MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KELAS VII DIMENSI GOTONG ROYONG PAK DAN BP MODEL DISCOVERY LEARNING SMPN 3 KETUNGAU HULU

 

Paulus Cuan

Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPKat) Santo Fransiskus Asisi Semarang, Indonesia

Email: pauluscuan604@gmail.com

 

 

Abstrak

Keberhasilan peserta didik dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah motivasi belajar. Setiap peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda. Perbedaan ini memiliki dampak yang berbeda pula ketika peserta didik mengikuti pelajaran. Ini terjadi juga karena adanya perbedaan kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perbedaan dalam motivasi belajar siswa menciptakan suatu situasi yang perlu dipahami oleh para guru, dan solusi harus ditemukan untuk mengatasi hal tersebut. Motivasi belajar peserta didik dapat mempengaruhi hasil belajarnya secara langsung. Apabila peserta didik memiliki motivasi belajar yang baik, maka hasil belajar juga akan baik dan jika peserta didik dalam belajar tidak memiliki motivasi yang baik, pasti akan berimbas pada hasil belajar yang kurang baik juga. Maka dari itu diperlukan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik SMP Negeri 3 Ketungau Hulu. Rencana aksi yang akan saya lakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAK dan BP ialahMeningkatkan Motivasi Belajar Kelas VII Dimensi Gotong Royong PAK dan BP Model Discovery Learning SMPN 3 Ketungau Hulu”. Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dengan motivasi belajar yang meningkat juga mempengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 87,5 % yaitu dari 12,5 %. menjadi 100 %. Peningkatan tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan akan berdampak meningkatnya prestasi belajar.

 

Kata kunci: Discovery Learning, Motivasi belajar peserta didik, Hasil belajar

 

Abstract

Students' success in learning is determined by many factors, including learning motivation. Each student has a different learning motivation. These differences have different impacts when students take lessons. This also happens because of differences in students' needs in the learning process. Differences in student learning motivation create a situation that teachers need to understand, and solutions must be found to overcome this. Students' learning motivation can directly influence their learning outcomes. If students have good motivation to learn, then learning outcomes will also be good and if students in learning do not have good motivation, this will definitely result in poor learning outcomes as well. Therefore, efforts are needed to increase the learning motivation of students at SMP Negeri 3 Ketungau Hulu. The action plan that I will carry out to increase students' learning motivation in learning PAK and BP is "Increasing Learning Motivation for Class VII Dimensions of Mutual Cooperation PAK and BP Model Discovery Learning SMPN 3 Ketungau Hulu". Discovery learning is a learning model that is arranged in such a way that children acquire knowledge that they do not yet know, not through notification, some or all of it is discovered by themselves. This research uses the Classroom Action Research (PTK) method. In this research, it was found that increased learning motivation also influenced the increase in student learning achievement from cycle I actions to cycle II actions by 87.5%, namely from 12.5%. to 100%. This increase also shows that the use of the Discovery Learning learning model will be able to increase students' learning motivation and will have an impact on increasing learning achievement.

 

Keywords: Discovery Learning, Student learning motivation, Learning outcomes

 

Pendahuluan

Keberhasilan peserta didik dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor, satu diantaranya adalah motivasi belajar (Rahman, 2022). Masing-masing peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan semacam ini memiliki dampak yang berbeda pula ketika peserta didik mengikuti pelajaran (Ulfah & Arifudin, 2021). Hal ini terjadi juga karena adanya perbedaan kebutuhan masing-masing peserta didik dalam proses pembelajaran. Perbedaan motivasi belajar peserta didik semacam ini menjadikan suatu kasus yang harus dipahami oleh seorang guru dan pada akhirnya harus ditemukan sebuah solusi untuk menyelesaikannya (Rohman & Karimah, 2018) (Siswanti, 2019) (Subagio, Karnasih, & Irvan, 2021).

Motivasi belajar peserta didik SMP Negeri 3 Ketungau Hulu dapat dikatakan masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan rekan guru yang mengatakan bahwa: rata-rata guru kurang memotivasi siswanya agar lebih giat belajar. Senada dengan pendapat rekan guru diatas, hasil dari evaluasi supervisi yang kepala sekolah lakukan terhadap bebrapa guru, mengatakan bahwa: Salah satu fungsi guru yang umum adalah sebagai pendidik. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Dalam melaksanakan fungsi ini, guru dituntut menjadi inspirator, motivator dan menjaga disiplin kelas. Sebagai inspirator, guru harus memberikan semangat kepada para siswa tanpa memandang tingkat kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya. Guru di harapkan membuat setiap siswa senang bergaul dengan guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini tentu saja menuntut fleksibilitas yang tinggi.

Rendahnya motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu juga dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, bahkan hanya menyalin tugas dari teman. Peserta didik juga banyak yang kurang semangat dalam proses pembelajaran, ini ditunjukkan melalui perilaku tidak konsentrasi ketika di kelas, seperti mengantuk, tidak memperhatikan guru ketika memberikan penjelasan materi. Selain itu, masih ada peserta didik yang asyik mengobrol ketika pembelajaran berlangsung.

Motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagi suatu kondisi intern (kesiapsiagaan) (Ramadani, 2011) (Harahap, 2016).

Belajar adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi dalam kehidupan  manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada perubahan dan peningkatan pandangan sikap dan tingkahlaku yang baru dari hasil latihan belajar  tersebut. Penjelesan dari pengertian belajar dapat diambil kesimpulan bahwa, kegiatan positif dan sangat di butuhkan kepada manusia untuk dapat mengembangkan psikis atau pengetahuan dan dapat merubah sikap yang   lebih baik daripada sebelumnya, etika, dan tingkah laku (Ariandi, 2018) (Zulvadri & Safitri, 2019).

Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan. Dalam belajar, peserta didik mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan dan memiliki daya pengaruh yang kuat satu dengan yang lain (Uno, 2012) (Setiawan & Istiqomah, 2018). Motivasi belajar muncul karena adanya faktor intrinsik, yaitu berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil serta dorongan kebutuhan belajar. Faktor ekstrinsiknya yaitu adanya pengakuan terhadap lingkungan belajar yang kondusif, nyaman dan menarik (Wahyuningrum, 2015). Motivasi belajar pada hakikatnya adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa dengan indikator-indikator yang mendukung. Dorongan semacam inilah yang memiliki peran besar untuk keberhasilan seseorang dalam belajar (Rohman & Karimah, 2018) (Rutnawati, 2020) (Cahyono, Hamda, & Prahastiwi, 2022).

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai (Masni, 2017) (Sarnoto & Romli, 2019). Sedangkan menurut (Badaruddin, 2015), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan psikologis pada seseorang sehingga melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu baik secara sadar maupun tidak sadar (Hae & Widiastuti, 2021) (Sardiman, 2020).

Motivasi belajar yang dimiliki oleh seorang siswa dapat mempengaruhi hasil belajarnya secara langsung. Apabila siswa memiliki motivasi belajar yang baik, maka hasil belajar yang dihasilkan juga akan baik (Rismawati, Khairiati, & Khatulistiwa, 2020). Demikian pula sebaliknya, jika siswa dalam belajar tidak memiliki motivasi yang baik, pasti akan berimbas pada hasil belajar yang kurang baik juga (Marbudiyono, 2016) (Melinda & Eta, 2020).

Berangkat dari fakta-fakta diatas maka diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan motivasi belajar peserta didik agar dapat memulihkan, menumbuhkan  motivasi belajar peserta didik SMP Negeri 3 Ketungau Hulu. Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas VII pada pelajaran PAK dan BP di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu dengan pembelajaran model Discovery Learning.

Penelitian yang dilakukan oleh (Andriani, 2019) dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar IPA Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar IPA melalui metode pembelajaran Discovery Learning. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Kebonagung yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket motivasi belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar siswa kelas V SD N Kebonagung. Hasil observasi pada siklus I sebesar 74,72 % dan pada siklus II meningkat menjadi 85,05%. Hasil angket pada siklus I 74,82% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,66%.

 

Metode

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran didalam kelas. PTK berfokus pada kelas atau proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu, Kecamatan Ketungau Hulu, kabupaten Sintang Kalimantan Barat tahun ajaran 2023/2024. Alasan penulis adalah ingin memperbaiki hasil belajar pada siswa siswa pada mata pelajaran agama Katolik di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester ganjil pada tahun pelajaran 2023/2024. Tindakan perbaikan dilakukan dua kali yaitu pada siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 dilaksanakan pada bulan Oktober 2023 minggu keempat dan lima dan siklus 2 dilaksanakan pada bulan November minggu pertama dan minggu kedua.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Kedua siklus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar PAK dan BP serta dimensi gotong royong elemen kepedulian peserta didik selama proses pembelajaran dengan model discovery learning. Pembagian materi dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:

Siklus I menggunakan materi Peran keluarga Bagi Perkembanganku sedangkan pada siklus II menggunakan materi Ajaran Gereja tentang Keluarga. Siklus I terdiri 1 pertemuan dan siklus II juga 1 pertemuan. Prosedur dan langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsip yang berlaku dalam PTK dengan alur sebagai berikut:

 

 

 

 

 

Gambar 1. Skema Tahapan Siklus.

1.      Tahapan Siklus 1

a.       Tahap Perencanaan

1)      Pengamatan awal mengidentifikasi masalah yang dihadapi peserta didik yaitu hasil ulangan materi “Peran Keluarga Bagi Perkembanganku” identifikasi masalah yang dihadapi guru yaitu mengenai model pembelajaran yang biasa dilakukan, pembelajaran konvensional untuk mengetahui motivasi dan minat peserta didik

2)      Membuat skenario pembelajaran

Guru mengajak peserta didik untuk mencoba membaca sekilas tentang materi pembelajaran hari ini. Kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya diskusi sehingga peserta didik mampu menggali informasi dan menumbuhkan kepedulian belajarnya. Penelitian ini dilakukan secara luring dengan pembelajaran tatap muka terbatas, dengan demikian peneliti juga mempertimbangkan waktu pembelajaran.

3)      Penyusuanan perangkat pembelajaran yaitu Modul Ajar (MA) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

4)      Mempersiapkan alat evaluasi yaitu soal ulangan tes tertulis yang dipakai sebagai data hasil belajar pada aspek kognitif.

Menyusun format lembar pengamatan sebagai data aspek afektif dan psikomotorik.

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Siklus I

Dalam penelitian pembelajaran PAK dan BP menggunakan model discovery learning untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik fase D kelas VII SMP Negeri 3 Ketungau Hulu, peneliti melakukan 2 siklus penelitian tindakan dalam kelas dengan menggunakan lembar observasi.

Adapun hasil analisis data siklus 1 tentang aktivitas belajar peserta didik sebagai cerminan motivasi belajar peserta didik dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 1 Rekapitulasi Data Kegiatan Peserta Didik Siklus I

NO

Aspek Peserta didik yang Diamati

Jumlah Peserta Didik

yang Memenuhi Aspek

Siklus I

Jumlah

Persentase (%)

 

Motivasi Belajar:

 

 

1

Tingkat ketertarikan siswa terhadap materi "Peran Keluarga Bagi Perkembanganku”

4

50 %

2

Usaha peserta didik yang tinggi selma proses pembelajaran

3

37 %

3

Keterlibatan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran.

4

50 %

4

Kesadaran peserta didik terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai.

4

50 %

5

Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi.

3

37 %

6

Peserta didik peduli dalam bekerjasama

4

50 %

7

Peserta didik menggunkan pengetahuannya untuk bekerjasama

3

37 %

8

Peserta didik memahami oranglain

3

37 %

9

Peserta didik menghargai perasaan orang lain

3

37 %

 

Rata-Rata Jumlah Siswa Aktif (%)

31

42,78 %

Dari data Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata aktivitas sebagai cerminan motivasi belajar siswa pada siklus 1 adalah 42,78% dan berada dalam kategori cukup. Untuk menentukan kriteria tersebut dipakai kriteria yang dikemukakan oleh (Arikunto, 1991), yaitu:

a. 80 – 100    : Aktivitas siswa sangat tinggi

b. 60 - 80       : Aktivitas siswa tinggi

c. 40 - 60       : Aktivitas siswa cukup

d. 20 - 40       : Aktivitas siswa rendah

e. 0 - 20         : Aktifitas siswa sangat rendah

Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa masih perlu ditingkatkan.

Selain hasil observasi, peneliti juga mendapatkan data dari hasil pre tes yang dilaksanakan. Data hasil analisis pre tes dapat dilihat pada tabel Rekapitulasi nilai pre test peserta didik di bawah ini:

Tabel 2 Rekapitulasi Data Nilai Pre Test Peserta Didik pada Siklus 1

No

Rentang Nilai Perolehan Peserta Didik

Jumlah Peserta Didik

Persentase (%)

1

86 – 100

-

-

2

70 – 85

1

12,5

3

51 - 69

2

25

4

0 - 55

5

62,5

Jumlah Peserta Didik Memenuhi Nilai KKTP (%)

12,5 %

 Predikat nilai peserta didik mengacu pada Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yang ditetapkan oleh sekolah dan mengacu pada kurikulum Merdeka, dimana KKTP untuk mata pelajaran PAK dan BP SMP Negeri 3 Ketungau Hulu predikat nilai peserta didik ditentukan sebagai berikut:

Mahir

86-100

Cakap

70-85

Layak

51-69

BB

0-55

Sehingga dari data pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa peserta didik yang dapat Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yaitu hanya 1 orang memperoleh kategori Cakap dari 8 jumlah peserta didik atau sebesar 12,5 % saja, dan sebanyak 2 orang peserta didik atau sebesar 25% dalam kategori layak dan  5 orang peserta didik atau sebesar 62,5% dalam kategori baru berkembang atau belum memenuhi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)

Kedua tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa. Motivasi belajar peserta didik yang rendah akan mempegaruhi hasil prestasi belajar peserta didik. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning guna mengatasi masalah tersebut.

2.      Siklus II

Setelah melakukan kegiatan siklus II, melalui kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang mencakup aspek aktivitas belajar peserta didik sebagai cerminan motivasi belajar peserta didik selama proses pembelajaran hasil analisisnya dapat dilihat dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3 Rekapitulasi Data Kegiatan Peserta Didik Siklus II

NO

Aspek Peserta didik yang Diamati

Jumlah Peserta Didik

yang Memenuhi Aspek

Siklus II

Jumlah

Persentase

 

Motivasi Belajar:

 

 

1

Tingkat ketertarikan siswa terhadap materi "Peran Keluarga Bagi Perkembanganku”

7

87,5  %

2

Usaha peserta didik yang tinggi selma proses pembelajaran

6

75 %

3

Keterlibatan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran.

7

87,5  %

4

Kesadaran peserta didik terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai

7

87,5  %

5

Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi.

6

75 %

6

Peserta didik peduli dalam bekerjasama

6

75 %

7

Peserta didik menggunkan pengetahuannya untuk bekerjasama

6

75 %

8

Peserta didik memahami oranglain

6

75 %

9

Peserta didik menghargai perasaan orang lain

7

87,5 %

 

Rata-Rata Jumlah Siswa Aktif (%)

58

80,5%

 

Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik pada siklus II yang tercermin dari aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang semakin meningkat jika dibandingkan pada aktivitas proses pembelajaran pada siklus I.

Pada observasi aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning oleh guru dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik yang terlihat dari semakin meningkatnya setiap aspek aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Adapun perbandingan hasil observasi pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Perbandingan Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik pada Siklus I dengan Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik pada Siklus II

NO

Aspek Peserta didik yang Diamati

Jumlah Pesentasae (%) Peserta Didik yang Memenuhi Aspek

Ket

Siklus I

Siklus II

 

Motivasi Belajar:

 

 

 

1

Tingkat ketertarikan siswa terhadap materi "Peran Keluarga Bagi Perkembanganku”

50 %

87,5  %

Meningkat

2

Usaha peserta didik yang tinggi selma proses pembelajaran

37 %

75 %

Meningkat

3

Keterlibatan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran.

50 %

87,5  %

Meningkat

4

Kesadaran peserta didik terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai.

50 %

87,5  %

Meningkat

5

Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi.

37 %

75 %

Meningkat

6

Peserta didik peduli dalam bekerjasama

50 %

75 %

Meningkat

7

Peserta didik menggunkan pengetahuannya untuk bekerjasama

37 %

75 %

Meningkat

8

Peserta didik memahami oranglain

37 %

75 %

Meningkat

9

Peserta didik menghargai perasaan orang lain

37 %

87,5 %

Meningkat

 

rata-rata jumlah siswa aktif (%)

42,78 %

80,5%

Meningkat

 

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I  motivasi belajar peserta didik  42,78 %, meningkat 37,72 %  menjadi 80,5 %  pada siklus II. Dari hasil observasi, motivasi belajar juga dapat dilihat dari besaran tingkatan motivasi peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai berikut:

a.       Tingkat ketertarikan siswa terhadap materi "Peran Keluarga Bagi Perkembanganku” 87,5  % (sangat tinggi)

b.      Usaha peserta didik yang tinggi selma proses pembelajaran 75 % (tinggi)

c.       Keterlibatan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran  87,5  % (sangat tinggi)

d.      Kesadaran peserta didik terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai 87,5  % (sangat tinggi)

e.       Tingkat keyakinan peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi 75 % (tinggi)

f.        Peserta didik peduli dalam bekerjasama 75 % (tinggi)

g.      Peserta didik menggunkan pengetahuannya untuk bekerjasama 75 % (tinggi)

h.      Peserta didik memahami oranglain 75 % (tinggi)

i.        Peserta didik menghargai perasaan orang lain 87,5  % (sangat tinggi)

Dari tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik telah mengalami peningkatan dari siklus I ke tindakan siklus II sebesar 37,72 % yaitu dari 42,78 % kategori cukup menjadi 80,5 % dan berada dalam kategori sangat tinggi.

Sedangkan dari data nilai hasil post test yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut :

 

Tabel 5  Rekapitulasi Data Nilai Post Test Peserta Didikpada Siklus II

No

Rentang Nilai Perolehan Peserta Didik

Jumlah Peserta Didik

Persentase (%)

1

86 – 100

1

12,5

2

70 – 85

7

87,5

3

51 - 69

 

 

4

0 - 55

 

 

Jumlah Peserta Didik Memenuhi Nilai KKTP

100                         %

 

Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti dari pelaksanaan post test terhadap hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan mempergunakan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus II dapat diketahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam memenuhi nilai KKTP. Berdasarkan data pada tabel dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus II nilai yang diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan post test sudah mengalami peningkatan dari kegiatan siklus I. Hal ini dapat terlihat dari persentase peserta didik yang sudah mencapai nilai KKTP dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai berikut:

a.    Nilai peserta didik dengan predikat mahir sebesar 12,5 %

b.    Nilai peserta didik dengan predikat cakap sebesar 87,5 %

Berdasarkan hasil evaluasi di atas, diketahui bahwa peserta didik yang sudah memenuhi nilai KKTP mencapai 100 %. Untuk mengetahui perbandingan hasil evaluasi siklus I dengan hasil evaluasi pada siklus II, dapat dilihat dalam tabel 6 di bawah ini.

 

 

Tabel 6 Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus II dengan Hasil Evaluasi Siklus II

NO

Rentang Nilai Perolehan Peserta Didik

Siklus I

Siklus II

Jumlah Peserta Didik

Persentase (%)

Jumlah Peserta Didik

Persentase (%)

1

86 – 100

-

-

1

12,5

2

70 – 85

1

12,5

7

87,5

3

51 - 69

2

25

 

 

4

0 - 55

5

62,5

 

 

Jumlah Peserta Didik Memenuhi Nilai KKTP (%)

1

12,5 %

8

100 %

 

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa dengan motivasi belajar yang meningkat juga mempengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 87,5 % yaitu dari 12,5 %. menjadi 100 %. Peningkatan tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan akan berdampak meningkatnya prestasi belajar peserta didik sebesar 87,5% pada siklus II.

B.  Pembahasan

Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran PAK dan BP pada kelas VII fase D dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan, terbukti dengan adanya peningkatan nilai hasil evaluasi belajar peserta didik (Marbudiyono, 2016) (Rasyid, 2022).

Sebelum menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada kegiatan pembelajaran, guru lebih sering hanya memberikan materi ajar dan penugasan kepada peserta didik, akan tetapi motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran rendah. Setelah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam kegiatan pembelajaran PAK dan BP, motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 42,78 %, menjadai 80,5 % pada siklus II atau meningkat sebesar 37,72 % dan berada pada kategori sangat tinggi.

Pada data hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan bahwa dengan motivasi belajar peserta didik yang meningkat juga mempengaruhi peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II yang terlihat dari meningkatnya jumlah peserta didik yang mampu mencapai nilai KKTP dari siklus I sebesar 12,5 % kategori cakap menjadi 87,5 % dan 12,5 % kategori Mahir pada siklus II atau meningkat sebesar 100 %.

Berdasarkan refleksi pada siklus I diketahui bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurang dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kekurangan tersebut antara lain adalah kurangnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran yang ditunjukkan melalui partisipasi peserta didik dalam hal menjawab apersepsi yang diberikan oleh guru pada kegiatan awal dinilai masih kurang, kegiatan pemecahan masalah masih didominasi oleh peserta didik tertentu dalam kelompoknya, interaksi peserta didik dengan guru dalam hal bertanya kepada guru masih terbatas, dan masih sedikit peserta didik yang berani dalam mengemukakan pendapat ketika melakukan diskusi kelompok di sela-sela kegiatan pemecahan masalah/soal-soal.

Kekurangan yang masih ada pada siklus I kemudian diperbaiki dengan perencanaan yang lebih matang pada siklus II, seperti memberikan pancingan pertanyaan yang relatif lebih mudah sehingga peserta didik memiliki keberanian untuk menjawab, mewajibkan setiap anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya yang diharapkan akan membuat setiap peserta didik mejadi lebih aktif dan tidak bergantung pada peserta didik tertentu saja, membimbing peserta didik untuk lebih berani dalam bertanya dengan melakukan pendekatan yang lebih baik, dan membimbing peserta didik agar tercipta suasana diskusi yang melibatkan semua anggota kelompok.

Perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan diskusi kelompok dalam pemecahan masalah, semakin meningkatnya keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat, bertanya, dan tekun dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan presentasi dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok juga berjalan lebih baik dimana peserta didik lebih aktif dalam menjawab dan bertanya. Semakin baiknya pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II juga memberikan dampak semakin meningkatnya motivasi belajar peserta didik pada siklus II yang tercermin dari semakin meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan diskusi kelompok dalam pemecahan masalah, bertanya, dan tekun dalam menyelesaikan tugas juga semakin meningkat. Kegiatan presentasi dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok juga berjalan semakin baik dimana peserta didik semakin aktif dalam menjawab dan bertanya. Adanya peningkatan pada siklus ke II ini, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa kelas VII fase D di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu dikatakan berhasil. Penelitian ini berakhir pada siklus II karena motivasi belajar peserta didik telah mencapai kriteria keberhasilan seperti yang telah ditetapkan dan telah mencapai ketuntasan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu pada kelas VII fase D dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada mata pelajaran PAK dan BP dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, hal tersebut dapat dilihat dari setiap siklusnya.

Pada siklus 1 rata-rata skor nilai motivasi peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik sebesar 42,78 % dengan katagori cukup. Dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II rata-rata skor motivasi peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat menjadi 80,5 % yang tergolong dalam kategori sangat inggi.

Dampak yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran PAK dan BP dalam kegiatan pembelajaran bagi peserta didik kelas VII fase D di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu yaitu peserta didik yang semula pasif dan cenderung diam ketika tidak memamahmi dengan materi yang disampaikan oleh guru serta kurangnya motivasi dalam belajar kini sudah terlihat aktif saat mengikuti kegiatan pembelajaran PAK dan BP, peserta didik yang jarang bertanya dan menjawab pertanyaan guru kini sudah berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik juga sudah terlibat aktif dalam kegiatan diskusi seperti menyampaiakan pendapat dan pandangannya. Keberanian peserta didik juga mulai tumbuh dalam menyaji hasil diskusi melalui kegiatan presentasi.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Andriani, E. F. (2019). Peningkatan Motivasi Belajar IPA Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery Learning. Basic Education, 8(14), 1.416-1.423.

 

Ariandi, Fajri. (2018). Pengaruh Metode Pembayaran Kompensasi Terhadap Kinerja Tutor. Perspektif: Jurnal Ekonomi Dan Manajemen Akademi Bina Sarana Informatika, 16(1), 84–90.

 

Arikunto, S. (1991). Metode Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. In Jakarta: Rineka Citra.

 

Badaruddin, Achmad. (2015). Peningkatan motivasi belajar siswa melalui konseling klasikal. CV Abe Kreatifindo.

 

Cahyono, Dedi Dwi, Hamda, Muhammad Khusnul, & Prahastiwi, Eka Danik. (2022). Pimikiran Abraham Maslow Tentang Motivasi Dalam Belajar. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 6(1), 37–48.

 

Hae, Y., & Widiastuti, W. (2021). Penerapan Media Pembelajaran Visual Dalam Membangun Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1177–1184.

 

Harahap, E. S. (2016). Implementasi Interaksi Edukatif Antara Guru Dan Siswa Di Kelas I Aliyah Pada Yayasan Perguruan Zending Islam Indonesia Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Meddan.

 

Marbudiyono, M. (2016). Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Bagi Peserta Didik Kelas IX D Pada Semester Ganjil Dengan Penerapan Pendekatan Saintifik Strategi Discovery Learning Dan Metode Diskusi Di Smp Negeri 2 Mataram. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram, 3(1).

 

Masni, H. (2017). Strategi meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 5(1), 34–45.

 

Melinda, R., & Eta, K. (2020). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. J-PiMat, 2(2).

 

Rahman, S. (2022). Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar. Rosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.

 

Ramadani, D. S. (2011). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Strategi Inquiring Minds Want To Know Pada Kelas Vii Smp Tunas Karya Pekanbaru. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

 

Rasyid, S. (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Metode Discovery Learning Pada Materi Lingkaran Kelas XI SMAN 1 Probolinggo. SECONDARY: Jurnal Inovasi Pendidikan Menengah, 2(1), 136–147.

 

Rismawati, M., Khairiati, E., & Khatulistiwa, S. P. (2020). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(2), 203–212.

 

Rohman, A. A., & Karimah, S. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa kelas XI. Jurnal At-Taqaddum, 10(1), 95–108.

 

Rutnawati, Desi. (2020). Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Universitas Hkbp Nommensen Medan Yang Mengikuti Sistem Pembelajaran Online (E-Learning) Selama Masa Pandemic COVID-19.

 

Sardiman, Arief M. (2020). Interaksi & motivasi belajar mengajar.

 

Sarnoto, Ahmad Zain, & Romli, Samsu. (2019). Pengaruh Kecerdasan Emosional (Eq) Dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sma Negeri 3 Tangerang Selatan. Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 55–75.

 

Setiawan, Veri, & Istiqomah, Istiqomah. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar.

 

Siswanti, Rini. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran IPA SD. Indonesian Journal of Education and Learning, 2(2), 226.

 

Subagio, Lilik, Karnasih, Ida, & Irvan, Irvan. (2021). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Discovery-Learning dan Problem-Based-Learning Berbantuan Geogebra. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 6(2), 15–26.

 

Ulfah, Ulfah, & Arifudin, Opan. (2021). Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Agama Islam, Manajemen Dan Pendidikan, 2(1), 1–9.

 

Uno, H. B. (2012). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

 

Wahyuningrum, Kartika. (2015). Pengaruh Fasilitas Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Universitas Negeri Semarang.

 

Zulvadri, Irvan, & Safitri, Elvina. (2019). Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas xi IPS SMA Negeri 6 Merangin. Jurnal Tunas Pendidikan, 2(1), 31–40.