ANALISIS PERBAIKAN MASALAH DALAM PROSES INBOUND DI GUDANG PUSAT PT XYZ MENGGUNAKAN METODE HOUSE OF RISK (HOR)

 

Aulia Mubtadiatus Sholihah1*, Dani Leonidas Sumarna2*, Febriani Sulistiyaningsih3

D4 Logistik Bisnis, Universitas Logistik dan Bisnis Internasional, Bandung, Indonesia

Email: auliamubtadiatus01@gmail.com, danileonidas@ulbi.ac.id, febriani@ulbi.ac.id

 

 

Abstrak

PT XYZ adalah perusahaan ritel yang bergerak di bidang distribusi, penjualan, dan pelayanan produk teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Dalam penyaluran produknya, PT XYZ memiliki aktivitas Supply Chain Management yang terjadi pada gudang yang dimiliki oleh perusahaan. Pada gudang pusat terdapat permasalahaan dalam proses inbound dimana ditemukan beberapa permasalahan yang sering terjadi yaitu overload, keterlambatan pengiriman ke gudang pusat, pengiriman yang melebihi jam cut off gudang, dan system error. Hal ini dapat ditangani dengan melakukan manajemen risiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko yang terjadi pada aktivitas proses bisnis khususnya pada proses inbound dan menentukan strategi mitigasi untuk mengurangi timbulnya risiko. Metode yang digunakan yaitu House Of Risk (HOR) yang terdiri dari 2 tahap. Hasil dalam penelitian ini yaitu terdapat 20 kejadian risiko (risk event) dan 18 penyebab risiko (risk agent). Lalu, dipilih 8 penyebab risiko (risk agent) dengan nilai ARP yang berkontribusi 80% tertinggi dari diagram pareto hingga bisa menentukan tindakan aksi mitigasi. Usulan aksi mitigasi dalam penelitian ini hanya sebatas usulan strategi, untuk pelaksanaannya diserahkan kepada perusahaan. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu PT XYZ dalam mengatasi permasalahan atau risiko yang terjadi terhadap aktivitas proses inbound di gudang pusat.

 

Kata kunci: Supply Chain Management, Inbound, House Of Risk (HOR)

 

Abstract

PT XYZ is a retail company engaged in the distribution, sales, and servicing of information and communication technology products in Indonesia. In its product distribution, PT XYZ operates a Supply Chain Management activity that takes place at the company's central warehouse. The central warehouse encounters several recurring issues in its inbound process, including overload, delays in shipments to the central warehouse, shipments arriving after the warehouse's cut-off time, and system errors. These challenges can be addressed through risk management. This study aims to analyze the risks that occur in the business process activities, particularly in the inbound process, and determine mitigation strategies to reduce the occurrence of risks. The method used is the House Of Risk (HOR), which consists of two stages. The results of this study identified 20 risk events and 18 risk agents as contributing factors. Eight risk agents were selected based on their highest 80% ARP value from the pareto diagram, allowing the determination of mitigation action. The proposed mitigation actions in this study are strategic proposals, and their implementation is to be undertaken by the company. The findings of this research are expected to assist PT XYZ in addressing the issues or risks that arise during the inbound process at the central warehouse.

 

Keywords: Supply Chain Management, Inbound, House Of Risk (HOR)

 

Pendahuluan  

Industri ritel merupakan industri yang sangat penting dalam perekonomian global (Latuni, Pangemanan, Sandag, Mundiahi, & Lontaan, 2022). Persaingan industri ritel sangat ketat karena banyaknya pelaku usaha yang ingin mendapatkan keuntungan dari pasar yang besar (Susilo, 2022). Tantangan utama dalam persaingan industri ritel adalah menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan dan memuaskan bagi pelanggan (Rauhun Hidayat & Rizqi, 2021).

PT XYZ (nama perusahaan yang disamarkan) merupakan perusahaan ritel yang bergerak di bidang distribusi, penjualan, dan pelayanan produk teknologi informasi dan komunikasi serta memiliki lebih dari 1.000 outlet di seluruh Indonesia. Salah satu aspek penting dalam bisnis PT XYZ adalah manajemen rantai pasok (Supply Chain Management). Sebagai perusahaan ritel, PT XYZ memiliki sejumlah gudang yang digunakan untuk menyimpan dan mendistribusikan produk-produknya ke berbagai toko dan konsumen di seluruh Indonesia. Gudang yang dimiliki oleh PT XYZ yaitu ada gudang alokasi dan gudang pusat. Kinerja di gudang pusat PT XYZ mengalami beberapa kendala terutama pada bagian proses inbound. Beberapa masalah yang kerap terjadi pada proses tersebut adalah overload gudang, keterlambatan pengiriman ke gudang, melebihi jam cut off gudang, system error, IMEI tidak sesuai, revisi PO, rework, dan lainnya. Data kejadian proses inbound di gudang pusat dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

 

Tabel 1 Jumlah Kejadian dalam Proses Inbound

Bulan

Jumlah aktivitas inbound (kali)

Jumlah kejadian Miss (kali)

Jumlah kejadian HIT (kali)

Persentase kejadian Miss

Januari

1134

598

536

53%

Februari

1272

676

596

53%

Maret

1378

778

600

56%

Total

3784

2052

1732

54%

Sumber: PT XYZ (Januari 2023-Maret 2023)

 

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat total persentase permasalahan atau kejadian miss sebesar 54% yang artinya persentase melebihi 50% menjadikan permasalahan yang terjadi dalam proses inbound di gudang pusat PT XYZ cukup serius dan berdampak bagi perusahaan. Banyak permasalahan yang terjadi dalam aktivitas proses inbound yang menyebabkan kelancaran proses inbound tidak berjalan dengan lancar. Berikut penulis sajikan dalam tabel 2 permasalahan terbesar dalam proses inbound.

Tabel 2 Permasalahan Terbesar dalam Proses Inbound

Bulan

Overload (kali)

Keterlambatan pengiriman (kali)

Pengiriman melebihi jam cut off gudang (kali)

System error (kali)

Januari

142

135

117

89

Februari

163

159

121

97

Maret

168

165

138

100

Total

473

459

376

286

Sumber: PT XYZ (Januari 2023-Maret 2023)

 

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat permasalahan terbanyak terjadi pada overload gudang dengan total permasalahan dalam 3 bulan yaitu sebanyak 473 kali. Permasalahan terbanyak kedua sampai keempat yaitu keterlambatan pengiriman, pengiriman melebihi jam cut off gudang, dan yang terakhir yaitu system error.

Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh (Affifah, Adjie, & Farida, 2021) dengan tujuan penelitian untuk memitigasi risiko pada aktivitas rantai pasok produk tepung tapioka PT. Budi Starch & Sweetener Tbk Ponorogo dan hasil penelitiannya pada tahap HOR 1 memiliki kerangka strategi mitigasi untuk sumber risiko (risk agent) dan pada tahap HOR 2 terdapat 8 strategi mitigasi yang diprioritaskan untuk direalisasikan berdasarkan prioritas.

Sedangkan, pada penelitian menurut (TUBAGUS, 2021) dengan tujuan penelitian untuk melakukan analisa risiko dan mitigasi risiko serta hasil penelitian pada tahap HOR 1 diperoleh 18 agen risiko yang perlu dilakukan mitigasi dan tahap HOR 2 didapatkan 12 strategi mitigasi yang dapat dilakukan.

Penelitian yang dilakukan di PT XYZ ditemukan permasalahan atau risiko yang terjadi dalam aktivitas proses inbound di gudang pusat. Permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1.    Risiko apa saja yang terjadi dalam proses inbound di gudang pusat PT XYZ

2.    Strategi atau aksi mitigasi terbaik apa saja untuk mengatasi masalah dalam proses inbound di gudang pusat PT XYZ

 

Metode

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode House Of Risk (HOR). Metode HOR adalah sebuah pendekatan dalam manajemen risiko yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko pada proyek atau kegiatan bisnis (Alfani, 2021). Model ini, dapat berkontribusi membantu perusahaan dalam menyelesaikan masalah terbesar, mengetahui risiko yang terjadi, serta memberikan strategi atau aksi mitigasi terbaik (Nadhira, Oktiarso, & Harsoyo, 2019).

Penelitian ini dilakukan di PT XYZ divisi Supply Chain Management (SCM) pada bulan Januari-Maret 2023. Pengolahan data dan informasi yang diperoleh akan disusun menggunakan metode HOR yang terdiri dari tahap 1 dan tahap 2. Sedangkan, untuk pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan manager dan supervisor divisi Supply Chain Management (SCM) serta observasi ke gudang pusat perusahaan.

 Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi (Ulfah, Maarif, & Sukardi, 2016):

1.      Pemetaan Aktivitas Proses Inbound di gudang pusat melalui wawancara dengan manager dan supervisor serta observasi.

2.      Identifikasi risiko yang terjadi dalam proses inbound berupa risk event dan risk agent serta menentukan seberapa sering terjadinya kemunculan risiko tersebut.

3.      Melakukan korelasi antara risk event dan risk agent serta menentukan prioritas risiko dengan memberikan peringkat dalam perhitungan Aggregate Risk Potentials (ARP) HOR tahap 1.

Melakukan Analisa Usulan Aksi Mitigasi dan memperoleh hasil berupa tingkatan prioritas dari aksi mitigasi yang didapatkan melalui perhitungan tingkat kesulitan dan total keefektifannya dari HOR tahap 2.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan pada penelitian ini mempunyai output risiko apa saja yang terjadi dalam aktivitas proses inbound di gudang pusat serta prioritas strategi aksi mitigasi yang sesuai dalam menangangi risiko yang terjadi. Tahapan dari metode HOR 1 dan 2 dimulai dari identifikasi risk event dan risk agent sampai penentuan prioritas aksi mitigasi.

 

Pemetaan Aktivitas Proses Inbound

Berikut adalah tabel aktivitas proses inbound di gudang pusat PT XYZ

Tabel 3 Aktivitas Proses Inbound

Aktivitas

Sub Aktivitas

Plan

Pemesanan barang ke vendor

Pengecekan barang di vendor

Perencanaan pengiriman ke gudang pusat dari vendor

Pengecekan barang di gudang alokasi

Perencanaan pengiriman barang dari gudang alokasi menuju gudang pusat

Source

Pembelian barang dari vendor

Pembayaran barang ke vendor

Pengiriman dan penerimaan barang

Proses unloading barang

Pemeriksaan dokumen DO dengan sistem di gudang

Pemeriksaan kesesuaian dokumen DO dengan barang fisik yang dibawa

Return

Pemeriksaan kecacatan barang

Membuat laporan ke sistem

Cetak berita acara

Pengembalian barang ke vendor dan gudang alokasi

Sumber: Manager dan Supervisor Divisi SCM PT XYZ

 

House Of Risk Tahap 1

Pada tahap ini dilakukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi pada setiap aktivitas proses inbound yang terdiri dari risk event dan risk agent (HAMKA, n.d.).

 

Identifikasi Risk Event dan Risk Agent

Risk event merupakan kejadian risiko atau permasalahan yang muncul dalam aktivitas proses inbound (ISKANDAR & TJAJA, 2021). Tabel 4 akan menunjukan hasil identifikasi dari risk event yang terdiri dari 20 kejadian risiko. Selanjutnya, risk event akan dinilai tingkat keparahannya atau yang disebut dengan severity (Nurwenda, 2022).

Risk agent merupakan agen penyebab risiko yang memicu terjadinya risk event, lalu dengan mengetahui risk agent dapat menentukan strategi aksi mitigasi (Nugraha, Mustofa, & Tjaja, 2022). Pada tabel 5 akan menunjukan hasil dari identifikasi risk agent yang dapat menimbulkan beberapa risk event.

 

Penelitian Severity (tingkat keparahan risiko)

Tahap ini dilakukan penilaian tentang seberapa besar tingkat keparahan dari setiap risk event yang sudah diidentifikasikan sebelumnya oleh manager dan supervisor. Berikut tabel mengenai penilaian tingkat severity:

 

Tabel 4 Penilaian Tingkat Severity

Risk Event

Kode

Severity

Pemesanan barang tidak sesuai quantity

E1

5

Stock barang yang sesuai pesanan habis

E2

3

Penjadwalan pengiriman yang tidak sesuai

E3

5

Barang tidak sesuai dengan data pemesanan

E4

5

Perubahan yang mendadak atas penjadwalan pengiriman

E5

6

Dokumen pemesanan yang kurang lengkap

E6

6

Terjadi salah perhitungan saat akan dibayar

E7

3

System pembayaran error

E8

2

Terjadi keterlambatan

E9

8

Terjadi overload di gudang

E10

9

Barang datang melebihi jam cut off

E11

7

Kerusakan Packaging

E12

7

Pemborosan waktu pada saat unloading barang

E13

4

Kesalahan dalam nomer IMEI

E14

3

Dokumen tidak sesuai dengan barang fisik

E15

5

Terjadi kerusakan pada barang dan packaging

E16

7

Dus packaging berbeda dengan yang lain

E17

4

System error

E18

7

Rugi tenaga dan waktu

E19

8

Kerugian biaya transport

E20

6

 

Nilai severity yang didapatkan pada tabel 4 diatas didapatkan dari hasil wawancara dan pengisian data oleh manager dan supervisor divisi SCM. Skala dalam penentuan nilai severity yaitu diangka 1-10. Angka 1 artinya tidak ada efek dan yang paling tertinggi yaitu 10 artinya berbahaya tanpa peringatan (PUTRI, 2021). Nilai-nilai tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung nilai ARP yang sebelumnya harus di korelasikan terlebih dahulu dengan risk agent dan memiliki output untuk tahapan HOR 1.

           

Penilaian Occurrence (Peluang Terjadinya Risiko)

Tahap ini akan dilakukan penilaian tentang seberapa besar occurrence (peluang terjadinya risiko) dari setiap risk agent yang sudah diidentifikasikan sebelumnya oleh perusahaan. Beikut tabel penilaian occurrence:

 

Tabel 5 Penilaian Tingkat Occurrrence

Risk Agent

Kode

Occurrrence

Kesalahan karyawan dalam melihat data pemesanan

A1

6

Kurangnya stock barang di gudang

A2

7

Kesalahan dalam menentukan jadwal pengiriman

A3

6

Permintaan jadwal pengiriman yang tiba tiba

A4

5

Kelalaian karyawan

A5

9

Operator salah membaca dokumen

A6

8

Operator kurang dalam mengeprint dokumen

A7

4

Operator salah dalam menjumlahkan hasil perhitungan

A8

3

Kesalahan sistem pada alat pembayaran

A9

2

Penundaan pengiriman dari vendor atau gudang alokasi

A10

8

Banyaknya barang masuk di satu waktu

A11

9

Keterlambatan pengiriman oleh driver

A12

9

Pengiriman yang tidak aman

A13

7

Karyawan tidak bekerja tepat waktu

A14

6

Kesalahan dalam scan barcode barang fisik

A15

4

Kesalahan dari vendor dalam pengemasan barang

A16

3

Software crash atau down

A17

7

Barang return yang harus dikembalikan ke vendor dan gudang alokasi

A18

7

 

Tabel 5 menunjukan nilai dari Occurrence dari risk agent yang akan digunakan dalam perhitungan ARP pada akhir HOR tahap 1. Skala dalam penentuan nilai Occurrence yaitu dari 1-10. Angka 1 artinya frekuensi kejadian agen risiko hampir tidak ada. Sedangkan 10 artinya frekuensi kejadian agen risiko hampir selalu (PUTRI, 2021).

 

Penilaian Correlation (Hubungan antara Risk Event dan Risk Agent)

Tahap ini dilakukan penilaian tentang seberapa besar korelasi antara risk event terhadap risk agent. Penilaian korelasi memiliki kriteria 9 untuk korelasi tinggi, 3 untuk korelasi sedang, 1 untuk korelasi rendah, dan 0 untuk tidak ada korelasi (Natalia, Oktavia, Makatita, & Suprata, 2021). Korelasi antara risk event dan risk agent dapat dilihat pada tabel 6.

 

Perhitungan nilai Aggregate Risk Potentials (ARP)

Perhitungan ARP dihasilkan dari perkalian antara Occurrence, Severity, dan jumlah korelasi antara risk event dan risk agent. Perhitungan ini digunakan untuk menentukan risk agent tertinggi dan prioritas yang akan diselesaikan terlebih dahulu. Perhitungan ARP dapat dilihat pada tabel 6.

 

Tabel 6 Output House Of Risk Tahap 1

Business Processes

Risk Event

Risk Agent

Severity

A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

Plan

E1

3

3

 

 

3

1

 

3

 

5

E2

9

3

E3

9

9

3

5

E4

9

1

9

9

1

5

E5

9

9

3

3

6

Source

E6

3

9

9

6

E7

1

3

3

9

3

E8

9

2

E9

9

3

3

8

E10

1

1

3

9

E11

1

3

3

7

E12

1

7

E13

3

4

E14

1

1

3

E15

3

3

1

5

Return

E16

1

7

E17

4

E18

7

E19

9

9

3

9

3

1

1

8

E20

3

6

Occurrence

6

7

6

5

9

8

4

3

2

 

ARP

936

329

1554

885

3231

952

268

165

36

 

Peringkat  ARP

9

12

5

11

1

8

13

16

18

 

 

Business Processes

Risk Event

Risk Agent

Severity

A10

A11

A12

A13

A14

A15

A16

A17

A18

Plan

E1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

E2

3

E3

3

3

3

1

5

E4

3

5

E5

3

3

1

1

3

6

Source

E6

6

E7

3

E8

3

2

E9

9

9

9

3

9

8

E10

9

9

9

3

3

9

E11

9

1

3

3

3

7

E12

9

9

3

7

E13

9

9

9

3

4

E14

3

1

3

E15

1

5

Return

E16

1

3

9

3

7

E17

9

4

E18

3

7

E19

9

3

9

1

9

1

3

1

1

8

E20

1

9

6

Occurrence

8

9

9

7

6

4

3

7

7

 

ARP

2912

3033

2727

1337

1362

128

204

245

917

Peringkat  ARP

3

2

4

7

6

17

15

14

10

Dimana:

𝐴𝑅𝑃𝑗    = Aggregate Risk Potential

𝑂𝑗        = occurrrence

𝑆𝑖         = severity

𝑅𝑖𝑗        = Korelasi antara risk event dan risk agent

 

Penentuan Risk Agent Menggunakan Analisis Diagram Pareto

Perhitungan ARP dilakukan terhadap seluruh risk agent. Nilai-nilai perhitungan ARP akan diurutkan berdasarkan perigkat tertinggi. Nilai ARP tersebut akan dipilih dan dibuat dalam diagram pareto untuk diprioritaskan implementasi aksi mitigasi melalui perankingan yang berkontribusi 80% tertinggi dari diagram pareto.

Tabel 7 Perhitungan Pareto Risk Agent

ARP

ARP %

Rangking

Kategori

A5

3231

15.23%

1

Prioritas

A11

3033

14.29%

2

A10

2912

13.72%

3

A12

2727

12.85%

4

A3

1554

7.32%

5

A14

1362

6.42%

6

A13

1337

6.30%

7

A6

952

4.49%

8

A1

936

4.41%

9

Non Prioritas

A18

917

4.32%

10

A4

885

4.17%

11

A2

329

1.55%

12

A7

268

1.26%

13

A17

245

1.15%

14

A16

204

0.96%

15

A8

165

0.78%

16

A15

128

0.60%

17

A9

36

0.17%

18

 

Gambar 1 Diagram Pareto Risk Agent

 

Berdasarkan tabel 7 dan gambar 1 dapat dilihat urutan risk agent dengan jumlah ARP tertinggi hingga terkecil. Terdapat 8 risk agent prioritas yang berkontribusi sebesar 80% dan 10 risk agent non prioritas. Risk agent prioritas akan digunakan untuk melanjutan pada tahap HOR 2 dalam pemilihan aksi mitigasi yang prioritas atau strategis.

 

Usulan Mitigasi Risiko pada House Of Risk (HOR) Tahap 2

Usulan mitigasi risiko pada penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara dengan manager dan supervisor. Usulan mitigasi risiko yang telah didapatkan sebagai berikut.

PA1.    : Meningkatkan komunikasi yang baik secara internal,

PA2.    : Mengevaluasi vendor-vendor yang bekerjasama,

PA3.    : Mengevalusi karyawan setiap bulannya dengan memberi penilaian kinerja,

PA4.    : Membuat jadwal tetap untuk pengiriman barang,

PA5.    : Membuat jadwal lain atau cadangan untuk pengiriman barang,

PA6.    : Menata tempat penyimpanan barang atau rak dengan baik menggunakan WMS,

PA7.    : Menjaga kerapian tempat penyimpanan barang,

PA8.    : Membuat SOP baru untuk driver dan sanksi atas keterlambatan,

PA9.    : Memberikan pelatihan dan brainstorming kepada karyawan,

PA10.  : Tim operasional mengecek dokumen secara bertingkat

 

Penentuan Skala Korelasi Perbaikan dan Penyebab

            Tahap ini merupakan tahap dengan menggunakan skala yang sama dengan tahap HOR 1, yaitu 0 untuk tidak ada korelasi, 1 untuk korelasi rendah, 3 untuk korelasi sedang, dan 9 untuk korelasi tinggi. Hasil korelasi tersebut dikalikan dengan nilai ARP pada masing-masing penyebab untuk mendapatkan nilai total efektivitas dari masing-masing perbaikan (TEk). Eumus dalam mencari TEk dapat dijabarkan sebagai berikut.

 𝑇𝐸k    = Total efektivitas

𝐴𝑅𝑃𝑗   = Prioritas risiko (risk priority index)

𝐸𝑗k      = Nilai korelasi antara suatu agen risiko dengan penanganan risiko

 

Penilaian Degree of Difficulty (Dk)

Degree of Difficulty (Dk) merupakan nilai kesulitan dalam pelaksanaan perbaikan pada masing-masing usulan aksi mitigasi (Khoirul Hidayat, 2022). Skala yang digunakan yaitu 1 artinya sangat mudah diimplementasikan, 2 artinya mudah diimplementasikan, 3 artinya cukup sulit diimplementasikan, 4 sulit diimplementasikan, dan 5 sangat sulit diimplementasikan. Skala tersebut digunakan untuk menilai seberapa sulit dilakukannya aksi mitigasi bagi perusahaan. Hasil dari penilaian Degree of Difficulty (Dk) yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap manager dan supervisor. Tingkat kesulitan setiap aksi mitigasi yang dilakukan dilihat dari kemampuan perusahaan dan biaya yang akan dikeluarkan. Nilai Degree of Difficulty (Dk) digunakan untuk menghitung nilai ETD pada tahap selanjutnya.

 

Perhitungan Rasio Effectiveness to Difficulty (ETDk) dan prioritas aksi mitigasi

Perhitungan ETDk ini berguna untuk mengetahui aksi mitigasi mana yang prioritas. Rumus ETDk dapat dijabarkan sebagai berikut.

ETDk =

Dimana: 

TEk                         = Total Efektivitas dari k

 Dk                          = skala atau nilai kesulitan dari k

 

Perhitungan dari ETk, Dk, dan ETDk dapat dirangkum pada tabel 8 berikut

Tabel 8 Output House Of Risk Tahap 2

 

PA1

PA2

PA3

PA4

PA5

PA6

PA7

PA8

PA9

PA10

ARP

A5

9

 

9

3

1

9

3

 

9

3

3231

A11

3

9

9

9

3

9

9

9

3

 

3033

A10

9

9

9

9

9

 

 

3

 

 

2912

A12

3

 

3

9

3

 

 

9

 

 

2727

A3

3

1

1

9

3

 

 

 

 

3

1554

A14

9

 

9

3

 

 

 

 

9

 

1362

A13

1

3

3

3

1

 

 

3

3

 

1337

A6

3

 

3

3

 

 

 

 

3

9

952

TeK

93680

59070

111444

112680

52718

56376

36990

64587

42189

22923

 

Dk

4

4

3

2

4

3

4

4

3

2

 

ETDk

23420

14767.5

37148

56340

13179.5

18792

9247.5

16146.75

14063

11461.5

 

Rank

3

6

2

1

8

4

10

5

7

9

 

 

Dari tabel 8 dapat disimpulkan urutan aksi mitigasi prioritas dari jumlah ETD terbesar yaitu.

1.   Membuat jadwal tetap untuk pengiriman barang. Perusahaan harus menetapkan jadwal yang sesuai dan efisien untuk dilakukan pengiriman ke gudang pusat. Jika ada dari vendor atau gudang alokasi tidak menaati peraturan, perusahaan harus bertindak tegas untuk memberikan peringatan atau sanksi demi kelancaran.

2.   Mengevalusi karyawan setiap bulannya dengan memberi penilaian kinerja. Aksi mitigasi ini dapat dibuat dengan KPI atau suatu project dengan menilai setiap karyawan pada setiap DC dengan cara dari hari kerja, quantity barang yang dia kerjakan, jumlah barang DO, absensi, kedisiplinan dalam bekerja, dan tanggung jawab.

3.   Meningkatkan komunikasi yang baik secara internal. Usulan ini dilakukan agar karyawan dapat mengaspirasi suara mereka dan perusahaan juga menjadi pendengar yang baik bagi mereka.

4.   Menata tempat penyimpanan barang atau rak dengan baik menggunakan WMS. Penataan yang cocok dan efisien seperti menata sesuai jenis barangnya, sesuai dengan jenis merk, ataupun sesuai dengan ukuran barang dengan menggunakan sistem seperti WMS dapat membantu perusahaan dalam mengelola gudang dengan baik.

5.   Membuat SOP baru untuk driver dan sanksi atas keterlambatan. Driver yang melakukan keterlambatan harus mematuhi SOP terbaru dengan baik dan jika melanggar akan diberi sanksi yang setara. Usulan ini sangat disarankan untuk keberlangsungan dalam pengiriman barang dengan tepat waktu dan aman.

6.   Mengevaluasi vendor-vendor yang bekerjasama. Evaluasi vendor harus didasarkan atas dasar kemampuan vendor, yaitu kemampuan dalam memenuhi mutu dan kebutuhan perusahaan dengan baik

7.   Memberikan pelatihan dan brainstorming kepada karyawan. Usulan ini membantu karyawan dalam mengasah skill dan pengetahuan karyawan agar lebih luas serta meningkatkan tingkat kesadaran diri akan pekerjaan yang mereka lakukan.

8.   Membuat jadwal lain atau cadangan untuk pengiriman barang. Usulan ini sangat membantu jika ada permasalahan dalam pengiriman barang ke gudang pusat.

9.   Tim operasional mengecek dokumen secara bertingkat. Usulan ini dapat dilakukan dengan operator mengecek dokumen secara berkala dan double check agar menghindari kesalahan dalam membaca dokumen

Menjaga kerapian tempat penyimpanan barang. Usulan ini dapat dilakukan oleh perusahaan terutama karyawan gudang untuk menjaga kerapihan gudang agar mempermudah peletakan, penataan, dan pengambilan barang, serta dapat juga untuk menghindari terjadinya overload.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi risk event (kejadian risiko) pada aktivitas proses inbound di gudang pusat PT XYZ didapatkan 20 risk event yang terdiri dari proses aktivitas plan, source, dan return. Berdasarkan hasil identifikasi dari risk agent (agen penyebab risiko) didapatkan 18 risk agent yang kemudian terpilih 8 prioritas risk agent berdasarkan perhitungan ARP dan sesuai dengan hasil 80% dari diagram pareto antara lain: Kelalaian karyawan, Banyaknya barang masuk disatu waktu, Penundaan pengiriman dari vendor atau gudang alokasi, Keterlambatan pengiriman oleh driver, Kesalahan dalam menentukan jadwal pengiriman, Karyawan tidak bekerja tepat waktu, Pengiriman tidak aman, dan Operator salah membaca dokumen.

Setelah mengetahui perhitungan dengan menggunakan metode HOR tahap 2, maka didapatkan hasil 10 usulan aksi mitigasi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Urutan usulan aksi mitigasi prioritas yang telah diketahui yaitu: Membuat jadwal tetap untuk pengiriman barang, Mengevalusi karyawan setiap bulannya dengan memberi penilaian kinerja, Meningkatkan komunikasi yang baik secara internal, Menata tempat penyimpanan barang atau rak dengan baik menggunakan WMS, Membuat SOP baru untuk driver dan sanksi atas keterlambatan, Mengevaluasi vendor-vendor yang bekerjasama, Memberikan pelatihan dan brainstorming kepada karyawan, Membuat jadwal lain atau cadangan untuk pengiriman barang, Tim operasional mengecek dokumen secara bertingkat, dan Menjaga kerapian tempat penyimpanan barang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Affifah, Lailatul, Adjie, Setyo, & Farida, Umi. (2021). Analisis dan Perbaikan Manajemen Risiko Pada Rantai Pasok Produk Tepung Tapioka PT. Budi Starch & Sweetener, Tbk Ponorogo dengan Menggunakan Metode House Of Risk (HOR). ISOQUANT: Jurnal Ekonomi, Manajemen Dan Akuntansi, 5(1), 92–107.

 

Alfani, Musaddad. (2021). Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Pada Proses Bisnis Rantai Pasok CV. Tunas Karya Menggunakan House Of Risk.

 

Hamka, Dimas Hadiansyah. (n.d.). Pengembangan Metode Fire Safety Risk Evaluation Pada Industri Pembangkit Listrik Dengan Integrasi Metode House Of Risk (Hor) Dan Iso 55001: 2014 (Asset Management)(Studi Kasus: Pusat Listrik Tenaga Uap Luar Jawa).

 

Hidayat, Khoirul. (2022). Desain Mitigasi Risiko Menggunakan House Of Risk Pada Proses Rantai Pasok Garam Olahan (Case Study: PT. Garam Unit Camplong). Agroindustrial Technology Journal, 6(2), 56–57.

 

Hidayat, Rauhun, & Rizqi, Reza Muhammad. (2021). Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Di Desa Wisata Rhee Loka Kabupaten Sumbawa (Studi Kasus Desa Wisata Pantai Gelora). Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 4(3), 42–54.

 

Iskandar, Gina Salsabila Aisha, & Tjaja, Arief Irfan Syah. (2021). Usulan Strategi Mitigasi Risiko Distribusi Produk Jadi Teh Walini Menggunakan Metode House Of Risk (Hor). FTI.

 

Latuni, Fandy Yones, Pangemanan, Jourie, Sandag, Eltie, Mundiahi, Vicky, & Lontaan, Gerry. (2022). Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awarness Bagi Konsumen Minimarket Alfamidi (Studi Kasus Pada Alfamidi Kelurahan Mahawu). Global Science, 3(2), 1–4.

 

Nadhira, Andi Haifa Kania, Oktiarso, Teguh, & Harsoyo, Titik Desy. (2019). Manajemen risiko rantai pasok produk sayuran menggunakan metode supply chain operation reference dan model House Of Risk. Kurawal-Jurnal Teknologi, Informasi Dan Industri, 2(2), 101–117.

 

Natalia, Christine, Oktavia, Chendrasari Wahyu, Makatita, Welhelmina Vince, & Suprata, Ferdian. (2021). Integrasi Model House Of Risk dan Analytical Networking Process (ANP) untuk Mitigasi Risiko Supply Chain. Jurnal Metris, 22(01), 57–66.

 

Nugraha, Dendi, Mustofa, Fifi Herni, & Tjaja, Arief Irfan Syah. (2022). Usulan Mitigasi pada Aktivitas Supply Chain Menggunakan Model House Of Risk di Pt Daya Inovasi Mandiri. FTI.

 

Nurwenda, Respati Rafsanjani. (2022). Analisis Potensi Risiko Kontaminasi Dalam Aktivitas Halal Supply Chain Management Pada Umkm Produk Makanan Roti dengan Metode Supply Chain Operation Reference (Scor) dan House Of Risk (Hor)(Studi Kasus: D’lila Pizza Kabupaten Blora).

 

PUTRI, RIDHA N. U. R. ADINDA. (2021). Usulan Strategi Mitigasi Risiko Proses Bisnis Produk Rail Fastening dengan Menggunakan Model House Of Risk (HOR) di PT. Pindad (Persero).

 

Susilo, David Kristian. (2022). Eksplorasi Strategi Bauran Ritel Terhadap Sampoerna Ritel Community Di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Journal of Economic, Bussines and Accounting (COSTING), 6(1), 551–568.

 

TUBAGUS, MUHAMAD MARICO. (2021). Usulan Strategi Mitigasi Risiko Pada Pengadaan Bahan Baku Kain Denim Dengan Pendekatan Matriks House Of Risk (HOR). FTI.

 

Ulfah, Maria, Maarif, Mohamad Syamsul, & Sukardi, Sapta Raharja. (2016). Analisis dan perbaikan manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi dengan Pendekatan House Of Risk. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 26(1).