PENGARUH RISIKO SISTEMATIK, TINGKAT KEPEMILIKAN SAHAM, DAN COMPANY GROWTH TERHADAP INTERNET FINANCIAL REPORTING

 

Violani Mega Putri1, Tri Utami Lestari2

Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung

violanimegaputri12@gmail.com

 

Abstrak

Internet sangat berguna bagi pengguna dalam segala hal. Internet muncul sebagai suatu alternatif yang lebih baik sebagai media pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting) diharapkan mampu meningkatkan komunikasi perusahaan dengan stakeholder, shareholder dan pihak-pihak lain yang berkaitan, khususnya investor. Dengan adanya informasi tentang perusahaan di setiap website yang dimiliki perusahaan mendukung para investor untuk mengetahui lebih detail tentang informasi perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang dapat memengaruhi Internet Financial Reporting secara simultan dan parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020. Faktor tersebut meliputi dari risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham, dan company growth. Populasi pada penelitian ini menggunakan 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 23 dengan total sampel sebanyak 115. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan penggunaan SPSS versi 29 dalam mengolah data. Data yang diteliti berupa data sekunder dan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi kepustakaan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara risiko sistematik terhadap internet financial reporting, sementara itu kepemilikan saham dan company growth tidak berpengaruh terhadap internet financial reporting.

 

Kata kunci: company growth, internet financial reporting, risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham

 

Abstract

Internet is very useful for users in every way. The Internet is emerging as a better alternative as a financial reporting medium. Financial reporting through the internet (Internet Financial Reporting) is expected to be able to improve the company's communication with stakeholders, shareholders and other related parties, especially investors. With information about the company on every website owned by the company, it supports investors to find out more details about the company's information. This study aims to analyze several factors that can influence Internet Financial Reporting simultaneously and partially on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2020. These factors include systematic risk, level of share ownership, and company growth. The population in this study used 30 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2020. The sample selection used purposive sampling technique and obtained a sample of 23 with a total sample of 115. This study used a quantitative approach. The analysis technique used is panel data regression with the use of SPSS 29 in processing the data. The data studied in the form of secondary data and data collection techniques used in the form of library research and documentation. The results of the study show that there is an influence between systematic risk on internet financial reporting, while share ownership and company growth have no effect on internet financial reporting.

 

Keywords: company growth, level of share ownership, internet financial reporting, systematic risk.

 

Pendahuluan  

Perkembangan teknologi sangat meningkat pesat dari waktu ke waktu, dan dapat menawarkan manfaat besar bagi pengguna. Salah satunya adalah perolehan informasi yang cepat. Salah satu perkembangan yang paling populer di bidang teknologi informasi saat ini adalah perkembangan internet. Internet sangat berguna bagi pengguna dalam segala hal. Internet muncul sebagai suatu alternatif yang lebih baik sebagai media pelaporan keuangan. Internet menawarkan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki media lain realtime, low cost, tanpa batas, lebih cepat dan memungkinkan adanya interaksi yang tinggi. Dari kelebihan-kelebihan tersebut pelaporan keuangan melalui internet (Internet Financial Reporting) diharapkan mampu meningkatkan komunikasi perusahaan dengan stakeholder, shareholder dan pihak-pihak lain yang berkaitan, khususnya investor. Dengan adanya Internet Financial Reporting, investor dapat lebih cepat mengakses informasi keuangan perusahaan sebagai dasar pembuatan keputusan. Lebih lanjut tindakan investor akan tercermin pada pergerakan saham di Bursa. Semakin banyak informasi yang tersedia dan semakin cepat informasi itu tersedia akan mempermudah investor dalam mengevaluasi portofolio saham yang dimiliki. Informasi tersebut akan menciptakan penawaran dan pemintaan oleh para investor yang berujung pada transaksi perdagangan saham.

Pandemik Covid 19 berdampak pada seluruh negara di dunia termasuk Indonesia salah satunya berdampak pada perdagangan bursa, hal tersebut di tunjukan dengan adanya penurunan harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa waktu terakhir (Agung & Susilawati, 2021). Para investor lebih berhati-hati terhadap pemilihan perusahaan untuk berinvestasi, dengan adanya informasi tentang perusahaan di setiap website yang dimiliki perusahaan mendukung para investor untuk mengetahui lebih detail tentang informasi perusahaan tersebut. Pengungkapan IFR setiap perusahaan dianggap penting untuk dilakukan, hal tersebut didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mendorong setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan IFR untuk meningkatkan bentuk komunikasi terhadap para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait informasi perusahaan berbasis internet (Susianto, 2017).

Kasus yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) diduga menggelembungkan Rp 4 triliun di laporan keuangan tahun 2017 PT. Tiga Pilar pada tahun 2017 terbukti melakukan penggelembungan dana dan tidak melaporkan laporan keuangan sebagaimana mestinya. Hal ini terungkap dalam laporan hasil investigasi berbasis fakta PT Ernest & Young Indonesia (EY) atas manajemen baru AISA tertanggal 12 Maret 2019. PT Tiga Pilar tercatat belum mempulikasikan laporan keuangan tahun 2018 baik di IDX maupun website pribadinya. Terdapat temuan lain yaitu penggelembungan pendapatan senilai Rp662 miliar dan penggelembungan lain senilai Rp329 miliar pada pos EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi). Selain itu, ditemukan juga adanya hubungan serta transaksi dengan pihak terafiliasi yang tidak menggunakan mekanisme pengungkapan (disclosure) yang memadai kepada stakeholders secara relevan. Dugaan penggelembungan ditengarai terjadi pada akun piutang usaha, persediaan, dan aset tetap Grup AISA (Hermanto, 2021).

Penggunaan Internet Financial Reporting di Indonesia semakin berkembang, hal ini didukung dengan kesepakatan MEA (masyarakat ekonomi Asean) yang dimuat pada website www.bppk.kemenkeu.go.id. MEA merupakan perwujudan pasar bebas di Asia Tenggara yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dan akan mengarah pada persaingan yang semakin ketat antara perusahaan dan mendorong dukungan untuk perusahaan melakukan pengungkapan informasi yang lengkap, tepat waktu dan efisien. Selain itu, peningkatan pengguna internet di Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati lebih lanjut. Teknologi internet semakin berkembang di Indonesia, dan mempunyai peran penting dalam berbagai bidang kehidupan seperti sosial ekonomi dan politik. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pengguna internet di Indonesia semakin meningkat seperti hasil terbaru survey pengguna internet di Indonesia periode 2019-kuartal II 2020 (Sihombing & Nataliani, 2021)

Alasan penulis menggunakan variabel risiko sistematik karena dapat menimbulkan ketidakpastian yang tinggi pada investor, jika dalam pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan meningkat maka ketidakpastian investor akan menurun. (Marston & Polei, 2004). Alasan penulis memilih tingkat kepimilikan saham karena proporsi kepemilikan saham yang semakin besar merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memberikan hasil kinerja keuangan perusahaan kepada investor yang membuat perusahaan lebih terbuka dalam melakukan penyampaia informasi laporan keuangan perusahaan melalui internet (Saragih & Sihombing, 2021). Selain itu penulis juga memilih variabel company growth karena pada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaannya tinggi akan cenderung untuk mempublikasikan laporan keuangannya di internet melalui website pribadinya (Saputri & Widiastuti, 2016).

Risiko sistematik atau risiko pasar yaitu risiko yang tidak bisa dihindari oleh investor, faktor tersebut dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan dimana pergerakan harga saham tertentu akan dipengaruhi oleh pergerakan bursa saham secara keseluruhan. Risiko sistematik ini adalah faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan (Rizki & Ikhsan, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Meliana, Istikomah, & Kahar, 2020) menyatakan bahwa risiko sistematik berpengaruh negatif terhadap internet financial reporting hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aisah & Mandala, 2016) bahwa risiko sistematik berpengaruh positif terhadap internet financial reporting.

Tingkat kepemilikan saham oleh publik yaitu publik atau masyarakat yang mempunyai kepemilikan saham terhadap saham perusahaan. Publik adalah individu atau institusi yang mempunyai kepemilikan saham kurang dari 5% yang berada diluar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan, sedangkan perusahaan perseroan (PT) yang memiliki saham perusahaan yang bersangkutan tidak termasuk dalam kategori publik (Rizki & Ikhsan, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Akram & Santioso, 2022) bahwa tingkat kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap Internet Financial Reporting berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rizki & Ikhsan, 2018) bahwa tingkat kepemilikan saham berpengaruh negatif terhadap Internet Financial Reporting.

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaannya tinggi akan cenderung untuk mempublikasikan laporan keuangannya di internet melalui website perusahaannya karena hal tersebut adalah hal yang positif yang bertujuan agar publik dapat mengetahui kinerja perusahaan dalam periode tersebut dan investor tertarik dalam menanamkan saham karena perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik (Saputri & Widiastuti, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh (Saud, Ashar, & Nugraheni, 2019) menyatakan bahwa company growth tidak berpengaruh terhadap Internet Financial Reporting hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukakan (Saputri & Widiastuti, 2016) bahwa company growth berpengaruh terhadap internet financial reporting

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas terdapat adanya tidak konsisten dalm penelitian-penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Internet Financial Reporting. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko Sistematik, Tingkat Kepemilikan Saham dan Company Growth terhadap Internet Financial Reporting (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016- 2020)”.

Pengungkapan laporan keuangan melalui media internet memiliki manfaat yang baik dalam membantu investor dan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang laporan keuangan perusahaan. Selain itu, penggunaan media internet juga bertujuan untuk mempererat hubungan dengan investor, analis, pemegang saham, dan pengguna laporan keuangan lainnya. Meskipun ada beberapa perusahaan yang masih enggan melakukan pengungkapan laporan keuangan melalui website mereka, hal tersebut terjadi karena kekhawatiran akan keamanan internet yang tersebar luas. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan tersebut termasuk risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham, dan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pengungkapan laporan keuangan melalui internet.

Penelitian ini memiliki beberapa perumusan masalah yang mencakup pertanyaan-pertanyaan tentang risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham, pertumbuhan perusahaan, dan pengaruhnya terhadap pengungkapan laporan keuangan melalui internet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor tersebut serta pengaruhnya secara simultan maupun parsial terhadap pengungkapan laporan keuangan melalui internet pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-2020. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham, pertumbuhan perusahaan, dan pengaruhnya terhadap internet financial reporting (IFR). Manfaat penelitian ini terbagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis, termasuk sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya, pengetahuan dan wawasan bagi akademisi, serta meningkatkan kualitas pelaporan keuangan kepada pihak luar.

 

Metode

Penelitian ini mengikuti proses penelitian yang terstruktur dan sistematis. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah identifikasi masalah, review kepustakaan, perumusan tujuan penelitian, pengumpulan dan analisis data, interpretasi data, dan pelaporan hasil penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan gejala atau peristiwa yang sedang terjadi. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus dengan pengumpulan data berdasarkan waktu pengumpulan (time series) dan pada satu waktu tertentu (cross section). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel independen (risiko sistematik, tingkat kepemilikan saham, dan company growth) dengan variabel dependen (Internet Financial Reporting). Penelitian ini juga menjelaskan operasionalisasi variabel dan mengukur variabel-variabel tersebut dengan menggunakan skala dan indikator yang telah ditentukan. Tahapan penelitian meliputi rumusan masalah, landasan teori, metodologi penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Pada sub bab ini, terdapat penyajian data yang digunakan dalam penelitian, adapun penelitian ini menggunakan 34 perusahaah sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Data yang disajikan berupa variabel penelitian, yakni risiko sistematik, kepemilikan saham, company growth, dan internet financial reporting. Data-data tersebut didapat dari laporan tahunan pada tahun 2016-2020 setiap perusahaan.

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis Statistik Deskriptif Risiko Ssitematik

Risiko sistematik perusahaan sampel tertera pada gambar di bawah ini. Adapun untuk menentukan risiko sistematik, peneliti menghitung return saham, return pasar, risk free rate, nilai alpha, dan nilai beta. Hasil perhitungan tersebut kemudian diolah lebih lanjut ke dalam rumus risiko sistematik.

Gambar 1 Risiko Sistematik Sampel pada Tahun 2016-2020

Sumber: Data diolah Peneliti, 2023

 

Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat bahwa risiko sistematik sepanjang 2016-2020 tertinggi dimiliki SRSN (PT Indo Acidatama Tbk) pada tahun 2017 yang kemudian disusul oleh perusahaan INCI (PT Intanwijaya Internasional Tbk). Sementara itu, risiko sistematis terendah sepanjang tahun 2016-2020 dimiliki oleh ROTI (PT Nippon Indosari Corpindo Tbk) pada tahun 2017, kemudian disusul oleh KINO (PT Kino Indonesia Tbk) pada tahun 2020.

Pada tahun 2016, risiko sistematik tertinggi di antara perusahaan sampel terjadi pada INCI (PT Intanwijaya Internasional Tbk) dan INKP (PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk). Sementara itu, risiko sistematik terendah pada tahun 2016 dimiliki oleh ROTI (PT Nippon Indosari Corpindo Tbk) dan MBTO (PT Martina Berto Tbk). Pada tahun 2017, risiko sistematis tertinggi dimiliki oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk) dan KINO (PT Kino Indonesia Tbk). sedangkan, risiko sistematik terendah pada tahun 2017 dimiliki oleh ROTI (PT Nippon Indosari Corpindo Tbk) dan ADES (PT Akshara Wira International Tbk). Pada tahun 2018, risiko sistematis tertinggi dimiliki oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk) dan KLBF (PT Kalbe Farma Tbk). Sedangkan, risiko sistematik terendah pada tahun 2018 dimiliki oleh ULTJ (PT Ultrajaya Milk Industry Tbk) dan MBTO (PT Martina Berto Tbk).

Pada tahun 2019, risiko sistematik tertinggi dimiliki oleh INTP (PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) dan GDST (PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk). Sedangkan risiko sistematik terendah pada tahun 2019 dimiliki oleh KINO (PT Kino Indonesia Tbk) dan MBTO (PT Martina Berto Tbk). Pada tahun 2020, risiko sistematik tertinggi dimiliki oleh ULTJ (PT Ultrajaya Milk Industry Tbk) dan ADES (PT Akshara Wira International Tbk). Sedangkan, risiko sistematik terendah pada tahun 2020 dimiliki oleh KINO (PT Kino Indonesia Tbk) dan MBTO (PT Martina Berto Tbk).

 

Kepemilikan Saham Publik

Data kepemilikan saham publik didapatkan dari laporan tahunan perusahaan sampel. Peneliti mengidentifikasi saham yang dimiliki publik dan saham yang beredar pada perusahaan terkait.

 

Gambar 2 Kepemilikan Saham Publik Perusahaan Sampel

pada Tahun 2016-2020

Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2023

 

Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa kepemilikan saham publik tertinggi di antara perusahaan sampel pada tahun 2016-2020 dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk) pada tahun 2018-2020 dan WIIM (PT Wismilak Inti Makmur Tbk) pada tahun 2017-2019. Sedangkan, kepemilikan saham publik terendah di antara perusahaan sampel sepanjang tahun 2016-2020 dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk) pada tahun 2016-2020 dan UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk) pada tahun 2020. Pada tahun 2016, kepemilikan saham publik tertinggi dimiliki oleh DPNS (PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk) dan KLBF (PT Kalbe Farma Tbk). Sedangkan, kepemilikan saham publik terendah pada tahun 2016 dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk). Pada tahun 2017, kepemilikan saham publik tertinggi dimiliki oleh WIIM (PT Wismilak Inti Mamur Tbk) dan angka terendah tetap dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk).

Pada tahun 2018, kepemilikan saham publik tertinggi dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk) dan WIIM (PT Wismilak Inti Makmur Tbk), sedangkan angka terendah tetap dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk). Pada tahun 2019-2020, kepemilikan saham publik tertinggi dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk) dan KLBF (PT Kalbe Farma Tbk). Sedangkan, kepemilikan saham publik terendah pada tahun 2019-2020 dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk).

 

Company Growth

Data company growth didapatkan dari laporan tahunan perusahaan sampel dengan mengidentifikasi total aset perusahaan terkait.

 

Gambar 3. Company Growth Perusahaan Sampel pada Tahun 2016-2020

Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2023

 

Berdasarkan gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa di antara perusahaan sampel sepanjang tahun 2016-2020, company growth tertinggi dicapai oleh WTON (PT Wijaya Karya Beton Tbk) pada tahun 2020 dan SRSN (PT Indo Acidatama Tbk) pada tahun 2019. Sedangkan, company growth terendah di antara perusahaan sampel sepanjang tahun 2016-2020 dimiliki oleh ALMI (PT Alumindo Light Metal Industry Tbk) pada tahun 2020 dan TBMS (Pt Tembaga Mulia Semanan Tbk) pada tahun 2019.

Pada tahun 2016, company growth tertinggi dicapai oleh INCI (PT Intanwijaya International Tbk), sedangkan yang terendah dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk). Pada tahun 2017, company growth tertinggi dicapai oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk), sedangkan yang terendah dimiliki oleh ETWA (PT Eterindo Wahanatama Tbk). Pada tahun 2018, company growth tertinggi dicapai oleh ALKA (PT Alakasa Industrindo Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk). Pada tahun 2019, company growth tertinggi dicapai oleh SRSN (PT Indo Acidatama Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh TBMS (PT Tembaga Mulia Semanan Tbk). Pada tahun 2020, company growth tertinggi dicapai oleh WTON (PT Wijaya Karya Beton Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh ALMI (PT Alumindo Light Metal Industry Tbk).

Internet Financial Reporting

Data Internet Financial Reporting didapatkan dari laporan tahunan perusahaan sampel. Pada laporan tahunan tersebut, peneliti mengidentifikasi empat aspek, yakni content, timeliness, technology, dan user support.

Gambar 4. Internet Financial Reporting Perusahaan Sampel

Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2023

 

Berdasarkan gambar 4 di atas, dapat dilihat bahwa Internet Financial Reporting (IFR) tertinggi di antara perusahaan sampel dimiliki oleh DPNS (PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk) dan yang terendah dimiliki oleh LMPI (PT Langgeng Makmur Industri Tbk).

Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian, adapun hasil pengolahan statistik deskriptif mendeskripsikan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi setiap variabel. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan 3 variabel independen. Variabel dependen penelitian ini yaitu Internet financial reporting, sedangkan variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth. Sampel yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020. Hasil pengujian deskriptif ditunjukan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

 

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Keterangan/Variabel

Risiko Sistematik

Kepemilikan Saham

Company Growth

Internet Financial Reporting

Mean

0.7943

0.1784

0.1252

1.1393

Maximum

11.19

0.51

7.23

1.44

Minimum

-2.43

0.00

-0.94

0.88

Std. Dev.

2.20929

0.14887

170

0.13990

Observation

170

170

170

170

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

 

            Dari tabel diatas menjelaskan secara deskriptif dari masing-masing variabel dependen maupun independen. Hasil pengujian tersebut menjelaskan masing-masing variabel tanpa adanya ketertarikan antara variabel dependen dan variabel independen.

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa setiap variabel dependen yaitu internet financial reporting memiliki mean sebesar 1.1393 dan nilai standar deviasi yang muncul yaitu sebesar 0.13990  nilai tersebut lebih rendah dari mean, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada variabel internet financial reporting selama tahun 2016-2020 adalah tidak bervariasi. Nilai maksimum dan nilai minimum sebesar 1.44 dan 0.88, dimana nilai maksimum pada variabel internet financial reporting dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Sedangkan nilai minimum pada variabel internet financial reporting dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk.

Variabel independen yang pertama yaitu risiko sistematik memiliki mean sebesar 0.7943 dan standar deviasi yang didapat sebesar 2.20929. Nilai standar deviasi lebih besar dari mean artinya bahwa data risiko sistematik tahun 2016-2020 adalah bervariasi. Nilai maksimum dan nilai minimum masing-masing sebesar 11.19 dan -2.43 dimana nilai maksimum dari data tersebut dimiliki oleh PT. Indo Acidatama pada tahun 2017 sedangkan nilai minimum yang didapat dimiliki oleh PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk pada tahun 2017.

Variabel independen yang kedua yaitu kepemilikan saham memiliki mean sebesar 0.1784 dan standar deviasi yang didapat sebesar 0.14887. Nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasi artinya nilai rata-rata mencerminkan bahwa data kepemilikan saham tahun 2016-2020 adalah tidak bervariasi.  Nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 0.51 dan 0.00, dimana nilai maksimum tersebut didapat dari PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk pada tahun 2016, PT. Eterindo Wahanatama Tbk pada tahun 2018 dan 2019 sedangkan nilai minimum didapat dari PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk tahun 2016 dan PT. Akasha Wira International Tbk pada tahun 2020

Variabel independen yang ketiga yaitu company growth memiliki mean sebesar 0.1252 dan niliai standar deviasi sebesar 0.70276. Nilai standar deviasi lebih besar dari nilai mean artinya bahwa data company growth tahun 2016-2020 adalah bervariasi. Nilai maksimum dan nilai minimum masing masing adalah 7.23 dan -0.93 dimana nilai maksimum didapat dari PT. Wijaya Karya Beton Tbk dan nilai minimum didapat pada PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk.

Risiko Sistematik

Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan adanya perbedaan jumlah pengembalian portofolio dengan pengembalian pasar (Puspita & Yuliari, 2019). Berikut ini merupakan hasil dari pengujian statistik deskriptif yang diperoleh setiap tahunnya berdasarkan variabel Risiko sistematik, yaitu:

 

Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Risiko Sistematik

RISIKO SISTEMATIK

 

2016

2017

2018

2019

2020

Mean

3.4774

0.2321

0.0643

-0.0081

0.2056

Maksimum

9.71

11.19

1.31

1.55

3.45

minimum

-1.88

-2.43

-0.65

-.39

-1.38

Std.Dev.

2.87413

2.47909

0.49536

0.30912

0.96781

Observations

170

170

170

170

170

Sumber: Hasil output SPSS 29 (2023)

 

            Berdasarkan hasil pengujian statistic deskriptif, mean risiko sistematik ditahun 2016 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 3.4774 nilai tersebut lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 2.87413. Hal ini menunjukan risiko sistematik tahun 2016 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2016 PT. Intiwijaya Internasional Tbk memiliki nilai Risiko sistematik tertinggi dan PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk memiliki nilai risiko sistematik terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

            Pada tahun 2017 hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada perusahaan manuaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.2321 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 2.47909 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko sistematik pada perusahaan manufaktur tahun 2017 adalah bervariasi. Pada tahun 2017 PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai risiko sistematik tertinggi dan perusahaan yang memiliki nilai risiko sistematik terendah pada tahun 2017 yaitu PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

            Pada tahun 2018 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.0643 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.49536 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko sistematik tahun 2018 adalah bervariasi. Pada tahun 2018 PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai risiko sistematik tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai risiko sistematik terendah pada tahun 2018 yaitu PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk.

                 Pada tahun 2019 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar -0.0081 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.30912 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko sistematik tahun 2019 adalah bervariasi. Pada tahun 2019 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk memiliki nilai risiko sistematik tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai risiko sistematik terendah pada tahun 2019 yaitu PT. Lionmesh Prima Tbk.

              Pada tahun 2020 hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean risiko sistematik pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.2056 nilai tersebut lebih rendah dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.96781 hal tersebut menunjukan bahwa data risiko sistematik tahun 2020 adalah bervariasi. Pada tahun 2020  PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk memiliki nilai risiko sistematik tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai risiko sistematik terendah pada tahun 2020 yaitu PT. Kino Indonesia Tbk.

Kepemilikan Saham

            Tingkat kepemilikan saham oleh publik yaitu jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh publik atau masyarakat selain manajemen, dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Hamdani, Yuliandari, & Budiono, 2017). Perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan saham publik yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan dalam memonitor manajemen (Ali, 2019). Berikut ini merupakan hasil dari pengujian statistic deskriptif yang diperoleh setiap tahunnya berdasarkan variabel kepemilikan saham, yaitu:

 

Text Box: (Bersambung)Tabel 3 Hasil Statistik Deskriptif Kepemilikan Saham

KEPEMILIKAN SAHAM

 

2016

2017

2018

2019

2020

Mean

0.1735

0.1833

0.1836

0.1822

0.1696

Maksimum

0.51

0.49

0.51

0.51

0.49

minimum

0.00

0.02

0.02

0.01

0.00

Std.Dev.

0.15046

0.14599

0.15466

0.15426

0.14717

Observations

170

170

170

170

170

Sumber : Hasil output SPSS 29 (2023)

            Berdasarkan hasil pengujian statistic deskriptif, mean kepemilikan saham ditahun 2016 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1735 nilai tersebut lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 0.15046. Hal ini menunjukan risiko sistematik tahun 2016 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2016 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi dan PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk memiliki nilai kepemilikan saham terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Pada tahun 2017 hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar pada perusahaan manuaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1833 nilai tersebut lebih tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.14599 hal tersebut menunjukan bahwa data kepemilikan saham pada perusahaan manufaktur tahun 2017 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2017 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi dan perusahaan yang memiliki nilai kepemilikan saham terendah pada tahun 2017 yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk.

Pada tahun 2018 hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1836 nilai tersebut lebih tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.15466 hal tersebut menunjukan bahwa data kepemilikan saham tahun 2018 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2018 PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai kepemilikan saham terendah pada tahun 2018 yaitu PT. Intanwijaya Internasional Tbk

     Pada tahun 2019 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1822 nilai tersebut lebih tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.15426 hal tersebut menunjukan bahwa data kepemilikan saham tahun 2019 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2019 PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai kepemilikan saham tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai kepemilikan saham terendah pada tahun 2019 yaitu PT. Lionmesh Prima Tbk

            Pada tahun 2020 hasil pengujiam statistik deskriptif menunjukan nilai mean kepemilikan saham pada sampel perusahaan manufaktur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1696 nilai tersebut lebih tinggi dari nilai standar deviasi yaitu sebesar 0.14717 hal tersebut menunjukan bahwa data kepemilikan saham tahun 2020 adalah tidak bervariasi. Pada tahun 2020 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk memiliki kepemilikan saham tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya sedangkan nilai kepemilikan saham terendah pada tahun 2020 yaitu PT. Akasha Wira International Tbk.

Company Growth

Company growth merupakan gambaran bagaimana suatu perusahaan berkembang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya (Nurfitriana & Fachrurrozie, 2018). Bagi investor, pertumbuhan perusahaan menunjukkan sinyal positif, karena pertumbuhan yang baik mengarah kepada peningkatan nilai perusahaan (Antoro, Sanusi, & Asih, 2020). Berikut ini merupakan hasil dari pengujian statistik deskriptif yang diperoleh setiap tahunnya berdasarkan variabel company growth, yaitu:

 

4. Tabel Hasil Statistik Deskriptif Company Growth

COMPANY GROWTH

 

2016

2017

2018

2019

2020

Mean

0.0903

0.1271

0.1068

0.0892

0.2128

Maksimum

0.59

1.23

1.13

4.66

7.23

minimum

-0.13

-0.35

-0.79

-0.92

-0.94

Std.Dev.

0.12532

0.29533

0.31806

0.84763

1.26326

Observations

170

170

170

170

170

Sumber: Hasil output SPSS versi 29 (2023)

 

  Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, mean company growth ditahun 2016 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.0903 nilai tersebut lebih kecil dari nilai standar deviasi sebesar 0.12532. Hal ini menunjukan company growth tahun 2016 adalah bervariasi. Pada tahun 2016 PT. Intanwijaya Internasional Tbk memiliki nilai company growth tertinggi dan PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Pada tahun 2017 hasil pengujian statistik deskriptif mean company growth ditahun 2017 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1271 nilai tersebut lebih kecil dari nilai standar deviasi sebesar 0.29533. Hal ini menunjukan company growth tahun 2017 adalah bervariasi. Pada tahun 2017 PT. Alakasa Industrindo Tbk memiliki nilai company growth tertinggi dan PT. Eterindo Wahanatama Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Pada tahun 2018 hasil pengujian statistik deskriptif mean company growth ditahun 2018 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.1068 nilai tersebut lebih kecil dari nilai standar deviasi sebesar 0.31806. Hal ini menunjukan company growth tahun 2018 adalah bervariasi. Pada tahun 2018 PT. Alakasa Industrindo Tbk memiliki nilai company growth tertinggi dan PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Pada tahun 2019 hasil pengujian statistik deskriptif mean company growth ditahun 2019 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.0892 nilai tersebut lebih kecil dari nilai standar deviasi sebesar 0.84763. Hal ini menunjukan company growth tahun 2019 adalah bervariasi. Pada tahun 2019 PT. Indo Acidatama Tbk memiliki nilai company growth tertinggi dan PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Pada tahun 2020 hasil pengujian statistik deskriptif mean company growth ditahun 2020 pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 0.2128 nilai tersebut lebih kecil dari nilai standar deviasi sebesar 1.26326. Hal ini menunjukan company growth tahun 2020 adalah bervariasi. Pada tahun 2020 PT. Wijaya Karya Beton Tbk memiliki nilai company growth tertinggi dan PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk memiliki nilai company growth terendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian telah terdistribusi secara normal. Apabila nilai signifikan > 0,05, maka data penelitian terdistribusi secara normal.

Tabel 5. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

 

Unstandardized Residual

N

170

Normal Parametersa,b

Mean

.0000000

Std. Deviation

.12314666

Most Extreme Differences

Absolute

.116

Positive

.061

Negative

-.116

Test Statistic

.116

Asymp. Sig. (2-tailed)c

.200d

Monte Carlo Sig. (2-tailed)e

Sig.

.289

99% Confidence Interval

Lower Bound

.277

Upper Bound

.301

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting seed 2000000.

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah model regresi diperoleh korelasi sempurna antar variabel independen. Apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,01, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam penelitian.

 

Tabel 6 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

1

(Constant)

1.048

.045

 

23.341

.000

 

X1

.079

.028

.461

2.837

.008

.978

X2

.203

.157

.218

1.290

.207

.977

X3

.233

.190

.209

1.228

.229

.970

 

Coefficientsa

 

Model

Collinearity Statistics

 

VIF

 

1

(Constant)

 

 

X1

1.022

 

X2

1.023

 

X3

1.031

 

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

 

            Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa nilai VIF vairabel sistematis sebesar 1,022, nilai VIF variabel kepemilikan saham sebesar 1,023, dan nilai VIF variabel company growth sebesar 1,031. Sehingga, seluruh variabel penelitian memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Sementara itu, nilai tolerance variabel risiko sistematis sebesar 0,978, nilai tolerance variabel kepemilikan saham sebesar 0,977, dan nilai tolerance variavel company growth sebesar 0,970. Sehingga, seluruh variabel penelitian memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,01. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam penelitian.

Berdasarkan data pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0,200. Maka, data penelitian terdistribusi normal, karena 0,200 > 0,05.

 

Uji Autokorelasi

            Uji autokorelasi merupakan uji yang berfungsi untuk mengetahui adanya korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Autokorelasi merupakan syarat utama model regresi agar tidak bias.

 

Tabel 7  Uji Autokorelasi

Runs Test

 

Unstandardized Residual

Test Valuea

.01031

Cases < Test Value

85

Cases >= Test Value

85

Total Cases

170

Number of Runs

80

Z

.000

Asymp. Sig. (2-tailed)

1.000

a. Median

 

Sumber: data diolah dengan SPSS versi 29 (2023)

 

Berdasarkan tabel 7 nilai symp Sig. (2-tailed) yang diukur menggunakaan run test senilai 1,000 nilai tersebut lebih besar dari 0,05 dan berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat gejala heteroskedastisitas dalam penelitian. Apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam penelitian.

 

Tabel 8 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

 

Berdasrkan tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai signifikan yang didapatkan pada pada variabel risiko sistematik sebesar 0,493, pada variabel kepemilikan saham sebesar 0,057, dan pada variabel company growth sebesar 0,145. Sehingga, nilai signifikan pada seluruh variabel lebih besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam penelitian.

Uji Statistik F (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel penelitian secara simultan, apabila nilai signifikansi < 0,05, maka seluruh variabel berpengaruh secara simultan terhadap internet financial reporting.

 

Tabel 9 Uji F

ANOVAa

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

.151

3

.050

3.049

.044b

Residual

.495

30

.016

 

 

Total

.646

33

 

 

 

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

 

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan ialah sebesar 0,044. Sehingga, niali signifikansi 0,044 < 0,05 yang menunjukkan terdapat pengaruh simultan dari risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth terhadap internet financial reporting.

Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi menunjukkan kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independent terhadap variabel dependen. Apabila nilai R square mendekati 1, maka variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan model semakin sempit. Sebaliknya, jika nilai R Square mendekati 0, maka variabel independen tidak memberikan informasi untuk memprediksi variabel dependen.

 

Tabel 10 Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.483a

.235

.157

.12844

 

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

                

 

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

 

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapati nilai R Square yang mendekati nilai 1, yakni 0,725. Sehingga, variabel internet financial reporting dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth. Nilai adjusted R square sebesar 0,548 menunjukkan besaran pengaruh risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth terhadap internet financial reporting sebesar 54,8% dan 45,2% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Uji Statistik T (Uji T)

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan pengaruh parsial dari variabel dependen terhadap variabel independen. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima. Sedangkan jika niali signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap internet financial reporting.

Tabel 11 Uji Statistik (Uji T)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

1.048

.045

 

23.341

.000

RISIKO SISTEMATIS

.079

.028

.461

2.837

.008

KEPEMILIKAN SAHAM

.170

.158

.175

1.074

.292

COMPANY GROWTH

-.042

.079

-.086

-.529

.601

a. Dependent Variable: INTERNET FINANCE REPORTING

Sumber: Data diolah dengan SPSS versi 29, 2023

 

Berdasarkan tabel 11 variabel risiko sistematik berpengaruh positif signifikan terhadap terhadap internet financial reporting. Hal tersebut dilihat darinilai signifikan yang dihasilkan variabel tersebut yaitu sebesar 0,008 < 0,05. Hal ini berarti variabel risiko sistematik secara parsial berpengaruh signifikan terhadap internet financial reporting.

Variabel kepemilikan saham berpengaruh negatif terhadap internet financial reporting. Hal tersebut dilihat dari nilai signifikasi sebesar 0,292 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan saham secara parsial berpengaruh terhadap internet financial reporting.

Variabel company growth berpengaruh negatif terhadap internet financial reporting. Hal tersebut dilihat dari nilai signifikan sebesar 0,601 > 0,05. Maka dapat disimpukan bahwa variabel company growth secara parsial berpengaruh terhadap internet financial reporting

            Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh risiko sistematik, kepemilikan saham dan company growth terhadap internet financial reporting pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2020, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut:

Pengaruh Risiko Sistematik terhadap Internet Financial Reporting

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara risko sistematik terhadap internet financial reporting. Hasil positif tersebut menunjukkan bahwa investor tidak dapat menghindari faktor risiko ini secara sistematis, mereka dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, dimana pergerakan berbagai harga saham akan dipengaruhi oleh pergerakan bursa saham secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan (Astuty, 2017), bahwa risiko sistematis tidak dapat menyebar (tidak dapat diubah). Risiko ini juga dikenal sebagai risiko pasar karena mengacu pada keadaan ekonomi makro yang mungkin berdampak pada kinerja perusahaan. Risiko ini tidak bisa dihilangkan.

Diyakini bahwa perusahaan dengan risiko lebih besar akan lebih ragu untuk mengungkapkan informasi secara sukarela kepada investornya. Sebaliknya dapat diyakini bahwa dengan meningkatkan pengungkapan informasi, ketidakpastian investor dapat dikurangi, yang dapat mengarah pada evaluasi risiko perusahaan yang lebih baik oleh pasar (Marston & Polei, 2004). Manajer cenderung bertindak dengan cara mementingkan diri sendiri (Lewellen, Park, & Ro, 1996). Akibatnya, kemungkinan besar perusahaan yang berisiko memiliki lebih sedikit insentif untuk secara sukarela mengungkapkan informasi di situs web mereka (Marston & Polei, 2004).

Pengaruh Kepemilikan Saham terhadap Internet Financial Reporting

Hasil penelitian ini menunjukkan banhwa kepemilikan saham publik berpengaruh negatif terhadap internet financial reporting. Sehingga, penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian (Akram & Santioso, 2022) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara kepemilikan saham dan internet financial reporting. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Inayati et al., 2022) dan (Diatmika & Yadnyana, 2017), bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh negatif terhadap internet financial reporting.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Puspa, A. M., Sulistiyo, H., 2021) bahwa tidak mungkin orang yang memegang saham perusahaan akan secara langsung berpartisipasi dalam kasus bisnis perusahaan dan secara langsung mengawasi tata kelola perusahaan oleh manajemen. Selaras dengan pernyataan (Abdullah, Ardiansah, & Hamidah, 2017), bahwa semakin lama perusahaan menjadi perusahaan publik, maka perusahaan semakin memahami perlunya pengungkapan informasi keuangan.  

Pengaruh Company Growth terhadap Internet Financial Reporting

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa company growth memiliki pengaruh negatif terhadap internet financial reporting. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan (Samir, Réal, & Claude, 2004) yang menyebutkan bahwa keuntungan lain dari perusahaan yang membagikan laporan keuangannya di website mereka adalah karena pengguna laporan keuangan akan melihat transparansi perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Selain itu, sebagian besar perusahaan lebih suka menggunakan situs web sebagai media untuk mengungkapkan informasi mereka karena hemat biaya, dinamis dan fleksibel di seluruh dunia. Situs web perusahaan bertindak sebagai media penting untuk pelaporan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh (Arifianti & Africa, 2021) yang menemukan adanya pengaruh positif antara company growth terhadap internet financial reporting.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Sheila & Achyarsyah, 2018) yang menemukan pengaruh negatif dari company growth terhadap internet financial reporting. Media internet telah menjadi sarana yang menyediakan sarana pengungkapan pelaporan keuangan perusahaan sebagai informasi kepada pihak eksternal karena keterbukaan dapat mengurangi tingkat asimetri informasi yang dapat terjadi pada laporan keuangan, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan (Iskandar, 2020). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan tersebut untuk menggunakan sarana media internet sebagai media pelaporan keuangan secara lengkap.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif, data yang dianalisis menunjukkan bahwa risiko sistematik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2020 memiliki nilai rata-rata sebesar 0.7943. Kepemilikan saham pada perusahaan manufaktur memiliki nilai rata-rata sebesar 0.1784 dan standar deviasi sebesar 0.14887. Company growth pada perusahaan manufaktur memiliki nilai rata-rata sebesar 0.1252, yang lebih rendah dari nilai standar deviasi sebesar 0.70276, menunjukkan variasi data yang cukup besar. Nilai rata-rata internet financial reporting adalah 1.1393 dengan standar deviasi sebesar 0.13990.

Dalam uji regresi linier berganda, variabel risiko sistematik, kepemilikan saham, dan company growth secara simultan berpengaruh terhadap internet financial reporting. Namun, dalam pengujian secara parsial, risiko sistematik memberikan pengaruh positif signifikan terhadap internet financial reporting, sementara kepemilikan saham tidak berpengaruh secara signifikan, dan company growth memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap internet financial reporting.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel independen lain yang berpotensi berpengaruh terhadap internet financial reporting. Objek penelitian yang berbeda juga dapat digunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih beragam. Bagi perusahaan, disarankan untuk meningkatkan pengungkapan informasi keuangan pada website perusahaan guna meningkatkan kepercayaan investor. Bagi investor, disarankan untuk memperhatikan risiko sistematik perusahaan saat melakukan investasi, karena risiko sistematik memiliki pengaruh positif terhadap internet financial reporting.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdullah, Maulida Dewi Firdaus, Ardiansah, Muhammad Noor, & Hamidah, Nurul. (2017). The Effect of Company Size, Company Age, Public Ownership and Audit Quality on Internet Financial Reporting. Sriwijaya International Journal of Dynamic Economics and Business, 1(2), 153. https://doi.org/10.29259/sijdeb.v1i2.153-166

 

Agung, Johan Santosa, & Susilawati, Cicilia Erna. (2021). Dampak pandemi covid-19 terhadap indeks 9 sektor industri di Bursa Efek Indonesia. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi)., 8(2).

 

Aisah, Ayu Nurhayani, & Mandala, Kastawan. (2016). Pengaruh return on equity, earning per share, firm size dan operating cash flow terhadap return saham. Udayana University.

 

Akram, Muhammad, & Santioso, Linda. (2022). Pramudhani* dan Santioso: Faktor - Faktor Yang Memengaruhi ... IV(1), 283–291.

 

Ali, Mohammad. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik, Umur Perusahaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dengan Jumlah Bencana Alam Sebagai Moderasi. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol, 6(1), 71–94.

 

Antoro, Wardi, Sanusi, Anwar, & Asih, Prihat. (2020). The Effect of Profitability, Company Size, Company Growth on Firm Value Through Capital Structure in Food and Beverage Companies on the Indonesia Stock Exchange 2014-2018 Period. International Journal of Advances in Scientific Research and Engineering, 06(09), 36–43. https://doi.org/10.31695/ijasre.2020.33876

 

Arifianti, Salsabila Alifah, & Africa, Laely Aghe. (2021). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERNET FINANCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE. 2.

 

Astuty, Pudji. (2017). Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistimatik Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan di Indeks LQ45 Periode 2011-2015). Jurnal Ekonomi, 19(1), 49–62.

 

Diatmika, I. Gusti Putu Adi, & Yadnyana, I. Ketut. (2017). Pengungkapan Pelaporan Keuangan Melalui Website Dan Faktor-Faktor Yang Memegaruhi. E-Jurnal Akuntansi, 21(1), 330–357.

 

Hamdani, Shifa Putri, Yuliandari, Willy Sri, & Budiono, Eddy. (2017). Kepemilikan saham publik dan return on assets terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer, 9(1), 47–54.

 

Hermanto, Hermanto. (2021). Etika Dalam Praktik Akuntansi Keuangan. Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, Dan Agama, 7(1), 42–47.

 

Inayati, Nur, Lutfi, Septi, Haryanto, Eko, Hapsari, Ira, Fakhruddin, Iwan, & Priadi, Andi. (2022). The Effect of Public Ownership, Profitability, Company Size and Independent Commissioners on Internet Financial Reporting. Proceedings of the 3rd International Conference of Business, Accounting, and Economics, (2021), 0–6. https://doi.org/10.4108/eai.10-8-2022.2320880

 

Iskandar, Diah. (2020). Analysis of Ratio Return on Equity, Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Towards Internet Financial Reporting and Size of Companies As Moderating Variables (Empirical Study on Sub Sectors of Various Industries Listed in Indonesia Stock Exchange). Saudi Journal of Economics and Finance, 04(05), 187–195. https://doi.org/10.36348/sjef.2020.v04i05.005

 

Lewellen, Wilbur G., Park, Taewoo, & Ro, Byung T. (1996). Self-serving behavior in managers’ discretionary information disclosure decisions. Journal of Accounting and Economics, 21(2), 227–251. https://doi.org/10.1016/0165-4101(95)00417-3

 

Marston, Claire, & Polei, Annika. (2004). Corporate reporting on the Internet by German companies. 5, 285–311. https://doi.org/10.1016/j.accinf.2004.02.009

 

Meliana, Meliana, Istikomah, Istikomah, & Kahar, Suleman Hi Abd. (2020). Pengaruh Rasio Aktivitas, Risiko Sistematik, Kepemilikan Saham Oleh Publik Dan Profitabilitas Terhadap Internet Financial Reporting (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018). Jurnal TRUST Riset Akuntansi, 8(1).

 

Nurfitriana, Anisa, & Fachrurrozie, Fachrurrozie. (2018). Profitability in Moderating the Effects of Business Risk, Company Growth and Company Size on Debt Policy. Journal of Accounting and Strategic Finance, 1(02), 111–120. https://doi.org/10.33005/jasf.v1i02.18

 

Puspa, A. M., Sulistiyo, H., &. Sam’ani. (2021). Pengaruh Dewan Komisaris Independen Dan Kepemilikan Pihak Luar Terhadap Internet Financial Reporting Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019. 2(1).

 

Puspita, Nindi Vaulia, & Yuliari, Kartika. (2019). Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Harga Saham, Abnormal Return dan Risiko Sistematik Saham Perusahaan (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bei 2016-2018). Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri, 4(1), 95. https://doi.org/10.30737/ekonika.v4i1.335

 

Rizki, Febrian, & Ikhsan, Adhisyahfitri Evalina. (2018). Pengaruh rasio aktivitas, risiko sistemati, dan tingkat kepemilikan saham terhadap internet financial reporting (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 3(3), 443–458.

 

Samir, Trabelsi, Réal, Labelle, & Claude, Laurin. (2004). CAP Forum on E-Business: The Management of Financial Disclosure on Corporate Websites: A Conceptual Model*. Canadian Accounting Perspectives, 3(2), 235–259. https://doi.org/10.1506/uqxt-3l0k-n9xk-99e1

 

Saputri, Lusiana Ganes, & Widiastuti, Sri Wahyuni. (2016). Pengaruh Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha, Faktor Sosial, Kesesuaian Tugas, dan Kondisi yang Memfasilitasi Pengguna Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Pengelola Keuangan Daerah (SIPKD)(Survei pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen). Kajian Akuntansi, 11(2), 103–119.

 

Saragih, Afni Eliana, & Sihombing, Uci Trisnawaty. (2021). Pengaruh Intellectual Capital, Good Corporate Governance, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, 1–17.

 

Saud, Ilham Maulana, Ashar, Bustanul, & Nugraheni, Peni. (2019). Analisis Pengungkapan Internet Financial Reporting Perusahaan Asuransi-Perbankan Syariah Di Indonesia-Malaysia. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 19(1), 35–52.

 

Sheila, N., & Achyarsyah, P. (2018). The Influence of Managerial Ownership, Institutional Ownership, Company Growth Toward Earning Management and Its Implication on Quality of Financial Reporting. International Conference On Accounting …, 20.

 

Sihombing, Deinard Yordan, & Nataliani, Yessica. (2021). Analisis Interaksi Pengguna Twitter pada Strategi Pengadaan Barang Menggunakan Social Network Analysis. Sistemasi: Jurnal Sistem Informasi, 10(2), 434–444.

 

Susianto, Silvia Novita. (2017). Pengaruh penerapan wajib IFRS, jenis industri, rugi, anak perusahaan, ukuran kap, ukuran perusahaan, opini audit, dan ukuran komite audit terhadap audit report lag (ARL)(studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013). Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 152–178.