengan
Menggunakan Model House Of Risk (HOR) di PT. Pindad (Persero).
Susilo, David Kristian. (2022).
Eksplorasi Strategi Bauran Ritel Terhadap Sampoerna Ritel Community Di
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Journal of Economic, Bussines and
Accounting (COSTING), 6(1), 551568.
TUBAGUS, MUHAMAD MARICO. (2021).
Usulan Strategi Mitigasi Risiko Pada Pengadaan Bahan Baku Kain Denim Dengan
Pendekatan Matriks House Of Risk (HOR). FTI.
Ulfah, Maria, Maarif, Mohamad
Syamsul, & Sukardi, Sapta Raharja. (2016). Analisis dan perbaikan manajemen
risiko rantai pasok gula rafinasi dengan Pendekatan House Of Risk. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian, 26(1).