PENGARUH RISIKO
SISTEMATIK, TINGKAT KEPEMILIKAN SAHAM, DAN COMPANY GROWTH TERHADAP INTERNET FINANCIAL REPORTING
Violani Mega Putri1, Tri Utami Lestari2
Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Telkom, Bandung
violanimegaputri12@gmail.com
Abstrak
Internet sangat berguna
bagi pengguna dalam segala hal. Internet muncul sebagai suatu alternatif yang
lebih baik sebagai media pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan melalui
internet (Internet Financial Reporting) diharapkan mampu meningkatkan
komunikasi perusahaan dengan stakeholder, shareholder dan pihak-pihak
lain yang berkaitan, khususnya investor. Dengan adanya informasi tentang
perusahaan di setiap website yang dimiliki perusahaan mendukung para
investor untuk mengetahui lebih detail tentang informasi perusahaan tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang dapat memengaruhi Internet
Financial Reporting secara simultan dan parsial pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020. Faktor tersebut
meliputi dari risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham, dan company
growth. Populasi pada penelitian ini menggunakan 30 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020. Pemilihan sampel menggunakan
teknik purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 23 dengan total
sampel sebanyak 115. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik
analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan penggunaan SPSS versi
29 dalam mengolah data. Data yang diteliti berupa data
sekunder dan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi kepustakaan
dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara risiko sistematik terhadap internet
financial reporting, sementara itu kepemilikan saham dan company growth tidak
berpengaruh terhadap internet financial reporting.
Kata
kunci: company growth, internet
financial reporting, risiko
sistematik, tingkat kepemilikan saham
Abstract
Internet
is very useful for users in every way. The Internet is emerging as a better
alternative as a financial reporting medium. Financial reporting through the
internet (Internet Financial Reporting) is expected to be able to improve the
company's communication with stakeholders, shareholders and other related
parties, especially investors. With information about the company on every
website owned by the company, it supports investors to find out more details
about the company's information. This study aims to analyze several factors
that can influence Internet Financial Reporting simultaneously and partially on
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2020.
These factors include systematic risk, level of share ownership, and company
growth. The population in this study used 30 manufacturing companies listed on
the Indonesia Stock Exchange in 2016-2020. The sample selection used purposive
sampling technique and obtained a sample of 23 with a total sample of 115. This
study used a quantitative approach. The analysis technique used is panel data
regression with the use of SPSS 29 in processing the data. The data studied in
the form of secondary data and data collection techniques used in the form of library
research and documentation. The results of the study show that there is an
influence between systematic risk on internet financial reporting, while share
ownership and company growth have no effect on internet financial reporting.
Keywords: company
growth, level of share ownership, internet financial reporting, systematic
risk.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi
sangat meningkat pesat dari waktu ke waktu, dan dapat menawarkan manfaat besar
bagi pengguna. Salah satunya adalah
perolehan informasi yang cepat. Salah satu perkembangan yang paling populer di
bidang teknologi informasi saat ini adalah perkembangan internet. Internet
sangat berguna bagi pengguna dalam segala hal. Internet muncul sebagai suatu alternatif
yang lebih baik sebagai media pelaporan keuangan. Internet menawarkan berbagai
keunggulan yang tidak dimiliki media lain realtime, low cost, tanpa
batas, lebih cepat dan memungkinkan adanya interaksi yang tinggi. Dari
kelebihan-kelebihan tersebut pelaporan keuangan melalui internet (Internet
Financial Reporting) diharapkan mampu meningkatkan komunikasi perusahaan
dengan stakeholder, shareholder dan pihak-pihak lain yang berkaitan,
khususnya investor. Dengan adanya Internet Financial Reporting, investor
dapat lebih cepat mengakses informasi keuangan perusahaan sebagai dasar
pembuatan keputusan. Lebih lanjut tindakan investor akan tercermin pada pergerakan saham di
Bursa. Semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu
tersedia akan mempermudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang
dimiliki. Informasi tersebut akan menciptakan penawaran dan pemintaan oleh para
investor yang berujung pada transaksi perdagangan saham.
Pandemik Covid 19
berdampak pada seluruh negara di dunia termasuk Indonesia salah satunya
berdampak pada perdagangan bursa, hal tersebut di tunjukan dengan adanya
penurunan harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa
waktu terakhir (Agung
& Susilawati, 2021). Para investor lebih
berhati-hati terhadap pemilihan perusahaan untuk berinvestasi, dengan adanya
informasi tentang perusahaan di setiap website yang dimiliki perusahaan
mendukung para investor untuk mengetahui lebih detail tentang informasi
perusahaan tersebut. Pengungkapan IFR setiap perusahaan dianggap penting untuk
dilakukan, hal tersebut didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
mendorong setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan IFR untuk meningkatkan
bentuk komunikasi terhadap para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
yang terkait informasi perusahaan berbasis internet (Susianto,
2017).
Kasus yang terjadi pada
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) diduga menggelembungkan Rp 4 triliun di
laporan keuangan tahun 2017 PT. Tiga Pilar pada tahun 2017 terbukti melakukan
penggelembungan dana dan tidak melaporkan laporan keuangan sebagaimana
mestinya. Hal ini terungkap dalam laporan
hasil investigasi berbasis fakta PT Ernest & Young Indonesia (EY) atas
manajemen baru AISA tertanggal 12 Maret 2019. PT Tiga Pilar tercatat belum
mempulikasikan laporan keuangan tahun 2018 baik di IDX maupun website pribadinya.
Terdapat temuan lain yaitu penggelembungan pendapatan senilai Rp662 miliar dan
penggelembungan lain senilai Rp329 miliar pada pos EBITDA (laba sebelum bunga,
pajak, depresiasi dan amortisasi). Selain itu, ditemukan juga adanya hubungan
serta transaksi dengan pihak terafiliasi yang tidak menggunakan mekanisme
pengungkapan (disclosure) yang memadai kepada stakeholders secara
relevan. Dugaan penggelembungan ditengarai terjadi pada akun piutang usaha,
persediaan, dan aset tetap Grup AISA (Hermanto, 2021).
Penggunaan Internet Financial Reporting di Indonesia
semakin berkembang, hal ini didukung dengan kesepakatan MEA (masyarakat ekonomi
Asean) yang dimuat pada website www.bppk.kemenkeu.go.id. MEA merupakan
perwujudan pasar bebas di Asia Tenggara yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
Indonesia dan akan mengarah pada persaingan yang semakin ketat antara
perusahaan dan mendorong dukungan untuk perusahaan melakukan pengungkapan
informasi yang lengkap, tepat waktu dan efisien. Selain itu, peningkatan pengguna
internet di Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati lebih
lanjut. Teknologi internet semakin berkembang di Indonesia, dan mempunyai peran
penting dalam berbagai bidang kehidupan seperti sosial ekonomi dan politik. Hal
tersebut dapat dilihat dari jumlah pengguna internet di Indonesia semakin
meningkat seperti hasil terbaru survey pengguna internet di Indonesia periode
2019-kuartal II 2020 (Sihombing &
Nataliani, 2021)
Alasan penulis menggunakan variabel risiko sistematik
karena dapat menimbulkan ketidakpastian yang tinggi pada investor, jika dalam
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan meningkat maka ketidakpastian
investor akan menurun. (Marston & Polei,
2004). Alasan penulis memilih tingkat kepimilikan saham karena proporsi
kepemilikan saham yang semakin besar merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan
dalam memberikan hasil kinerja keuangan perusahaan kepada investor yang membuat
perusahaan lebih terbuka dalam melakukan penyampaia informasi laporan keuangan
perusahaan melalui internet (Saragih &
Sihombing, 2021). Selain itu penulis juga memilih variabel company
growth karena pada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
perusahaannya tinggi akan cenderung untuk mempublikasikan laporan keuangannya
di internet melalui website pribadinya (Saputri &
Widiastuti, 2016).
Risiko sistematik atau risiko pasar yaitu risiko yang
tidak bisa dihindari oleh investor, faktor tersebut dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan dimana pergerakan harga saham tertentu akan dipengaruhi oleh
pergerakan bursa saham secara keseluruhan. Risiko sistematik ini adalah faktor
eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan (Rizki & Ikhsan,
2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Meliana, Istikomah,
& Kahar, 2020) menyatakan bahwa risiko sistematik berpengaruh
negatif terhadap internet financial reporting hasil penelitian tersebut berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aisah & Mandala,
2016) bahwa risiko sistematik berpengaruh positif terhadap internet
financial reporting.
Tingkat kepemilikan saham oleh publik yaitu publik
atau masyarakat yang mempunyai kepemilikan saham terhadap saham perusahaan.
Publik adalah individu atau institusi yang mempunyai kepemilikan saham kurang
dari 5% yang berada diluar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa
dengan perusahaan, sedangkan perusahaan perseroan (PT) yang memiliki saham
perusahaan yang bersangkutan tidak termasuk dalam kategori publik (Rizki & Ikhsan,
2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Akram & Santioso,
2022) bahwa tingkat kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap Internet
Financial Reporting berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rizki & Ikhsan,
2018) bahwa tingkat kepemilikan saham berpengaruh negatif terhadap Internet
Financial Reporting.
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
perusahaannya tinggi akan cenderung untuk mempublikasikan laporan keuangannya
di internet melalui website perusahaannya karena hal tersebut adalah hal
yang positif yang bertujuan agar publik dapat mengetahui kinerja perusahaan
dalam periode tersebut dan investor tertarik dalam menanamkan saham karena
perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik (Saputri &
Widiastuti, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh (Saud, Ashar, &
Nugraheni, 2019) menyatakan bahwa company growth tidak
berpengaruh terhadap Internet Financial Reporting hasil penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukakan (Saputri &
Widiastuti, 2016) bahwa company growth berpengaruh terhadap
internet financial reporting
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas
terdapat adanya tidak konsisten dalm penelitian-penelitian sebelumnya, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Internet Financial Reporting.
Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko
Sistematik, Tingkat Kepemilikan Saham dan Company Growth terhadap Internet
Financial Reporting (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016- 2020)”.
Pengungkapan laporan keuangan melalui media internet
memiliki manfaat yang baik dalam membantu investor dan masyarakat untuk
mendapatkan informasi tentang laporan keuangan perusahaan. Selain itu,
penggunaan media internet juga bertujuan untuk mempererat hubungan dengan
investor, analis, pemegang saham, dan pengguna laporan keuangan lainnya.
Meskipun ada beberapa perusahaan yang masih enggan melakukan pengungkapan
laporan keuangan melalui website mereka, hal tersebut terjadi karena
kekhawatiran akan keamanan internet yang tersebar luas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi keputusan perusahaan tersebut termasuk risiko sistematik, tingkat
kepemilikan saham, dan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
pengungkapan laporan keuangan melalui internet.
Penelitian ini memiliki beberapa
perumusan masalah yang mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang risiko
sistematik, tingkat kepemilikan saham, pertumbuhan perusahaan, dan pengaruhnya
terhadap pengungkapan laporan keuangan melalui internet. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor tersebut serta
pengaruhnya secara simultan maupun parsial terhadap pengungkapan laporan
keuangan melalui internet pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-2020. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko sistematik, tingkat
kepemilikan saham, pertumbuhan perusahaan, dan pengaruhnya terhadap internet
financial reporting (IFR). Manfaat penelitian ini terbagi menjadi manfaat
teoritis dan manfaat praktis, termasuk sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya, pengetahuan dan wawasan bagi akademisi, serta meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan kepada pihak luar.
Metode
Penelitian ini mengikuti proses penelitian yang
terstruktur dan sistematis. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah
identifikasi masalah, review kepustakaan, perumusan tujuan penelitian,
pengumpulan dan analisis data, interpretasi data, dan pelaporan hasil
penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan gejala
atau peristiwa yang sedang terjadi. Penelitian ini menggunakan strategi studi
kasus dengan pengumpulan data berdasarkan waktu pengumpulan (time series) dan
pada satu waktu tertentu (cross section). Analisis regresi berganda digunakan
untuk mengukur hubungan antara variabel independen (risiko sistematik, tingkat
kepemilikan saham, dan company growth) dengan variabel dependen (Internet
Financial Reporting). Penelitian ini juga menjelaskan operasionalisasi variabel
dan mengukur variabel-variabel tersebut dengan menggunakan skala dan indikator
yang telah ditentukan. Tahapan penelitian meliputi rumusan masalah, landasan
teori, metodologi penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi
hasil penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Pada sub bab ini, terdapat
penyajian data yang digunakan dalam penelitian, adapun penelitian ini
menggunakan 34 perusahaah sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Data yang disajikan berupa variabel penelitian, yakni
risiko sistematik, kepemilikan saham, company growth, dan internet
financial reporting. Data-data tersebut didapat dari laporan tahunan pada
tahun 2016-2020 setiap perusahaan.
Analisis Statistik Deskriptif Risiko Ssitematik
Risiko sistematik perusahaan
sampel tertera pada gambar di bawah ini. Adapun untuk menentukan risiko
sistematik, peneliti menghitung return saham, return pasar, risk
free rate, nilai alpha, dan nilai beta. Hasil
perhitungan tersebut kemudian diolah lebih lanjut ke dalam rumus risiko
sistematik.
Gambar
1 Risiko Sistematik Sampel pada Tahun 2016-2020
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023
Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat bahwa risiko
sistematik sepanjang 2016-2020 tertinggi dimiliki SRSN (PT Indo Acidatama Tbk)
pada tahun 2017 yang kemudian disusul oleh perusahaan INCI (PT Intanwijaya
Internasional Tbk). Sementara itu, risiko sistematis terendah sepanjang tahun
2016-2020 dimiliki oleh ROTI (PT Nippon Indosari Corpindo Tbk) pada tahun 2017,
kemudian disusul oleh KINO (PT Kino Indonesia Tbk) pada tahun 2020.
Pada tahun 2016, risiko sistematik tertinggi di antara
perusahaan sampel terjadi pada INCI (PT Intanwijaya Internasional Tbk) dan INKP
(PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk). Sementara itu, risiko sistematik terendah
pada tahun 2016 dimiliki oleh ROTI (PT Nippon Indosari Corpindo Tbk) dan MBTO
(PT Martina Berto Tbk). Pada tahun 2017, risiko sistematis tertinggi dimiliki
oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk) dan KINO (PT Kino Indonesia Tbk). sedangkan,
risiko sistematik terendah pada tahun 2017 dimiliki oleh ROTI (PT Nippon
Indosari Corpindo Tbk) dan ADES (PT Akshara Wira International Tbk). Pada tahun
2018, risiko sistematis tertinggi dimiliki oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk)
dan KLBF (PT Kalbe Farma Tbk). Sedangkan, risiko sistematik terendah pada tahun
2018 dimiliki oleh ULTJ (PT Ultrajaya Milk Industry Tbk) dan MBTO (PT Martina
Berto Tbk).
Pada tahun 2019, risiko sistematik tertinggi dimiliki
oleh INTP (PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) dan GDST (PT Gunawan Dianjaya
Steel Tbk). Sedangkan risiko sistematik terendah pada tahun 2019 dimiliki oleh
KINO (PT Kino Indonesia Tbk) dan MBTO (PT Martina Berto Tbk). Pada tahun 2020,
risiko sistematik tertinggi dimiliki oleh ULTJ (PT Ultrajaya Milk Industry Tbk)
dan ADES (PT Akshara Wira International Tbk). Sedangkan, risiko sistematik
terendah pada tahun 2020 dimiliki oleh KINO (PT Kino Indonesia Tbk) dan MBTO
(PT Martina Berto Tbk).
Data kepemilikan saham publik
didapatkan dari laporan tahunan perusahaan sampel. Peneliti mengidentifikasi
saham yang dimiliki publik dan saham yang beredar pada perusahaan terkait.
Gambar
2 Kepemilikan Saham Publik Perusahaan Sampel
pada Tahun 2016-2020
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2023
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa
kepemilikan saham publik tertinggi di antara perusahaan sampel pada tahun
2016-2020 dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk) pada tahun 2018-2020
dan WIIM (PT Wismilak Inti Makmur Tbk) pada tahun 2017-2019. Sedangkan,
kepemilikan saham publik terendah di antara perusahaan sampel sepanjang tahun
2016-2020 dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk) pada tahun
2016-2020 dan UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk) pada tahun 2020. Pada tahun
2016, kepemilikan saham publik tertinggi dimiliki oleh DPNS (PT Duta Pertiwi
Nusantara Tbk) dan KLBF (PT Kalbe Farma Tbk). Sedangkan, kepemilikan saham
publik terendah pada tahun 2016 dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri
Tbk). Pada tahun 2017, kepemilikan saham publik tertinggi dimiliki oleh WIIM
(PT Wismilak Inti Mamur Tbk) dan angka terendah tetap dimiliki oleh LMPI (PT
Langgeng Makmur Industri Tbk).
Pada tahun 2018, kepemilikan
saham publik tertinggi dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk) dan WIIM
(PT Wismilak Inti Makmur Tbk), sedangkan angka terendah tetap dimiliki oleh
LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk). Pada tahun 2019-2020, kepemilikan saham
publik tertinggi dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk) dan KLBF (PT
Kalbe Farma Tbk). Sedangkan, kepemilikan saham publik terendah pada tahun
2019-2020 dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk).
Data
company growth didapatkan dari laporan tahunan perusahaan sampel dengan
mengidentifikasi total aset perusahaan terkait.
Gambar 3. Company Growth Perusahaan
Sampel pada Tahun 2016-2020
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2023
Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa di antara
perusahaan sampel sepanjang tahun 2016-2020, company growth tertinggi
dicapai oleh WTON (PT Wijaya Karya Beton Tbk) pada tahun 2020 dan SRSN (PT Indo
Acidatama Tbk) pada tahun 2019. Sedangkan, company growth terendah di
antara perusahaan sampel sepanjang tahun 2016-2020 dimiliki oleh ALMI (PT
Alumindo Light Metal Industry Tbk) pada tahun 2020 dan TBMS (Pt Tembaga Mulia
Semanan Tbk) pada tahun 2019.
Pada tahun 2016, company growth tertinggi
dicapai oleh INCI (PT Intanwijaya International Tbk), sedangkan yang terendah
dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk). Pada tahun 2017, company
growth tertinggi dicapai oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk),
sedangkan yang terendah dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk). Pada
tahun 2018, company growth tertinggi dicapai oleh ALKA (PT Alakasa
Industrindo Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk).
Pada tahun 2019, company growth tertinggi dicapai oleh SRSN (PT Indo
Acidatama Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh TBMS (PT Tembaga Mulia Semanan
Tbk). Pada tahun 2020, company growth tertinggi dicapai oleh WTON (PT
Wijaya Karya Beton Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh ALMI (PT Alumindo Light
Metal Industry Tbk).
Data Internet Financial Reporting didapatkan
dari laporan tahunan perusahaan sampel. Pada laporan tahunan tersebut, peneliti
mengidentifikasi empat aspek, yakni content, timeliness, technology, dan
user support.
Gambar 4. Internet
Financial Reporting Perusahaan Sampel
Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2023
Berdasarkan gambar 4 di atas, dapat dilihat bahwa Internet
Financial Reporting (IFR) tertinggi di antara perusahaan sampel dimiliki
oleh DPNS (PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh LMPI
(PT Langgeng Makmur Industri Tbk).
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk
mendeskripsikan setiap variabel penelitian, adapun hasil pengolahan statistik
deskriptif mendeskripsikan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan
standar deviasi setiap variabel. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan 3
variabel independen. Variabel dependen penelitian ini yaitu Internet financial reporting, sedangkan
variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah risiko
sistematik, kepemilikan saham, dan company
growth. Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020. Hasil pengujian deskriptif
ditunjukan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Keterangan/Variabel |
Risiko Sistematik |
Kepemilikan Saham |
Company Growth |
Internet Financial Reporting |
Mean |
0.7943 |
0.1784 |
0.1252 |
1.1393 |
Maximum |
11.19 |
0.51 |
7.23 |
1.44 |
Minimum |
-2.43 |
0.00 |
-0.94 |
0.88 |
Std. Dev. |
2.20929 |
0.14887 |
170 |
0.13990 |
Observation |
170 |
170 |
170 |
170 |
Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023
Dari tabel diatas menjelaskan
secara deskriptif dari masing-masing variabel dependen maupun independen. Hasil
pengujian tersebut menjelaskan masing-masing variabel tanpa adanya ketertarikan
antara variabel dependen dan variabel independen.
Berdasarkan tabel 4.1, dapat
dilihat bahwa setiap variabel dependen yaitu internet financial reporting memiliki mean sebesar 1.1393 dan nilai standar deviasi yang muncul yaitu
sebesar 0.13990 nilai tersebut lebih
rendah dari mean, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada variabel internet
financial reporting selama tahun 2016-2020 adalah tidak bervariasi. Nilai maksimum dan nilai minimum sebesar 1.44 dan
0.88, dimana nilai maksimum pada variabel internet
financial reporting dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry &
Trading Company Tbk. Sedangkan nilai minimum pada variabel internet financial
reporting dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk.
Variabel independen yang pertama yaitu risiko
sistematik memiliki mean sebesar
0.7943 dan standar deviasi yang didapat sebesar 2.20929. Nilai standar deviasi
lebih besar dari mean artinya bahwa
data risiko sistematik tahun 2016-2020 adalah bervariasi. Nilai maksimum dan
nilai minimum masing-masing sebesar 11.19 dan -2.43 dimana nilai maksimum dari
data tersebut dimiliki oleh PT. Indo Acidatama pada tahun 2017 sedangkan nilai
minimum yang didapat dimiliki oleh PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk pada tahun
2017.
Variabel independen yang kedua yaitu kepemilikan saham
memiliki mean sebesar 0.1784 dan
standar deviasi yang didapat sebesar 0.14887. Nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasi artinya nilai rata-rata
mencerminkan bahwa data kepemilikan saham tahun 2016-2020 adalah tidak
bervariasi. Nilai maksimum dan minimum
masing-masing sebesar 0.51 dan 0.00, dimana nilai maksimum tersebut didapat
dari PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk pada tahun 2016,
PT. Eterindo Wahanatama Tbk pada tahun 2018 dan 2019 sedangkan nilai minimum
didapat dari PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk tahun 2016 dan PT. Akasha Wira
International Tbk pada tahun 2020
Variabel independen yang ketiga yaitu company growth memiliki mean sebesar 0.1252 dan niliai standar
deviasi sebesar 0.70276. Nilai standar deviasi lebih besar dari nilai mean artinya bahwa data company growth tahun 2016-2020 adalah bervariasi.
Nilai maksimum dan nilai minimum masing masing adalah 7.23 dan -0.93 dimana
nilai maksimum didapat dari PT. Wijaya Karya Beton Tbk dan nilai minimum
didapat pada PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk.
Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan
dengan adanya perbedaan jumlah pengembalian portofolio dengan pengembalian
pasar (Puspita & Yuliari,
2019). Berikut ini merupakan hasil dari pengujian statistik deskriptif yang
diperoleh setiap tahunnya berdasarkan variabel Risiko sistematik, yaitu:
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Risiko Sistematik
RISIKO
SISTEMATIK |
|||||
|
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Mean |
3.4774 |
0.2321 |
0.0643 |
-0.0081 |
0.2056 |
Maksimum |
9.71 |
11.19 |
1.31 |
1.55 |
3.45 |
minimum |
-1.88 |
-2.43 |
-0.65 |
-.39 |
-1.38 |
Std.Dev. |
2.87413 |
2.47909 |
0.49536 |
0.30912 |
0.96781 |
Observations |
170 |
170 |
170 |
170 |
170 |
Sumber: Hasil output SPSS
29 (2023)
Berdasarkan
hasil pengujian statistic deskriptif, mean
risiko sistematik ditahun 2016 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 3.4774 nilai tersebut lebih besar dari
nilai standar deviasi sebesar 2.87413. Hal ini menunjukan risiko sistematik
tahun 2016 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2016 PT. Intiwijaya
Internasional Tbk memiliki nilai Risiko sistematik tertinggi dan PT. Nippon
Indosari Corpindo Tbk memiliki nilai risiko sistematik terendah dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Pada
tahun 2017 hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada perusahaan manuaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.2321 nilai tersebut lebih rendah dari nilai
standar deviasi yaitu sebesar 2.47909 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko
sistematik pada perusahaan manufaktur tahun 2017 adalah bervariasi. Pada tahun
2017 PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai risiko sistematik tertinggi dan
perusahaan yang memiliki nilai risiko sistematik terendah pada tahun 2017 yaitu
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
Pada
tahun 2018 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel
perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar
0.0643 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar deviasi yaitu sebesar
0.49536 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko sistematik tahun 2018 adalah
bervariasi. Pada tahun 2018 PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai risiko
sistematik tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai risiko
sistematik terendah pada tahun 2018 yaitu PT. Ultra Jaya Milk Industry &
Trading Company Tbk.
Pada tahun 2019 hasil pengujiam statistik
deskriptif menunjukan nilai mean risiko
sistematik pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebesar -0.0081 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar
deviasi yaitu sebesar 0.30912 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko
sistematik tahun 2019 adalah bervariasi. Pada tahun 2019 PT. Indocement Tunggal
Perkasa Tbk memiliki nilai risiko sistematik tertinggi dibandingkan perusahaan
lainnya sedangkan nilai risiko sistematik terendah pada tahun 2019 yaitu PT. Lionmesh
Prima Tbk.
Pada
tahun 2020 hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel
perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar
0.2056 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar deviasi yaitu sebesar
0.96781 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko sistematik tahun 2020 adalah
bervariasi. Pada tahun 2020 PT. Ultra
Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk memiliki nilai risiko sistematik
tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai risiko sistematik
terendah pada tahun 2020 yaitu PT. Kino Indonesia Tbk.
Tingkat kepemilikan saham oleh publik yaitu
jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh publik atau masyarakat selain
manajemen, dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Hamdani, Yuliandari, & Budiono, 2017).
Perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan saham publik yang besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan dalam memonitor
manajemen (Ali, 2019).
Berikut ini merupakan hasil dari pengujian statistic deskriptif yang diperoleh
setiap tahunnya berdasarkan variabel kepemilikan saham, yaitu:
Tabel 3 Hasil Statistik
Deskriptif Kepemilikan Saham
KEPEMILIKAN
SAHAM |
|||||
|
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Mean |
0.1735 |
0.1833 |
0.1836 |
0.1822 |
0.1696 |
Maksimum |
0.51 |
0.49 |
0.51 |
0.51 |
0.49 |
minimum |
0.00 |
0.02 |
0.02 |
0.01 |
0.00 |
Std.Dev. |
0.15046 |
0.14599 |
0.15466 |
0.15426 |
0.14717 |
Observations |
170 |
170 |
170 |
170 |
170 |
Sumber : Hasil output SPSS 29
(2023)
Berdasarkan
hasil pengujian statistic deskriptif, mean
kepemilikan saham ditahun 2016 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1735 nilai tersebut lebih besar dari
nilai standar deviasi sebesar 0.15046. Hal ini menunjukan risiko sistematik
tahun 2016 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2016 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk
memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi dan PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk
memiliki nilai kepemilikan saham terendah dibandingkan dengan perusahaan
lainnya.
Pada tahun 2017 hasil
pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham
pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada perusahaan manuaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1833 nilai tersebut lebih
tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.14599 hal tersebut menunjukan
bahwa data kepemilikan saham pada perusahaan manufaktur tahun 2017 adalah tidak
bervariasi. Pada tahun 2017 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki nilai
kepemilikan saham tertinggi dan perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan
saham terendah pada tahun 2017 yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk.
Pada tahun 2018 hasil pengujian statistik deskriptif
menunjukan nilai mean kepemilikan
saham pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sebesar 0.1836 nilai tersebut lebih tinggi dari nilai standar deviasi
yaitu sebesar 0.15466 hal tersebut menunjukan bahwa data kepemilikan saham
tahun 2018 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2018 PT. Eterindo Wahanatama Tbk
memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya
sedangkan nilai kepemilikan saham terendah pada tahun 2018 yaitu PT. Intanwijaya
Internasional Tbk
Pada tahun
2019 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham pada sampel perusahaan manufaktur yang
terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1822 nilai tersebut lebih
tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.15426 hal tersebut menunjukan
bahwa data kepemilikan saham tahun 2019 adalah tidak bervariasi. Pada tahun
2019 PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi
dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai kepemilikan saham terendah pada
tahun 2019 yaitu PT. Lionmesh Prima Tbk
Pada
tahun 2020 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham pada sampel
perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1696
nilai tersebut lebih tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.14717
hal tersebut menunjukan bahwa data kepemilikan saham tahun 2020 adalah tidak bervariasi.
Pada tahun 2020 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk memiliki
kepemilikan saham tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai
kepemilikan saham terendah pada tahun 2020 yaitu PT. Akasha Wira International
Tbk.
Company growth merupakan gambaran bagaimana suatu perusahaan
berkembang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya (Nurfitriana & Fachrurrozie, 2018). Bagi investor, pertumbuhan perusahaan menunjukkan sinyal positif,
karena pertumbuhan yang baik mengarah kepada peningkatan nilai perusahaan (Antoro, Sanusi, & Asih, 2020). Berikut ini merupakan hasil dari pengujian statistik deskriptif yang diperoleh
setiap tahunnya berdasarkan variabel company growth, yaitu:
4. Tabel Hasil
Statistik Deskriptif Company Growth
COMPANY GROWTH |
|||||
|
2016 |
2017 |
2018 |
2019 |
2020 |
Mean |
0.0903 |
0.1271 |
0.1068 |
0.0892 |
0.2128 |
Maksimum |
0.59 |
1.23 |
1.13 |
4.66 |
7.23 |
minimum |
-0.13 |
-0.35 |
-0.79 |
-0.92 |
-0.94 |
Std.Dev. |
0.12532 |
0.29533 |
0.31806 |
0.84763 |
1.26326 |
Observations |
170 |
170 |
170 |
170 |
170 |
Sumber: Hasil output SPSS
versi 29 (2023)
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, mean company growth ditahun
2016 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sebesar 0.0903 nilai tersebut lebih kecil dari nilai standar deviasi
sebesar 0.12532. Hal ini menunjukan company
growth tahun 2016 adalah bervariasi. Pada tahun 2016 PT. Intanwijaya
Internasional Tbk memiliki nilai company
growth tertinggi dan PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Pada tahun 2017 hasil pengujian statistik deskriptif mean company
growth ditahun 2017 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1271 nilai tersebut lebih kecil dari nilai
standar deviasi sebesar 0.29533. Hal ini menunjukan company growth tahun 2017 adalah bervariasi. Pada tahun 2017 PT. Alakasa
Industrindo Tbk memiliki nilai company
growth tertinggi dan PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Pada tahun 2018 hasil pengujian statistik deskriptif mean company
growth ditahun 2018 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1068 nilai tersebut lebih kecil dari nilai
standar deviasi sebesar 0.31806. Hal ini menunjukan company growth tahun 2018 adalah bervariasi. Pada tahun 2018 PT.
Alakasa Industrindo Tbk memiliki nilai company
growth tertinggi dan PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Pada tahun 2019 hasil pengujian statistik deskriptif mean company
growth ditahun 2019 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.0892 nilai tersebut lebih kecil dari nilai
standar deviasi sebesar 0.84763. Hal ini menunjukan company growth tahun 2019 adalah bervariasi. Pada tahun 2019 PT. Indo
Acidatama Tbk memiliki nilai company
growth tertinggi dan PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Pada tahun 2020 hasil pengujian statistik deskriptif mean company
growth ditahun 2020 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.2128 nilai tersebut lebih kecil dari nilai
standar deviasi sebesar 1.26326. Hal ini menunjukan company growth tahun 2020 adalah bervariasi. Pada tahun 2020 PT.
Wijaya Karya Beton Tbk memiliki nilai company
growth tertinggi dan PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan
dengan perusahaan lainnya.
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data
penelitian telah terdistribusi secara normal. Apabila nilai signifikan >
0,05, maka data penelitian terdistribusi secara normal.
Tabel 5. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test |
|||
|
Unstandardized Residual |
||
N |
170 |
||
Normal Parametersa,b |
Mean |
.0000000 |
|
Std. Deviation |
.12314666 |
||
Most Extreme Differences |
Absolute |
.116 |
|
Positive |
.061 |
||
Negative |
-.116 |
||
Test Statistic |
.116 |
||
Asymp. Sig. (2-tailed)c |
.200d |
||
Monte Carlo Sig. (2-tailed)e |
Sig. |
.289 |
|
99% Confidence Interval |
Lower Bound |
.277 |
|
Upper Bound |
.301 |
||
a. Test distribution is Normal. |
|||
b. Calculated from data. |
|||
c. Lilliefors Significance Correction. |
|||
d. This is a lower bound of the true significance. |
|||
e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo
samples with starting seed 2000000. |
Sumber:
Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah model
regresi diperoleh korelasi sempurna antar variabel independen. Apabila nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,01, maka tidak terjadi gejala
multikolinearitas dalam penelitian.
Tabel 6 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa |
||||||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
Collinearity
Statistics |
|||||
B |
Std.
Error |
Beta |
Tolerance |
|||||||
1 |
(Constant) |
1.048 |
.045 |
|
23.341 |
.000 |
|
|||
X1 |
.079 |
.028 |
.461 |
2.837 |
.008 |
.978 |
||||
X2 |
.203 |
.157 |
.218 |
1.290 |
.207 |
.977 |
||||
X3 |
.233 |
.190 |
.209 |
1.228 |
.229 |
.970 |
||||
Coefficientsa |
|
|||||||||
Model |
Collinearity
Statistics |
|
||||||||
VIF |
|
|||||||||
1 |
(Constant) |
|
|
|||||||
X1 |
1.022 |
|
||||||||
X2 |
1.023 |
|
||||||||
X3 |
1.031 |
|
||||||||
Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023
Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat
bahwa nilai VIF vairabel sistematis sebesar 1,022, nilai VIF variabel
kepemilikan saham sebesar 1,023, dan nilai VIF variabel company growth
sebesar 1,031. Sehingga, seluruh variabel penelitian memiliki nilai VIF yang
lebih kecil dari 10. Sementara itu, nilai tolerance variabel risiko
sistematis sebesar 0,978, nilai tolerance variabel kepemilikan saham
sebesar 0,977, dan nilai tolerance variavel company growth sebesar
0,970. Sehingga, seluruh variabel penelitian memiliki nilai tolerance lebih
besar dari 0,01. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam penelitian.
Berdasarkan data pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa
nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,200. Maka, data penelitian
terdistribusi normal, karena 0,200 > 0,05.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan uji yang
berfungsi untuk mengetahui adanya korelasi variabel yang ada di dalam model
prediksi dengan perubahan waktu. Autokorelasi merupakan syarat utama model regresi agar
tidak bias.
Tabel
7 Uji Autokorelasi
Runs Test |
|
|
Unstandardized Residual |
Test Valuea |
.01031 |
Cases < Test Value |
85 |
Cases >= Test Value |
85 |
Total Cases |
170 |
Number of Runs |
80 |
Z |
.000 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
1.000 |
a. Median |
Sumber: data diolah dengan SPSS versi 29 (2023)
Berdasarkan tabel 7 nilai symp
Sig. (2-tailed) yang diukur menggunakaan run test senilai 1,000 nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 dan berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi
Uji heteroskedastisitas dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat gejala heteroskedastisitas dalam penelitian.
Apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0,05 maka tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas dalam penelitian.
Tabel 8 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah
dengan SPSS versi 29, 2023
Berdasrkan tabel 8, dapat dilihat
bahwa nilai signifikan yang didapatkan pada pada variabel risiko sistematik
sebesar 0,493, pada variabel kepemilikan saham sebesar 0,057, dan pada variabel
company growth sebesar 0,145. Sehingga, nilai signifikan pada seluruh
variabel lebih besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas dalam penelitian.
Uji F dilakukan untuk melihat
pengaruh variabel penelitian secara simultan, apabila nilai signifikansi <
0,05, maka seluruh variabel berpengaruh secara simultan terhadap internet
financial reporting.
Tabel 9 Uji F
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
.151 |
3 |
.050 |
3.049 |
.044b |
Residual |
.495 |
30 |
.016 |
|
|
|
Total |
.646 |
33 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Y |
||||||
b. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 |
Sumber:
Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi yang dihasilkan ialah sebesar 0,044. Sehingga, niali signifikansi
0,044 < 0,05 yang menunjukkan terdapat pengaruh simultan dari risiko
sistematik, kepemilikan saham, dan company growth terhadap internet
financial reporting.
Nilai koefisien determinasi
menunjukkan kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independent
terhadap variabel dependen. Apabila nilai R square mendekati 1, maka variabel
independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen dan model semakin sempit. Sebaliknya, jika nilai R
Square mendekati 0, maka variabel independen tidak memberikan informasi
untuk memprediksi variabel dependen.
Tabel 10 Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted
R Square |
Std.
Error of the Estimate |
1 |
.483a |
.235 |
.157 |
.12844 |
a.
Predictors: (Constant), X3, X2, X1 |
b.
Dependent Variable: Y |
Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023
Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapati nilai R
Square yang mendekati nilai 1, yakni 0,725. Sehingga, variabel internet
financial reporting dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth. Nilai
adjusted R square sebesar 0,548 menunjukkan besaran pengaruh risiko
sistematik, kepemilikan saham, dan company growth terhadap internet
financial reporting sebesar 54,8% dan 45,2% sisanya dapat dijelaskan oleh
variabel lain diluar penelitian ini.
Uji ini dilakukan untuk
menunjukkan pengaruh parsial dari variabel dependen terhadap variabel
independen. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak dan H0
diterima. Sedangkan jika niali signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima yang berarti bahwa variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap internet financial reporting.
Tabel 11 Uji Statistik (Uji T)
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
1.048 |
.045 |
|
23.341 |
.000 |
RISIKO SISTEMATIS |
.079 |
.028 |
.461 |
2.837 |
.008 |
|
KEPEMILIKAN SAHAM |
.170 |
.158 |
.175 |
1.074 |
.292 |
|
COMPANY GROWTH |
-.042 |
.079 |
-.086 |
-.529 |
.601 |
|
a. Dependent Variable: INTERNET
FINANCE REPORTING |
Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023
Berdasarkan tabel 11 variabel risiko sistematik
berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap internet financial
reporting. Hal tersebut
dilihat darinilai signifikan yang dihasilkan variabel tersebut yaitu sebesar
0,008 < 0,05. Hal ini berarti variabel risiko sistematik secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap internet
financial reporting.
Variabel kepemilikan saham berpengaruh negatif
terhadap internet financial reporting. Hal
tersebut dilihat dari nilai signifikasi sebesar 0,292 > 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel kepemilikan saham secara parsial berpengaruh
terhadap internet financial reporting.
Variabel company
growth berpengaruh negatif terhadap internet
financial reporting. Hal tersebut dilihat dari nilai signifikan sebesar
0,601 > 0,05. Maka dapat disimpukan bahwa variabel company growth secara parsial berpengaruh terhadap internet financial reporting
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pengaruh risiko sistematik, kepemilikan saham dan company growth terhadap
internet financial reporting pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2020, maka hasil yang diperoleh
sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif
antara risko sistematik terhadap internet financial reporting. Hasil
positif tersebut menunjukkan bahwa investor tidak dapat menghindari faktor
risiko ini secara sistematis, mereka dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan, dimana pergerakan berbagai harga saham akan dipengaruhi oleh
pergerakan bursa saham secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pernyataan (Astuty, 2017), bahwa risiko sistematis tidak dapat menyebar (tidak
dapat diubah). Risiko ini juga dikenal sebagai risiko pasar karena mengacu pada
keadaan ekonomi makro yang mungkin berdampak pada kinerja perusahaan. Risiko
ini tidak bisa dihilangkan.
Diyakini bahwa perusahaan dengan risiko lebih besar
akan lebih ragu untuk mengungkapkan informasi secara sukarela kepada
investornya. Sebaliknya dapat diyakini bahwa dengan meningkatkan pengungkapan
informasi, ketidakpastian investor dapat dikurangi, yang dapat mengarah pada
evaluasi risiko perusahaan yang lebih baik oleh pasar (Marston & Polei,
2004). Manajer
cenderung bertindak dengan cara mementingkan diri sendiri (Lewellen,
Park, & Ro, 1996). Akibatnya, kemungkinan besar
perusahaan yang berisiko memiliki lebih sedikit insentif untuk secara sukarela
mengungkapkan informasi di situs web mereka (Marston
& Polei, 2004).
Hasil penelitian ini menunjukkan
banhwa kepemilikan saham publik berpengaruh negatif terhadap internet
financial reporting. Sehingga,
penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian (Akram & Santioso,
2022) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara kepemilikan saham dan internet
financial reporting. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Inayati
et al., 2022) dan (Diatmika &
Yadnyana, 2017), bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh negatif
terhadap internet financial reporting.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Puspa, A. M.,
Sulistiyo, H., 2021) bahwa tidak mungkin orang yang memegang saham
perusahaan akan secara langsung berpartisipasi dalam kasus bisnis perusahaan
dan secara langsung mengawasi tata kelola perusahaan oleh manajemen. Selaras dengan pernyataan (Abdullah, Ardiansah,
& Hamidah, 2017), bahwa semakin lama perusahaan menjadi perusahaan
publik, maka perusahaan semakin memahami perlunya pengungkapan informasi
keuangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa company
growth memiliki pengaruh negatif terhadap internet financial reporting.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan (Samir, Réal, &
Claude, 2004) yang menyebutkan bahwa keuntungan lain dari perusahaan yang membagikan
laporan keuangannya di website mereka adalah karena pengguna laporan
keuangan akan melihat transparansi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan.
Selain itu, sebagian besar perusahaan lebih suka menggunakan situs web sebagai
media untuk mengungkapkan informasi mereka karena hemat biaya, dinamis dan fleksibel
di seluruh dunia. Situs web perusahaan bertindak sebagai media penting untuk
pelaporan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Arifianti &
Africa, 2021) yang menemukan adanya pengaruh positif antara company growth terhadap
internet financial reporting.
Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Sheila & Achyarsyah, 2018) yang menemukan pengaruh negatif
dari company growth terhadap internet financial reporting. Media
internet telah menjadi sarana yang menyediakan sarana pengungkapan pelaporan
keuangan perusahaan sebagai informasi kepada pihak eksternal karena keterbukaan
dapat mengurangi tingkat asimetri informasi yang dapat terjadi pada laporan
keuangan, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan (Iskandar, 2020). Namun, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan tersebut
untuk menggunakan sarana media internet sebagai media pelaporan keuangan secara
lengkap.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis
deskriptif, data yang dianalisis menunjukkan bahwa risiko sistematik pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2016-2020 memiliki nilai rata-rata sebesar 0.7943. Kepemilikan saham pada
perusahaan manufaktur memiliki nilai rata-rata sebesar 0.1784 dan standar
deviasi sebesar 0.14887. Company growth pada perusahaan manufaktur memiliki
nilai rata-rata sebesar 0.1252, yang lebih rendah dari nilai standar deviasi
sebesar 0.70276, menunjukkan variasi data yang cukup besar. Nilai rata-rata
internet financial reporting adalah 1.1393 dengan standar deviasi sebesar
0.13990.
Dalam uji regresi linier
berganda, variabel risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth
secara simultan berpengaruh terhadap internet financial reporting. Namun, dalam
pengujian secara parsial, risiko sistematik memberikan pengaruh positif
signifikan terhadap internet financial reporting, sementara kepemilikan saham
tidak berpengaruh secara signifikan, dan company growth memberikan pengaruh
negatif signifikan terhadap internet financial reporting.
Berdasarkan
hasil penelitian ini, peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan
variabel independen lain yang berpotensi berpengaruh terhadap internet
financial reporting. Objek penelitian yang berbeda juga dapat digunakan untuk
memperoleh hasil penelitian yang lebih beragam. Bagi perusahaan, disarankan
untuk meningkatkan pengungkapan informasi keuangan pada website perusahaan guna
meningkatkan kepercayaan investor. Bagi investor, disarankan untuk memperhatikan
risiko sistematik perusahaan saat melakukan investasi, karena risiko sistematik
memiliki pengaruh positif terhadap internet financial reporting.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Maulida Dewi
Firdaus, Ardiansah, Muhammad Noor, & Hamidah, Nurul. (2017). The Effect of
Company Size, Company Age, Public Ownership and Audit Quality on Internet
Financial Reporting. Sriwijaya International Journal of Dynamic Economics
and Business, 1(2), 153.
https://doi.org/10.29259/sijdeb.v1i2.153-166
Agung, Johan Santosa, &
Susilawati, Cicilia Erna. (2021). Dampak pandemi covid-19 terhadap indeks 9
sektor industri di Bursa Efek Indonesia. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah
Manajemen Bisnis Dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi)., 8(2).
Aisah, Ayu Nurhayani, & Mandala,
Kastawan. (2016). Pengaruh return on equity, earning per share, firm size
dan operating cash flow terhadap return saham. Udayana University.
Akram, Muhammad, & Santioso,
Linda. (2022). Pramudhani* dan Santioso: Faktor - Faktor Yang Memengaruhi
... IV(1), 283–291.
Ali, Mohammad. (2019). Pengaruh
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik, Umur Perusahaan, Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dengan Jumlah Bencana Alam Sebagai
Moderasi. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol, 6(1), 71–94.
Antoro, Wardi, Sanusi, Anwar, &
Asih, Prihat. (2020). The Effect of Profitability, Company Size, Company Growth
on Firm Value Through Capital Structure in Food and Beverage Companies on the
Indonesia Stock Exchange 2014-2018 Period. International Journal of Advances
in Scientific Research and Engineering, 06(09), 36–43.
https://doi.org/10.31695/ijasre.2020.33876
Arifianti, Salsabila Alifah, &
Africa, Laely Aghe. (2021). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTERNET FINANCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE. 2.
Astuty, Pudji. (2017). Pengaruh
Faktor Fundamental dan Risiko Sistimatik Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada
Perusahaan di Indeks LQ45 Periode 2011-2015). Jurnal Ekonomi, 19(1),
49–62.
Diatmika, I. Gusti Putu Adi, &
Yadnyana, I. Ketut. (2017). Pengungkapan Pelaporan Keuangan Melalui Website Dan
Faktor-Faktor Yang Memegaruhi. E-Jurnal Akuntansi, 21(1), 330–357.
Hamdani, Shifa Putri, Yuliandari,
Willy Sri, & Budiono, Eddy. (2017). Kepemilikan saham publik dan return on
assets terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Jurnal Riset
Akuntansi Kontemporer, 9(1), 47–54.
Hermanto, Hermanto. (2021). Etika
Dalam Praktik Akuntansi Keuangan. Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, Dan Agama,
7(1), 42–47.
Inayati, Nur, Lutfi, Septi, Haryanto,
Eko, Hapsari, Ira, Fakhruddin, Iwan, & Priadi, Andi. (2022). The Effect of
Public Ownership, Profitability, Company Size and Independent Commissioners on
Internet Financial Reporting. Proceedings of the 3rd International
Conference of Business, Accounting, and Economics, (2021), 0–6.
https://doi.org/10.4108/eai.10-8-2022.2320880
Iskandar, Diah. (2020). Analysis of
Ratio Return on Equity, Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Towards Internet
Financial Reporting and Size of Companies As Moderating Variables (Empirical
Study on Sub Sectors of Various Industries Listed in Indonesia Stock Exchange).
Saudi Journal of Economics and Finance, 04(05), 187–195.
https://doi.org/10.36348/sjef.2020.v04i05.005
Lewellen, Wilbur G., Park, Taewoo,
& Ro, Byung T. (1996). Self-serving behavior in managers’ discretionary
information disclosure decisions. Journal of Accounting and Economics, 21(2),
227–251. https://doi.org/10.1016/0165-4101(95)00417-3
Marston, Claire, & Polei, Annika.
(2004). Corporate reporting on the Internet by German companies. 5,
285–311. https://doi.org/10.1016/j.accinf.2004.02.009
Meliana, Meliana, Istikomah,
Istikomah, & Kahar, Suleman Hi Abd. (2020). Pengaruh Rasio Aktivitas,
Risiko Sistematik, Kepemilikan Saham Oleh Publik Dan Profitabilitas Terhadap
Internet Financial Reporting (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018). Jurnal TRUST Riset Akuntansi, 8(1).
Nurfitriana, Anisa, &
Fachrurrozie, Fachrurrozie. (2018). Profitability in Moderating the Effects of
Business Risk, Company Growth and Company Size on Debt Policy. Journal of
Accounting and Strategic Finance, 1(02), 111–120.
https://doi.org/10.33005/jasf.v1i02.18
Puspa, A. M., Sulistiyo, H., &.
Sam’ani. (2021). Pengaruh Dewan Komisaris Independen Dan Kepemilikan Pihak
Luar Terhadap Internet Financial Reporting Dengan Profitabilitas Sebagai
Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2019. 2(1).
Puspita, Nindi Vaulia, & Yuliari,
Kartika. (2019). Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Harga Saham, Abnormal
Return dan Risiko Sistematik Saham Perusahaan (Studi Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bei 2016-2018). Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas
Kadiri, 4(1), 95. https://doi.org/10.30737/ekonika.v4i1.335
Rizki, Febrian, & Ikhsan,
Adhisyahfitri Evalina. (2018). Pengaruh rasio aktivitas, risiko sistemati, dan
tingkat kepemilikan saham terhadap internet financial reporting (Studi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2015). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 3(3), 443–458.
Samir, Trabelsi, Réal, Labelle, &
Claude, Laurin. (2004). CAP Forum on E-Business: The Management of Financial
Disclosure on Corporate Websites: A Conceptual Model*. Canadian Accounting
Perspectives, 3(2), 235–259.
https://doi.org/10.1506/uqxt-3l0k-n9xk-99e1
Saputri, Lusiana Ganes, &
Widiastuti, Sri Wahyuni. (2016). Pengaruh Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha,
Faktor Sosial, Kesesuaian Tugas, dan Kondisi yang Memfasilitasi Pengguna
Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Pengelola Keuangan Daerah
(SIPKD)(Survei pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen). Kajian Akuntansi,
11(2), 103–119.
Saragih, Afni Eliana, &
Sihombing, Uci Trisnawaty. (2021). Pengaruh Intellectual Capital, Good
Corporate Governance, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi & Keuangan, 1–17.
Saud, Ilham Maulana, Ashar, Bustanul,
& Nugraheni, Peni. (2019). Analisis Pengungkapan Internet Financial
Reporting Perusahaan Asuransi-Perbankan Syariah Di Indonesia-Malaysia. Media
Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 19(1), 35–52.
Sheila, N., & Achyarsyah, P.
(2018). The Influence of Managerial Ownership, Institutional Ownership, Company
Growth Toward Earning Management and Its Implication on Quality of Financial
Reporting. International Conference On Accounting …, 20.
Sihombing, Deinard Yordan, & Nataliani,
Yessica. (2021). Analisis Interaksi Pengguna Twitter pada Strategi Pengadaan
Barang Menggunakan Social Network Analysis. Sistemasi: Jurnal Sistem
Informasi, 10(2), 434–444.
Susianto, Silvia Novita. (2017).
Pengaruh penerapan wajib IFRS, jenis industri, rugi, anak perusahaan, ukuran
kap, ukuran perusahaan, opini audit, dan ukuran komite audit terhadap audit
report lag (ARL)(studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bei periode
tahun 2009-2013). Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 152–178.