MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR KELAS VII DIMENSI GOTONG ROYONG PAK DAN BP MODEL DISCOVERY LEARNING
SMPN 3 KETUNGAU HULU
Paulus Cuan
Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPKat) Santo Fransiskus Asisi Semarang, Indonesia
Email: pauluscuan604@gmail.com
Abstrak
Keberhasilan peserta
didik dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah motivasi belajar. Setiap peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda. Perbedaan ini memiliki dampak
yang berbeda pula ketika peserta didik mengikuti
pelajaran. Ini terjadi
juga karena adanya perbedaan kebutuhan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Perbedaan
dalam motivasi belajar siswa menciptakan
suatu situasi yang perlu dipahami oleh para guru,
dan solusi harus ditemukan untuk mengatasi hal tersebut.
Motivasi belajar peserta didik dapat
mempengaruhi hasil belajarnya secara langsung. Apabila peserta didik memiliki
motivasi belajar yang baik, maka hasil
belajar juga akan baik dan jika peserta
didik dalam belajar tidak memiliki
motivasi yang baik, pasti akan berimbas
pada hasil belajar yang kurang baik juga. Maka dari itu diperlukan
upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik SMP Negeri 3 Ketungau Hulu.
Rencana aksi yang akan saya lakukan
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
PAK dan BP ialah “Meningkatkan
Motivasi Belajar Kelas VII Dimensi Gotong Royong
PAK dan BP Model Discovery Learning SMPN 3 Ketungau
Hulu”. Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
dengan motivasi belajar yang meningkat juga mempengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik dari
tindakan siklus I ke tindakan siklus
II sebesar 87,5 % yaitu dari 12,5 %. menjadi 100 %. Peningkatan tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Discovery Learning akan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan akan berdampak meningkatnya prestasi belajar.
Kata
kunci: Discovery Learning, Motivasi
belajar peserta didik, Hasil belajar
Abstract
Students'
success in learning is determined by many factors, including learning
motivation. Each student has a different learning motivation. These differences
have different impacts when students take lessons. This also happens because of
differences in students' needs in the learning process. Differences in student
learning motivation create a situation that teachers need to understand, and
solutions must be found to overcome this. Students' learning motivation can
directly influence their learning outcomes. If students have good motivation to
learn, then learning outcomes will also be good and if students in learning do
not have good motivation, this will definitely result in poor learning outcomes
as well. Therefore, efforts are needed to increase the learning motivation of
students at SMP Negeri 3 Ketungau Hulu. The action
plan that I will carry out to increase students' learning motivation in
learning PAK and BP is "Increasing Learning Motivation for Class VII
Dimensions of Mutual Cooperation PAK and BP Model Discovery Learning SMPN 3 Ketungau Hulu". Discovery learning is a learning model
that is arranged in such a way that children acquire knowledge that they do not
yet know, not through notification, some or all of it is discovered by
themselves. This research uses the Classroom Action Research (PTK) method. In
this research, it was found that increased learning motivation also influenced
the increase in student learning achievement from cycle I actions to cycle II
actions by 87.5%, namely from 12.5%. to 100%. This increase also shows that the
use of the Discovery Learning learning model will be
able to increase students' learning motivation and will have an impact on
increasing learning achievement.
Keywords: Discovery
Learning, Student learning motivation, Learning outcomes
Pendahuluan
Keberhasilan
peserta didik dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor, satu diantaranya
adalah motivasi belajar (Rahman,
2022).
Masing-masing peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda satu dengan
yang lain. Perbedaan semacam ini memiliki dampak
yang berbeda pula ketika peserta didik mengikuti
pelajaran (Ulfah
& Arifudin, 2021). Hal ini terjadi juga karena adanya perbedaan kebutuhan masing-masing peserta didik dalam proses pembelajaran. Perbedaan motivasi belajar peserta didik semacam
ini menjadikan suatu kasus yang harus dipahami oleh seorang guru dan pada akhirnya harus ditemukan sebuah solusi untuk
menyelesaikannya (Rohman
& Karimah, 2018) (Siswanti,
2019) (Subagio,
Karnasih, & Irvan, 2021).
Motivasi
belajar peserta didik SMP Negeri 3 Ketungau Hulu dapat dikatakan masih rendah.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan rekan guru yang
mengatakan bahwa: rata-rata guru kurang memotivasi siswanya agar lebih giat
belajar. Senada dengan pendapat rekan guru diatas, hasil dari evaluasi
supervisi yang kepala sekolah lakukan terhadap bebrapa guru, mengatakan bahwa:
Salah satu fungsi guru yang umum adalah sebagai pendidik. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa Dalam melaksanakan fungsi ini, guru dituntut menjadi
inspirator, motivator dan menjaga disiplin kelas. Sebagai inspirator, guru
harus memberikan semangat kepada para siswa tanpa memandang tingkat kemampuan
intelektual atau tingkat motivasi belajarnya. Guru di harapkan membuat setiap
siswa senang bergaul dengan guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini
tentu saja menuntut fleksibilitas yang tinggi.
Rendahnya
motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu juga dapat dilihat
dari banyaknya peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, bahkan hanya
menyalin tugas dari teman. Peserta didik juga banyak yang kurang semangat dalam
proses pembelajaran, ini ditunjukkan melalui perilaku tidak konsentrasi ketika
di kelas, seperti mengantuk, tidak memperhatikan guru ketika memberikan
penjelasan materi. Selain itu, masih ada peserta didik yang asyik mengobrol
ketika pembelajaran berlangsung.
Motivasi
berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktifitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagi suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan) (Ramadani, 2011) (Harahap,
2016).
Belajar
adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi dalam kehidupan manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat
membawa pada perubahan dan peningkatan pandangan sikap dan tingkahlaku yang
baru dari hasil latihan belajar tersebut. Penjelesan
dari pengertian belajar dapat diambil
kesimpulan bahwa, kegiatan positif dan sangat di butuhkan kepada manusia untuk dapat
mengembangkan psikis atau pengetahuan dan dapat merubah sikap
yang lebih baik daripada sebelumnya,
etika, dan tingkah laku (Ariandi,
2018) (Zulvadri
& Safitri, 2019).
Berdasarkan
pendapat diatas penulis menyimpulkan belajar adalah proses penting bagi
perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang difikirkan dan
dikerjakan. Dalam belajar, peserta didik mengalami sendiri proses dari tidak
tahu menjadi tahu.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling berkaitan dan memiliki daya pengaruh yang kuat satu dengan yang
lain (Uno, 2012) (Setiawan
& Istiqomah, 2018).
Motivasi belajar muncul karena adanya faktor intrinsik, yaitu berupa hasrat dan
keinginan untuk berhasil serta dorongan kebutuhan belajar. Faktor ekstrinsiknya
yaitu adanya pengakuan terhadap lingkungan belajar yang kondusif, nyaman dan
menarik (Wahyuningrum, 2015). Motivasi
belajar pada hakikatnya adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa
dengan indikator-indikator yang mendukung. Dorongan semacam inilah yang
memiliki peran besar untuk keberhasilan seseorang dalam belajar (Rohman
& Karimah, 2018) (Rutnawati, 2020) (Cahyono, Hamda, & Prahastiwi, 2022).
Motivasi belajar
merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai (Masni, 2017) (Sarnoto
& Romli, 2019). Sedangkan
menurut (Badaruddin,
2015),
motivasi dapat diartikan sebagai dorongan psikologis pada seseorang sehingga
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu baik secara sadar maupun
tidak sadar (Hae & Widiastuti, 2021) (Sardiman,
2020).
Motivasi
belajar yang dimiliki oleh seorang siswa dapat mempengaruhi hasil belajarnya
secara langsung. Apabila siswa memiliki motivasi belajar yang baik, maka hasil
belajar yang dihasilkan juga akan baik (Rismawati,
Khairiati, & Khatulistiwa, 2020). Demikian
pula sebaliknya, jika siswa dalam belajar tidak memiliki motivasi yang baik,
pasti akan berimbas pada hasil belajar yang kurang baik juga (Marbudiyono,
2016) (Melinda
& Eta, 2020).
Berangkat dari
fakta-fakta diatas maka diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar peserta didik agar dapat memulihkan, menumbuhkan motivasi belajar peserta didik SMP Negeri 3
Ketungau Hulu. Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas
VII pada pelajaran PAK dan BP di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu dengan pembelajaran model Discovery Learning.
Penelitian yang dilakukan
oleh (Andriani,
2019) dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar IPA Menggunakan Metode Pembelajaran
Discovery Learning. Penelitian ini
bertujuan meningkatkan motivasi belajar IPA melalui metode pembelajaran Discovery Learning. Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) menggunakan model Kemmis dan
Mc. Taggart. Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas V SD N Kebonagung yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan angket motivasi belajar. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa adanya peningkatan
motivasi belajar siswa kelas V SD N Kebonagung. Hasil observasi pada siklus I sebesar 74,72 % dan pada
siklus II meningkat menjadi 85,05%. Hasil angket pada
siklus I 74,82% dan pada siklus
II meningkat menjadi 85,66%.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan
untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran
didalam kelas. PTK berfokus pada kelas atau proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan
di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu, Kecamatan
Ketungau Hulu, kabupaten Sintang Kalimantan Barat tahun ajaran 2023/2024. Alasan penulis adalah ingin memperbaiki
hasil belajar pada siswa siswa pada mata pelajaran agama Katolik di SMP Negeri 3 Ketungau
Hulu.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester ganjil pada tahun pelajaran 2023/2024. Tindakan perbaikan dilakukan
dua kali yaitu pada siklus
1 dan siklus 2. Siklus 1 dilaksanakan pada bulan Oktober
2023 minggu keempat dan lima dan siklus 2 dilaksanakan pada bulan November minggu pertama dan minggu kedua.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri
dari dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Kedua siklus ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
adanya peningkatan motivasi belajar PAK dan BP serta dimensi gotong royong elemen kepedulian peserta didik selama
proses pembelajaran dengan
model discovery learning. Pembagian materi dalam setiap
siklus adalah sebagai berikut:
Siklus I menggunakan
materi Peran keluarga Bagi
Perkembanganku sedangkan pada siklus
II menggunakan materi Ajaran Gereja tentang
Keluarga. Siklus I terdiri 1 pertemuan dan siklus II juga 1 pertemuan. Prosedur dan langkah-langkah penelitian ini mengikuti prinsip yang berlaku dalam PTK dengan alur sebagai
berikut:
Gambar 1. Skema Tahapan Siklus.
1. Tahapan Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
1)
Pengamatan awal mengidentifikasi
masalah yang dihadapi peserta didik yaitu
hasil ulangan materi “Peran Keluarga Bagi
Perkembanganku” identifikasi masalah
yang dihadapi guru yaitu mengenai model pembelajaran yang biasa dilakukan, pembelajaran konvensional untuk mengetahui motivasi dan minat peserta didik
2)
Membuat skenario pembelajaran
Guru mengajak
peserta didik untuk mencoba membaca
sekilas tentang materi pembelajaran hari ini. Kemudian
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang sifatnya diskusi sehingga peserta didik mampu menggali
informasi dan menumbuhkan kepedulian belajarnya. Penelitian ini dilakukan secara luring dengan pembelajaran tatap muka terbatas,
dengan demikian peneliti juga mempertimbangkan waktu pembelajaran.
3)
Penyusuanan perangkat pembelajaran
yaitu Modul Ajar (MA) dan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD).
4)
Mempersiapkan alat evaluasi
yaitu soal ulangan tes tertulis
yang dipakai sebagai data hasil belajar pada aspek kognitif.
Menyusun format lembar
pengamatan sebagai data aspek afektif dan psikomotorik.
Hasil dan Pembahasan
1.
Siklus I
Dalam penelitian
pembelajaran PAK dan BP menggunakan
model discovery learning untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik fase D kelas
VII SMP Negeri 3 Ketungau Hulu, peneliti
melakukan 2 siklus penelitian tindakan dalam kelas dengan
menggunakan lembar observasi.
Adapun hasil
analisis data siklus 1 tentang aktivitas belajar peserta didik sebagai cerminan
motivasi belajar peserta didik dapat
dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 1 Rekapitulasi Data Kegiatan Peserta Didik Siklus I
NO |
Aspek Peserta didik yang Diamati |
Jumlah Peserta Didik yang
Memenuhi Aspek |
|
Siklus I |
|||
Jumlah |
Persentase (%) |
||
|
Motivasi Belajar: |
|
|
1 |
Tingkat ketertarikan
siswa terhadap materi "Peran Keluarga
Bagi Perkembanganku” |
4 |
50 % |
2 |
Usaha peserta
didik yang tinggi selma proses pembelajaran |
3 |
37 % |
3 |
Keterlibatan peserta didik
dalam aktivitas pembelajaran. |
4 |
50 % |
4 |
Kesadaran peserta didik
terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. |
4 |
50 % |
5 |
Tingkat keyakinan
peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi. |
3 |
37 % |
6 |
Peserta didik peduli
dalam bekerjasama |
4 |
50 % |
7 |
Peserta didik menggunkan
pengetahuannya untuk bekerjasama |
3 |
37 % |
8 |
Peserta didik memahami
oranglain |
3 |
37 % |
9 |
Peserta didik menghargai
perasaan orang lain |
3 |
37 % |
|
Rata-Rata Jumlah Siswa
Aktif (%) |
31 |
42,78 % |
Dari data Tabel 1 di atas, dapat diketahui
bahwa rata-rata aktivitas sebagai cerminan motivasi belajar siswa pada siklus 1 adalah 42,78% dan berada dalam kategori cukup. Untuk menentukan
kriteria tersebut dipakai kriteria yang dikemukakan oleh (Arikunto,
1991), yaitu:
a. 80 – 100 : Aktivitas siswa
sangat tinggi
b. 60 - 80 : Aktivitas siswa
tinggi
c. 40 - 60 : Aktivitas siswa
cukup
d. 20 - 40 : Aktivitas siswa
rendah
e. 0 - 20 : Aktifitas siswa
sangat rendah
Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa masih
perlu ditingkatkan.
Selain hasil
observasi, peneliti juga mendapatkan data dari hasil pre tes yang dilaksanakan. Data hasil analisis pre tes dapat dilihat pada tabel Rekapitulasi nilai pre test peserta didik di bawah ini:
Tabel 2 Rekapitulasi Data Nilai Pre Test Peserta Didik pada Siklus 1
No |
Rentang Nilai Perolehan Peserta Didik |
Jumlah Peserta Didik |
Persentase (%) |
1 |
86 – 100 |
- |
- |
2 |
70 – 85 |
1 |
12,5 |
3 |
51 - 69 |
2 |
25 |
4 |
0 - 55 |
5 |
62,5 |
Jumlah Peserta Didik Memenuhi Nilai KKTP (%) |
12,5 % |
Predikat nilai peserta didik
mengacu pada Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
(KKTP) yang ditetapkan oleh sekolah
dan mengacu pada kurikulum
Merdeka, dimana KKTP untuk mata pelajaran PAK dan BP SMP
Negeri 3 Ketungau Hulu predikat
nilai peserta didik ditentukan sebagai berikut:
Mahir 86-100 |
Cakap 70-85 |
Layak 51-69 |
BB 0-55 |
Sehingga dari data pada Tabel 4.2 dapat
dilihat bahwa peserta didik yang dapat Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP) yaitu hanya 1 orang memperoleh kategori Cakap dari 8 jumlah
peserta didik atau sebesar 12,5 % saja, dan sebanyak 2 orang peserta didik atau
sebesar 25% dalam kategori layak dan 5 orang
peserta didik atau sebesar 62,5% dalam kategori baru berkembang atau belum
memenuhi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
Kedua tabel di atas, menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa. Motivasi
belajar peserta didik yang rendah akan mempegaruhi hasil prestasi belajar
peserta didik. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melaksanakan
pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning guna mengatasi
masalah tersebut.
2. Siklus II
Setelah melakukan kegiatan siklus II, melalui kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang mencakup aspek aktivitas belajar peserta didik sebagai cerminan
motivasi belajar peserta didik selama
proses pembelajaran hasil analisisnya dapat dilihat dalam tabel
3 berikut.
Tabel 3 Rekapitulasi Data Kegiatan Peserta Didik Siklus II
NO |
Aspek Peserta didik yang Diamati |
Jumlah Peserta
Didik yang Memenuhi Aspek |
|
Siklus II |
|||
Jumlah |
Persentase |
||
|
Motivasi Belajar: |
|
|
1 |
Tingkat ketertarikan
siswa terhadap materi "Peran Keluarga
Bagi Perkembanganku” |
7 |
87,5 % |
2 |
Usaha peserta
didik yang tinggi selma proses pembelajaran |
6 |
75 % |
3 |
Keterlibatan peserta didik
dalam aktivitas pembelajaran. |
7 |
87,5 % |
4 |
Kesadaran peserta didik
terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai |
7 |
87,5 % |
5 |
Tingkat keyakinan
peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi. |
6 |
75 % |
6 |
Peserta didik peduli
dalam bekerjasama |
6 |
75 % |
7 |
Peserta didik menggunkan
pengetahuannya untuk bekerjasama |
6 |
75 % |
8 |
Peserta didik memahami
oranglain |
6 |
75 % |
9 |
Peserta didik menghargai
perasaan orang lain |
7 |
87,5 % |
|
Rata-Rata Jumlah Siswa
Aktif (%) |
58 |
80,5% |
Berdasarkan data tabel
di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik pada siklus II yang tercermin dari aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran yang semakin meningkat jika dibandingkan pada aktivitas proses
pembelajaran pada siklus I.
Pada observasi
aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning oleh guru dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik yang terlihat dari semakin
meningkatnya setiap aspek aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran. Adapun perbandingan
hasil observasi pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4 Perbandingan Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik
pada Siklus I
dengan Hasil Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik pada Siklus II
NO |
Aspek Peserta didik yang Diamati |
Jumlah Pesentasae (%) Peserta Didik yang Memenuhi Aspek |
Ket |
|
Siklus I |
Siklus II |
|||
|
Motivasi Belajar: |
|
|
|
1 |
Tingkat ketertarikan
siswa terhadap materi "Peran Keluarga
Bagi Perkembanganku” |
50 % |
87,5 % |
Meningkat |
2 |
Usaha peserta
didik yang tinggi selma proses pembelajaran |
37 % |
75 % |
Meningkat |
3 |
Keterlibatan peserta didik
dalam aktivitas pembelajaran. |
50 % |
87,5 % |
Meningkat |
4 |
Kesadaran peserta didik
terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. |
50 % |
87,5 % |
Meningkat |
5 |
Tingkat keyakinan
peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi. |
37 % |
75 % |
Meningkat |
6 |
Peserta didik peduli
dalam bekerjasama |
50 % |
75 % |
Meningkat |
7 |
Peserta didik menggunkan
pengetahuannya untuk bekerjasama |
37 % |
75 % |
Meningkat |
8 |
Peserta didik memahami
oranglain |
37 % |
75 % |
Meningkat |
9 |
Peserta didik menghargai
perasaan orang lain |
37 % |
87,5 % |
Meningkat |
|
rata-rata jumlah siswa
aktif (%) |
42,78 % |
80,5% |
Meningkat |
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I motivasi belajar peserta didik 42,78 %, meningkat 37,72 % menjadi 80,5 % pada siklus II. Dari hasil observasi, motivasi belajar juga dapat
dilihat dari besaran tingkatan motivasi peserta didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai
berikut:
a.
Tingkat
ketertarikan siswa terhadap materi "Peran Keluarga Bagi Perkembanganku” 87,5 % (sangat tinggi)
b.
Usaha peserta
didik yang tinggi selma proses pembelajaran 75 %
(tinggi)
c.
Keterlibatan
peserta didik dalam aktivitas pembelajaran 87,5 %
(sangat tinggi)
d.
Kesadaran
peserta didik terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai 87,5 % (sangat tinggi)
e.
Tingkat
keyakinan peserta didik terhadap kemampuan mereka dalam menguasai materi 75
% (tinggi)
f.
Peserta didik
peduli dalam bekerjasama 75 % (tinggi)
g.
Peserta didik
menggunkan pengetahuannya untuk bekerjasama 75
% (tinggi)
h.
Peserta didik
memahami oranglain 75 % (tinggi)
i.
Peserta didik
menghargai perasaan orang lain 87,5 % (sangat tinggi)
Dari tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik telah mengalami peningkatan dari siklus I ke tindakan siklus II sebesar 37,72 % yaitu dari 42,78 % kategori cukup menjadi 80,5 % dan berada dalam kategori sangat tinggi.
Sedangkan dari
data nilai hasil post test yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5 Rekapitulasi Data Nilai Post Test Peserta Didikpada Siklus II
No |
Rentang Nilai Perolehan Peserta Didik |
Jumlah Peserta Didik |
Persentase (%) |
1 |
86 – 100 |
1 |
12,5 |
2 |
70 – 85 |
7 |
87,5 |
3 |
51 - 69 |
|
|
4 |
0 - 55 |
|
|
Jumlah Peserta Didik Memenuhi Nilai KKTP |
100 % |
Berdasarkan data nilai
yang diperoleh peneliti dari pelaksanaan post test terhadap hasil belajar peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran dengan mempergunakan model pembelajaran Discovery Learning pada siklus
II dapat diketahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
memenuhi nilai KKTP. Berdasarkan data pada tabel dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada siklus II nilai yang diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan
post test sudah mengalami peningkatan dari kegiatan siklus
I. Hal ini dapat terlihat dari persentase
peserta didik yang sudah mencapai nilai KKTP dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai berikut:
a.
Nilai peserta
didik dengan predikat mahir sebesar 12,5 %
b.
Nilai peserta
didik dengan predikat cakap sebesar 87,5 %
Berdasarkan hasil evaluasi di atas, diketahui bahwa peserta didik yang sudah memenuhi nilai KKTP mencapai 100 %. Untuk mengetahui perbandingan hasil evaluasi siklus I dengan hasil evaluasi
pada siklus II, dapat dilihat dalam tabel
6 di bawah ini.
Tabel 6 Perbandingan
Hasil Evaluasi Siklus II dengan Hasil Evaluasi Siklus II
NO |
Rentang Nilai Perolehan Peserta Didik |
Siklus I |
Siklus II |
||
Jumlah Peserta Didik |
Persentase (%) |
Jumlah Peserta
Didik |
Persentase (%) |
||
1 |
86 – 100 |
- |
- |
1 |
12,5 |
2 |
70 – 85 |
1 |
12,5 |
7 |
87,5 |
3 |
51 - 69 |
2 |
25 |
|
|
4 |
0 - 55 |
5 |
62,5 |
|
|
Jumlah Peserta Didik Memenuhi Nilai KKTP (%) |
1 |
12,5 % |
8 |
100 % |
Dari Tabel 6 di atas
dapat dilihat bahwa dengan motivasi
belajar yang meningkat juga
mempengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik dari
tindakan siklus I ke tindakan siklus
II sebesar 87,5 % yaitu dari 12,5 %. menjadi 100 %. Peningkatan tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Discovery Learning akan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan akan berdampak meningkatnya prestasi belajar peserta didik sebesar
87,5% pada siklus II.
B.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan
di SMP Negeri 3 Ketungau Hulu menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam
pembelajaran PAK dan BP pada kelas
VII fase D dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh data yang diperoleh
dari hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, hasil belajar peserta
didik juga mengalami peningkatan, terbukti dengan adanya peningkatan
nilai hasil evaluasi belajar peserta didik (Marbudiyono, 2016) (Rasyid, 2022).
Sebelum menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning pada kegiatan pembelajaran, guru lebih sering hanya
memberikan materi ajar dan penugasan kepada peserta didik, akan tetapi motivasi
belajar peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran rendah. Setelah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dalam
kegiatan pembelajaran PAK
dan BP, motivasi belajar peserta didik mengalami
peningkatan dari siklus I sebesar 42,78 %, menjadai 80,5 % pada siklus II atau meningkat sebesar 37,72 % dan berada pada kategori sangat tinggi.
Pada data hasil
evaluasi belajar siswa menunjukkan bahwa dengan motivasi
belajar peserta didik yang meningkat juga mempengaruhi peningkatan hasil belajar peserta
didik dari siklus I ke siklus
II yang terlihat dari meningkatnya jumlah peserta didik yang mampu mencapai nilai KKTP dari siklus I sebesar 12,5 % kategori cakap menjadi 87,5 % dan 12,5 % kategori
Mahir pada siklus II atau meningkat sebesar 100 %.
Berdasarkan refleksi
pada siklus I diketahui bahwa masih terdapat
kelemahan dan kekurang dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kekurangan tersebut antara lain adalah kurangnya motivasi peserta didik dalam pembelajaran
yang ditunjukkan melalui partisipasi peserta didik dalam hal
menjawab apersepsi yang diberikan oleh guru pada kegiatan
awal dinilai masih kurang, kegiatan
pemecahan masalah masih didominasi oleh peserta didik tertentu
dalam kelompoknya, interaksi peserta didik dengan guru dalam hal bertanya
kepada guru masih terbatas, dan masih sedikit peserta didik yang berani dalam mengemukakan pendapat ketika melakukan diskusi kelompok di sela-sela kegiatan pemecahan masalah/soal-soal.
Kekurangan yang masih
ada pada siklus I kemudian diperbaiki dengan perencanaan yang lebih matang pada siklus II, seperti memberikan pancingan pertanyaan yang relatif lebih mudah sehingga
peserta didik memiliki keberanian untuk menjawab, mewajibkan setiap anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya yang diharapkan akan membuat setiap
peserta didik mejadi lebih aktif
dan tidak bergantung pada peserta didik tertentu
saja, membimbing peserta didik untuk
lebih berani dalam bertanya dengan melakukan pendekatan yang lebih baik, dan membimbing peserta didik agar tercipta suasana diskusi yang melibatkan semua anggota kelompok.
Perbaikan yang dilakukan
pada siklus II dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari meningkatnya
aktivitas peserta didik dalam kegiatan
diskusi kelompok dalam pemecahan masalah, semakin meningkatnya keberanian peserta didik dalam
mengemukakan pendapat, bertanya, dan tekun dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan presentasi dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok juga berjalan lebih baik dimana peserta
didik lebih aktif dalam menjawab
dan bertanya. Semakin baiknya pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II juga memberikan dampak semakin meningkatnya motivasi belajar peserta didik pada siklus II yang tercermin dari semakin meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan
diskusi kelompok dalam pemecahan masalah, bertanya, dan tekun dalam menyelesaikan
tugas juga semakin meningkat. Kegiatan presentasi dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok juga berjalan semakin baik dimana peserta
didik semakin aktif dalam menjawab
dan bertanya. Adanya peningkatan
pada siklus ke II ini, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning pada siswa kelas
VII fase D di SMP Negeri 3 Ketungau
Hulu dikatakan berhasil. Penelitian ini berakhir pada siklus II karena motivasi belajar peserta didik telah mencapai
kriteria keberhasilan seperti yang telah ditetapkan dan telah mencapai ketuntasan.
Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian
Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ketungau
Hulu pada kelas VII fase D dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada mata pelajaran PAK dan BP dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, hal tersebut
dapat dilihat dari setiap siklusnya.
Pada siklus 1 rata-rata skor nilai motivasi
peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik sebesar 42,78 % dengan katagori cukup. Dan setelah dilakukan tindakan pada siklus II rata-rata skor motivasi peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat menjadi 80,5 % yang tergolong dalam kategori sangat inggi.
Dampak yang diperoleh
dari penerapan model pembelajaran Discovery Learning pada mata
pelajaran PAK dan BP dalam kegiatan pembelajaran bagi peserta didik
kelas VII fase D di SMP
Negeri 3 Ketungau Hulu yaitu
peserta didik yang semula pasif dan cenderung diam ketika tidak memamahmi dengan materi yang disampaikan oleh guru serta kurangnya motivasi dalam belajar kini
sudah terlihat aktif saat mengikuti
kegiatan pembelajaran PAK
dan BP, peserta didik yang jarang bertanya dan menjawab pertanyaan guru kini sudah berani
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik juga sudah terlibat aktif dalam kegiatan diskusi seperti menyampaiakan pendapat dan pandangannya. Keberanian peserta didik juga mulai tumbuh dalam
menyaji hasil diskusi melalui kegiatan presentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, E. F. (2019).
Peningkatan Motivasi Belajar IPA Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery
Learning. Basic Education, 8(14), 1.416-1.423.
Ariandi, Fajri. (2018). Pengaruh
Metode Pembayaran Kompensasi Terhadap Kinerja Tutor. Perspektif: Jurnal
Ekonomi Dan Manajemen Akademi Bina Sarana Informatika, 16(1), 84–90.
Arikunto, S. (1991). Metode
Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. In Jakarta: Rineka Citra.
Badaruddin, Achmad. (2015). Peningkatan
motivasi belajar siswa melalui konseling klasikal. CV Abe Kreatifindo.
Cahyono, Dedi Dwi, Hamda, Muhammad
Khusnul, & Prahastiwi, Eka Danik. (2022). Pimikiran Abraham Maslow Tentang
Motivasi Dalam Belajar. Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan,
6(1), 37–48.
Hae, Y., & Widiastuti, W. (2021).
Penerapan Media Pembelajaran Visual Dalam Membangun Motivasi Belajar Siswa
Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1177–1184.
Harahap, E. S. (2016). Implementasi
Interaksi Edukatif Antara Guru Dan Siswa Di Kelas I Aliyah Pada Yayasan
Perguruan Zending Islam Indonesia Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Meddan.
Marbudiyono, M. (2016). Upaya
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Bagi Peserta Didik Kelas IX D Pada
Semester Ganjil Dengan Penerapan Pendekatan Saintifik Strategi Discovery
Learning Dan Metode Diskusi Di Smp Negeri 2 Mataram. Jurnal Ilmiah IKIP
Mataram, 3(1).
Masni, H. (2017). Strategi
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 5(1),
34–45.
Melinda, R., & Eta, K. (2020).
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Matematika. J-PiMat, 2(2).
Rahman, S. (2022). Pentingnya
motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar. Rosiding Seminar Nasional
Pendidikan Dasar.
Ramadani, D. S. (2011). Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Melalui Strategi Inquiring Minds Want To Know Pada Kelas
Vii Smp Tunas Karya Pekanbaru. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Rasyid, S. (2022). Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Dengan Metode Discovery Learning Pada Materi Lingkaran Kelas
XI SMAN 1 Probolinggo. SECONDARY: Jurnal Inovasi Pendidikan Menengah, 2(1),
136–147.
Rismawati, M., Khairiati, E., &
Khatulistiwa, S. P. (2020). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya
Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. J-PiMat: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(2), 203–212.
Rohman, A. A., & Karimah, S.
(2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa kelas
XI. Jurnal At-Taqaddum, 10(1), 95–108.
Rutnawati, Desi. (2020). Gambaran
Motivasi Belajar Mahasiswa Universitas Hkbp Nommensen Medan Yang Mengikuti
Sistem Pembelajaran Online (E-Learning) Selama Masa Pandemic COVID-19.
Sardiman, Arief M. (2020). Interaksi
& motivasi belajar mengajar.
Sarnoto, Ahmad Zain, & Romli,
Samsu. (2019). Pengaruh Kecerdasan Emosional (Eq) Dan Lingkungan Belajar
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sma Negeri 3 Tangerang Selatan. Andragogi:
Jurnal Pendidikan Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 55–75.
Setiawan, Veri, & Istiqomah,
Istiqomah. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar.
Siswanti, Rini. (2019). Penerapan
Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat Belajar Dan
Hasil Belajar Dalam Pembelajaran IPA SD. Indonesian Journal of Education and
Learning, 2(2), 226.
Subagio, Lilik, Karnasih, Ida, &
Irvan, Irvan. (2021). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model
Discovery-Learning dan Problem-Based-Learning Berbantuan Geogebra. Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia, 6(2), 15–26.
Ulfah, Ulfah, & Arifudin, Opan.
(2021). Pengaruh Aspek Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik. Jurnal Al-Amar: Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Agama
Islam, Manajemen Dan Pendidikan, 2(1), 1–9.
Uno, H. B. (2012). Teori motivasi
dan pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wahyuningrum, Kartika. (2015).
Pengaruh Fasilitas Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Universitas
Negeri Semarang.
Zulvadri, Irvan, & Safitri,
Elvina. (2019). Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas
xi IPS SMA Negeri 6 Merangin. Jurnal Tunas Pendidikan, 2(1), 31–40.