HUBUNGAN KAUSALITAS PASAR SAHAM INDONESIA
DENGAN BEBERAPA PASAR SAHAM GLOBAL SAAT TERJADI PANDEMI COVID-19 (PERIODE JANUARI-JUNI 2020)
Johan Trihantoro
STIE Unisadhuguna Jakarta,
Indonesia
Email : johan.ppim@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan : Pelaku pasar atau investor
di awal tahun 2020, dikejutkan adanya wabah corona, virus tersebut berasal dari
kota Wuhan Provinsi Hubei, Tiongkok dan menjadi lokasi awal virus corona
penyebab Covid-19 terdeteksi pada akhir 2019.
Lalu bagaimana dengan pasar saham, tentunya membuat pelaku pasar atau investor
terkejut karena informasi pandemi tersebut memiliki tingkat kecepatan informasi
baru berpotensi secara langsung dapat mempengaruhi pasar modal sehingga akan berimplikasi katalis negatif pada kinerja nilai saham
perusahaan dan indeks bursa saham.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan
sebab akibat antara pasar saham Indonesia dan pasar saham global selama Covid.
Metode : Metode penelitian kuantitatif dan menggunakan data sekunder dan sampel
dalam penelitian ini adalah IHSG (Indonesia), Nikkei-225 (Jepang), SHCOM
(China), DJA (Amerika Serikat), dan FTSE-100 (Inggris) menggunakan data harian
mulai 2 Januari-30 Juni 2020. Model penelitian empiris yang digunakan untuk
menguji hipotesis menggunakan Granger Causality.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sebab akibat antara pasar
saham Indonesia dengan pasar saham Jepang dan China, hubungan yang terjadi ber
independen atau tidak saling mempengaruhi, sementara dengan Amerika Serikat
memiliki hubungan arah Uni dan dengan Inggris memiliki hubungan arah BI. Kesimpulan
: Penelitian ini memberikan insight
yang bertujuan mengindentifikasi apakah ada hubungan kausalitas pasar saham
Indonesia dengan pasar saham global saat terjadi Covid-19. Berdasarkan hasil
analisis dapat simplukan bahwa adanya peristiwa pandemic covid-19 yang terjadi
di awal tahun 2020 memberikan gambaran bagaimana hubungan pasar saham Indonesia
dengan pasar saham global saat terjadinya pandemic tersebut.
Kata Kunci : Granger Causality,
independen, Uni-direction, BI-direction.
Abstract
Introduction : Market participants or
investors in early 2020, shocked by the coronavirus outbreak, the virus
originated from the city of Wuhan Hubei Province, China and became the initial
location of the coronavirus that causes Covid-19 detected in late 2019. Then
what about the stock market, of course, makes market participants or investors
surprised because the pandemic information has a new level of information speed
can potentially directly affect the capital market so that it will have
negative catalysts on the performance of the value of company shares and stock
exchange indices.
Purpose : This study aims to identify
whether there is a causal relationship between the Indonesian stock market and
the global stock market during Covid.
Methods : Quantitative research
methods and using secondary data and samples in this study are JCI (Indonesia),
Nikkei-225 (Japan), SHCOM (China), DJA (UNITED STATES), and FTSE-100 (UK) using
daily data from January 2 to June 30, 2020. Empirical research models are used
to test hypotheses using Granger Causality.
Results : The results showed that the
causal relationship between the Indonesian stock market and the Japanese and
Chinese stock markets, the relationship that occurred independently or did not
affect each other, while with the United States has a relationship direction of
the Union and with the United Kingdom has a bi direction relationship.
Conclusion : This study provides
insights aimed at identifying whether there is a causality relationship between
the Indonesian stock market and the global stock market during Covid-19. Based
on the results of the analysis can be found that the covid-19 pandemic event
that occurred in early 2020 provides an overview of how the relationship of the
Indonesian stock market with the global stock market during the pandemic.
Keywords : Granger Causality, independent, Uni-direction,
BI-direction.
Pendahuluan
Pelaku pasar atau investor di awal tahun 2020, dikejutkan
adanya wabah corona, virus tersebut berasal dari kota Wuhan Provinsi Hubei,
Tiongkok dan menjadi lokasi awal virus corona penyebab Covid-19 terdeteksi pada
akhir 2019 yang menyebabkan pneumonia atau menyerang saluran pernapasan ini
menyebar hingga ke seluruh dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO
menyatakankan bahwa CoronaVirus Disease-2019 atau Covid-19 sebagai pandemi
global. Keberadaan
pandemic Covid-19 membuat seluruh negera melakukan kebijakan lockdown sebagai
upaya untuk menekan penyebaran virus tersebut. Bahwa COVID-19 memiliki dampak
yang luar biasa terhadap perekonomian negara-negara yang terkena dampak (He et al., 2020). Kebijakan
tersebut tentunya membuat aktivitas dunia usaha dan masyarakat terbatas
sehingga memberikan katalis negatif terhadap kinerja perusahaan dan menurunnya
konsumsi rumah tangga yang selanjutnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu
negara (Saputra
& Harjito, 2015).
Lalu
bagaimana dengan pasar saham, tentunya membuat pelaku pasar atau investor
terkejut karena informasi pandemi tersebut memiliki tingkat kecepatan informasi
baru berpotensi secara langsung dapat mempengaruhi pasar modal sehingga akan berimplikasi katalis negatif pada kinerja nilai saham
perusahaan dan indeks bursa saham. Bahwa pergerakan harga
saham tergantung pada beberapa faktor yang mencangkup informasi tingkat
perusahaan dan tingkat pasar yang tercermin dalam harga saham. Pada pasar keuangan tidak hanya di pengaruhi dari sentimen domestik
namun juga terpengaruh dari sentimen perkembangan yang terjadi di pasar
keuangan global. Sebelumnya dunia juga pernah mengalami saat krisis
subprime mortgage di AS merupakan contoh besarnya pengaruh kejutan eksternal. Krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat (AS) telah
menyebar ke berbagai belahan dunia dengan sangat cepat termasuk ke Indonesia.
Krisis di AS yang dikenal sebagai krisis subprime mortgage. Kecepatan
penyebaran ini salah satunya didukung oleh struktur pasar keuangan global yang
telah terintegrasi dengan baik saat itu. (Longstaff, 2010) bahwa selama tiga
tahun terakhir, pasar keuangan telah menderita bencana losses. Hal ini dipicu oleh ancaman default besar-besaran oleh peminjam
mortgage. Pada tahun 2008, krisis subprime tumpah dan menjadi katalis
untuk krisis keuangan global yang lebih luas.
Semakin
terintegrasinya pasar keuangan domestik dengan pasar keuangan global menjadi
tantangan yang besar bagi pelaku pasar atau investor (Prio,
2010), sehingga mendorong kebutuhan untuk
memahami perkembangan pasar keuangan global dan mengetahui potensi pengaruh
perkembangan faktor eksternal (Nasarudin,
2014). Seiring dengan
perkembangan jaman, dengan perkembangan dalam globalisasi dan kemajuan
teknologi, pelaku pasar dan investor tentunya mempunyai kesempatan dalam
diversifikasi asset keuangan atau portfolio tidaknya hanya dilakukan di
domestik namun juga dapat dilakukan secara internasional atau antar negera.
Diversifikasi internasional tentunya akan memberikan
imbal hasil yang diharapkan oleh pelaku pasar dan investor internasional.
Janakiraman dan (Janakiramanan
& Lamba, 1998) melakukan penelitian interdependensi
antara pasar modal AS dengan pasar modal negara-negara pasifik.
Kesimpulan
yang dapat dihasilkan tentang interdependensi pasar saham dapat terjadi karena
adanya kekuatan ekonomi yang dominan, kelompok investor yang sama,
banyaknya perusahaan yang cross listing dan pengaruh tidak langsung. (Gong
et al., 2004) meneliti transmisi krisis keuangan
1997 yang ditransmisikan diantar pasar keuangan negara-negara asia dengan metode VAR, bahwa selama periode krisis lebih
signifikan dibandingkan periode non krisis lainnya. Sedangkan (Huyghebaert & Wang, 2010) (Sukirno
& Sutarmanto, 2007) menemukan bahwa sebelum krisis Asia
tahun 1997-1998 pasar modal di Asia Timur kecuali Shanghai dan Shenzen secara
umum merespon terhadap kejutan yang bersifat global. Namun
fenomena sementara dimana interdependensi yang meningkat pada saat krisis
mungkin ditimbulkan oleh adanya market contagion effect.
Metode
yang digunakan multivariate VAR. (Glezakos
et al., 2007) dalam konteks globalisasi, melalui
proses tumbuh integrasi ekonomi diantara negara-negara dan pasar keuangan,
keterkaitan antara pasar keuangan utama dunia menjadi lebih dan lebih jelas. Hubungan
ketergantungan antara pasar keuangan telah di fokus sejak dekade 1960-an. (Glezakos
et al., 2007) juga mengungkapan hasil penelitian
Ripley menemukan bahwa ada saling interdependensi tetapi hanya antara
negara-negara terbuka untuk investasi modal asing, berbeda dengan pasar yang
terisolasi yang tidak menunjukan ketergantungan apapun dengan negara lain.
Selanjutnya, pada penelitian ini memberikan insight mengenai
tingkat integrasi pasar modal sehingga pelaku pasar atau investor dapat
melakukan diversifikasi secara optimal sehingga memberikan tingkat imbal hasil
yang diharapakan.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan
mengindentifikasi apakah ada hubungan kausalitas pasar saham Indonesia dengan
pasar saham global saat terjadi Covid-19.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitaan kuantitatif dan mengunakan data sekunder (Cresswell,
2017). Populasi yang
digunakan dalam penelitian adalah indeks komposit saham. Adapun obyek penelitian indeks komposit suatu negara dan sampel
dalam penelitian ini adalah IHSG (Indonesia), Nikkei225 (Jepang), SHCOM
(Tiongkok), DJA (Amerika Serikat), dan FTSE-100 (Inggris) dengan menggunakan
data harian dari tangal 2 Januari-30 Juni 2020 yang diperoleh melalui
Bloomberg.
1. Metode
Analisis Data
Indeks
komposit bursa saham merupakan salah satu indikator utama yang mencerminkan
keadaan bursa saham suatu negara (Oktarina,
2016). Dimana indeks
tersebut merupakan indicator statistic berupa harga yang menyediakan perwakilan
nilai-nilai saham yang membentuknya. Indeks sendiri
berfungsi sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja investasi yang dimiliki
investor. Hubungan kausalitas pasar saham antara
beberapa negara dapat dilakukan dengan menguji sejauh mana indeks komposit
tersebut mempunya hubungan kausalitas. Untuk menganalisis hal tersebut,
perlu dilakukan uji statistic sebegai berikut :
a.
Operasional Variabel Penelitian
Dalam
penelitian ini mengunakan variabel indek composite bursa saham, yaitu Indeks
Harga Saham Gabungan -IHSG (Indonesia), indeks NIKKEI-225 (Jepang), indeks
Shanghai Composite-SHCOMT (Tiongkok), Dow Jones Average –DJI (Amerika Serikat)
dan FTSE-100 (Inggris).
2.
Return Indeks
Dalam
penelitian menggunakan data harian indeks pasar saham, selanjutnya peneliti
melakukan perhitungan return indek dari setiap variabel operasional yang
diteliti, yaitu IHSG, NIKKEI, SHCOM, DJI, FTSE.
Perhitungan return indeks menggunakan rumus indeks hari ini (t) dikurangi
dengan indeks hasi sebelumnya (t-1) kemudian dibagi dengan indeks sebelumnya(t-1).
Rt
= Pt – Pt-1
Pt-1
a.
Uji Stasioneritas
Data ekonomi time
series umumnya bersifat stokastik atau memiliki tren yang tidak stationer,
artinya data tersebut memiliki akar unit. Untuk dapat mengstimasi suatu model penggunaan data
tersebut langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengujian stasioneritas
data atau dikenal unit root test (Gujarati
& Porter, 2008) Uji stasioneritas pada penelitian ini
menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller
(ADF) dengan membandingkan nilai absolute statistic terhadap absolut nilai
kritis pada table Mac-Kinnon. Data
yang tidak stasioner pada ADF test selanjutntya dilakukan pembedaan (differencing) pada level pertama atau
kedua ADF test agar di dapatkan data yang stasioner.
b.
Uji Selang Waktu (lag) Optimal
(Brooks, 2008) dalam uji lag
optimal sangat penting, karena panjangnya lag
dapat berpenaruh pada stabilitas model dan respon endogen. Dalam menentukan panjang lag
optimum, terdapat beberapa kriteria yang dapat dilihat, yaitu Likelihood Ratio (LR), Final Prediction
Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC) dan Schwarz Information
Criterion (SC) dan Hannan-Quin Criterion (HQ) .
c.
Uji Granger
Causality
Uji kausalitas granger
adalah suatu pengujian untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Secara matematis,
untuk melihat apakah X menyebabkan Y atau tidak. Bila dimisalkan
variable x dan y, dengan melakukan uji granger causality dapat digunakan untuk
mengetahui apakah x mempengaruhi Y atau y mempengaruhi x (uni-direction causality) dan bila keduanya saling mempengaruhi maka
dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan bi-direction
atau dua arah. (Gujarati & Porter, 2008) Jenis
hubungan kausalitas Granger dapat dibedakan menjadi tiga jenis hubungan yaitu
hubungan unidirectional (hubungan
satu arah), bilateral (hubungan dua
arah), dan independence (tidak ada
hubungan kausalitas). Dari hasil pengujian granger causality jika probabilitas F-Stat < alpha maka H0
di tolak.
Hasil
dan Pembahasan
Data
yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan data return dari
indeks-indeks yang diteliti dengan periode observasi dari bulan Januari sampai
dengan Juni 2020. Berikut merupakan statistic deskriptif dari data return
indeks yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1
Statistik
Deskriptif
|
R_IHSG |
R_NIKKEI |
R_SHCOM |
R_DJI |
R_FTSE |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mean |
-0.001735 |
-0.000256 |
-8.26E-05 |
-0.000303 |
-0.001291 |
Median |
0.000000 |
0.000000 |
0.000000 |
0.000404 |
0.000624 |
Maximum |
0.101907 |
0.080381 |
0.031464 |
0.113650 |
0.090535 |
Minimum |
-0.065787 |
-0.060808 |
-0.077245 |
-0.129265 |
-0.108745 |
Std. Dev. |
0.020245 |
0.020418 |
0.013024 |
0.030775 |
0.022941 |
Skewness |
0.613992 |
0.419635 |
-1.832902 |
-0.303346 |
-0.736242 |
Kurtosis |
8.476792 |
5.701548 |
12.19866 |
7.179136 |
7.992221 |
|
|
|
|
|
|
Jarque-Bera |
169.3296 |
43.01469 |
527.0371 |
95.85372 |
145.6113 |
Probability |
0.000000 |
0.000000 |
0.000000 |
0.000000 |
0.000000 |
|
|
|
|
|
|
Sum |
-0.223799 |
-0.033011 |
-0.010650 |
-0.039136 |
-0.166559 |
Sum Sq.
Dev. |
0.052462 |
0.053362 |
0.021711 |
0.121226 |
0.067366 |
Sumber: data diolah penulis (2021)
Pada table 1 dimana sepanjang periode saat terjadi
pandemic Covid-19, indeks IHSG, NIKKEI, SHCOM, DJI, dan FTSE memiliki rerata
imbal hasil negatif. Diantara indeks-indeks yang dilakukan penelitian
indeks IHSG memiliki rerata sebesar -0,1735%, NIKKEI sebesar -0,0256%, SHCOM
sebesar -0,0083%, DJI sebesar -0,0303%, dan FTSE sebesar -0,1291%. Indeks IHSG yang merepresentasikan bursa saham Indonesia, terlihat
menjadi indeks dengan rerata imbal hasil negatif terbesar dibandingkan dengan
indeks-indeks yang ditelit lainnya. Sementara rerata
imbal hasil negatif terkecil terlihat pada indeks SHCOM yang merupakan indeks
Shanghai Composite. Berdasarkan data deskripti, ini
menggambarkan bahwa sepanjang terjadi pandemic Covid-19 untuk periode semester
pertama di tahun 2020 kinerja indeks mengalami kontraksi. Terkontraksinya rerata kinerja indeks tersebut hal ini mungkin
disebabkan adanya pemicu dari wabah corona yang terjadi di awal tahun 2020 yang
direspon negatif oleh pasar. Ini menggambarkan bagaimana sentimen wabah
corona menjadi pemicu yang menggerakan pasar saham secara bersamaan (Nurpitasari, 2020). Sehingga
dapat ditarik kesimpulan adanya
peristiwa pandemic covid-19 yang terjadi di awal tahun 2020 memberikan gambaran
bagaimana hubungan pasar saham Indonesia dengan pasar saham global saat
terjadinya pandemic tersebut. Kondisi pandemi corona direspon katalis
negatif oleh pasar, kondisi tersebut tampaknya menjadi bad news. Hasil penelitian selama pengamatan data menunjukan bahwa pasar
saham Indonesia berpotensi lebih mudah rentan terpengaruh dari gejolak pasar.
Berdasarkan table 1 menunjukan IHSG memilik rerata imbal
hasil negatif terbesar selama periode pengamatan. Sementara dari tabel 2 dapat diketahui tingkat
korelasi antar pasar saham, korelasi indeks FTSE dengan DJI memiliki pengamatan
korelasi tertinggi di 0.761267 dan korelasi terendah antara indeks NIKKEI
terhadap IHSG yang memiliki tingkat korelasi 0.304164 Tabel ini memberikan indikasi adanya
intergrasi antar pasar modal beberapa negara di dunia yang selajutnya akan di
uji granger causality.
Tabel 2
Korelasi Indeks
|
R_IHSG |
R_NIKKEI |
R_SHCOM |
R_DJI |
R_FTSE |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R_IHSG |
1.000000 |
|
|
|
|
R_NIKKEI |
0.304164 |
1.000000 |
|
|
|
R_SHCOM |
0.353174 |
0.492697 |
1.000000 |
|
|
R_DJI |
0.363211 |
0.370597 |
0.318568 |
1.000000 |
|
R_FTSE |
0.378320 |
0.489421 |
0.387254 |
0.761267 |
1.000000 |
Sumber: data diolah penulis (2021)
1. Uji Stasioneritas
Tabel 3
Augmented
Dickey-Fuller Test Statistic
|
Augmented
Dickey-Fuller Test
Statistic |
1%
test critical value |
5 %
test critical value |
10 %
test critical value |
Probabilitas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R_IHSG |
-9.779654 |
-3.482035 |
-2.884109 |
-2.578884 |
0.0000 |
R_NIKKEI |
-10.05186 |
-3.482035 |
-2.884109 |
-2.578884 |
0.0000 |
R_SHCOM |
-12.74849 |
-3.482035 |
-2.884109 |
-2.578884 |
0.0000 |
R_DJI |
-16.03514 |
-3.482035 |
-2.884109 |
-2.578884 |
0.0000 |
R_FTSE |
-11.71376 |
-3.482035 |
-2.884109 |
-2.578884 |
0.0000 |
Siginifikan level 1%,5%,10%
sumber:
data diolah penulis (2021)
Pada Tabel 3 merupakan uji data stasioneritas dengan
menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil pengujian tersebut menunjukan
pada tingkat semua level menghasilkan yang signifikan sehinnga semua data telah
teruji secara stasioner. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
nilai ADF < dari nilia critical value. Dan nilai
probabilitas lebih kecil dari nilai alpha (5%). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semua data telah valid
stasioner di level uji, sehingga tidak perlu melakukan differencing pada tingkat satu atau dua.
2.
Penentuan Lag
Optimum
Dari
tabel 4 merupakan ringkasan hasil penentuan lag
optimum, berdasarkan kriteria FPE, AIC, SC dan HQ maka lag optimal ada di lag 1 sementara berdasarkan kritesia LR lag optimal ada di lag 8. Dari hasil tersebut, peneliti memutuskan
untuk menggunakan lag 1.
Sehingga lag ini akan
digunakan dalam menentukan hubungan kausalitas secara granger terhadap indeks pasar saham.
Tabel 4
Penentuan Lag Optimum
Lag |
LogL |
LR |
FPE |
AIC |
SC |
HQ |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0 |
1576.646 |
NA |
3.59e-18 |
-25.97763 |
-25.86210 |
-25.93071 |
1 |
1655.974 |
150.7875 |
1.47e-18* |
-26.87560* |
-26.18243* |
-26.59408* |
2 |
1671.739 |
28.66357 |
1.71e-18 |
-26.72295 |
-25.45214 |
-26.20683 |
3 |
1690.482 |
32.53034 |
1.91e-18 |
-26.61954 |
-24.77109 |
-25.86881 |
4 |
1715.907 |
42.02430 |
1.91e-18 |
-26.62656 |
-24.20046 |
-25.64123 |
5 |
1733.976 |
28.37242 |
2.18e-18 |
-26.51200 |
-23.50825 |
-25.29206 |
6 |
1771.174 |
55.33658 |
1.83e-18 |
-26.71362 |
-23.13224 |
-25.25909 |
7 |
1795.434 |
34.08363 |
1.91e-18 |
-26.70139 |
-22.54236 |
-25.01225 |
8 |
1826.204 |
40.68779* |
1.82e-18 |
-26.79676 |
-22.06009 |
-24.87302 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
* indicates lag order selected by
the criterion |
|
|
|
|||
LR: sequential modified LR test
statistic (each test at 5% level) |
|
|
||||
FPE: Final prediction error |
|
|
|
|
||
AIC: Akaike information criterion |
|
|
|
|
||
SC: Schwarz information criterion |
|
|
|
|
||
HQ: Hannan-Quinn information
criterion |
|
|
|
Sumber: data diolah penulis (2021)
3. Uji Granger Causality
Tabel 5
merupakan hasil uji hubungan kausalitas antara indeks pasar saham Indonesia
dengan beberapa indeks pasar global lainnya, yaitu ideks IHSG, NIKKEI, SHCOM,
DJI, FTSE pada periode Januari-Juli 2020.
4. Hubungan Kausalitas antara
Pasar Saham Indoensia dengan Pasar saham Jepang
Hasil
uji granger causality menunjukan bahwa hipotesis yang menunjukan bahwa return
NIKKEI (R_NIKKEI) menyebabkan secara granger terhadap return (R_IHSG) dengan
menggunakan alpha 5%, H0 diterima dimana probabilitas F-stat 0.1284 > 0.05. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pasar saham Jepang tidak menyebabkaan secara granger terhadap return pasar saham di Indonesia. Begitu juga dengan R_IHSG dan
R_NIKKEI menunjukan nilai probabilitas F-stat 0.4944
> 0.05 maka H0 diterima, hal ini menunjukan bahwa pasar saham
Indonesia tidak menyebabkan secara granger
terhadap return pasar saham di
Jepang. Sehingga hubungan yang terjadi pada kedua pasar saham
ini adalah indepeden atau tidak saling mempengaruhi.
5.
Hubungan Kausalitas antara Pasar Indonesia dengan Pasar
Saham Tiongkok
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_SHCOM menyebabkan secara granger terhadap R_IHSG dengan
menggunakan alpha 5%, H0 diterima dimana probabilitas F-stat 0.2212> 0.05. Dari hasil tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar saham Tiongkok tidak menyebabkaan secara granger terhadap return pasar saham di
Indonesia. Begitu juga dengan R_IHSG dan R_SHCOM menunjukan nilai probabilitas F-stat 0.3302> 0.05 maka H0 diterima, hal ini
menunjukan bahwa pasar saham Indonesia tidak menyebabkan secara granger terhadap return pasar saham di Tiongkok. Sehingga hubungan
yang terjadi pada kedua pasar saham ini adalah indepeden atau tidak saling
mempengaruhi.
6. Hubungan
Kausalitas antara Pasar Indonesia dengan Pasar Saham Amerika Serikat
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_DJI menyebabkan secara granger terhadap R_IHSG dengan
menggunakan alpha 5%, H1 diterima dimana probabilitas F-stat 00.0038<0.05. Dari hasil tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar saham Amerika Serikat menyebabkaan secara granger terhadap return pasar saham di Indonesia. Sementara dengan
R_IHSG dan R_DJI menunjukan nilai probabilitas
F-stat 0. 0.7579> 0.05 maka H0 diterima, hal ini menunjukan
bahwa pasar saham Indonesia tidak menyebabkan secara granger terhadap return
pasar saham di Amerika Serikat. Sehingga hubungan yang
terjadi pada kedua pasar saham ini adalah Uni-direction.
7. Hubungan
Kausalitas antara Pasar Saham Indonesia dengan Pasar Saham Inggris
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_FTSE menyebabkan secara granger terhadap R_IHSG dengan menggunakan
alpha 5%, H1 diterima dimana probabilitas F-stat 0.0066<0.05. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pasar saham Inggris menyebabkaan secara granger terhadap return pasar
saham di Indonesia. Begitu juga dengan R_IHSG dan R_FTSE menunjukan nilai probabilitas F-stat 0.0378< 0.05 maka H1 diterima, hal ini
menunjukan bahwa pasar saham Indonesia menyebabkan secara granger terhadap return pasar
saham di Inggris. Sehingga hubungan yang terjadi pada kedua
pasar saham ini adalah Bi-direction.
8. Hubungan Kausalitas antara
Pasar Saham Tiongkok dengan Pasar Saham Jepang
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_SHCOM menyebabkan secara granger terhadap R_NIKKEI dengan
menggunakan alpha 5%, H0 diterima dimana probabilitas F-stat 0.1821> 0.05. Dari hasil tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar saham Tiongkok tidak menyebabkaan secara granger terhadap return pasar saham di Jepang. Begitu juga dengan R_NIKKEI dan
R_SHCOM menunjukan nilai
probabilitas F-stat 0.1629> 0.05 maka H0
diterima, hal ini menunjukan bahwa pasar saham Jepang tidak menyebabkan secara granger terhadap return pasar saham di Tiongkok. Sehingga hubungan
yang terjadi pada kedua pasar saham ini adalah indepeden atau tidak saling
mempengaruhi.
Tabel 5
Hasil Uji Granger
Causality
Null Hypothesis: |
|
F-Statistic |
Prob. |
Intrepretasi |
||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_NIKKEI does not Granger Cause
R_IHSG |
|
2.34247 |
0.1284 |
|
||
R_IHSG does not Granger Cause
R_NIKKEI |
0.46974 |
0.4944 |
Independen |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_SHCOM does not Granger Cause
R_IHSG |
|
1.51176 |
0.2212 |
|
||
R_IHSG does not Granger Cause
R_SHCOM |
0.95564 |
0.3302 |
Independen |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_DJI does not Granger Cause
R_IHSG |
|
8.68804 |
0.0038 |
|
||
R_IHSG does not Granger Cause
R_DJI |
0.09543 |
0.7579 |
Uni-direction |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_FTSE does not Granger Cause
R_IHSG |
|
7.64191 |
0.0066 |
|
||
R_IHSG does not Granger Cause
R_FTSE |
4.40855 |
0.0378 |
Bi-direction |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_SHCOM does not Granger Cause
R_NIKKEI |
|
1.80060 |
0.1821 |
|
||
R_NIKKEI does not Granger Cause
R_SHCOM |
1.97004 |
0.1629 |
Independen |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_DJI does not Granger Cause
R_NIKKEI |
|
13.3979 |
0.0004 |
|
||
R_NIKKEI does not Granger Cause
R_DJI |
13.8710 |
0.0003 |
Bi-direction |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_FTSE does not Granger Cause
R_NIKKEI |
|
13.3836 |
0.0004 |
|
||
R_NIKKEI does not Granger Cause
R_FTSE |
10.2999 |
0.0017 |
Bi-direction |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_DJI does not Granger Cause
R_SHCOM |
|
6.55544 |
0.0116 |
|
||
R_SHCOM does not Granger Cause
R_DJI |
0.47136 |
0.4936 |
Uni-direction |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_FTSE does not Granger Cause
R_SHCOM |
|
4.62020 |
0.0335 |
|
||
R_SHCOM does not Granger Cause
R_FTSE |
2.23537 |
0.1374 |
Uni-direction |
|||
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
||
R_FTSE does not Granger Cause
R_DJI |
|
0.00552 |
0.9409 |
|
||
R_DJI does not Granger Cause
R_FTSE |
0.46677 |
0.4957 |
Independen |
|||
|
|
|
|
|
||
Sumber: data diolah penulis (2021) signifikasi level 1%,5%,dan 10%
9.
Hubungan
Kausalitas antara Pasar Saham Amerika Serikat dengan Pasar Saham Jepang
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_DJI menyebabkan secara granger terhadap R_NIKKEI dengan
menggunakan alpha 5%, H1 diterima dimana probabilitas F-stat 0.0004<0.05. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pasar saham Amerika Serikat menyebabkaan secara granger terhadap return
pasar saham di Inggris. Begitu juga dengan R_FTSE dan R_DJI menunjukan nilai probabilitas F-stat 0.0003< 0.05 maka H1 diterima, hal ini
menunjukan bahwa pasar saham Inggris menyebabkan secara granger terhadap return
pasar saham di Amerika Serikat. Sehingga hubungan yang
terjadi pada kedua pasar saham ini adalah Bi-direction.
10.
Hubungan Kausalitas antara Pasar Saham Inggris
dengan Pasar saham Jepang
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_FTSE menyebabkan secara granger terhadap R_NIKKEI dengan
menggunakan alpha 5%, H1 diterima dimana probabilitas F-stat 0.0004<0.05. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pasar saham Inggris menyebabkaan secara granger terhadap return pasar
saham di Jepang. Begitu juga dengan R_NIKKEI dan R_FTSE menunjukan nilai probabilitas F-stat 0.0017< 0.05 maka H1 diterima, hal ini menunjukan bahwa
pasar saham Jepang menyebabkan secara granger
terhadap return pasar saham di
Inggris. Sehingga hubungan yang terjadi pada kedua pasar
saham ini adalah Bi-direction.
11.
Hubungan Kausalitas antara Pasar Saham Amerika
Serikat dengan Pasar Saham Tiongkok
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_DJI menyebabkan secara granger terhadap R_SHCOM dengan
menggunakan alpha 5%, H1 diterima dimana probabilitas F-stat 0.0116<0.05. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pasar saham Amerika menyebabkaan secara granger terhadap return pasar
saham di Tiongkok. Sementara dengan R_SHCOM dan R_DJI menunjukan nilai probabilitas F-stat 0.4936> 0.05 maka H0
diterima, hal ini menunjukan bahwa pasar saham Tiongkok tidak menyebabkan
secara granger terhadap return pasar saham di Amerika Serikat. Sehingga hubungan yang terjadi pada kedua pasar saham ini adalah Uni-direction.
12.
Hubungan Kausalitas antara Pasar Saham
Inggris dengan Pasar Saham Tiongkok
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_FTSE menyebabkan secara granger terhadap R_SHCOM dengan
menggunakan alpha 5%, H1 diterima dimana probabilitas F-stat 0.03356<0.05. Dari hasil tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar saham Inggris menyebabkaan secara granger terhadap return pasar saham di Tiongkok. Sementara dengan R_SHCOM dan R_FTSE
menunjukan nilai
probabilitas F-stat 0.1374> 0.05 maka H0 diterima, hal ini menunjukan
bahwa pasar saham Tiongkok tidak menyebabkan secara granger terhadap return
pasar saham di Inggris. Sehingga hubungan yang terjadi pada
kedua pasar saham ini adalah Uni-direction.
13.
Hubungan Kausalitas antara Pasar Saham Inggris
dengan Pasar Saham Amerik Serikat
Hipotesis yang menunjukan bahwa R_FTSE menyebabkan secara granger terhadap R_DJI dengan
menggunakan alpha 5%, H0 diterima dimana probabilitas F-stat 0.9409> 0.05. Dari hasil tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar saham Inggris tidak menyebabkaan secara granger terhadap return pasar saham di Amerika Serikat. Begitu juga dengan R_DJI dan
R_FTSE menunjukan nilai
probabilitas F-stat 0.4957> 0.05 maka H0 diterima,
hal ini menunjukan bahwa pasar saham Amerika Serikat tidak menyebabkan secara granger terhadap return pasar saham di Inggris. Sehingga hubungan
yang terjadi pada kedua pasar saham ini adalah indepeden atau tidak saling
mempengaruhi.
Berdasarkan hasil uji granger tersebut memberikan gambaran, bahwa pasar saham yang
mempunyai hubungan independen dapat diartikan bahwa pasar saham tidak saling
mempengaruhi, pergerakan pasar saham cenderung terpengaruh dari masing-masing
faktor internal. Untuk pasar Uni-direction
mengindikasi adanya hubungan searah sehingga dapat diartikan pergerakan
pasar saham berhubungan dengan salah satu pasar saham lainnya sehingga pasar
saham tidak hanya terpengaruh dari faktor internal tapi juga faktor ekternal.
Sementara Bi-direction memberikan
indikasi jika kedua pasar mempunyai hubungan dua arah, artiya sentimen setiap
yang terjadi pada pasar saham akan mempengaruhi pasar
saham lainnya, hal ini munjukan sentimen pengaruh internal dan eksternal saling
memberikan hubungan kedua pasar saham tersebut.
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan insight yang bertujuan
mengindentifikasi apakah ada hubungan kausalitas pasar saham Indonesia dengan
pasar saham global saat terjadi Covid-19. Berdasarkan hasil analisis dapat simplukan bahwa
adanya peristiwa pandemic covid-19 yang terjadi di awal tahun 2020 memberikan
gambaran bagaimana hubungan pasar saham Indonesia dengan pasar saham global
saat terjadinya pandemic tersebut. Kondisi pandemi corona
direspon katalis negatif oleh pasar, kondisi tersebut tampaknya menjadi bad
news. Hasil penelitian selama pengamatan data
menunjukan bahwa pasar saham Indonesia berpotensi lebih mudah rentan
terpengaruh dari gejolak pasar, hal in tergambarkan rerata imbal hasil pasar
saham Indonesia negatif terbesar dibandingkan dengan indeks-indeks yang ditelit
lainnya.
Berdasarkan
hasil uji granger causality menunjukan bahwa hubungan kausalitas antara pasar
saham Indonesia dengan pasar saham Jepang, Tiongkok hubungan yang terjadi pada
adalah indepeden atau tidak saling mempengaruhi, sementara dengan Amerika
Serikat memiliki hubungan Uni-direction dan dengan Inggris memiliki hubungan
Bi-direction. Kausalitas antara pasar saham Tiongkok dan
Jepang memiliki hubungan indepeden atau tidak saling mempengaruhi. Kausalitas antara pasar saham Amerika Serikat dan Jepang memiliki
hubungan Bi-direction. Kausalitas antara pasar saham
Inggris dan Jepang memiliki hubungan Bi-direction. Kausalitas
antara pasar saham Amerika Serikat dan Tiongkok memiliki hubungan
Uni-direction. Kausalitas antara pasar saham Inggris
dan Tiongkok memiliki hubungan Uni-direction. Kausalitas
antara pasar saham Inggris dan Amerika Serikat memiliki hubungan indepeden atau
tidak saling mempengaruhi.
Untuk
penelitian selanjutnya untuk dapat meningkatkan akurasi hasil peneltian dengan
memperhitungan hubungan interdependensi pasar saham dengan menggunakan model
vector autoregression dan juga menambahkan lebih banyak indeks pasar ke dalam
pengujian hipotesis dengan periode waktu yang panjang atau menambahkan dengan
variabel indeks MSCI global yang merupakan indeks yang menunjukan performa
kinerja pasar modal global serta indeks yang menjadi acuan fund manager.Mutasi
dan promosi jabatan berpengaruh positif terhadap komitmen karyawan PT Bank
Syariah Mandiri Kantor Wilayah II. Karyawan merasa ada timbal balik yang
setimpal dengan apa yang telah mereka berikan ke perusahaan, dengan bentuk
promosi jabatan dan mutasi, Sehingga tercipta suatu komitmen rasional yang
terbentuk atas dasar pertimbangan untung rugi yang dihadapi karyawan jika
berhadapan dengan keputusan untuk tetap bergabung atau hendak keluar dari
perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brooks, C. (2008). RATS Handbook to
accompany introductory econometrics for finance. Cambridge Books.
Cresswell, J. W. (2017). Research
Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi Ketiga).
Pustaka Belajar.
Glezakos, M., Merika, A., &
Kaligosfiris, H. (2007). Interdependence of major world stock exchanges: How is
the Athens stock exchange affected. International Research Journal of
Finance and Economics, 7(1), 24–39.
Gong, S.-C., Lee, T.-P., & Chen,
Y.-M. (2004). Crisis transmission: Some evidence from the Asian financial
crisis. International Review of Financial Analysis, 13(4),
463–478.
Gujarati, D., & Porter, D.
(2008). Basic Econometrics, 922 pp. McGraw-Hill, NY.
He, Q., Liu, J., Wang, S., & Yu,
J. (2020). The impact of COVID-19 on stock markets. Economic and Political
Studies, 8(3), 275–288.
Huyghebaert, N., & Wang, L.
(2010). The co-movement of stock markets in East Asia: Did the 1997–1998 Asian
financial crisis really strengthen stock market integration? China Economic
Review, 21(1), 98–112.
Janakiramanan, S., & Lamba, A. S.
(1998). An empirical examination of linkages between Pacific-Basin stock
markets. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money,
8(2), 155–173.
Longstaff, F. A. (2010). The subprime
credit crisis and contagion in financial markets. Journal of Financial
Economics, 97(3), 436–450.
Nasarudin, M. I. (2014). Aspek
hukum pasar modal Indonesia. Kencana.
Nurpitasari, D. (2020). Analisis
Determinasi Harga Saham (Studi Empiris Bank Umum yang terdaftar Di BEI Tahun
2019-2020). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Oktarina, D. (2016). Pengaruh
beberapa indeks saham global dan indikator makroekonomi terhadap pergerakan IHSG.
Journal of Business and Banking, 5(2), 163–182.
Prio, D. S. (2010). Pengaruh pasar
saham dunia dan variabel makroekonomi terhadap ihsg dan lq45. Program
Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis IPB.
Saputra, R. A., & Harjito, D. A.
(2015). Hubungan Kausalitas Antara Nilai Tukar Dengan Harga Saham Dan Inflasi
Di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 3(1), 46–60.
Sukirno, R. S. H., & Sutarmanto,
H. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli produk wayang kulit
pada masyarakat suku Jawa. Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian
Psikologi, 12(24), 119–132.